Disusun Oleh :
Muhammad Djardjis (220106098)
Rafli Akilla (220106125)
Rajaie Akyas Bahreisy (220101110)
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................. 1
BAB II ....................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 2
A. REALISME ARISTOTELES .............................................................................................................. 2
B. KATEGORI .................................................................................................................................... 6
C. ETIKA EUDAIMONISME ............................................................................................................... 6
BAB III ...................................................................................................................................................... 8
PENUTUP ................................................................................................................................................. 8
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejarah tentang filsafat ini membawa kita untuk mengetahui lebih banyak lagi
tentang pemikiran-pemikiran para filosof terdahulu. Dengan hasrat ingin
mengetahui pemikiran tersebut, membawa kita untuk lebih dalam lagi mengkaji
tentang pemikiran filosof-filosof itu.
Perlunya mengkaji pemikiran tersebut adalah sebagai sarana untuk merangsang
pikiran kita untuk bisa lebih berkembang lagi, dan lebih luas lagi. Dari sekian
banyak pemikiran tersebut pemakalah akan mengangkat tentang pemikiran filosof
Plato dan Aristoteles. Pemikiran Plato dan Aristoteles ini sangat menarik untuk
di bahas, karena sebagaimana kita ketahui bahwa Plato dan Aristoteles dikenal sebagai
bapak Filsafat.
Atas dasar pemikiran Plato dan Aristoteles inilah yang menjadi latar belakang
pembuatan makalah ini, Sejarah filosof dari thales sampai socrates belum pernah
terdengar bahwa mereka menuangkan pemikiran mereka ke dalam sebuah tulisan,
karena mereka lebih bersifat dialektika. Namun, setelah masuk zamannya Plato,
kemudian pemikiran-pemikiran filsafat itu pun dibukukan, sehingga ada sebuah
pedoman atau bahan untuk generasi berikutnya yang ingin mengkaji tentang
pemikiran para filosof terdahulu.
B. RUMUSAN MASALAH
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. REALISME ARISTOTELES
1
Bambang Q-Anees dan Raden Juli, Filsafat untuk Umum,(Jakarta: Kencana, 2003), hlm. 191.
2
Ibid, hlm. 192.
2
Kecenderungan berpikir saintifik tampak dari pandangan-pandangan filsafat
Aristoteles yang sistematis dan banyak menggunakan metode empiris. Jika
dibandingkan dengan Plato yang pandangan filsafatnya bersifat abstrak dan idealisme,
maka orientasi yang di kemukakan Aristoteles lebih pada hal-hal yang kongkret
(empiris).3 Berbeda dengan Plato tentang persoalan kontradiktif antara tetap dan
menjadi, ia menerima yang berubah dan menjadi, yang bermacam-macam bentuknya,
yang semua itu berada di dunia pengalaman sebagai realitas yang sesungguhnya.
Itulah sebabnya filsafat Aristoteles disebut sebagai realisme.
Realisme Aristoteles didasarkan pada prinsip bahwa ide-ide (atau bentuk) bisa ada
tanpa masalah, tapi tidak peduli bisa eksis tanpa bentuk. Aristoteles menyatakan bahwa
setiap bagian materi memiliki sifat universal dan khusus. Sebagai contoh, semua orang
berbeda dalam sifat-sifat mereka. Kita semua memiliki berbagai bentuk dan ukuran dan
tidak ada dua yang sama. Kami melakukan semua berbagi sesuatu yang universal yang
disebut “kemanusiaan”. Kualitas universal ini tentunya nyata karena itu ada secara
mandiri dan terlepas dari satu orang. Aristoteles menyebut kualitas bentuk
universal (gagasan atau esensi), yang merupakan aspek non material dari setiap
objek materi tunggal yang berhubungan dengan semua benda lain dari grup tersebut.4
3
Ali Maksum, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), hlm. 81.
4
Nisa Aisyah, Realisme Aristoteles,http://nisaaisyah05.blogspot.com/2012/11/realisme-aristoteles.html,
5
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 56-59.
3
c. Kualitas (merah, baik)
d. Relasi (rangkap, separuh)
e. Tempat (di rumah, di pasar)
f. Waktu (sekarang, besok)
g. Keadaan (duduk, berjalan)
h. Mempunyai (berpakaian, bersuami)
i. Berbuat (membaca, menulis)
j. Menderita (terpotong, tergilas). Sampai sekarang, Aristoteles dianggap sebagai
bapak logika tradisional.
6
Deduksi berarti penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum atau penemuan yang khusus dari yang
umum. Dengan demikian, metode deduksi adalah proses penalaran dari satu atau lebih pernyataan umum
untuk mencapai kesimpulan logis tertentu.
4
4. Ajarannya Tentang Potensi Dan Dinamika
Mengenai realitas atau yang ada, Aristoteles tidak sependapat dengan gurunya Plato
yang mengatakan bahwa realitas itu ada pada dunia ide. Menurut Aristoteles, yang
ada itu berada pada hal-hal yang khusus dan konkret. Dengan kata lain, titik tolak
ajaran atau pemikiran filsafatnya adalah ajaran Plato tentang ide. Realitas yang
sungguh-sungguh ada bukanlah yang umum dan yang tetap seperti yang
dikemukakan Plato, tetapi realitas terdapat pada yang khusus dan yang individual.
Keberadaan manusia bukan di dunia ide, tetapi manusia berada yang satu per satu.
Dengan demikian, realitas itu terdapat pada yang konkret, yang bermacam-macam,
yang berubah-ubah. Itulah realitas yang sesungguhnya.
Mengenai hule dan morfe, bahwa yang disebut sebagai hule adalah suatu unsur yang
menjadi dasar kesatuan. Setiap benda yang konkret, terdiri hule dan morfe.
Misalnya, es batu dapat dijadikan es the, es sirop, es jeruk dan es the tentu akan lain
dengan es jeruk karena morfenya. Jadi, hule dan morfe tidak terpisahkan.
5
aktivitas yang nyata dan dengan perbuatannya itu dirinya semakin disempurnakan.
Kebahagiaan manusia yang tertinggi adalah berpikir murni.
B. KATEGORI
Aristoteles berpendapat bahwa secara umum terdapat sepuluh cara untuk memaknai
ada. Kesepuluh cara memaknai ada disebut Aristoteles dengan kategori. Kategori-
kategori ini memberikan makna pertama dan hakiki ada dan memantulkan pembedaan
tertinggi ada atau dalam bahasa Aristoteles sebagai genus supreme ada. Berikut ini
merupakan bagian atau susunan dari kategori.
a. Substansi (ousia): manusia, hewan, tumbuhan, air
b. Kwalitas (polon): merah, dingin, buruk, baik, pintar, bijaksana.
c. Kwantitas (poson): sepuluh tahun, sekilo, dua meter.
d. Relasi (prosti): Suharto adalah ayah Mbak Tutut.
e. Aksi/tindakan (poiein): makan, minum, menulis.
f. Menderita (paschein): lapar, ngantuk, letih.
g. Tempat (pou): di Malang, di dusun, di kota.
h. Waktu (pote): tahun 2009
i. Milik (echein): rambut, kuku, panca indera.
j. Posisi/keadaan (keisthai): duduk, berbaring, berdiri.
C. ETIKA EUDAIMONISME
6
kenikmatan membuat manusia sama dengan para budak dan binatang, sementara yang
kedua lebih merupakan hal yang luaran, sementara kekayaan merupakan sarana dan
bukan tujuan. Kebahagiaan manusia menurut Aristoteles bukan pula berada di luar atau
transenden, tetapi imanen, yakni kebaikan yang dapat diwujudkan dan dipenuhi
oleh manusia dan untuk manusia. Kebaikan terletak dalam karya; karya mata adalah
melihat, kerja telinga adalah mendengar, kegiatan hidung adalah melihat. Lalu karya
manusia adalah hal yang khas baginya, bukan sekedar hidup dan merasa melainkan
terutama aktivitas berpikir, bernalar. Kebaikan sejati atau kebahagiaan bagi
manusia adalah aktivitas jiwa seturut nalar, kebaikan rohani. Itulah keutamaan
manusia sebagai subyek berpikir.
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Aristoteles adalah seorang filsuf yunani yang lahir di Stageira, Yunani Utara pada tahun
384 SM. murid dari Plato dan guru dari Alexander yang agung. Ayahnya seorang
dokter pribadi di raja Macedonia Amyntas. Karena hidupnya dilingkungan istana, ia
mewarisi keahliannya dalam pengetahuan empiris dari ayahnya. Pada usia 17 tahun ia
dikirim ke Athena untuk belajar di Akademia Plato selama kira-kira 20 tahun hingga
plato meninggal.
Ia menulis berbagai subjek yang berbeda termasuk fisika, metafisika, puisi, logika,
retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoology. Aristoteles dianggap sebagai
filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran barat. Realisme Aristoteles didasarkan
pada prinsip bahwa ide-ide (atau bentuk) bisa ada tanpa masalah, tapi tidak peduli bisa
eksis tanpa bentuk. Aristoteles menyatakan bahwa setiap bagian materi memiliki sifat
universal dan khusus.
Aristoteles berpendapat bahwa secara umum terdapat sepuluh cara untuk memaknai
ada. Kesepuluh cara memaknai ada disebut Aristoteles dengan kategori. Kategori-
kategori ini memberikan makna pertama dan hakiki ada dan memantulkan pembedaan
tertinggi ada atau dalam bahasa aristoteles sebagai genus supreme ada. Berikut ini
merupakan bagian atau susunan dari kategori : Substansi, Kwalitas, Kwalitas, Relasi,
Aksi/tindakan, Menderita, Tempat, Waktu, Milik, dan Posisi/keadaan.
Aristoteles juga berpendapat bahwa tujuan akhir manusia adalah kebahagiaan. Dengan
mencapai kebahagiaan, manusia tidak memerlukan apa-apa lagi.
8
DAFTAR PUSTAKA
Studocu.com (2021, 29 Maret). Document Institut Agama Islam Negeri Pekalongan. Diakses
pada 15 Maret 2023 dari https://www.studocu.com/id/document/institut-agama-islam-negeri-
pekalongan/sharia-economy-21/5-realisme-aristoteles/45415233
Ali Maksum, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), hlm. 81.
Bambang Q-Anees dan Raden Juli, Filsafat untuk Umum,(Jakarta: Kencana, 2003), hlm. 191.
Ibid, hlm. 192.
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 56-59.
Praja S. Juhaya. Aliran-aliran filsafat dan etika. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2003