Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGETAHUAN, ILMU PENGETAHUAN,


PENGETAHUAN ILMIAH DAN DASAR PENGETAHUAN SERTA
KRITERIA KEBENARAN
Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu:
Dr. H. Komaruddin Sassi, M.M

Dibuat Oleh :

Andre Bahrudin (201407006)


Sukriadi (210407043)
Zunaidah (210407047)

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-QURAN AL-ITTIFAQIAH (IAIQI)
INDRALAYA OGAN ILIR
2021/2022
PENGETAHUAN, ILMU PENGETAHUAN,
PENGETAHUAN ILMIAH DAN DASAR PENGETAHUAN
SERTA KRITERIA KEBENARAN

I. Pendahuluan

Manusia adalah mahluk yang mulia dan sempurna di antara ciptaan Allah Swt., di antara
yang menjadikan ia mahluk sempurna karena ia dikarunia pancaindra sekaligus akal. Dengan
kedua karunia ini menjadikan ia satu-satunya mahluk yang mempunyai bahasa yang bersifat
komunikatif dan pikiran yang mampu menalar yang berpijak pada dasar dan jenis ilmu
pengetahuan. Dengan demikian menjadikan ia satu-satunya mahluk yang dapat
mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh dan memiliki kemampuan berpikir
dengan mengikuti suatu kerangka berpikir tertentu.

Di samping ilmu pengetahuan memliki kedudukan yang tinggi dalam sejarah peradaban
manusia, kebutuhan manusia akan adanya ilmu pengetahuan juga sangat mendesak, maka
tidak heran jika setiap orang akan merasakan betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi
dirinya. Karena rasa ingin tahu adalah fitrah bagi manusia sebagai mahluk yang selalu
bertanya dan ingin tahu akan eksistensi sesuatu.

Di dalam tulisan ini akan membahas tentang dasar-dasar pengetahuan, definisi, sumber dan
jenis-jenis pengetahuan. Kemudian membahas tentang ilmu pengetahuan dan perbedaanya
dengan pengetahuaan. Terakhir, mengenai pengetahuan ilmiah dan non-ilmiah serta
perbedaanya. Dari tulisan ini diharapkan pembaca memahami hakikat makna dari
pengetahuan, ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah serta perbedaan-perbedaannya.

II. Pembahasan
A. Definisi Pengetahuan

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam
Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang
benar. Adapun menurut kamus terbitan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, pengetehuan adalah segala sesuatu yang diketahui, misalnya kepandaian atau
segala sesuatu yang diketahui berkendaan dengan hal, contohnya mata pelajaran.

Pengetahuan juga bisa diartika sebagai sebuah pengalaman. Misalnya, sebuah daun yang
sudah dikunyah atau dibasahkan dengan air liur manusia dapat membuat luka cepat sembuh.
Walaupun demikian, hal ini belum tentu bisa dibuktikan atau dipastikan kebenarannya.
Dengan begitu, perlu diketahui apakah sembuhnya luka tersebut dikarenakan ludah ataupun
hanya karena kebetulan semata.

Pengetahuan juga bisa didefinisikan atau diberi batasan sebagaimana berikut: Pertama,
sesuatu yang ada atau dianggap ada, kedua, sesuatu hasil persesuaian subjek dengan objek,
ketiga, hasil kodrat manusia ingin tahu dan keempat hasil persesuaian antara induksi dengan
deduksi. Selain definisi yang ada di atas, dalam kitab klasik ilmu logika, pengetahuan itu

1|Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, Pengetahuan Ilmiah dan


Dasar Pengetahuan serta Kriteria Kebenaran
didefinisikan sebagai suatu gambaran objek-objek eksternal yang hadir dalam pikiran
manusia.

Sementara definisi pengetahuan ini sebenarnya masih menjadi perdebatan di kalangan para
ahli sampai saat ini, walaupun Plato sendiri sudah menyatakan sebagaimana ditulis Navel
Oktaviandry, bahwa pengetahuan itu sebagai “kepercayaan sejati yang dibenarkan (valid)”
atau “justified true belief”.1 Sedangkan secara terminologi akan dikemukakan beberapa
definisi tentang pengetahuan. Menurut Drs. Sidi Gazalba pengetahuan adalah apa yang
diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar,
insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua atau milik isi pikiran.2

Menurut Rusmini (2014: 79) Pengetahuan adalah suatu istilah yang digunakan untuk
mengatakan apabila seseorang mengenal sesuatu. Dalam hal ini, suatu hal yang menjadi
pengetahuannya selalu terdiri dari; pertama, unsur yang mengetahui, kedua, hal yang ingin
diketahui dan ketiga adalah kesadaran mengenal hal yang ingin diketahui tersebut. Artinya,
pengetahuan selalu menuntut adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui
tentang sesuatu dan objek sebagai hal yang ingin ketahuinya.3

Menurut I Made Dira Swantara, pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui
langsung dari pengalaman, berdasarkan pancaindra dan diolah oleh akal budi secara spontan.
Pada intinya, pengetahuan bersifat spontan, subjektif dan intuitif. Pengetahuan berkaitan erat
dengan kebenaran, yaitu kesesuaian antara pengetahuan yang dimiliki manusia dengan
realitas yang ada pada objek.4

Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa definisi pengetahuan


adalah hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-
konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman. Ciri pokok dalam taraf
pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu yang diketahuinya baik melalui pengalaman,
belajar, ataupun informasi yang diterima dari orang lain.5

B. Kriteria Kebenaran

Pengetahuan diawali dari rasa ingin tahu yang ada dalam diri manusia. Pengetahuan selama
ini diperoleh dari proses bertanya dan selalu ditujukan untuk menemukan kebenaran. Di
dalam filsafat ilmu, pengetahuan itu benar apabila telah memenuhi beberapa kriteria
kebenaran. Karena salah satu isu penting dalam pengetahuan adalah menguji kebenaran
pengetahuan. Di dalam buku Teori-Teori Epistomologi Common Sense Karya Abbas Hamami
disebutkan ada sepuluh teori atau kriteria kebenaran, yaitu teori kebenaran korespondensi,
koherensi, pragmatis, sintaksis, simatik, non-deskripsi, logis berlebihan, consensus,
1
Ridwan, Sukri dan Badrusyamsi, Studi Analisis Tentang Makna Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
Serta Jenis dan Sumbernya, 2021, hlm. 7-8.
2
Dr. Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta, PT, Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 85.
3
Rusmini, Dasar dan Jenis Ilmu Pengetahuan, 2014, hlm. 79.
4
Swantara, Filsafat Ilmu, 2015, hlm. 6.
5
Ridwan, Sukri dan Badrusyamsi, Studi Analisis Tentang Makna Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
Serta Jenis dan Sumbernya, 2021, hlm. 8.
2|Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, Pengetahuan Ilmiah dan
Dasar Pengetahuan serta Kriteria Kebenaran
otoritarianisme dan teori kebenaran musyawarah mufakat.6 Prof. Amsal Bakhtiar juga
menambahkan agama sebagai salah satu teori kebenaran.

Berikut di antara dari beberapa teori-teori di atas yang akan dibahas dalam tulisan ini karena
kemasyhurannya dalam pembahasan filsafat ilmu; pertama, teori kebenaran korespondensi,
yaitu suatu pengetahuan dianggap benar jika pengetahuan tersebut mempunyai hubungan
dengan suatub kenyataan yang memang benar. Teori ini didasarkan pada fakta empiris
sehingga pengetahuan tersebut benar apabila ada fakta-fakta yang mendukung bahwa
pengetahuan tersebut benar. Dengan demikian kebenaran di sini didasarkan pada kesimpulan
induktif.

Kedua, teori kebenaran koherensi, yaitu suatu pengetahuan dianggap benar apabila
pengetahuan tersebut koheren dengan pengetahuan yang ada sebelumnya dan sudah
dibuktikan kebenarannya. Di dalam pembelajaran matematika hal ini biasanya disebut
deduktif. Ketiga, teori kebenaran pragmatis, menurut teori ini pengetahuan dikatakan benar
apabila pengetahuan tersebut terlihat secara praktis benar atau memiliki sifat kepraktisan
yang benar. Pengikut teori ini berpendapat bahwa pengetahuan itu benar apabila mempunyai
kegunaan yang praktis.7

Keempat, agama sebagai teori kebenaran; salah satu cara untuk mencari kebenaran adalah
melalui agama. Agama dengan karakteristiknya sendiri memberikan jawaban atas segala
persoalan asasi yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam, manusia maupun tentang
Tuhan. Kalau ketiga teori sebelumnya mengedepankan akal, budi, rasio dan reason manusia,
dalam agama yang dikedepankan adalah wahyu yang bersumber dari Tuhan.

Dengan demikian, suatu hal itu dianggap benar apabila sesuai dengan ajaran agama atau
wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak. Oleh karena itu imam al-Ghazali sangat tidak puas
dengan penemuan-penemuan akalnya dalam mencari suatu kebenaran. Akhirnya Ghazali
sampai pada mencari kebenaran yang kemudian disebut dengan tasawuf setelah dia
mengalami proses yang amat Panjang dan berbelit-belit. Tasawuflah yang menghilangkan
keragu-raguan tentang segala sesuatu. Kebenaran menurut agama inilah yang dianggap oleh
kaum sufi sebagai kebenaran yang mutlak. Namun al-Ghazali tetap merasa kesulitan dalam
menemukan kebenaran, akhirnya kebenaran yang ia dapat adalah kebenaran subjektif atau
inter-subjektif.8

C. Hakikat Pengetahuan

Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental (mental state). Mengetahui sesuatu adalah
menyusun pendapat tentang suatu objek, dengan kata lain menyusun gambaran tentang fakta
yang ada di luar akal. Persoalannya kemudian adalah apakah gambaran itu sesuai dengan
fakta atau tidak? Apakah gambaran itu benar? Atau apakah gambaran itu dekat pada

6
Abbas Hamami, Teori-Teori Epistomologi Common Sense, Yogyakarta, Paradigma, 2003, hlm. 25.
7
Ridwan, Sukri dan Badrusyamsi, Studi Analisis Tentang Makna Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
Serta Jenis dan Sumbernya, 2021, hlm. 8.
8
Dr. Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta, PT, Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 121-122.
3|Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, Pengetahuan Ilmiah dan
Dasar Pengetahuan serta Kriteria Kebenaran
kebenaran atau jauh dari kebenaran? Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan
itu, yaitu:

Realisme, teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan menurut
realisme adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata
(dari fakta atau hakikat). Realisme berpendapat bahwa pengetahuan yang benar dan tepat
apabila sesuai dengan kenyataan.

Idealisme, para penganut aliran idealisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah proses-
proses mental dan psikologis yang bersifat subjektif. Oleh karena itu, pengetahuan tidak lain
merupakan gambaran subjektif tentang dan bukan gambaran objektif tentag realitas. Menurut
mereka, pengetahuan tidak menggambarkan hakikat kebenaran. Yang diberikan pengetahuan
hanyalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengetahui (subjek).9

D. Sumber Pengetahuan; Terjadinya Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki manusia dalam kajian filsafat dijelaskan bahwa memiliki sumber,
artinya pengetahuan itu tidak timbul dengan sendirinya. Berikut empat sumber pengetahuan:

1. Rasio merupakan pengetahuan yang bersumber dari penalaran manusia. pada


sumber pengetahuan ini diketahui bahwa pengetahuan adalah hasil pemikiran
manusia.
2. Empiris, merupakan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman yang
dialami manusia. Sumber pengetahuan ini dirumuskan berdasarkan kegiatan
manusia yang suka memperhatikan gejala-gejala yang terjadi di sekitarnya.
Misalnya peristiwa terjadinya hujan di bumi. Peristiwa ini terus terulang-ulang
dan dengan proses kejadian yang sama. Hal ini menjadi daya tarik manusia,
muncul pertanyaan mengapa selalu turun hujan. Dari pengalaman itulah
manusia tergerak untuk bernalar hingga melakukan penelitian penyebab
terjadinya hujan.
3. Intuisi, merupakan sumber pengetahuan yang tidak menentu dan didapatkan
secara tiba-tiba. Terkadang kita sebagai manusia ketika dihadapkan dengan
suatu permasalahan, otak akan berpikir sangat keras untuk menemukan solusi
dari permasalahan tersebut. Tingkat berpikir otak berbanding lurus dengan
masalah yang akan diselesaikan. Semakin sulit tingkat permaslahan yang akan
dipecahkan semakin keras juga kinerja otak dalam berpikir menyelesaikan
masalah tersebut. Dalam kondisi tertentu, terkadang semakin kita berusaha
untuk memecahkan masalah, semakin sulit menemukan solusinya. Tapi dalam
kondisi yang berlawanan ketika kita tidak sedang berpikir untuk menyelesaikan
masalah dan melakukan aktivitas-aktivitas, kita seakan terpikirkan solusi untuk
permasalahan. Solusi itu muncul tiba-tiba dalam benak kita, tanpa sedikitpun
kita menjadwalkan atau berusaha mencarinya. Hal yang demikian bisa
dikatakan sebagai intuisi.

9
Dr. Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta, PT, Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 94-96.
4|Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, Pengetahuan Ilmiah dan
Dasar Pengetahuan serta Kriteria Kebenaran
4. Wahyu, atau bisa dikatakan dengan sumber pengetahuan yang non-analitik
karena tidak ada proses berpikir dari manusia tersebut. Wahyu merupakan
sumber pengetahuan yang berasal dari yang Maha Kuasa. Biasanya yang dapat
menerima sumber pengetahuan yang seperti ini adalah manusia-manusia
pilihan. Contoh yang paling dekat adalah para Nabi Allah Swt., yang menerima
pengetahuan dari Allah. Kisah-kisah merekapun banyak mengispirasi banyak
orang.10 Kepercayaan inilah yang menjadi tolak dalam agama dan lewat
pengkajian selanjutnya dapat meningkatkan atau menurunkan kepercayaan itu.
Sedangkan ilmu pengetahuan sebaliknya, yaitu dimulai mengkaji dengan riset,
pengalaman dan percobaan untuk sampai kepada kebenaran yang factual.11

E. Jenis-Jenis Pengetahuan

Jenis-jenis pengetahuan ditinjau dari sudut bagaimana pengetahuan itu diperoleh yang
dimiliki manusia sebagai berikut; pertama, pengetahuan biasa atau di dalam filsafat biasa
disebut dengan common sense dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang
memiliki sesuatu di mana ia menerima secara baik. Semua oramg menyebut sesuatu itu
merah karena memang itu merah, benda itu panas karena memang Ketika dirasakan terasa
panas dan sebagainya.

Dengan common sense, semua orang sampai pada keyakinan secara umum tentang sesuatu, di
mana mereka akan berpendapat sama semuanya. Pengetahuan ini diperoleh dari pengalaman
sehari-hari, seperti air dapat menghilangkan haus dan menyegarkan tenggorokan dan
makanan dapat menghilangkan rasa lapar dan lain sebagainya.

Kedua, pengetahuan ilmu (science). Dalam pengertian sempit science diartikan untuk
menunjukkan ilmu pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan objektif. Ilmu pada
dasarnya untuk mengorganisasikan dan mensistematiskan common sense, sesuatu
pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengematan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan
berbagai metode.

Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat
kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan
kedalaman dalam kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu bidang yang sempit,
filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan
pengetahun yang reflektif dan kritis, sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup
menjadi longgar kembali.

Keempat, pengetahuan agama (believe). Yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan
lewat para utusanNya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para
pemeluk agama. Pengetahuan mengandung beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran tentang
hubungan manusia dengan Tuhan (hubungan vertikal) atau biasa disebut dengan hablun
10
Ridwan, Sukri dan Badrusyamsi, Studi Analisis Tentang Makna Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
Serta Jenis dan Sumbernya, 2021, hlm. 9-10.
11
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, hlm. 110.
5|Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, Pengetahuan Ilmiah dan
Dasar Pengetahuan serta Kriteria Kebenaran
minaallah dan hubungan dengan sesame manusia (hubungan horizontal) atau biasa disebut
dengan hablun minannas. Pengetahuan agama yang lebih penting di samping informasi
tentang Tuhan, juga informasi tentang hari akhir. Iman kepada hari akhir merupakan ajaran
pokok agama dan sekaligus merupakan ajaran yang membuat manusia optimis akan masa
depannya. Menurut para pengamat, agama masih bertahan sampai sekarang karena adanya
doktrin tentang kehidupan setelah mati.12

F. Definisi Ilmu Pengetahuan

Asal kata ilmu dalam bahasa Arab, yaitu ‘alima-ya’lamu-‘ilman, artinya mengetahui,
mengerti atau memahami. Ilmu dalam bahasa Inggris disebut science. Sains atau ilmu
pengetahuan adalah usaha-usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Dari segi ini dibatasi
agar menghasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Karena ilmu memberikan kepastian dengan
membatasi lingkup pandangannya dan kepastian ilmu itu diperoleh dari keterbatasannya.

Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan


berdasarkan teori-teori yang disepakati dan didapat secara sistematik, diuji dengan
seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat,
ilmu terbentuk karena manusia berusaha berpikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi, dengan kata lain ilmu
terbentuk dari 3 cabang filsafat yakni ontologi, epistemologi dan aksiologi, jika ketiga cabang
itu terpenuhi berarti sah dan diakui sebagai sebuah ilmu.

Archie J. Bahm dalam tulisannya yang berjudul “Apa Itu Ilmu?” (What is Science?),
mengatakan, ilmu pengetahuan terkait dengan masalah. Masalah adalah bagian dari ilmu
pengetahuan. Jika tidak ada masalah, maka tidak akan muncul ilmu pengetahuan. Menurut
Bahm, ilmu pengetahuan setidaknya melibatkan enam komponen penting; pertama, masalah
(problems), kedua, sikap (attitude), ketiga, metode (method), keempat, aktivitas (activity),
kelima, kesimpulan (conclusion) dan terakhir pengaruh (effects).

Pertama, masalah (problems), masalah mana yang dianggap mengandung sifat ilmiah?
Menurut Bahm, suatu masalah bisa dianggap ilmiah, sedikitnya memiliki tiga ciri; terkait
dengan komunikasi, sikap ilmiah dan metode ilmiah. Tidak ada masalah yang disebut ilmiah
kecuali masalah tersebut bisa dikomunikasikan kepada orang lain. Jika belum atau tidak
dapat dikomunikasikan kepada orang lain atau masyarakat maka belum dianggap ilmiah.
Tidak ada masalah yang pantas disebut ilmiah kecuali masalah tersebut bisa dihadapkan pada
sikap ilmiah. Demikian pula tidak ada masalah yang pantas disebut ilmiah kecuali harus
terkait dengan metode ilmiah.

Kedua, Sikap (attitude), sikap ilmiah (scientific attitude) menurut Bahm setidaknya harus
memiliki enam ciri pokok, yaitu:

12
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, hlm. 86-89.
6|Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, Pengetahuan Ilmiah dan
Dasar Pengetahuan serta Kriteria Kebenaran
1. Keingintahuan (curiosity); keingintahuan harus dimiliki oleh seorang
ilmuwan, seperti keinginan untuk menyelidiki, investigasi, eksplorasi, dan
eksperimentasi.
2. Spekulasi (speculativeness); hal ini penting dalam rangka menguji
hipotesis. Spekulasi juga merupakan ciri penting dalam sikap ilmiah.
3. Kemauan untuk berlaku objektif (willingness to be objective); sikap ini
penting, sebab objektivitas merupakan ciri ilmiah. Sikap demikian harus
dimiliki oleh seorang ilmuwan.
4. Terbuka (open-maindedness); artinya selalu bersedia menerima kritik dan
saran ilmuwan lain secara lapang dada.
5. Kemauan untuk menangguhkan penilaian (willingness to suspend
judgment); artinya bersedia menangguhkan keputusan sampai semua bukti
penting terkumpul.
6. Bersifat sementara (tentativity); artinya harus menerima bahwa kesimpulan
ilmiah bersifat sementara.

Ketiga, metode (method), Menurut Bahm, bahwa esensi dari sebuah pengetahuan adalah
metode. Setiap pengetahuan memiliki metodenya sendiri sesuai dengan permasalahannya.
Meski diantara para ilmuwan terjadi perbedaan tentang metode ilmiah, tetapi mereka sepakat
bahwa masalah tanpa observasi tidak akan menjadi ilmiah, sebaliknya observasi tanpa
masalah juga tidak akan menjadi ilmiah. Menurutnya, bahwa ilmu pengetahuan adalah
aktivitas menyelesaikan masalah dan melihat metode ilmiah sebagai sesuatu yang memiliki
karakteristik yang esensial bagi penyelesaian masalah. Ada lima langkah esensial dan ideal—
menurut Bahm—dalam menerapkan metode ilmiah yang harus dipahami oleh seorang
peneliti (ilmuwan), yaitu; pertama, memahami masalah; kedua, menguji masalah; ketiga,
menyiapkan solusi; keempat, menguji hipotesis dan kelima memecahkan masalah.

Keempat, aktivitas (activity), aktivitas dimaksud adalah penelitian ilmiah, yang memiliki dua
aspek: individual dan sosial. Aktivitas penelitian ilmiah meliputi: Pertama, observasi; kedua,
membuat hipotesis dan ketiga menguji observasi dan hipotesis dengan cermat dan terkontrol.
Kelima, kesimpulan (conclusion),; kesimpulan merupakan penilaian akhir dari suatu sikap,
metode dan aktivitas. Kesimpulan ilmiah tidak pasti, tetapi bersifat sementara dan tidak
dogmatis. Bahkan jika kesimpulan dianggap dogmatis, maka akan mengurangi sifat dasar
dari ilmu pengetahuan tersebut. Pada dasarnya ilmu pengetahuan itu bersifat tidak stabil,
setiap generasi berhak untuk menginterpretasikan kembali tradisi ilmu pengetahuan itu.

Keenam, pengaruh (effects); ilmu pengetahuan memiliki dua pengaruh, yaitu: Pertama,
pengaruh terhadap teknologi dan industri; kedua, pengaruh pada peradaban manusia.
Industrialisasi yang berkembang dengan pesat merupakan produk dari ilmu pengetahuan yang
mempunyai dampak besar terhadap perkembangan ilmu, sehingga nampak seperti yang
terjadi dalam perubahan sifat ilmu itu sendiri. Proses industrialisasi tidak akan dapat
diputarulang yang akhirnya ilmu pengetahuan itu sendiri mengalami proses terindustrialisasi.
Ilmu pengetahuan yang terindustrialisasi ini menjadi bagian utama dari penggerak ilmu
pengetahuan dan menjadi sebuah sumber bidang penelitian yang memiliki prestise tinggi.
Dari sini dapat dipahami bahwa ilmu sangat erat kaitannya dengan masalah, dan masalah
7|Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, Pengetahuan Ilmiah dan
Dasar Pengetahuan serta Kriteria Kebenaran
tersebut itulah yang nantinya akan menjadi pengetahuan dan bisa dinyatakan pengetahuan
ilmiah jika melibatkan komponen-komponen ilmu pengetahuan ilmiah.13

G. Perbedaan dan Persamaan Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan

Sebagaimana telah uraikan di atas terkait definisi pengetahuan dan ilmu pengetahuan, maka
dalam hal ini akan ditegaskan kembali tentang persamaan dan perbedaan antara keduanya,
yaitu sebagai berikut:

1) Persamaan:
a) Pengetahuan dan ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki arti yang sama, yaitu
analisa terhadap suatu hal berdasarkan metode ilmiah hanya saja penggunaannya
tergantung dari sifat dan tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan keilmuan
tersebut.
b) Keduanya sangat sulit untuk dipisahkan karena merupakan pengetahuan tentang
sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut alam atau sosial (kehidupan
masyarakat) yang diperoleh manusia melalui proses berfikir. Itu artinya bahwa
setiap ilmu merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang menjadi objek kajian
dari ilmu terkait.
2) Perbedaan:
a) Pengetahuan adalah hasil pengamatan yang bersifat tetap, karena tidak
memberikan tempat bagi pengkajian dan pengujian secara kritis oleh orang lain.
Dengan demikian pengetahua tidak bersifat sistematik dan tidak objektif serta
tidak universal. Sedangkan ilmu pengetahuan adalah kerangka konseptual atau
teori yang saling berkaitan yang memberi tempat pengkajian dan pengujian secara
kritis dengan metode ilmiah oleh ahli-ahli lain dalam bidang yang sama. Dengan
demikian, ilmu pengetahuan bersifat sistematik, objektif, dan universal.
b) Ilmu adalah sesuatu yang dapat kita peroleh melalui proses yang disebut
pembelajaran atau metode ilmiah dengan kata lain hasil dari pembelajaran,
berbeda dengan pengetahuan yang dapat diperoleh tanpa melalui proses
pembelajaran.
c) Ilmu adalah kumpulan pengetahuan. Namun bukan sebaliknya, kumpulan ilmu
adalah pengetahuan. Kumpulan pengetahuan agar dapat dikatakan ilmu harus
memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah objek
material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu hal yang dijadikan
sasaran pemikiran, sesuatu hal yang diselidiki atau sesuatu hal yang dipelajari.
Objek material mencakup hal konkrit misalnya manusia, tumbuhan, batu ataupun
hal-hal yang abstrak seperti ide-ide, nilai-nilai, dan kerohanian. Sedangkan objek
formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh peneliti
terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal
dari suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada saat yang
sama membedakannya dari bidang-bidang yang lain. Satu objek material dapat
ditinjau dari berbagai sudut pandangan sehingga menimbulkan ilmu yang
13
Ridwan, Sukri dan Badrusyamsi, Studi Analisis Tentang Makna Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
Serta Jenis dan Sumbernya, 2021, hlm. 13-15.
8|Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, Pengetahuan Ilmiah dan
Dasar Pengetahuan serta Kriteria Kebenaran
berbeda-beda. Setiap bidang ilmu baik itu ilmu khusus maupun ilmu filsafat harus
memenuhi ke dua objek tersebut.14

H. Pengetahuan Ilmiah dan Pengetahuan Non-Ilmiah serta Perbedaannya

Pengetahuan berdasarkan sifatnya terdiri atas pengetahuan prailmiah dan pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan yang bersifat prailmiah ialah pengetahuan yang belum memenuhi syarat-syarat
ilmiah. Sedangkan pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang harus memenuhi syarat-
syarat ilmiah, Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki oleh pengetahuan ilmiah adalah harus
memiliki objek tertentu (formal dan material) dan harus bersistem (harus runut).15

Pengetahuan ilmiah merupakan perkembangan dari pengetahuan. Karl Popper yang dikutip
oleh Alfon Taryadi, menyatakan bahwa studi terhadap pengetahuan ilmiah merupakan studi
yang paling bermanfaat dan bagus untuk mempelajari pertumbuhan dan pengetahuan pada
umumnya, sebab pengetahuan ilmiah adalah merupakan pertumbuhan dari pengetahuan
sehari-hari secara garis besar.16

Dengan demikian, perkembangan pengetahuan ilmiah menimbulkan masalah-masalah yang


meliputi penggolongan, pembagian, perincian, pembedaan, kedududan dan hubungan satu
dengan yang lainnya di antara bidang-bidang pengetahuan ilmiah itu yang sering disebut
dengan ilmu pengetahuan baru.17

Kemunculan pengetahuan baru itu terjadi karena beberapa faktor. Dalam hal ini The Liang
Gie dengan mengutip tulisan Bert Hoselitz menyebut faktor itu kepada tiga saja; pertama,
pengakuan dan kebaradaan problem baru yang dapat mempengaruhi terhadap perhatian para
penyelidik atau peneliti. Kedua, pengumpulan data-data yang kemudian dielaboraasikan
dengan hal-hal yang general untuk menemukan titik pokok persoalan tersebut. Ketiga, usaha
institusi dalam mengakui munculnya disiplin baru tersebut.

Berkembang biaknya cabang-caabang ilmu khusus itu menimbulkan masalah pokok tentang
penggolongan ilmu-ilmu tersebut dan secara sistematik untuk menegaskan defenisi-definisi
suatu cabang ilmu, menentukan batasan-batasannya, dan menjelaskan korelasinya dengan
cabang-cabang yang lain. Adapun pernyataan yang membuat pengetahuan itu menjadi
pengetahuan ilmiah adalah:
a) Deskripsi; yaitu memberikan pernyataan bersifat deskriptif dengan menjelaskan
bentuk-bentuk, susunan, peranan, dan hal-hal terperinci lainnya dari segala fenomena.
b) Preskripsi; pernyataan ini memberikan petunjuk-petunjuk atau ketentuan-ketentuan
mengenai apa yang perlu berlangsung atau sebaiknya dilakukan dalam hubungannya
dengan objek sederhana itu. Bentuk-bentuk ini banyak dijumpai dalam ilmu-ilmu
sosial, dan ilmu-ilmu pendidikan yang meliputi tata cara mengajar dikelas.
c) Eskposisi pola; bentuk ini merangkum banyak pernyataan-pernyataan yang
memaparkan pola-pola dalam sekumpulan sifat, ciri, kecenderungan, atau proses
lainnya dari fenomena yang sedang ditelaah. Misalnya dalam antropologi dapat

14
Ridwan, Sukri dan Badrusyamsi, Studi Analisis Tentang Makna Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
Serta Jenis dan Sumbernya, 2021, hlm. 20-21.
15
Amalia Nurjannah, Pengetahuan, Pengetahuan Ilmiah dan Penelitian Ilmiah, hlm. 2.
16
Lailatul Maskhuroh, Ilmu Sebagai Prosedur, 2013, hlm. 105.
17
Lailatul Maskhuroh, Ilmu Sebagai Prosedur, 2013, hlm. 105.
9|Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, Pengetahuan Ilmiah dan
Dasar Pengetahuan serta Kriteria Kebenaran
dipaparkan pola-pola kebudayaan berbagai suku bangsa atau dalam sosiologi
dibeberkan pola-pola perubahan masyarakat pedesaan menjadi masyarakat perkotaan.
d) Rekonstruksi historis; bentuk ini merupakan pernyataan-pernyataan yang berusaha
menggambarkan atau menceritakan dengan penjelasan atau alasan yang dibutuhkan
pertumbuhan sesuatu hal pada masa lampau yang jauh baik secara alamiah atau
karena campur tangan manusia. Cabang-cabang ilmu khusus yang banyak
mengandung bentuk pernyataan ini misalnya adalah historiografi, ilmu purbakala dan
paleontologi.

Pengetahuan ilmiah adalah merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan menerapkan


metode ilmiah. Metode keilmuan adalah merupakan bentuk kombinasi daari pola
rasionalisme dan empirisme. Metode keilmuan muncul sebagai usaha untuk mengatasi
kelemahan dari pola rasionalis maupun pola empiris dan dimanfaatkan sumbangan positifnya.
Unsur-unsur metode ilmiah sebagai suatu penelitian ilmiah antara lain berupa satu prosedur
sebagai berikut:
a) Perumusan masalah atas objek yang ingin diketahui.
b) Mengajukan hipotesis atau dugaan sementara atas permasalahan yang ada.
c) Menguji hipotesis dengan fakta-fakta empiris.
d) Mengambil kesimpulan atas pengujian yang telah dilakukan, apakah hipotesis
didukung oleh fakta ataukah dibantah oleh fakta.18

Sedangkan menurut Van Melsen, dalam pengetahuan ilmiah, ia memberikan ciri-ciri


mendasar ilmu pengetahuan, di antaranya metodis, yakni ada kangkah-langkah yang ketat
dan sistematis; pertama, universalitas, yaitu keberlakuan pada seluruh ruang dan waktu dan
apakah universalitas itu berlaku pula bagi ilmu-ilmu sosial. Kedua, objektifitas, yakni
dibimbing oleh objek penelitian dan tidak terdistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif.
Ketiga, intersubjektiftas, ialah kebenaran ilmu pengetahuan tidak bersifat pribadi melainkan
harus disepakati oleh kamunitas ilmiah (Van Melsen, 1992).19

Sedangkan pengetahun non-ilmiah merupakan pengetahuan sehari-hari yang hanya bertujuan


mempertahankan hidup (eksistensial). Berikut beberapa perbedaan antara pengetahuan ilmiah
dan non-ilmiah: Dari segi tujuan, pengetahuan ilmiah mencakupi deskripsi (menjelaskan
gejala-gejala), eksplanasi (hubungan klausul) dan prediksi (melalui data-data objektif dapat
dilakukan prediksi terhadap gejala-gejala yang muncul). Sedangkan pengetahun non-ilmiah
hanya untuk bertahan hidup dalam kehidupan sehar-hari.

Adapun dari cara memperolehnya, pengetahuan ilmiah melalui metodis atau memalui jalan
tertentu dan setelah sampai pada penyataan, maka pernyataan tersebut dapat diverifikasi.
Kemudian pengetahuan ilmiah diperoleh dari sistematis (mengikuti urutan-urutan yang ketat)
dan objektif (bebas nilai). Sedangkan pengetahuan non-ilmiah hanya diperoleh dari warisan
budaya, tradisi, metode tidak menjadi masalah, penyataannya ambigu, kabur dan tidak
objektif.20

Perbedaan yang paling jelas dan mendasar antara pengetahuan ilmiah dan non-ilmiah adalah
bahwa pengetahuan tidak diterima begitu saja tanpa melalui proses yang ketat. Proses
tersebut harus bertitik tolak dari fakta-fakta keseharian dan berakhir pada teori yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Berkenaan dengan hal ini, dikenal dengan piramida
18
Lailatul Maskhuroh, Ilmu Sebagai Prosedur, 2013, hlm. 106-107.
19
Anas dan Nukman, Filsafat Ilmu, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2018, hlm. 70.
20
Anas dan Nukman, Filsafat Ilmu, hlm. 71.
10 | P e n g e t a h u a n , I l m u P e n g e t a h u a n , P e n g e t a h u a n I l m i a h d a n
Dasar Pengetahuan serta Kriteria Kebenaran
ilmu pengetahuan. Disebut piramida karena proses tersebut adalah proses yang mengkerucut
di mana ujung proses adalah sebuah teori yang bersih dari kontaminasi keseharian yang kabur
dan ambigu. Proses tersebut dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu, fakta-fakta, konsep,
generalisasi dan berakhir dengan teori.21

III. Kesimpulan

Dari sekelumit pemparan di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa, ilmu pengetahuan bisa
dikatakan sebagai suatu cara berfikir secara objektif dalam menggambarkan dan memberi
makna terhadap dunia faktual dan berprinsip unruk mengorganisasikan dan
mensistematisasikan common sense (akal sehat).

Sedangkan pengetahuan adalah hasil dari proses usaha manusia untuk menjadi tahu, sehingga
ilmu pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan yang benar-benar disusun dengan
sistematis dan metodologis untuk mencapai tujuan universalitas dan dapat diuji atau
diverifikasi kebenarannya. Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan. Akan tetapi
bukan sebaliknya. Kumpulan pengetahuan dapat dikatakan ilmu pengetahuan harus
memenuhi syarat-syarat tertentu.

Sedangkan pengetahuan ilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh
dengan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang sudah
lebih sempurna karena telah mempunyai dan memenuhi beberapa syarat tertentu dengan cara
berpikir yang khas, yaitu metodologi ilmiah.

Pengetahuan ilmiah berhubungan dengan ilmu pengetahuan, setiap pengetahuan ilmiah


adalah ilmu pengetahuan, tapi tidak sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya
pengetahuan-pengetahuan yang tidak ilmiah seperti mitos. Jadi, baik ilmu pengetahuan atau
pengetahuan ilmiah semuanya bersumber dari pengetahuan. Kalau kita buat tingkatan,
pengetahuan adalah tingakatan yang paling rendah, kemudian ilmu pengetahuan dan
pengetahuan ilmiah yang lebih tinggi derajatnya, karena beberapa sebab yang telah dijelaskan
sebelumnya.

21
Anas dan Nukman, Filsafat Ilmu, hlm. 71.
11 | P e n g e t a h u a n , I l m u P e n g e t a h u a n , P e n g e t a h u a n I l m i a h d a n
Dasar Pengetahuan serta Kriteria Kebenaran
DAFTAR PUSTAKA

Abbas Hamami, Teori-Teori Epistomologi Common Sense, Yogyakarta, Paradigma,


2003.

Akromullah, Hamdan, Kebenaran Ilmiah dalam Perspektif Filsafat Ilmu (Suatu


Pendekatan Historis dalam Memahami Kebenaran Ilmiah dan Aktualisasinya dalam Bidan
Praksis), 2018.

Anas dan Nukman, Filsafat Ilmu, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2018.

Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta, PT, Raja Grafindo Persada, 2004.

Dafrita, Ivan Eldes, Ilmu dan Hakekat Ilmu Pengetahuan dalam Nilai Agama.

Effendi, Mukhtar, Pengetahuan Ilmu dan Kebenaran dalam Ilmu Komunikasi, 2012.
Maskhuroh, Lailatul, Ilmu Sebagai Prosedur, 2013.

Muslih, Mohammad, Filsafat Ilmu (Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma dan
Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan), Yogyakarta, LESFI, 2016.

Nurjannah, Amalia, Pengetahuan, Pengetahuan Ilmiah dan Penelitian Ilmiah.

Ridwan, Sukri dan Badrusyamsi, Studi Analisis Tentang Makna Pengetahuan dan
Ilmu Pengetahuan Serta Jenis dan Sumbernya, 2021.

Rusmini, Dasar dan Jenis Ilmu Pengetahuan, 2014.

Soelaiman, Darwis A., Filsafat Ilmu Pengetahuan; Perspektif Barat dan Islam, Aceh,
Bandar Publishing, 2019.

Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu, Bogor, IPB Press, 2016.

Swantara, I Made Dira Filsafat Ilmu, 2015.

Wahana, Paulus, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta, Pustaka Diamond, 2016.

12 | P e n g e t a h u a n , I l m u P e n g e t a h u a n , P e n g e t a h u a n I l m i a h d a n
Dasar Pengetahuan serta Kriteria Kebenaran

Anda mungkin juga menyukai