Anda di halaman 1dari 16

SASTRA BARU TAHUN 2000-an

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah sastra

DosenPengampu : Muji Zain Naufal, M.Pd.

Oleh 2B

Kelompok 9 :

 Najibah

 Novvi Sri Mutiara

 Sonu Lihana

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

STKIP NU INDRAMAYU

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, telah memberikan karunia dan rahmatNya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliah ke zaman
yang penuh ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini. Dan harapan
kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Untuk ke depanya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Indramayu, 09 Mei 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Belakangan ini perkembangan sastra Indonesia telah mengalami perubahan,


khususnya dalam hal kebebasan berekspresi. Menurut beberapa para
ahli,mengatakan bahwa sastra itu adalah kebebasan itu sendiri. Jadi tidak ada
batasan-batasan yang bisa menahan lajunya perkembangan kesusasteraan
khususnya di Indonesia.
Setelah lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak
berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan
pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000".

Kehadiran karya sastra merupakan sebuah manifestasi atas kebudayaan yang


ada pada saat itu. Terbentuknya sastra pasca-reformasi merupakan hal yang
dilematis dari sejarah sastra Indonesia. Periode yang ditandai dengan jatuhnya
kekuasaan Soeharto. Periode yang lahir dengan semangat revolusioner.
Kemungkinan periode ini merupakan jendela bagi perkembangan kesusasteraan
di Indonesia. Dan seharusnya setiap detail dalam perkembangan itu harus terus
kita catat dan kita gali.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Lahirnya Angkatan 2000

Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul,


namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki ‘Juru bicara’. Korrie
Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya
sastrawan Angkatan 2000.

Sebuah buku tebal yang diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta tahun 2002,
seratus lebih penyair, cerpennis, novelis, esais dan kritikus sastra dimasukan
Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis
sejak tahun 1980-an, seperti Afrisal Malna, Abmadun Yossi Herfanda dan
Seno Gumira Ajidarma. Serta yang muncul pada akhir tahun 1990-an seperti
Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany. Menurut Korrie, Afrisal Malna
melansir estetik baru yang digali dari sifat missal benda-benda dan manusia
yang dihubungkan dengan peristiwa tertentu dari interaksi missal.

Setelah terjadi reformasi, ruang gerak masyarakat pada awalnya merasa


selalu dibekap dan terganjal oleh gaya pemerintahan Orde Baru yang represif
tiba-tiba memperoleh saluran kebebasan yang leluasa. Kesusastraan seperti
dalam sebuah pentas terbuka dan luas. Para pemainnya boleh berbuat dan
melakukan apa saja namun ada suasana tertentu yang mematangkannya.

Angkatan 2000 adalah nama yang diberikan oleh Korrie Layun Rampan.
Ada sejumlah pengarang yang melahirkan wawasan estetik baru pada tahun
1990-an dan tokoh-tokoh Angkatan ini adalah:

a) Afrisal Malna

b) Seno Gumira Ajidarma

c) Ayu Utami
B. Kemunculan Sastrawan Wanita pada Tahun 2000-an

Awal tahun 2000-an merupakan masa peralihan dari zaman orde baru ke
zaman reforamasi. Otomatis rezim Presiden Soeharto jatuh dan digantikan
oleh Presiden Habibie. Pada masa itu pula terjadi perubahan karya-karya
sastra baik dalam segi tema, maupun segi pemakaian bahasa. Perubahan ini
disebabkan pembatasan tentang pengeluaran ekspresi masyarakat terhadap
pemerintah.

Setelah lahirnya reformasi, banyak sastrawan menulis karya sastra yang


bertemakan tentang sosial-politik. Tema yang jarang sekali dibuat oleh para
sastrawan terdahulu. Pada masa itu pula lahir tokoh sastrawan baru, membuat
catatan baru bagi periodisasi sastra di Indonesia. Munculnya tokoh sastrawan
baru banyak menuai kontroversi maupun dukungan dari masyarakat.
Terutama lahirnya sastrawan wanita. Mereka berani untuk membuat karya
sastra dengan tema yang tidak biasa. Mereka mencoba untuk menyuarakan
aspirasi – aspirasi wanita dengan jalan menulis sebuah buku fiksi.

Salah satu sastrawan wanita di Indonesia, Ayu Utami, mampu melahirkan


karya sastra baru yang menguak masalah seks dan agama. hal yang dianggap
tabu bagi masyarakat. Sejak itu Ayu Utami menjadi akrab di telinga para
sastrawan dan menempatkan namanya di deretan teratas sastrawan Tanah
Air. Menurut saya, karya Ayu Utami cukup berani dalam pengambilan tema.
Ketidakadilan dan moralitas yang berlebihan bagi kaum wanita dirasa
menganggu pikirannya dan ia pun tergelitik hatinya untuk mencoba menulis.
Saman, merupakan salah saktu karya terbaik yang telah mengantarkannya
sebagai pemenang Sayembara Penulisan Roman Terbaik Dewan Kesenian
Jakarta tahun 1998. Dari karyanya itu, Ayu menjadi perhatian banyak
pembaca dan kritikus sastra serta novelnya dianggap sebagai novel pembaru
dalam dunia sastra Indonesia.

Banyaknya nama sastrawan wanita di Indonesia tahun 2000 cukup


menghebohkan dibandingkan tahun sebelumnya. Munculnya sastrawan
wanita tidak lepas dari transformasi sosio-kultural Indonesia, yang merupakan
hasil perjuangan para feminis yang menuntut eksistensi perempuan dalam
kesetaraan gender. Pada tahun 1970-an, Indonesia mulai memasuki masa
perkembangan industri. Sehingga banyak laki-laki yang tertarik untuk
mendapatkan pekerjaan tersebut. Karena lebih menantang dari pada sector
sastra. Sedangkan para wanita yang berintenskan di rumah, mempunyai
waktu luang untuk menulis. Alhasil, para sastrawan wanita menyebutkan
bahwa menulis merupakan profesi utama.

Sebenarnya, tidak ada yang salah mengenai tema yang dibuat oleh
sastrawan wanita angkatan tahun 2000 ini. Mungkin karena pengambilan
tema yang terlalu “Antimainstream” yang membuat masyarakat belum dapat
menerimanya secara penuh dan menuai banyak perbedaan pendapat. Sebagai
wanita dengan berbagai kemampuannya, sah – sah saja jika para sastrawan
wanita mengangkat tema tersebut asalkan masih berada pada jalur sastra.
Karena hasil karya mereka merupakan sebuah gagasan yang disertai analisa
yang kuat terhadap lingkungan mereka. Gagasan inilah yang merupakan ciri
khas dari sastrawan wanita angkatan 2000-an, yaitu perspektif feminisme
yang disebut – sebut sebagai upaya dekontruksi terhadap dominasi patriarki.

Munculnya sejumlah sastrawan wanita pada periode 2000-an dalam


kancah sastra Indonesia, di satu sisi mempunyai pengaruh yang besar
terhadap perkembangan sastra Indonesia, di sisi lain juga menuai
kontoroversi yang tidak sepenuhnya mendapat pujian dari masyarakat
penggemar karya sastra. Tergantung bagaimana masyarakat memilih dan
menelaah isi dari karya sastra tersebut.

C. Karakteristik Karya Sastra Periode 2000-an

Karya periode 2000-an memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Tema yang ada dalam karya sastra periode ini adalah sosial-politik,
romantik, dan seluruh aspek kehidupan.
2. Terdapat revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan
cenderung pada puisi konkret, puisi yang dihasilkan tidak cenderung
pada verbal namun juga pada visual.

3. Adanya penggunaan wawasan baru atau estetika baru yang disebut


dengan “antromofisme” yaitu gaya bahasa sebagai penggantian tokoh
manusia sebagai ‘aku lirik’ dengan benda-benda.

4. Genre yang muncul pada periode ini adalah cerpen, puisi, novel,
drama, film, dan sandiwara.

5. Ciri-ciri bahasa yang digunakan menggunakan bahasa sehari-hari.

6. Pembaharuan terhadap model sastra lisan yang mengembalikan realitas


fiktif pada realitas dongeng.

7. Karya yang dihasilkan pada periode ini cenderung vulgar.

D. Tokoh dan Karya Sastra Periode 2000-an

1. Dewi Lestari

Lahir di Bandung, Jawa Barat, 20 Januari 1976 yang biasa disapa “Dee”.
Karya yang dihasilkan:

a) Supernova 1; Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh (2001, novel)

b) Supernova; Akar (2002)

c) Supernova, Petir (2004).

2. Ayu Utami

Kelahiran Bogor, 21 November 1968, seorang aktivis jurnalis dan


sastrawan berkebangsaan Indonesia. Karya yang dihasilkan:

a) Saman (1998)

b) Larung (2001).
3. Andrea Hirata

Nama saat lahir di Belitung, 24 Oktober 1967 adalah Aqil Barraq


Badruddin Seman Said Harun. Karya yang dihasilkan:

a) Laskar Pelangi (2005)

b) Sang Pemimpi (2006)

c) Edensor (2007)

d) Maryamah Karprov (2008)

e) Cinta Dalam Gelas.

4. Abdul Wachid B.S.

Karya yang dihasilkan:

a) Ode Bagai Burung

b) Tahajud

c) Bulan Telah Menjadi Sabit.

5. Habiburrahman El Shirazy

Dalam penobatan Insani UNDIP Award tahun 2008 beliau dinobatkan


sebagai novelis nomor 1 di Indonesia, lahir di Semarang, Jawa Tengah, 30
September 1976.

Karya yang dihasilkan:

a) Ayat-Ayat Cinta (2004)

b) Di Atas Sajadah Cinta (2004)

c) Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)

d) Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)

e) Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)


f) Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)

g) Dalam Mirhab Cinta.

6. Triyanto Triwikromo

Salah satu karyanya adalah “Sakerah”.

7. Rizal Mantovani

Hasil karyanya berupa film yaitu “Jailangkung”.

8. Afrizal Malna

Hasil karyanya pada periode ini:

a) Kalung dari Seorang Teman

b) Tangan di Pagi

c) Tangan di Pagi Hari.

9. Taufiq Ismail

Karya yang dihasilkan:

a) Malu Aku Jadi Orang Indonesia (puisi)

b) American Coruption Words (puisi)

c) Aisyah Andinda Kita (puisi)

d) Politik Sepak Bola (puisi).

10. Remi Silado

Karya yang dihasilkan:

a) Ca Bau Kan

b) Kerudung Merah Kirmizi (2002).


11. Christian Hakim

karya yang dihasilkan adalah “Daun di Atas Bantal”.

12. Garin Nugroho

Karya yang dihasilkan adalah “Pasir Berbisik”

13. Seno Gumira Adjidarma

Penulis ini lahir di Boston, Amerika Serikat, 19 Juni 1958. Hasil karyanya:

a) Sepotong Senja untuk Pacarku

b) Ke Indonesiaan

c) Atas Nama Malam

d) Biola Tak Berdawai.

14. Ahmadun Yosi Hervanda

Karya yang dihasilkan:

a) Sembahyang Malam

b) Sejak Mabul Reformasi (sajak).

15. Doddy Ahmad Faudzy

Karya yang dihasilkan:

a) Yth. Nona Yumar (cerpen)

b) Kekasihku Desi Ratnasari (cerpen).

16. Dorothea

Karya yang dihasilkan:

a) Sebuah Alamat

b) Numpang Perahu Nuh.


17. Ahmad Fuadi

Novelis, pekerja sosial, dan mantan wartawan dari Indonesia ini lahir di
Bayur Maninjau, Sumatra Barat, 30 Desember 1972. Hasil karyanya:

a) Negeri 5 Menara (2009)

b) Ranah 3 Warna (2011)

c) Rantau 1 Muara (2013).

18. Cucuk Espe

Seorang penyair, sais, cerpenis, dan penulis naskah drama ini lahir di
Jombang, Jawa Timur, 19 Maret 1974. Hasil karyanya:

a) Mengejar Kereta Mimpi (2001)

b) Rembulan Retak (2003)

c) Juliet dan Juliet (2004)

d) 13 Pagi (2010).

19. Herlinatiens

Memiliki nama asli Herlina Tien Suhesti lahir di Ngawi, Jawa Timur, 26
April 1982 adalah seorang penulis. Hasil karyanya:

a) Garis Tepi Seorang Lesbian (2003)

b) Dejavu, Sayap yang Pecah (2004)

c) Jilbab Britney Spears (2004)

d) Sajak Cinta yang Pertama (2005)

20. Raudal Tanjung Banua

Sastrawan yang karyanya didominasi puisi dan cerpen ini lahir di Pesisir
Selatan, Sumatra Barat, 19 Januari 1975. Hasil karyanya:
a) Pulau Cinta di Peta Buta (2003)

b) Ziarah bagi yang Hidup (2004)

c) Parang Tak Berulu (2005)

d) Gugusan Mata Ibu (2005).


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

AC, Yusa. 2017. Sastra 'Angkatan 2000'. Diakses pada tanggal 09 Mei 2020. Dari
http://didiksetiadi12.blogspot,com/2017/08/sastra-angkatan-
2000.html.

Didik, Setiadi. 2017. Makalah sejarah sastra angkatan 2000. Diakses pada
tanggal 09 Mei 2020. Dari
http://cigemblongindah.blogspot.com/2017/09/makalah-sejarah-sastra-
angakatan-2000.html

Anda mungkin juga menyukai