Sejarah sastra adalah ilmu yang memperlihatkan perkembangan karya sastra dari waktu ke waktu. Sejarah sastra bagian dari ilmu sastra yaitu ilmu yang mempelajari tentang sastra dengan berbagai permasalahannya. Di dalamnya tercakup teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra, dimana ketiga hal tersebut saling berkaitan. Kepulauan Nusantara yang terletak diantara benua Asia dan Australia dan diantara Samudra Hindia/ Indonesia dengan Samudra Pasifik/ Lautan Teduh, dihuni oleh beratus-ratus suku bangsa yang masing-masing mempunyai sejarah, kebudayaan, adat istiadat dan bahasa sendiri-sendiri. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu yaitu salah satu bahasa daerah di Nusantara. Bahasa Melayu digunakan oleh masyarakat Melayu yang berada di pantai timur pulau Sumatera. Jadi dapat disimpulkan penulis menginginkan penguraian sejarah sastra tentang periode satra angkatan 2000. Makalah ini menguraikan periodesasai angkatan 2000. Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul,namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki ‘Juru bicara’. Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan 2000. Sebuah buku tebal yang diterbitkan oleh Gramedia,Jakarta tahun 2002,seratus lebih penyaiir,cerpennis,novelis,esais dan kritikus sastra dimasukan Korrie ke dalam Angkatan 2000,termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak tahun 1980-an,seperti Afrisal Malna,Abmadun Yossi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma. Serta yang muncul pada akhir tahun 1990-an seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany. Menurut Korrie,Afrisal Malna melansir estetik baru yang digali dari sifat missal benda-benda dan manusia yang dihubungkan dengan peristiwa tertentu dari interaksi missal. Setelah terjadi reformasi,ruang gerak masyarakat pada awalnya merasa selalu dibekap dan terganjal oleh gaya pemerintahan Orde Baru yang represif tiba-tiba memperoleh saluran kebebasan yang leluasa. 1. Terbitnya Jurnal Cerpen (2002),oleh Joni Ariadinata,dkk. 2. Lomba Sayembata Menulis Novel,Dewan Kesenian Jakarta (2003). 3. Festival Seni Surabaya (2005). 4. Kongres cerpen yang dilaksanakan secara berkala 2 tahun sekali. 5. Cybersastra. 1. Pilihan kata diambil dari bahasa sehari-hari yang disebut bahasa ‘kerakyatjelataan’.
2. Revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan
cenderung ke puisi konkret.
3. Penggunaan estetika baru yang disebut “antromofisme” (gaya
bahasa berupa penggantian tokoh manusia sebagai ‘aku lirik’ dengan benda-benda)
4. Karya-karyanya profetik (keagamaan/religius) dengan
kecenderungan menciptakan penggambaran yang lebih konkret melalui alam.