Disusun oleh :
Kelompok 6
Balqies Arista (1654400018)
Dian Septiana (1614400028)
Fitria Wanda Sari (1614400037)
Hamliani Sukro (1654400040)
Kelas :
16-PUS-A
Mata Kuliah :
Ilmu Kalam
Dosen Pembimbing :
Sudiyanto, M.Pd.I
Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Pengertian Aqidah Pokok
(yang disepakati) dan Aqidah Cabang (yang diperselisihkan). Sholawat beriring salam
semoga tetap bercurah pada nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya serta para
pengikutnya yang selalu istiqomah menjalankan sunnah-sunnah beliau.
Penulis berharap makalah ini dapat digunakan sebagai penambah pengetahuan dan
wawasan bagi pembaca. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam terselesainya makalah ini.
Penulis juga sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan
dalam penulisan makalah ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik
yang bersifat membangun guna menyempurnakan makalah selanjutnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tak terasa sudah sejak lama kita menjadi seorang muslim. Nikmat yang besar
ini patut kita syukuri, karena kenikmatan inilah yang akan menentukan kebahagiaan
dan kesengsaraan kita di hari akhir nanti. Dalam makalah ini kita sebagai pemakalah
tidak ingin menanyakan sejak kapan kita masuk islam karena jawaban dari
pertanyaan ini bukanlah suatu yang paling mendasar. Namun pertanyaan paling
penting yang harus kita renungkan adalah sudah sejauh manakah kita telah
memahami dan mengamalkan ajaran kita ini? pertanyaan inilah yang paling
penting yang harus direnungkan dan dijawab, karena jawaban pertanyaan ini yang
nantinya sangat menentukan kualitas keislaman dan ketaqwaan kita.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aqidah?
2. Apa itu aqidah pokok dan aqidah cabang dalam Islam?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari aqidah.
2. Untuk memahami aqidah-aqidah pokok dan cabang.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqidah
- -
Secara bahasa aqidah barasal dari kata (aqada- yaqidu-
aqidatan) yang berarti simpul, ikatan, perjanjian, dan kokoh. Secara istilah, aqidah
adalah paham tentang sesuatu yang diyakini atau diimani oleh hati manusia yang
benar sebagai pandangan yang benar .
Dalam hal ini terdapat beberapa definisi aqidah, antara lain sebagai berikut:
a. Pengertian aqidah menurut Hasan Al Banna
Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh
hati, yang mendatangkan ketentraman jiwa,menjadi keyakinan yang tidak
tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.
b. Pengertian aqidah menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy
Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh
manusia di dalam hati,serta diyakini kesahihannya, dan keberadaannya secara
pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
5
bentuk ibadah yang benar, akhlak yang terpuji serta istiqomah (berpegang teguh)
pada ajaran Allah SWT.
Dan Allah telah mengokohkan mereka cengan beberapa pembuktian dan
segala macam mujijat yang nya adalah Namun perlu di ketahuai dan perlu
menjadi perhatian adalah suatu kebenaran, bahwa kekuasaan Allah dapat
menghadirkan hal-hal yang menyimpang dari hokum kebiasaan yang pernah
berlaku bagi para nabi untuk menguatkan penugasaan dan penundukkan lawan-
lawan mereka dan tanda kebenaran mereka terhadap mereka yang mengingkari
misalnya apa yang di sebut dalam Al-Quran : yang tak membakar nabi
Ibrahim,tongkat nabi musa yang berubah menjadi ular. Nabi isa menghidupkan
kembali orang yang sudah mati. Dan di turunkan Al-Quran kepada nabi
Muhammad SAW dan lain sebagainyayang tersebut dal;am beberapa ayat dan
semua itu wajib di imankan.
7
Allah. Manusia hanya dapat mengolah bagian yang Allah karuniakan padanya
berupa rizki dan lain-lain.
C. Aqidah Cabang (yang diperselisihkan)
Setelah berakhirnya kepemimpinan kholifah Umar bin Khattab umat islam mulai
terjadi perpecahan. Kemudian muncul permasalahan yang menimbulkan terjadinya
pembunuhan khalifah Ustman bin affan (th 345-656 M) oleh pemberontak yang
sebagian besar dari Mesir yang tidak puas dengan kebijakan politiknya.
Awalnya peristiwa ini hanya sebuah permasalahan politik yang akhirnya
berkembang menjadi persoalan teologi sehingga melahirkan berbagai aliran dengan
teologi dan pandangan yang berbeda-beda. Pada masa ini umat islam tidak mampu
lagi mempertahankan kesatuan dan keutuhan akidahnya, karena masing-masing
berusaha membuka persoalan akidah yang sebelumnya terkunci.
Maka lahirlah cabang-cabang aqidah yang pemahaman bervariasi dari masing-
masing aspek rukun iman, diantaranya :
a. Masalah Tuhan
Dalam masalah zat tuhan muncul pendapat yang menggambarkan tuhan
dengan sifat-sifat bentuk jasmani atau fisik. Sedangkan dalam masalah sifat Tuhan
juga muncul persoalan, apakah Tuhan itu mempunyai sifat atau tidak. Dalam hal
ini muncul 2 golongan yang berpendapat berbeda :
Pertama : golongan Mutazilah berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat.
Dia adalah Esa, bersih dari hal-hal yang menjadikannya tidak Esa. Mereka meng-
EsakanTuhan dengan mengkosongkan Tuhan dari berbagai sifat-sifat.
Kedua : Golongan Ahlussunnah Wal Jamaah yang diwakili oleh golongan
Ayariyah dan Maturidiyah meyakini bahwa Tuhan mempunyai sifat yang
sempurna dan tidak ada yang menyamai-Nya. Mensifati Tuhan dengan sifat-sifat
kesempurnaan tidak akan mengurangi ke-Esaan-Nya.
b. Masalah Kitab-Kitab
Permasalahan yang diikhtilafkan dikalangan orang islam ialah apakah Al-
Quran itu Qadim (kekal) atau Hadis (baru). Golongan Asyariyah dan
Maturidiyah berpendapat bahwa Al-Quran adalah Qadim bukan makhluk
8
(diciptakan). Sedangkan pendapat yang lain mengatakan bahwa Al-Quran tidak
Qadim karena Al-Quran itu makhluk (diciptakan).
e. Masalah Takdir
Dalam masalah takdir, orang islam sepakat perlunya meyakini adanya
ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk yang ada dialam semesta ini.
Namun berbeda dalam memahami dan memperaktekkannya.
Pertama : Qodariyah berpendapat bahwa segala perbuatan manusia baik maupun
buruk semuanya ditentukan oleh manusia itu sendiri. Allah tidak mempunyai sangkut
pautnya dalam hal ini karena Allah telah menyerahkan kodratnya kepada manusia.
Allah akan memberi pahala kepada orang yang telah berbuat baik, karena dia telah
menggunakan kodrat yang diberikan Allah dijalan yang baik. Dan bagi orang yang
berbuat jahat maka Allah akan menyiksanya karena kodrat yang diberikan digunakn
untuk jalan keburukan.
9
Kedua : kaum Jabariyyah mempunyai Itiqod yang bertolak belakang dengan Itiqod
kaum Qodariyah. Jabariyyah berpendapat bahwa manusia tidak punya daya apa-apa
karena segalanya telah ditentukan oleh Allah. Manusia tidak punya usaha, tidak punya
ikhtiar sebab seluruhnya yang menentukan adalah Allah. Pendapat Jabariyyah ini
dianggap menyimpang oleh golongan Ahlussunnah Waljamaah. Memang semuanya
ini ditentukan oleh Allah tetapi Allah juga telah menciptakan usaha dan ikhtiar
manusia. Oleh karena itu manusia mempunyai keharusan untuk berusaha.
Ketiga : sebenarnya Itiqod Ahlussunnah Waljamaah merupakan perpaduan dari
Itiqod Jabriyyah dan Qodariyah, artinya segala sesuatu dialam ini memang telah
ditentukan oleh Allah, namun manusia diberi kewenangan untuk melakukan ikhtiar
terlebih dahulu. Seperti firman Allah yang telah dipaparkan dalam Al-Quran yang
artinya: sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga
kaum itu sendiri merubah apa yang ada pada diri mereka. (QS ar-Rad: 11).
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pemaparan makalah diatas maka dapat kita simpulkan sebagai berikut :
1. Akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang teguh oleh
orang yang mempercayainya. Menurut Hasan al-Banna aqaid (jama akidah) adalah
beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan
ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan
keragu-raguan.
2. Akidah pokok adalah aqidah umata islam yang masih terpelihara dan masih murni
sebagai mana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW yang tercakup didalam Arkanul
Iman.
3. Perpecahan umat islam mulai terjadi setelah berakhirnya kepemimpinan kholifah
Umar bin Khattab. Kemudian muncul permasalahan yang menimbulkan terjadinya
pembunuhan khalifah Ustman bin affan (th 345-656 M) oleh pemberontak yang
sebagian besar dari Mesir yang tidak puas dengan kebijakan politiknya. Awalnya
peristiwa ini hanya sebuah permasalan politik yang akhirnya berkembang menjadi
persoalan teologi sehingga melahirkan berbagai aliran dengan teologi dan pandangan
yang berbeda-beda. Pada masa ini umat islam tidak mampu lagi mempertahankan
kesatuan dan keutuhan akidahnya, karena masing-masing berusaha membuka
persoalan akidah yang sebelumnya terkunci. Maka lahirlah cabang-cabang akidah
yang pemahamannya bervariasi dari masing-masing aspek rukun iman.
Saran
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun
dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian yang kadangkala
hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan
saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makah kami dilain waktu.
11
DAFTAR PUSTAKA
Attarbiyyah Fil Islam, 2014, Aqidah Pokok dan Aqidah Cabang yang Diperselisihkan
(http://durrulqalbi.blogspot.co.id/2014/11/aqidah-pokok-dan-aqidah-cabang-yang.html,
diakses pada tanggal 3 April 2017 pukul 20:27 WIB)
12