Anda di halaman 1dari 8

Laporan Hasil Bacaan

Sastra Budaya Indonesia

Nama : Nabila Aulya Rahmi

NIM : 1205030151

Kelas : 2D

Sejarah Sastra Angkatan 2000

 Sejarah Budaya Sastra Angkatan 2000


Sastra Angkatan 2000 atau sering disebut dengan sastra mutakhir (Dekade 90-
an dan angkatan 2000). Memasuki era reformasi yang sangat anti KKN dan praktisi
otoriter, penuh kebebasan ekspresi dan pemikiran, mengandung renungan religiusitas
dan nuansa – nuansa sufistik. Menampilkan euphoria menyuarakan hati murni dan akal
sehat untuk pencerahan kehidupan multidimensional. Pada masa angkatan 2000 ini
banyak sekali muncul pengarang wanita. Mereka umumnya menulis dengan ungkapan
perasaan dan pikiran yang tajam dan bebas. Ada di antara mereka yang sangat berani
menampilkan nuansa – nuansa erotik. Sastrawati angkatan 2000 antara lain Ayu Utami,
Jenar Mahesa Ayu, Fira Basuki, Herlinaties, Nukila Amal, Linda Kristianti, Ratih Kumala,
Oka Rusmini, dan lain-lain. Di antara mereka yang mengusung ideology kebebasan
wanita (woman libs) yang dulu pernah dilakukan oleh Nh. Dini (namun ungkapan-
ungkapan Dini tetap literik, tidak vulgar). Sebenarnya minus idiom-idiom vulgar karya
mereka termasuk berbobot, seperti juga prosa liris karya Linus Suryadi berjudul
Pengakuan Pariyem . Di bagian-bagian tertentu karya Jenar Mahesa Ayu dan Ayu Utami
bahkan sangat puitis serta filosofis, menampilkan ungkapan-ungkapan yang bernas dan
cerdas, dengan imajinasi-imajinasi yang kaya renungan, mungkin juga humanis dan
religius. Jadi mengandung hal-hal yang kontrovesial.
Setelah lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil
dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002
melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Nama ini diberikan
Korrie Layun Rampan pada sejumlah pengarang dan penyair yang telah melahirkan
wawasan estetik baru pada tahun 90-an. Korrie berkata, “ Afrizal Malna melansir estetik
baru yang digali dari sifat missal benda-benda dan manusia yang dihubungkan dengan
peristiwa tertentu dan interaksi missal. Estetik missal ini merupakan penemuan Afrizal
yang unik dalam sastra Indonesia. Kehadiran karya sastra merupakan sebuah
manifestasi atas kebudayaan yang ada pada saat itu. Terbentuknya sastra pasca-
reformasi merupakan hal yang dilematis dari sejarah sastra Indonesia. Periode yang
ditandai dengan jatuhnya kekuasaan Soeharto. Periode yang lahir dengan semangat
revolusioner. Kemungkinan periode ini merupakan jendela bagi perkembangan
kesusasteraan di Indonesia.

Karya sastra tidak lepas dari perkembangan kultur sosial yang ada dalam
masyarakat. Sastra mencatatnya dalam bentuk prosa maupun puisi. Pertanyaan
sekarang adalah apakah masyarakat saat ini telah benar-benar vulgar? Ketika sastra
mencatat kehidupan dengan kevulgaran yang bagi mereka itu merupakan realita.
Demikianlah, sastra wangi yang kemudian muncul di dekade angkatan 2000 ini.
Sebagaimana internet menjadi revolusi media kedua setelah penemuan mesin cetak
Guttenberg dan ketiga setelah kehadiran televisi. Dan saat itulah munculnya sastra
cyber yang menjadi kekhasan terkait dengan keberadaan teknologi media.

 Latar Belakang Lahirnya Angkatan 2000

Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul,


namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki ‘Juru bicara’ . Korrie Layun
Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan
2000. Sebuah buku tebal yang diterbitkan oleh Gramedia Jakarta tahun 2002, seratus
lebih penyaiir, cerpennis, novelis, esais dan kritikus sastra dimasukan Korrie ke dalam
Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak tahun 1980-an,
seperti Afrisal Malna, Abmadun Yossi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma. Serta yang
muncul pada akhir tahun 1990-an seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.
Menurut Korrie,Afrisal Malna melansir estetik baru yang digali dari sifat missal benda-
benda dan manusia yang dihubungkan dengan peristiwa tertentu dari interaksi missal.
Setelah terjadi reformasi, ruang gerak masyarakat pada awalnya merasa selalu dibekap
dan terganjal oleh gaya pemerintahan Orde Baru yang represif tiba-tiba memperoleh
saluran kebebasan yang leluasa.

Kesusastraan seperti dalam sebuah pentas terbuka dan luas. Para pemainnya
boleh berbuat dan melakukan apa saja namun ada suasana tertentu yang
mematangkannya. Angkatan 2000 adalah nama yang diberikan oleh Korrie Layun
Rampan. Ada sejumlah pengarang yang melahirkan wawasan estetik baru pada tahun
1990-an dan tokoh-tokoh Angkatan ini adalah

1) Afrisal Malna
2) Seno Gumira Ajidarma
3) Ayu Utami

 Karakteristik Angkatan 2000


Angkatan ini ditandai dengan perubahan millenium. Pada angkatan ini berbeda
juga dengan angkatan reformasi, setelah wacana tentang lahirnya sastrawan angkatan
reforamasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena kurangnya juru bicara,
Korrie Layun pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya “Sastrawan
Angkatan 2000”. Sebuah buku tebal tentang angkatan 2000 yang disusunnya
diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Sebanyak seratus lebih penyair,
cerpenis, cerpenis, Sastrawan dll telah Korrie masukan ke dalam daftar angkatan 2000
 Ciri-ciri Angkatan 2000
 Pilihan kata diambil dari bahasa sehari hari (Bahasa kerakyat-jelataan)
 Bersifat kontemporer
 Penciptaan interaksi massal dan hal – hal yang bersifat individual
 Mengangkat tema tema dewasa yang sedikit vulgar
 Munculnya fiksi – fiksi islami
 Perang-perang Angkatan 2000
1) Acep Zamzam Noor
2) Ahmadun Yosi Herfanda
3) Dorthea Rosa Herliany
4) Gus Tf Sakai
5) Isbedi Stiawan
6) Joni Aniadiata
7) Medy Loekito
8) M Shoim Anwar
9) Nenden Lilis
10) Oka Rusmini
11) Radhar Panca Dahana
12) Sitok Srengege
13) Soni Farid Maulana
14) Taufik Ikram Djamil
15) Wiji Thukul
16) Yanusa Nugroho

 Peristiwa Besar yang Terjadi pada Angkatan 2000


No. Tahun Peristiwa
1. 2000 Korrie Layun Rampan mengumumkan adanya Angkatan 2000. H.B.
Jassin meninggal di Jakarta. Buku Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji
Thukul terbit.

2. 2001 Mulai 2001, penghargaan Khatulistiwa Literary Award (KLA) diberikan


kepada sastrawan yang menghasilkan karya sastra terbaik. Mereka
yang pernah mendapatkan penghargaan ini antara lain Goenawan
Mohamad, Remy Sylado, Hamsad Rangkuti, Seno Gumira Ajidarma,
Linda Christanty, Sapardi Djoko Damono, Joko Pinurbo, Gus tf., Acep
Zamzam Noor

3. 2002 Majalah Horison menerbitkan buku Horison Sastra Indonesia yang


terdiri dari empat kitab, yakni kitab puisi, cerpen, novel, dan drama.
Dalam buku ini, Hamzah Fansuri yang hidup di abad ke-17
dimasukkan sebagai sastrawan Indonesia yang pertama.
Terbitnya Jurnal Cerpen (2002) oleh Joni Ariadinata,dkk.
Lomba Sayembata Menulis Novel,Dewan Kesenian Jakarta (2003).
Kongres cerpen yang dilaksanakan secara berkala 2 tahun sekali.

 Jenis Sastra Yang Berkembang dalam Angkatan 2000


 Sastra Wangi

Sastra wangi adalah istilah yang muncul pada sekitar awal tahun 2000-
an. Istilah ini memberi label pada karya sastra yang ditulis oleh penulis
perempuan muda, dengan tema yang dianggap tabu dan vulgar, seperti seks
dan tubuh. Sastra wangi bukan merupakan genre atau aliran dalam sastra.
Istilah ini sengaja diada-adakan dan dibuat-buat. Tercatat penulis-penulis
perempuan banyak yang mengumbar tentang seksualitas yang bagi Taufiq
Ismail sudah kelewat batas. Mencermati nama-nama pengarang yang terlibat di
dalamnya, kita tahu dari karya-karya Djenar Maesa Ayu lewat kumpulan
cerpennya Jangan Main-main dengan Kelaminmu dan novelnya Nayla, Ayu
Utami lewat Saman dan Larungnya yang belakangan dari karya tersebut ia
mendapat penghargaan dan sejumlah nama lainnya seperti Dinar Rahayu dalam
novelnya Ode untuk Leopold von Sacher Masoch, Ana Maryam dalam novelnya
Swastika, Ratih Kumala dalam novelnya Tabularasa dan Maya Wulan dalam
novelnya Swastika. Karya-karya tersebut terkesan mengumbar persoalan seks
dari segala sudut pandang dan alasan yang membuntutinya.

 Karya-karya Angkatan 2000-Sekarang

Sastrawan yang ada pada angkatan ini sangat mengalami banyak perkembagan
dari angkatan-angkatan sebelumnya. Dimulai dari tahun 2001 hingga sekarang.

No. Tahun Karya


1. 2000: Korrie Layun Rampan mengumumkan adanya Angkatan 2000. H.B.
Jassin meninggal di Jakarta. Buku Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji
Thukul terbit.
2. 2001: Mulai 2001, penghargaan Khatulistiwa Literary Award (KLA) diberikan
kepada sastrawan yang menghasilkan karya sastra terbaik. Mereka
yang pernah mendapatkan penghargaan ini antara lain Goenawan
Mohamad, Remy Sylado, Hamsad Rangkuti, Seno Gumira Ajidarma,
Linda Christanty, Sapardi Djoko Damono, Joko Pinurbo, Gus tf., Acep
Zamzam Noor.

3, 2002: Majalah Horison menerbitkan buku Horison Sastra Indonesia yang


terdiri dari empat kitab, yakni kitab puisi, cerpen, novel, dan drama.
Dalam buku ini, Hamzah Fansuri yang hidup di abad ke-17
dimasukkan sebagai sastrawan Indonesia yang pertama.
Terbitnya Jurnal Cerpen (2002) oleh Joni Ariadinata,dkk.

Lomba Sayembata Menulis Novel,Dewan Kesenian Jakarta (2003)..

4. 2003:– Sapardi Djoko Damono dan Ignas Kleden mendapat penghargaan


Ahmad Bakrie Award karena jasanya di bidang kesusastraan dan
pemikiran. Sastrawan dan intelektual yang menerima penghargaan
yang sama pada tahun-tahun berikutnya adalah Goenawan
Mohamad, Nurcholish Madjid, Budi Darma, Sartono Kartodirdjo.
Frans Magnis Soeseno yang seharusnya mendapatkan penghargaan
tersebut menolak karena keterkaitan perusahaan Bakrie dengan
bencana Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur.

5. 2004: Pemilihan presiden secara langsung yang dilakukan pertama kali di


Indonesia. Soesilo Bambang Yudhoyono terpilih sebagai presiden,
mengalahkan Megawati. Di dunia sastra, para sastrawan muda
mendeklarasikan lahirnya generasi sastrawan cyber. Sastra di
internet merupakan terobosan baru bagi para sastrawan untuk
berekspresi dan mempublikasikan karyanya secara bebas. Novel
Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy terbit. Yayasan
Lontar mendokumentasikan biografi sastrawan Indonesia, di
antaranya Pramoedya Ananta Toer, Agam Wispi, Ahmad Tohari,
Umar Kayam, Sapardi Djoko Damono, Sutan Takdir Alisjahbana, Putu
Oka Sukanta, dan lain-lain. Aktivis HakAsasi Manusia (HAM) Munir
dibunuh. Buku Sastra Indonesia dalam Enam Pertanyaan karya Ignas
Kleden terbit.

6. 2005: Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terbit. Novel ini dan
novel Ayat-ayat Cinta menjadi novel paling laris (best seller) dalam
sejarah penerbitan novel di Indonesia. Kedua novel ini juga
ditransformasi ke film.

Festival Seni Surabaya (2005)

7. 2006: Yayasan Lontar menerbitkan Antologi Drama Indonesia: 1895-2000.


Penerbitan buku ini menunjukkan bahwa sejarah sastra Indonesia
bukan dimulai pada 1920, melainkan pada 1895. Anton Kurnia
menerbitkan Ensiklopedi Sastra Dunia.

8. 2007: Novel Kalatidha karya Seno Gumira Ajidarma terbit. Buku kumpulan
puisi Otobiografi karya Saut Situmorang terbit. Saut adalah salah satu
sastrawan yang menggerakkan sastra cyber, sastrawan Ode
Kampung, dan majalah Boemipoetra.

9. 2008: Buku-buku Pramoedya Ananta Toer yang dicetak ulang dan buku-
buku korban tragedi 1965 yang ingin meluruskan sejarah marak di
toko-toko buku, dan menjadi buku laris. Misalnya, Suara Perempuan
Korban Tragedi 65 karya Ita F. Nadia
 Cerpen yang terkenal pada angkatan 2000
1) Eka Kurniawan dalam karya pertamanya, antologi cerpen Corat-Coret di Toilet
(2000), Cantik itu Luka (2002), Harimau (2004), antologi cerpen Cinta tak Ada
Mati (2005)
2) Teguh Winarsho (Bidadari BersayapBelati, 2002), Hudan Hidayat (Orang Sakit,
2001; Keluarga Gila, 2003) Maroeli Simbolon (Bara Negeri Dongeng, 2002; Cinta
Tai Kucing, 2003), Satmoko Budi Santoso (Jangan Membunuh di Hari Sabtu,
2003), Mustofa W Hasyim (Api Meliuk di Atas Batu Apung, 2004), Kurnia Effendi
(Senapan Cinta, 2004; Bercinta di Bawah Bulan, 2004), Moh. Wan Anwar
(Sepasang Maut, 2004), Yusrizal KW (Kembali ke Pangkal Jalan, 2004), Isbedy
Stiawan (Perempuan Sunyi, 2004; Dawai Kembali Berdenting, 2004), Triyanto
Triwikromo (Anak-Anak Mengasah Pisau, 2003), Damhuri Muhammad (Laras,
Tubuhku bukan Milikku, 2005).
3) Cerpenis wanita yang muncul dalam lima tahun terakhir ini, juga tidak dapat
diabaikan kontribusinya. Selain Linda Christanty, masih ada deretan cerpenis
wanita yang sebenarnya lebih kuat dan matang. Oka Rusmini (Sagra, 2002),
Djenar Maesa Ayu (Mereka Bilang Saya Monyet, 2002; Jangan Main-Main
(dengan Kelaminmu, 2004), Maya Wulan (Membaca Perempuanku, 2002),
Intan Paramadhita (Sihir Perempuan, 2005), Nukila Amal (Laluba, 2005), Weka
Gunawan (Merpati di Trafalgar Square, 2004), Labibah Zain (Addicted to
Weblog: Kisah Perempuan Maya, 2005), Ucu Agustin (Kanakar, 2005), Evi
Idawati (Malam Perkawinan, 2005). Mereka berpeluang mengikuti jejak
seniornya, Nh Dini, Titis Basino, Leila S. Chudori, Ratna Indrswari Ibrahim atau
Abidah el-Khalieqy.

Anda mungkin juga menyukai