Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGERTIAN AQIDAH POKOK (YANG DISEPAKATI) DAN AQIDAH


CABANG (YANG DIPERSELISIHKAN)

Disusun oleh :
Kelompok 6
Balqies Arista (1654400018)
Dian Septiana (1614400028)
Fitria Wanda Sari (1614400037)
Hamliani Sukro (1654400040)

Kelas :
16-PUS-A

Mata Kuliah :
Ilmu Kalam

Dosen Pembimbing :
Sudiyanto, M.Pd.I

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Pengertian Aqidah Pokok
(yang disepakati) dan Aqidah Cabang (yang diperselisihkan). Sholawat beriring salam
semoga tetap bercurah pada nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya serta para
pengikutnya yang selalu istiqomah menjalankan sunnah-sunnah beliau.

Penulis berharap makalah ini dapat digunakan sebagai penambah pengetahuan dan
wawasan bagi pembaca. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam terselesainya makalah ini.

Penulis juga sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan
dalam penulisan makalah ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik
yang bersifat membangun guna menyempurnakan makalah selanjutnya.

Palembang, 04 April 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tak terasa sudah sejak lama kita menjadi seorang muslim. Nikmat yang besar
ini patut kita syukuri, karena kenikmatan inilah yang akan menentukan kebahagiaan
dan kesengsaraan kita di hari akhir nanti. Dalam makalah ini kita sebagai pemakalah
tidak ingin menanyakan sejak kapan kita masuk islam karena jawaban dari
pertanyaan ini bukanlah suatu yang paling mendasar. Namun pertanyaan paling
penting yang harus kita renungkan adalah sudah sejauh manakah kita telah
memahami dan mengamalkan ajaran kita ini? pertanyaan inilah yang paling
penting yang harus direnungkan dan dijawab, karena jawaban pertanyaan ini yang
nantinya sangat menentukan kualitas keislaman dan ketaqwaan kita.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aqidah?
2. Apa itu aqidah pokok dan aqidah cabang dalam Islam?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari aqidah.
2. Untuk memahami aqidah-aqidah pokok dan cabang.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aqidah
- -
Secara bahasa aqidah barasal dari kata (aqada- yaqidu-
aqidatan) yang berarti simpul, ikatan, perjanjian, dan kokoh. Secara istilah, aqidah
adalah paham tentang sesuatu yang diyakini atau diimani oleh hati manusia yang
benar sebagai pandangan yang benar .
Dalam hal ini terdapat beberapa definisi aqidah, antara lain sebagai berikut:
a. Pengertian aqidah menurut Hasan Al Banna
Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh
hati, yang mendatangkan ketentraman jiwa,menjadi keyakinan yang tidak
tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.
b. Pengertian aqidah menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy
Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh
manusia di dalam hati,serta diyakini kesahihannya, dan keberadaannya secara
pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

B. Aqidah Pokok (yang disepakati)


Akidah pada masa Nabi masih dapat dipertahankan, yaitu ada akida pokok dan
akidah cabang, dan dalam pembahasan akidah pokok yaitu Rukun Iman antara lain:
a. Iman kepada Allah
Ketika kita mengaku sebagai umat islam dan telah mengucapkan dua
kalimat syahadat ataupun kita sbagai umat islam islam keturunan. Wajib kita
percaya akan Allah Tuhan kita. Dialah Tuhan yang sebenarnya, yang menciptakan
segala sesuatu dan Dialah yang pasti adanya. Dialah yang pertama tanpa
permulaan dan yang akhir tanpa penghabisan. Tiada sesuatu yang menyamai-Nya.
Yang Esa tentang ketuhana-Nya, sifat-sifat-Nya dan perbuata-Nya. Yang hidup
dan pasti ada dan mengadakan segala yang ada. Yang Mendengar Dan Melihat.
Dan Dialah yang berkuasa atas segala sesuatu. Perihalnya apabila Ia menghendaki
sesuatu yang Ia Sabdakan: jadilah! maka jadilah sesuatu itu. Dan Dia
mengetahuai segala yang mereka kerjakan. Yang bersabda dan memiliki segala
2
sifat kesempurnaan. Yang suci dari sifat mustahil dan segala kekurangan. Dialah
yang menjadikan segala sesuatu menurut kemauan dan kehendak-Nya. Segala
sesuatu ada di tangan-Nya dan pada-Nya akan kembali. Namun perlu
di perhatikan bahwa Allah tidak menyuruh kita membicarakan hal-hal yang tidak
tercapai oleh akal dalam hal kepercayaan.
Sebab akal manusia tidak mungkin mencapai ke pengertian tentang Dzat
Allah Dan hubungannya dengan sifat-sifat yang ada pada-Nya. Maka janganlah
engkau membicarakan hal itu. Tak ada kesangsian tentang adanya. adakah
orang ragu tentang Allah.? Yang menciptakan langit dan bumi? (QS
Ibrahim :10). Memang Al-Quran telah menutup pintu pemikiran dalam
membicarakan hal yang tak mungkin tercapai oleh akal dengan firmanya yang
berbunyi: tiada sesuatu yang serupa dengan-Nya. (QS asy-syuura:
11). Diapun telah menjelaskan bahwa kekuatan akal itu terbatas dan bahwa dia
meliputi semua manusia, dalam Firma-Nya Dia tahu segala yang ada di muka
dan di belakang mereka sedang pengetahuan mereka tak mungkin
mendalaminya. (QS Thaha: 110 ). Bagi oranmg mukmin memadailah bila
mereka memikirkan segala makhluk-Nya, guna membuktikan adanya, kekuasaan
dan kebijaksanaan-Nya.

b. Iman kepada Malaikat- Malaikat Allah


Kita wajib percaya, Allah itu mempunyai malaikat yang bersayap, ada
yang dua, ada yang tiga dan ada yang empat. Dan mereka adalah hamba yang di
muliakan yang tidak pernah menentang Allah akan perintah-Nya dan mereka
senantiasa mengerjakan apa yang di perintahkan. Mereka tidak makan dan minum.
Tak berjodoh dan tidur, dan sepanjang masa tidak putus-putusnya mereka
mengkuduskan Tuhan. Dan masing-masing daripada mereka mempunyai
kedudukan atau tugas tertentu. Ada yang memikul Arsy Tuhan ada yang menjadi
utusan seperti jibril dan mikail dan ada yang mengamati serta mencatat (amal
manusia), seperti yang telah di tegaskan oleh Allah dalam Al-Quran.
Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman Allah yang di bawa oleh
utusan yang mulia (jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai
kedudukan tinggi di sisi Allah, pemilik arsy, yang ditaati disana (alam malaikat)
lagi di percaya (QS at-Takwir: 19-21). Kita tidak boleh menggambarkan tentang
3
malaikat kecuali dengan apa yang di terapkan oleh syara/ketentuan. Namun perlu
di perhatikan juga oleh Allah kita tidak di tuntut untuk mengetahui hakikat
malaikat, kita hanya di perintahkan agar percaya akan adanya. Adapun para nabi,
mereka pernah melihatnya dalam rupa manusia ataupun lain-lainya. Tentang hal
ini beritanya telah mutawattir (meyakinkan) namun kita tidak boleh
menggambarkan tentang malaikat, kecuali dengan daras keterangan dari nabi
SAW. Yang sampai kepada kita dengan pemberitaan yang meyakinkan. dan
tiada seorangpun yang mengetahuai hakikat tentara (malaikat) Tuhanmu
sdelaian Dia (QS al-muddatstsir: 31)

c. Iman kepada kitab-kitab Allah


Kita wajib percaya bahwa Allah telah menurunkan beberapa kitab kepada
Rasul-rasulnya untuk memperbaiki manusia tentang urusan dunia dan agama
mereka. Seperti yang telah di paparkan dalam firman Allah SWT. kitab Al-
Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa
(QS al-Baqarah: 2) Diantara kitab-kitab itu, ialah Zabur kepada Nabi Daud,
Taurat kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa dan Al-Quran pada Nabi
Muhammad yang menjadi penutup sekalian Nabi alaihimus shalatu was salam.
Dan bahwa A-Quran adalah firman Allah dan kitab terakhir yang diturunkan,
yang memuat apa yang tidak termuat pada lainnya, mengenai syariat, budi luhur
dan kesempurnaan hukum. Kita wajib percaya akan hal yang dibawa oleh Nabi
s.a.w yang mutawir dan memenuhi syarat-syaratnya. Dan yang wajib kitapercayai
hanyalah yang tegas-tegas saja, dengan tak boleh menambah-nambah keterangan
yang sudah tegas-tegas itu. Dengan keterangan berdasarkan pertimbangan,
(perkiraan), kerana firman Allah : Sesungguhnya persangkaan itu tidak
sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran (QS.Yunus:36). Adapun syarat
yang benar tentang kepercayaan, dalamhal ini ialah jangan ada sesuatu yang
mengurangi Keagungan dan Keluruhan Tuhan, dengan mempersamakannya
dengan makhluk. Sehingga andaikata terdapat kalimat-kalimat yang kesan
pertama, mengarah kepada arti yang demikian, meskipun berdasarkan berita yang
mutawir (meyakinkan), maka wajiblahn orang mengabaikan makna yang tersurat
dan menyerahkan tafsir arti yang sebenarnya kepada Allah dengan kepercayaan
bahwa yang yang terkesan pertama pada pikiran bukanlahyang dimaksudkan, atau
4
dengan takwil yang berdasarkan alasan-alasan yang dapat diterima. Dan sebagai
orang muslim patutlah kita bersyukur karna dari kitab-kitab Allah yang lain hanya
Al-Quran yang di jaga atau di pelihara sendiri oleh Allah SWT. seperti yang telah
di jelaskan dalam Al-Quran itu sendiri yang artinya sesungguhnya kamilah
yang menurunkan Al-Quran dan sesungguhnya kami benar-benar
memeliharanya. (QS al-Hijr: 9)

d. Iman kepada Rasul-Rasul Allah


Kita wajib percaya bahwa Allah Yang Maha Bijaksana telah mengutus
para Rasul untuk memberi petunjuk umat manusia akan jalan yang lurus. Mereka
adalah pembawa berita yang gembira dan peringatan, agar bagi manusia tiada.
Alasan atau membantah pada Allah setelah diutusnya para Rasul. Para Rasul itu
adalah manusia seperti kita: makan, minum dan pergi ke pasar, yang telah dipilih
oleh Allah, menjadi utusannya dan mengistemewakan mereka dengan diberi
wahyu. Mereka adalah orang orang yang jujur, terpercaya menyampaikan tugas
mereka dan cerdas, dapat memahami dan memahamkan. Mereka adalah manusia
yang mengalami yang biasa dialami oleh orang lain selahi tak mengurangi
kehormatan meraka dalam martabat mereka yang luhur. Diantara para Rasul yang
tersebut nama mereka dalam Quran adalah: Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih,
Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yaqub, Yusuf, Luth, Ayyub, Syuaib, Musa, Harun,
Dzulkifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Yunus, Zakariyah, Yahya, Isa dan
Muhammad alaihimus-shalatu wassalam. Seperti yang telah di jelaskan oleh
Allah SWT dalam firman-Nya, Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang
rasul; sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul (QS Ali Imran:
144) Dan ada Rasul-rasul yang tidak dan ada rasul-rasul yang tidak di beritakan
oleh Allah kepada kita. Tiada umat yang terdahulu melainkan perna kedatangan
nabi. Seorang muslim beriman dan percaya bahwa Allah SWT telah memilih
diantara umat manusia. Allah SWT telah mengutus para nabi serta rasul untuk
membawa kabar gembira kepada umat manusia tentang kenikmatan abadi yang
telah di sediakan bagi mereka yang beriman dan yang telah memperingatkan
kepada mereka yang telah berbuat musyrik (kekufuran). Merekapun member
teladan dan tingkah laku yang baik dan mulia pada manusia, antar lain dalam

5
bentuk ibadah yang benar, akhlak yang terpuji serta istiqomah (berpegang teguh)
pada ajaran Allah SWT.
Dan Allah telah mengokohkan mereka cengan beberapa pembuktian dan
segala macam mujijat yang nya adalah Namun perlu di ketahuai dan perlu
menjadi perhatian adalah suatu kebenaran, bahwa kekuasaan Allah dapat
menghadirkan hal-hal yang menyimpang dari hokum kebiasaan yang pernah
berlaku bagi para nabi untuk menguatkan penugasaan dan penundukkan lawan-
lawan mereka dan tanda kebenaran mereka terhadap mereka yang mengingkari
misalnya apa yang di sebut dalam Al-Quran : yang tak membakar nabi
Ibrahim,tongkat nabi musa yang berubah menjadi ular. Nabi isa menghidupkan
kembali orang yang sudah mati. Dan di turunkan Al-Quran kepada nabi
Muhammad SAW dan lain sebagainyayang tersebut dal;am beberapa ayat dan
semua itu wajib di imankan.

e. Iman Kepada Hari Kiamat


Jika bumi di goncangkan dengan guncangannya (yang dahsyat) dan
bumi telah mengeluarkanbeban-beban berat (yang dikandung) nya, dan
manusia bertanya, mengapa bumi jadi begini.? Pada hari itu bumi
menceritakan beritanya, karena sesunggunya Tuhanmu telah memerintahkan
(yang sedemikian itu) kepadanya. (QS al-Zalzalah: 1-5)
Sebagai seorang muslim yang taqwa sudah wajiblah Kita untuk yakin dan
percaya akan datangnya hari kiamat, yaitu hari dimana akhir dari dunia ini, karna
ini adalah salah satu point penting untuk mengokohkan keimanan kita kepada
Allah SWT. Seperti dalam hadist Rasulullah SAW, bersabda dalam shahih muslim,
ketika jibril menanyakan kepada rasulullah tentang iman, Rasulullah
menjawab, hendaknya engkau mengimani Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-
Kitab-Nya, para Rasul-Nya, juga Hari kiamat. Hendaklah engkau mengimani
Qadar yang baik dan buruk (dari Allah) (HR Muslim) Hal tentang adanya
hari akhir atau hari kiamat dan segala yang terjadi tentang kerusakan alam ini,
telah di beritakan oleh rasulullah SAW dengan riwayat mutawatir tentang
kebangkitan dari dalam kubur, pengumpulan di padang mahsyar, pemeriksaan dan
hari pembalasanm. Maka Allah member keputusan tentang perbuatan orang lalu
ada yang masuk neraka selama-lamanya dan tidak keluar daripadanya, yaitu
6
orang-orang kafirdan orang-orang musyrik dan ada yang masuk kemudian keluar
dari neraka, yaitu orang-orang mukmin yang berbuat dosa. Dan ada yang masuk
surge dan kekal, yaitu orang-orang mukmin yang benar-benar. Adapun waktu dan
tanda-tanda hanya Allah SWT yang tahu kapan akan terjadinya hari akhir tersebut.
Seperti Allah SWT telah berfirman dalam Al-Quran. Yang artinya: mereka
bertanya kepadamu tentang hari kiamat, kapankah terjadinya? katakanlah,
sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu ada pada sisi Tuhanku. Tidak
seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat
itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat
itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba mereka
bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahinya.
Katalkanlah, sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu ada di sisi
Allah namun kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (QS al-Araf: 187)

f. Iman kepada Qada dan Qadar


ketika jibril menanyakan kepada rasulullah tentang iman, Rasulullah
menjawab, hendaknya engkau mengimani Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-
Kitab-Nya, para Rasul-Nya, juga Hari kiamat. Hendaklah engkau mengimani
Qadar yang baik dan buruk (dari Allah) (HR Muslim)
Sebagian orang islam sudah sewajibnya kita percaya bahwa Allah lah yang
telah menciptakan segala sesuatu dan Dialah yang telah menyuruh dan melarang,
Dan perintah Allah adalah kepastian yang telah ditentukan. Dan bahwanya Allah
telah menentukan segala sesuatu sebelum Dia menciptakan segala kejadian dan
mengatur segala yang ada dengan pengetahuan, ketentuan, kebijaksanaan dan
kehendaknya. Adapun segala yang dilakukan manusia itu semuanya atas Qadla
dan Qadarnya. Sedang manusia sendiri hanya dapat berikthiar. Seperti firman
Allah yang telah dipaparkan dalam Al-Quran yang artinya: sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu sendiri
merubah apa yang ada pada diri mereka. (QS ar-Rad: 11) Dengan demikian,
maka segala ketentuan adalah dari Allah dan usaha adalah bagian manusia.
Perbuatan manusia ditilik dari segi kuasanya dinamakan hasil uasaha sendiri.
Tetapi ditilik dari segi kekuasaan Allah, perbuatan manusia itu adalah ciptaan

7
Allah. Manusia hanya dapat mengolah bagian yang Allah karuniakan padanya
berupa rizki dan lain-lain.
C. Aqidah Cabang (yang diperselisihkan)
Setelah berakhirnya kepemimpinan kholifah Umar bin Khattab umat islam mulai
terjadi perpecahan. Kemudian muncul permasalahan yang menimbulkan terjadinya
pembunuhan khalifah Ustman bin affan (th 345-656 M) oleh pemberontak yang
sebagian besar dari Mesir yang tidak puas dengan kebijakan politiknya.
Awalnya peristiwa ini hanya sebuah permasalahan politik yang akhirnya
berkembang menjadi persoalan teologi sehingga melahirkan berbagai aliran dengan
teologi dan pandangan yang berbeda-beda. Pada masa ini umat islam tidak mampu
lagi mempertahankan kesatuan dan keutuhan akidahnya, karena masing-masing
berusaha membuka persoalan akidah yang sebelumnya terkunci.
Maka lahirlah cabang-cabang aqidah yang pemahaman bervariasi dari masing-
masing aspek rukun iman, diantaranya :

a. Masalah Tuhan
Dalam masalah zat tuhan muncul pendapat yang menggambarkan tuhan
dengan sifat-sifat bentuk jasmani atau fisik. Sedangkan dalam masalah sifat Tuhan
juga muncul persoalan, apakah Tuhan itu mempunyai sifat atau tidak. Dalam hal
ini muncul 2 golongan yang berpendapat berbeda :
Pertama : golongan Mutazilah berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat.
Dia adalah Esa, bersih dari hal-hal yang menjadikannya tidak Esa. Mereka meng-
EsakanTuhan dengan mengkosongkan Tuhan dari berbagai sifat-sifat.
Kedua : Golongan Ahlussunnah Wal Jamaah yang diwakili oleh golongan
Ayariyah dan Maturidiyah meyakini bahwa Tuhan mempunyai sifat yang
sempurna dan tidak ada yang menyamai-Nya. Mensifati Tuhan dengan sifat-sifat
kesempurnaan tidak akan mengurangi ke-Esaan-Nya.

b. Masalah Kitab-Kitab
Permasalahan yang diikhtilafkan dikalangan orang islam ialah apakah Al-
Quran itu Qadim (kekal) atau Hadis (baru). Golongan Asyariyah dan
Maturidiyah berpendapat bahwa Al-Quran adalah Qadim bukan makhluk

8
(diciptakan). Sedangkan pendapat yang lain mengatakan bahwa Al-Quran tidak
Qadim karena Al-Quran itu makhluk (diciptakan).

c. Masalah Nabi dan Rasul


Masalah yang masih diperselisihkan dalam kaitannya dengan iman kepada
para Nabi dan Rasul adalah mengenai jumlahnya. Hanya Allah yang mengetahui
jumlahnya. Sebagian ulama mengatakan bahwa jumlah seluruhnya adalah
124.000 orang. Dari jumlah itu yang diangkat menjadi Rasul sebanyak 313 orang.

d. Masalah Hari Kiamat


Para ulama telah sepakat dalam masalah adanya hari kiamat dan hal-hal
yang terjadi didalamnya, hanya saja mereka ikhtilaf tentang apa yang akan yang
dibangkitkan. Ada yang berpendapat bahwa yang akan dibangkitkan meliputi
jasmani dan rohani, dan pendapat kedua mengatakan bahwa yang dibangkitkan
adalah rohnya saja.

e. Masalah Takdir
Dalam masalah takdir, orang islam sepakat perlunya meyakini adanya
ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk yang ada dialam semesta ini.
Namun berbeda dalam memahami dan memperaktekkannya.
Pertama : Qodariyah berpendapat bahwa segala perbuatan manusia baik maupun
buruk semuanya ditentukan oleh manusia itu sendiri. Allah tidak mempunyai sangkut
pautnya dalam hal ini karena Allah telah menyerahkan kodratnya kepada manusia.
Allah akan memberi pahala kepada orang yang telah berbuat baik, karena dia telah
menggunakan kodrat yang diberikan Allah dijalan yang baik. Dan bagi orang yang
berbuat jahat maka Allah akan menyiksanya karena kodrat yang diberikan digunakn
untuk jalan keburukan.

9
Kedua : kaum Jabariyyah mempunyai Itiqod yang bertolak belakang dengan Itiqod
kaum Qodariyah. Jabariyyah berpendapat bahwa manusia tidak punya daya apa-apa
karena segalanya telah ditentukan oleh Allah. Manusia tidak punya usaha, tidak punya
ikhtiar sebab seluruhnya yang menentukan adalah Allah. Pendapat Jabariyyah ini
dianggap menyimpang oleh golongan Ahlussunnah Waljamaah. Memang semuanya
ini ditentukan oleh Allah tetapi Allah juga telah menciptakan usaha dan ikhtiar
manusia. Oleh karena itu manusia mempunyai keharusan untuk berusaha.
Ketiga : sebenarnya Itiqod Ahlussunnah Waljamaah merupakan perpaduan dari
Itiqod Jabriyyah dan Qodariyah, artinya segala sesuatu dialam ini memang telah
ditentukan oleh Allah, namun manusia diberi kewenangan untuk melakukan ikhtiar
terlebih dahulu. Seperti firman Allah yang telah dipaparkan dalam Al-Quran yang
artinya: sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga
kaum itu sendiri merubah apa yang ada pada diri mereka. (QS ar-Rad: 11).

10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pemaparan makalah diatas maka dapat kita simpulkan sebagai berikut :
1. Akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang teguh oleh
orang yang mempercayainya. Menurut Hasan al-Banna aqaid (jama akidah) adalah
beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan
ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan
keragu-raguan.
2. Akidah pokok adalah aqidah umata islam yang masih terpelihara dan masih murni
sebagai mana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW yang tercakup didalam Arkanul
Iman.
3. Perpecahan umat islam mulai terjadi setelah berakhirnya kepemimpinan kholifah
Umar bin Khattab. Kemudian muncul permasalahan yang menimbulkan terjadinya
pembunuhan khalifah Ustman bin affan (th 345-656 M) oleh pemberontak yang
sebagian besar dari Mesir yang tidak puas dengan kebijakan politiknya. Awalnya
peristiwa ini hanya sebuah permasalan politik yang akhirnya berkembang menjadi
persoalan teologi sehingga melahirkan berbagai aliran dengan teologi dan pandangan
yang berbeda-beda. Pada masa ini umat islam tidak mampu lagi mempertahankan
kesatuan dan keutuhan akidahnya, karena masing-masing berusaha membuka
persoalan akidah yang sebelumnya terkunci. Maka lahirlah cabang-cabang akidah
yang pemahamannya bervariasi dari masing-masing aspek rukun iman.

Saran
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun
dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian yang kadangkala
hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan
saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makah kami dilain waktu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Attarbiyyah Fil Islam, 2014, Aqidah Pokok dan Aqidah Cabang yang Diperselisihkan
(http://durrulqalbi.blogspot.co.id/2014/11/aqidah-pokok-dan-aqidah-cabang-yang.html,
diakses pada tanggal 3 April 2017 pukul 20:27 WIB)

Iand Adonara, 2014, Makalah Aqidah-Aqidah Pokok dan Cabang


(http://iandadonara.blogspot.co.id/2014/11/makalah-aqidah-aqidah-pokok-dan-cabang.html,
diakses pada tanggal 3 April 2017 pukul 20:27 WIB)

Mutiara Hatii, 2015, Makalah Aqidah Pokok dan Cabang


(http://luluulaeni01.blogspot.co.id/2015/12/makalah-aqidah-pokok-dan-cabang.html, diakses
pada tanggal 3 April 2017 pukul 20:27 WIB)

12

Anda mungkin juga menyukai