Anda di halaman 1dari 10

A.

PENGERTIAN ILMU KALAM

Ilmu kalam terdiri dari dua kata: ilmu dan kalam. Ilmu berarti pengetahuan,
sedangkan kalam berarti pembicaraan. Ilmu Kalam adalah Ilmu yang membahas soal-
soal keimanan atau suatu ilmu yang membahas tentang akidah dengan dalil-dalil aqliyah
(rasional ilmiah) dan sebagai tameng terhadap segala tantangan dari para penentang.

Berikut adalah beberapa definisi ilmu kalam menurut para ahli, yaitu:

o Al-Farabi, menyatakan bahwa ilmu kalam adalah disiplin ilmu yang membahas zat
dan sifat Allah beserta eksistensi semua yang mungkin, mulai dari yang berkaitan
dengan masalah-masalah dunia hingga persoalan-persoalan sesudah mati yang
didasarkan kepada doktrin Islam. Penekanan akhirnya adalah menciptakan ilmu
ketuhanan yang didasarkan kepada pemikiran filosofi.
o Ibnu Khaldun menyatakan ilmu kalam sebagai disiplin ilmu yang mengandung
berbagai argumen tentang persoalan akidah yang diperkuat dengan dalil-dalil rasional.
Dalam definisi lain, ilmu kalam ialah menyampaikan dalil-dalil untuk
mempertahankan kepercayaan iman melalui dalil-dalil pikiran dan bantahan terhadap
orang yang menyeleweng dari kepercayaan salaf dan ahlu sunnah.
o Abdul Raziq berpendapat bahwa ilmu kalam yang berkaitan dengan akidah, dibangun
di atas argumentasi rasional atau bertoal atas bantuan nalar.

B. DASAR-DASAR ILMU KALAM

Dasar-dasar ilmu kalam dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu dalil naqli ( al-
Quran dan Hadits ) dan dalil aqli ( akal pemikiran manusia ). Al-Quran dan Hadits
merupakan sumber utama yang menerangkan tentang wujud Allah, sifat-sifat-Nya,
perbuatan-perbuatan-Nya dan permasalahan aqidah Islamiyah uang lainnya.
Para mutakallim tidak pernah lepas dari-dari nash-nash al-Quran dan Hadits ketika
berbicara masalah ketuhanan. Masing-masing kelompok dalam ilmu kalam mencoba
memahami dan menafsirkan al-Quran dan Hadits lalu kemudian menjadikannya sebagai
penguat argumentasi mereka.
Berikut ini adalah sumber-sumber ilmu kalam:
1. Al-Quran
Sebagai sumber ilmu kalam, Al-Quran banyak menyinggung hal yang berkaitan
dengan masalah ketuhanan,di antarannya adalah :
Q.S. Al-Furqan : 59. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan Yang Maha Penyayang
bertahta di atas Arsy. Ia pencipta langit,bumi, dan semua yang ada diantara
keduannya.
Ayat-ayat diatas berkaitan dengan dzat, sifat, asma, perbuatan,tuntunan, dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan eksistensi Tuhan. Hanya saja, penjelasan rinciannya tidak
ditemukan. Oleh sebab itu, para ahli berbeda pendapat dalam menginterpretasikan
rinciannya. Pembicaraan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ketuhanan
disistematisasikan yang pada gilirannya menjadi sebuah ilmu yang dikenal dengan
istilah ilmu kalam.
2. Hadist
Masalah-masalah dalam ilmu kalam juga disinggung dalam banyak hadits,
Diantarannya yaitu hadits yang menjelaskan tentang iman, islam, dan ihsan termasuk
menyinggu ilmu kalam,salah satu di antaranya juga Adapula beberapa Hadits yang
kemudian dipahami sebagian umat sebagai prediksi Nabi mengenai kemunculan
berbagai golongan dalam ilmu kalam, diantaranya :
Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. Ia mengatakan bahwa
Rasulullah bersabda, Orang-orang Yahudi akan terpecah belah menjadi tujuh puluh
dua golongan.
Hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Umar. Ia mengatakan bahwa
Rasulullah bersabda, Akan menimpa umatku yang pernah menimpa Bani Israil,
Bani Israil telah terpecah belah menjadi 72 golongan dan umatku akan terpecah
belah menjadi 73 golongan. Semuanya akan masuk neraka, kecuali satu golongan
saja, Siapa mereka itu, wahai Rasulullah? tanya para sahabat. Rasulullah
menjawab mereka adalah yang mengikuti jejakku dan sahabat-sahabatku.
Adapula pada riwayat yang hanya sampai kepada sahabat. Diantaranya adalah
Hadits yang mengatakan bahwa umat islam akan terpecah belah kedalam beberapa
golongan. Diantara golongan-golongan itu, hanya satu saja yang benar, sedangkan
yang lainnya sesat.
3. Pemikiran Manusia
Sebagai salah satu sumber ilmu kalam, pemikiran manusia berasal dari
pemikiran umat islam sendiri dan pemikiran yang berasal dari luar umat islam. Di
dalam al-Quran, banyak sekali terdapat ayat-ayat yang memerintahkan manusia
untuk berfikir dan menggunakan akalnya.
Oleh karena itu, jika umat islam sangat termotivasi untuk memaksimalkan
penggunaan rasionya, hal itu bukan karena ada pengaruh dari pihak luar saja,
melainkan karena adanya perintah langsung dari ajaran agama mereka. Hal inilah
yang akhirnya menyebabkan sangat jelasnya penggunaan rasio dan logika dalam
pembahasan ilmu kalam.
4. Insting
Secara Instingtif, manusia selalu ingin bertuhan. Oleh sebab itu, kepercayaan
adanya Tuhan telah berkembang sejak adanya manusia pertama. Abbas Mahmoud Al-
Akkad mengatakan bahwa keberadaan mitos merupakan asal-usul agama dikalangan
orang-orang primitif. Tylor justru mengatakan bahwa animism-anggapan adanya
kehidupan pada benda-benda mati- merupakan asal-usul kepercayaan adanya Tuhan.
Adapun Spencer mengatakan lain lagi. Ia mengatakan bahwa pemujaan terhadap
nenek moyang merupakan bentuk ibadah yang paling tua. Keduanya menganggap
bahwaanimisme dan pemujaan terhadap nenek moyang sebagai asal-usul kepercayaan
dan ibadah tertua terhadap Tuhan Yang Maha Esa, lebih dilatarbelakangi oleh adanya
pengalaman setiap manusia yang suka mengalami mimpi.

C. SEJARAH ALIRAN ILMU KALAM

Sejarah dalam pendeklarasian ilmu kalam tidak luput dari sejarah perpecahan prinsip
teologi umat islam yang masih ketika itu dipicu persoalan politik dan kedangkalan
ukhuwah dalam prilaku perebutan singgasana kekuasaan,bermula dari Peristiwa wafatnya
Nabi Muhammad SAW pada tanggal 8 juni 632 M melahirkan suatu perjuangan
keagamaan dan politik dalam masyarkat islam sehingga mengakibatkan timbulnya
perpecahan di kalangan umat islam. Perpecahan ini mulai memanas sejak Khalifah
Utsman bin Affan mengambil kebijakan mengangkat anggota keluarganya untuk
menduduki posisi dalam struktur politik dan jabatan penting, sehingga sebagian besar
masyarakat islam tidak senang dengan kebijakan tersebut. Puncaknya adalah saat
Khalifah Utsman bin Affan terbunuh saat sedang membaca Al-Quran dirumahnya.
Setelah khalifah ustman terbunuh maka kembali diumumkan pergantian kekhalifahan
selanjutnya dengan berpacu pada penolakan muawiyyah atas terpilihnya Ali bin abi
Thalib.banyak diantara yang semula berpihak pada Ali kemudian terpecah dan keluar dari
barisan militer Ali bin Abi Thalib ,Putusan hanya datang dari Allah dan harus kembali
pada hukum dan ketetapan Allah yang ada dalam Al-quran . La hukma illa Allah (tidak
ada perantara selain Allah) Hal ini tidak hanya mempunyai implikasi politik yang tajam,
tetapi juga meningkat kepada persoalan-persoalan teologi, yang melahirkan beberapa
aliran teologi yaitu:
1. Aliran Khowarij
Pengertian
Khowarij secara bahasa diambil dari Bahasa Arab khowaarij, secara harfiah berarti
mereka yang keluar. Istilah khowarij adalah istilah umum yang mencakup sejumlah
aliran dalam islam yang pada awalnya mengakui kekuasaan Ali bin Abi Thalib lalu
menolaknya. Pertama kali muncul pada pertengahan abad ke-7, berpusat di daerah yang
kini terletak di bagian negara Irak Selatan dan merupakan bentuk yang berbeda dari
kaum sunni dan syiah. Disebut atau dinamakan khawarij karena keluarnya mereka dari
kepemimpinan Khalifah Ali Bin Abi Thalib.
Aliran Khawarij dipergunakan oleh kalangan Islam untuk menyebut sekelompok
orang yang keluar dari barisan Ali ibn Abi Thalib r.a. karena kekecewaan mereka
terhadap sikapnya yang telah menerima tawaran tahkim (arbitrase) dari kelompok
Muawiyyah yang dikomandoi oleh Amr ibn Ash dalam Perang Shiffin (37H/657).
2. Aliran Murjiah
Pengertian
Aliran ini disebut Murjiah karena dalam prinsipnya mereka menunda penyelesaian
persoalan konflik politik antara Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abi Sufyan dan
Khawarij ke hari perhitungan di akhirat nanti. Karena itu mereka tidak ingin
mengeluarkan pendapat tentang siapa yang benar dan siapa yang dianggap kafir diantara
ketiga golongan yang tengah bertikai tersebut. Menurut pendapat lain, mereka disebut
Murjiah karena mereka menyatakan bahwa orang yang berdosa besar tetap mukmin
selama masih beriman kepada Allah SWT dan rasul-Nya. Adapun dosa besar orang
tersebut ditunda penyelesaiannya di akhirat. Maksudnya, kelak di akhirat baru ditentukan
hukuman baginya.
Persoalan yang memicu Murjiah untuk menjadi golongan teologi tersendiri berkaitan
dengan penilaian mereka terhadap pelaku dosa besar. Menurut penganut paham
Murjiah, manusia tidak berhak dan tidak berwenang untuk menghakimi seorang
mukmin yang melakukan dosa besar, apakah mereka akan masuk neraka atau masuk
surga. Masalah ini mereka serahkan kepada keadilan Tuhan kelak. Dengan kata lain
mereka menunda penilaian itu sampai hari pembalasan tiba.
3. Aliran Jabariyah
Pengertian
Menurut Harun Nasution Jabariyah adalah paham yang menyebutkan bahwa segala
perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh Qadha dan Qadar Allah.
Maksudnya adalah bahwa setiap perbuatan yang dikerjakan manusia tidak berdasarkan
kehendak manusia, tapi diciptakan oleh Tuhan dan dengan kehendak-Nya, di sini
manusia tidak mempunyai kebebasan dalam berbuat, karena tidak memiliki kemampuan.
Ada yang mengistilahlkan bahwa Jabariyah adalah aliran manusia menjadi wayang dan
Tuhan sebagai dalangnya.
Menurut catatan sejarah, paham jabariyah ini di duga telah ada sejak sebalum agama
Islam datangke masyarakat arab. Kehidupan bangsa arab yang diliputi oleh gurun pasir
sahara telah memberikan pengaruh besar terhadap hidup mereka, dengan keadaan yang
sangat tidak bersahabat dengan mereka pada waktu itu. Hal ini kemudian mendasari
mereka untuk tidak bisa berbuat apa-apa, dan menyebankan mereka semata-mata tunduk
dan patuh kepada kehendak tuhan.
4. Aliran Qadariyah
Pengertian
Pengertian Qadariyah secara etomologi, berasal dari bahasa Arab, yaitu qadara yang
bemaknakemampuan dan kekuatan. Adapun secara termenologi istilah adalah suatu
aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diinrvensi oleh Allah. Aliran-
aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia
dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. Aliran ini lebih
menekankan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbutan-
perbutannya.
Harun Nasution menegaskan bahwa aliran ini berasal dari pengertian bahwa manusia
menusia mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari
pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan.
Menurut Ahmad Amin, orang-orang yang berpaham Qadariyah adalah mereka yang
mengatakan bahwa manusia memiliki kebebasan berkehendak dan memiliki kemampuan
dalam melakukan perbuatan. Manusia mampu melakukan perbuatan, mencakup semua
perbuatan, yakni baik dan buruk.
5. Aliran Mutazilah
Pengertian
Perkataan Mutazilah berasal dari kata tizal yang artinya memisahkan diri,
pada mulanya nama ini di berikan oleh orang dari luar mutazilah karena pendirinya,
Washil bin Atha, tidak sependapat dan memisahkan diri dari gurunya, Hasan al-Bashri.
Dalam perkembangan selanjutnya, nama ini kemudian di setujui oleh pengikut
Mutazilah dan di gunakan sebagai nama dari bagi aliran teologi mereka.
Ada beberapa pandangan, mengapa mereka disebut mutazilah, yaitu kelompok atau
orang yang mengasingkan dan memisahkan diri.
Pendapat pertama, pemisahan mereka lebih disebabkan karena politik (itizl siysi),
dimana mereka menamakan diri dengan Mutazilah ketika Hasan bin Ali membaiat
Muawiyah dan menyerahkan jabatan khalifah kepadanya. Mereka mengasingkan diri
dari Hasan, Muawiyah dan semua orang. Mereka menetap di rumah-rumah dan masjid-
masjid. Mereka berkata: kami bergelut dengan ilmu dan ibadah.
Pendapat kedua, pemisahan mereka lebih disebabkan karena perdebatan (itizl kalmi)
mengenai hukum pelaku dosa besar antara Imam Hassan al-Bashri dengan Wshil bin
Atha yang hidup pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdil Malik al-Umawy.
6. Aliran Asyariyah
Pengertian
Abul Hasan Al Asyaari dilahirkan pada tahun 260 H/874 M di Bashrah dan
meninggal dunia di Baghdad pada tahun 324 H/936 M. Ia berguru kepada Abu Ishaq Al
Marwazi, seorang fakih madzhab Syafii di Masjid Al Manshur, Baghdad. Ia belajar ilmu
kalam dari Al Jubbai, seorang ketua Muktazilah di Bashrah.
Setelah ayahnya meninggal, ibunya menikah lagi dengan Abu Ali Al Jubbai, salah
seorang pembesar Muktazilah. Hal itu menjadikan otaknya terasah dengan permasalahan
kalam sehingga ia menguasai betul berbagai metodenya dan kelak hal itu menjadi senjata
baginya untuk membantah kelompok Muktazilah.
Al Asyari yang semula berpaham Muktazilah akhirnya berpindah menjadi Ahli Sunnah.
Sebab yang ditunjukkan oleh sebagian sumber lama bahwa Abul Hasan telah mengalami
kemelut jiwa dan akal yang berakhir dengan keputusan untuk keluar dari Muktazilah.
Sumber lain menyebutkan bahwa sebabnya ialah perdebatan antara dirinya dengan Al
Jubbai seputar masalah ash-shalah dan ashlah (kemaslahatan).
7. Aliran Maturidiyah
Pengertian
Aliran Maturidiyah merupakan aliran teologi yang bercorak rasional-tradisional. Nama
aliran itu dinisbahkan dari nama pendirinya, Abu Mansur Muhammad al-Maturidi. Al
Maturidi lahir dan hidup di tengah-tengah iklim keagamaan yang penuh dengan
pertentangan pendapat antara Muktazilah dan Asy'ariyah mengenai kemampuan akal
manusia. Aliran ini disebut-sebut memiliki kemiripan dengan Asy'ariyah.
Aliran Maturidiyah adalah aliran kalam yang dinisbatkan kepada Abu Mansur Al
Maturidi yang berpijak kepada penggunaan argumentasi dan dalil aqli kalami. Aliran
Maturidiyah digolongkan dalam teologi Ahli Sunnah Wal Jamaah yang merupakan
ajaran yang bercorak rasional.
Jika dilihat dari metode berpikir dari aliran Maturidiyah, aliran ini merupakan aliran
yang memberikan otoritas yang besar kepada akal manusia, tanpa berlebih-lebihan atau
melampaui batas, maksudnya aliran Maturidiyah berpegang pada keputusan akal pikiran
dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan syara. Sebaliknya jika hal itu
bertentangan dengan syara, maka akal harus tunduk kepada keputusan syara.
Berdasarkan prinsip pendiri aliran Maturidiyah mengenai penafsiran Al Quran yaitu
kewajiban melakukan penalaran akal disertai bantuan nash dalam penafsiran Al Quran.
Dalam menfsirkan Al Quran Al Maturidi membawa ayat-ayat yang mutasyabih (samar
maknanya) pada makna yang muhkam (terang dan jelas pengertiannya). Ia mentawilkan
yang muhtasyabih berdasarkan pengertian yang ditunjukkan oleh yang muhkam. Jika
seorang mikmin tidak mempunyai kemampuan untuk mentawilkannya, maka bersikap
menyerah adalah lebih selamat.
8. Aliran Syiah
Pengertian
Istilah Syi'ah berasal dari kata Bahasa Arab Sy`ah. Bentuk tunggal dari kata ini
adalah Sy`. Syi'ah adalah bentuk pendek dari kalimat bersejarah Syi`ah
`Ali artinya "pengikut Ali", yang berkenaan tentang Q.S. Al
Bayyinahayat khoirulbariyyah, saat turunnya ayat itu Nabi SAW bersabda: "Wahai Ali,
kamu dan pengikutmu adalah orang-orang yang beruntung" (ya Ali anta wa syi'atuka
humulfaaizun)
Syi'ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: pembela dan pengikut seseorang.
Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara.
Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin
Abu Thalib sangat utama di antara para sahabat dan lebih berhak untuk memegang
tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau.
Muslim Syi'ah percaya bahwa Keluarga Muhammad (yaitu para Imam Syi'ah) adalah
sumber pengetahuan terbaik tentang Qur'an dan Islam, guru terbaik tentang Islam setelah
NabiMuhammad, dan pembawa serta penjaga tepercaya dari tradisi Sunnah.
Secara khusus, Muslim Syi'ah berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib, yaitu sepupu dan
menantu Muhammad dan kepala keluarga Ahlul Bait, adalah penerus kekhalifahan
setelah Nabi Muhammad, yang berbeda dengan khalifah lainnya yang diakui oleh
Muslim Sunni. Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dipilih melalui perintah langsung oleh
Nabi Muhammad, dan perintah Nabi berarti wahyu dari Allah.
Perbedaan antara pengikut Ahlul Bait dan Abu Bakar menjadikan perbedaan pandangan
yang tajam antara Syi'ah dan Sunni dalam penafsiran Al Quran , Hadits,
mengenai Sahabat, dan hal-hal lainnya. Sebagai contoh perawi Hadits dari Muslim Syi'ah
berpusat pada perawi dari Ahlul Bait, sementara yang lainnya seperti Abu Hurairah tidak
dipergunakan.
Tanpa memperhatikan perbedaan tentang khalifah, Syi'ah mengakui otoritas Imam
Syi'ah (juga dikenal dengan Khalifah Ilahi) sebagai pemegang otoritas agama, walaupun
sekte-sekte dalam Syi'ah berbeda dalam siapa pengganti para Imam dan Imam saat ini.

D. MACAM-MACAM AKHLAK

Sebenarnya, berdasarkan beberapa pengertian akhlak diatas, saya juga masih terbilang
pusing untuk membatasinya menjadi satu atau dua macam akhlak saja, oleh karena itu,
lebih membaginya menjadi beberapa macam bagian besar akhlak itu sendiri yaitu:
1. Macam Macam Akhlak Berdasarkan Arahnya
2. Macam Macam Akhlak Berdasarkan kualitasnya

Sebelum kita sebutkan beberapa macam akhlak diatas, sumber atau asal dari akhlak
perlu anda ketahui yaitu dalam beberapa sumber dituliskan bahwa akhlak berasal dari
Agama (Sepertinya lebih mengarah ke akhlak yang baik), ada juga yang menuliskan
berdasarkan perilaku yang diulang ulang (dapat berarti kebiasaan) artinya bersumber
dari lingkungan sosial. Ada juga yang menambahkan bahwa sumber akhlak juga dari
moral (Tetapi sepertinya, tetap sepertinya lebih banyak melahirkan akhlak baik, kecuali
pada beberapa bangsa, ataupun kepercayaan adat yang mistis seperti menganut
animisme ataupun satanis).

1. Macam Macam Akhlak Berdasarkan Arahnya

Seperti yang disebutkan pada beberapa pengertian akhlak diatas, bahwa terdapat dua
arah dari akhlak yaitu pertama, akhlak kepada Allah swt. dan kedua, akhlak kepada
ciptaan-Nya. Akhlak kepada Allah swt artinya perilaku yang dilakukan oleh manusia
atau individu kepada Allah swt. baik itu baik ataupun buruk, Adapun untuk mengetahui
akhlak tersebut baik ataupun buruk, dapat ditentukan berdasarkan ketentuan dalam Al-
Quran dan As Sunnah. Macam macam akhlak berdasarkan arahnya yang kedua adalah
kepada ciptaan-Nya. Dijelaskan diatas bahwa abiotik dan biotik. Segala sesuatu yang
ada adalah ciptaan-Nya. Oleh karena itu, dapat dibagi kepada sesama manusia, akhlak
terhadap hewan, akhlak terhadap tumbuhan, akhlak terhadap lingkungan, akhlak
terhadap negara, akhlak terhadap keluarga, dan banyak lagi macam akhlak terhadap
makhluk ciptaan-Nya.
2. Macam Macam Akhlak Berdasarkan Kualitasnya

Hal ini sudah jelas, yaitu terbagi atas dua macam yaitu akhlak baik dan akhlak buruk.
Akhlak baik atau Al-Hamidah secara sederhana adalah perbuatan yang memberikan
anda pahala sedangkan akhlak buruk atau Adz-Dzamimah berarti perbuatan yang
memberikan anda dosa. Hal ini sudah tentu diterangkan oleh kitab kitab suci Agama.
Akan tetapi bagaimana apabila ada perbuatan yang tidak diterangkan dalam kitab suci
tertentu. Mudah, untuk membedakan bahwa akhlak tersebut baik atau buruk maka dapat
dilihat dari tujuan dari perbuatan tersebut, proses yang dilakukan dalam berbuat dan
akibat yang terjadi dari perbuatan tersebut.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKHLAK


1. Lingkungan (milieu)
Lingkungan adalah sesuatu yang meliputi tubuh yang hidup, tanah, dan udara.
Lingkungan adalah sesuatu yang melingkupi manusia dalam arti yang seluas-luasnya.
Asfek-asfek lingkungan yaitu, negeri, lautan dan masyarakat.
Lingkungan dibagi dua macam:
Lingkungan Alam.
Faktor yang ada disekitar manusia yang ikut mempengaruhi dan menentukan tingkah
laku seseorang.contoh seseorang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan alam
tanah besar akan mencetak wataknya menjadi keras, kuat dan tidak mudah menyerah.
Lingkungan Pergaulan
Dapat dibagi menjadi beberapa faktor:
o Lingkungan dalam rumah tangga, lingkungan ini sangat mempengaruhi akhalak
anak karena lingkungan yang pertama sekali yang dimasuki adalah lingkungan ini.
Anggota keluarga seperti: Ayah, Ibu, Kakak, Adik, dan lain-lain.
o Lingkungan sekolah, setelah anak memasuki usia sekolah maka ia akan
dihadapkan pada lingkungan baru, teman-teman baru, suasana baru, materi
palajaran yang baru.
o Lingkungan yang bersifat umum ini adalah lingkungan masyarakat luas.
Bilaseseorang yang hidup dalam masyarakat yang tertip teratur, maka ia akan ikut
menjadi tertib dan teratur.
Dewasa ini banyak remaja yang terjerumus dalam pergaulan bebas dalam hal ini perlu
perbaikan dalam.
Menigkatkan keharmonisan keluarga.
Membina lingkungan sosial yang sehat.
Menyeleksi media masa.
Memberikan soeri tauladan yang baik.
2. Tabiat (Kebiasaan).
Kebiasaan adalah perbuatan yang terus diulang-ulang sehingga mudah dikerjakan.
seperti: berjalan, berpakaian, berpidato, dan lain-lain.
Kesukaan hati terhadap sesuatu pekerjaan.
Penerimaan kesukaan it yaitu akhirnya menapkapkan perbuatan yang diulang-ulang.
Fungsi kebiasaan.
o Memudahkan perbuatan.
Contoh: Berjalan itu adalah latihan yang berat. Semua kita belajar
berjalan. Dalam berbicara kita menghabiskan waktu yang cukup lama
untuk mempelajarinya dengan menggunakan kerongkongan, lidah,
langit-langit, dan bibir.
o menghemat waktu dan perhatian.
Perbuatan yang diulang-ulang atau kebiasaan akan dapat dilakukan
dalam waktu yang lebih singkat dan tidak terfokus dalam perhatian yang
banyak.
Perubahan Kebiasaan.
o Berniat sungguh-sungguh.
o Jangan menyalahkan diri bila ada perbuatan yang baru.
o Carilah waktu yang tepat untuk meluruskan niatmu.
o Jagalah dirimu dari kekuatan menolak dan peliharalah agar selalu hidup
dalam jiwamu.

3. Pendidikan
Pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan perilaku akhlak seseorang.
Sebelumnya kita belum banyak tahu perhitungan, setelah memasuki jenjang pendidikan
sedikit benyak mengetahui. Kemudian dengan bakal ilmu tersebut kita dapat memiliki
wawasan luas dan diterapkan dalam tingkah laku ekonomi. dan tenaga pendidik harus
propesional dalam bidangnya. Agar dapat memberi wawasan materi, mengarahkan dan
bimbingan anak didiknya dengan baik.
Lingkungna sekolah dalam dunia pandidikan merupakan tempat bertemunya semua
watak. Ada anak yang nakal, berprilaku baik dan sopan dalam berbahasa dan sifatnya,
pandai dalam berbicara, dan berinteraksi sesamanya.
NAMA : MUHAMMAD IQBAL
FAK/JUR : TARBIYAH/MATEMATIKA
SEMESTER: 7 ( TUJUH )

Anda mungkin juga menyukai