Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BAHASA INDONESIA

HAKIKAT SASTRA INDONESIA

Dosen Pengampu:
Ramlin S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
KELOMPOK 5
BETRAM 222401007
JUNIARTI RAHMADANI 222401017
KHOFIFAH ALFI ROSYANI 222401019
DIAS REVI AGUSTIN 222401008
ALWIN KAMARUDIN 222401002

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAKIDENDE
T. A. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “HAKIKAT SASTRA
INDONESIA” tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Ramlin, S.Pd.,M.Pd. sebagai
dosen pengampu mata kuliah bahasa Indonesia yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami, maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Unaaha, September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
D. MANFAAT PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH SASTRA INDONESIA
B. PENGERTIAN SASTRA
C. FUNGSI DAN MANFAAT SASTRA
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sastra merupakan bentuk kegiatan kreatif dan produktif dalam menghasilkan sebuah
karya yang memiliki nilai rasa estetis serta mencerminkan realitas sosial kemasyarakatan.
Jika ditinjau dari kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
akar kata sas dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberi
petunjuk atau instruksi. Akhiran –tra biasanya menunjukan alat, sarana. Oleh karena itu,
sastra dapat berupa alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran
(Teeuw, 2013: 20). Wellek dan Warren (2014:3), menyatakan bahwa sastra adalah suatu
kegiatan kreatif, sebuah karya seni.

Sementara itu Semi (1988:7) menyatakan bahwa kata sastra atau kesusastraan dapat
ditemui dalam berbagai pemakaian yang berbeda-beda. Hal ini menandakan bahwa sastra
bukanlah suatu hal yang sederhana. Sastra meliputi sejumlah kegiatan yang berbeda-
beda. Kita dapat juga berbicara mengenai sastra sebagai suatu yang diasosiasikan dengan
karakteristik sebuah bangsa atau kelompok manusia, misalnya kita dengar adanya istilah
kesusastraan Arab, kesusastraan Amerika, kesusastraan Jawa, dan sebagainya.

Pembicaraan mengenai definisi sastra memang tidak pernah kering untuk ditimba.
Suatu teks bisa dikatakan sebagai teks sastra ketika beberapa kriteria terpenuhi. Kriteria
yang harus dipenuhi juga sangat banyak tergantung siapa yang memberikan kriteria tersebut.
Fananie (2000:2) mengatakan bahwa suatu teks dapat digolongkan menjadi teks sastra
apabila di dalamnya mengandung nilai estetik.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah sastra Indonesia?
2. Apa dimaksud dengan sastra?
3. Apa fungsi dan manfaat sastra?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Menjelaskan sejarah sastra Indonesia.
2. Menjelaskan pengertian sastra.
3. Menjelaskan fungsi dan manfaat sastra.

D. MANFAAT PENULISAN

1. Mengetahui tentang sejarah sastra Indonesia.


2. Mengetahui pengertian sastra.
3. Mengetahui fungsi dan manfaat sastra.
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH SASTRA INDONESIA


Sejarah sastra Indonesia memberikan pemahaman tentang perkembangan sastra
Indonesia dari masa ke masa, mulai dari tokoh dan penokohan, peristiwa, hingga persoalan di
dalamnya. Kita dapat mengetahui karya sastra yang ada pada tiap periode, yang ditinjau dari
sifat dan coraknya. Dengan memahami sejarah sastra Indonesia, tentu akan menjadi suatu
acuan bagi kita untuk menjalani kehidupan berdasarkan nilai-nilai budaya yang dilahirkan.
Selain itu, dengan memahami sejarah sastra Indonesia, seorang pengarang dapat menciptakan
karya sastra baru dengan melanjutkan atau bahkan menyimpang dari konvensi karya sastra
yang ada pada tiap periodenya.

Sastra Indonesia merupakan sastra yang dikemas dengan bahasa Indonesia dan
berkembang sejak abad ke-20. Hal ini ditandai dengan tersebar luasnya karya sastra dalam
penerbitan pers (surat kabar dan majalah) dan buku, baik yang diterbitkan oleh pihak swasta
maupun pemerintah kolonial.

Terdapat beberapa pandangan yang berbeda mengenai kelahiran sastra Indonesia.


Umar Junus dalam majalah Medan Ilmu Pengetahuan mengemukakan pendapatnya tentang
kelahiran sastra Indonesia yang sebenarnya baru muncul setelah bahasa Indonesia resmi
menjadi bahasa persatuan dalam Sumpah Pemuda di tahun 1928 (Erowati & Bahtiar, 2011:
11).

Ajip Rosidi dalam bukunya Kapankah Kesusastraan Indonesia Lahir berpendapat


bahwa sastra Indonesia lahir jauh sebelum bahasa Indonesia diresmikan. Kemudian, rasa
kebangsaanlah yang menjadi awal dari kelahiran sastra Indonesia.

Rasa kebangsaan itu mulai hadir dalam karya sastra pada tahun 1920 dan 1921. Hal
ini ditandai dengan terbitnya sajak-sajak bercorak kebangsaan yang tertuang dalam majalah
Jong Sumatra. Penulisnya ialah Muhammad Yamin, Mohammad Hatta, Sanusi Pane, dan
pemuda lainnya (Erowati & Bahtiar, 2011: 11).

Kesusastraan Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan, mulai dari periode


sebelum kemerdekaan, pascakemerdekaan, orde baru, hingga reformasi-kontemporer.
Berbagai peristiwa, karakteristik, dan hal lainnya mewarnai perjalanan karya sastra dari
periode awal ke periode lainnya.

Ketika periode sebelum kemerdekaan, di tahun 1850-1933, sastra Indonesia diwarnai


dengan kemunculan Sastra Melayu Tionghoa (sastra Indonesia yang dikembangkan oleh etnis
Tionghoa di Indonesia), bacaan Liar (bacaan bergaya sosialis-realisme yang dilarang oleh
pemerintah kolonial dan tidak diterbitkan oleh Balai Pustaka), Sastra Koran (karya sastra
yang diterbitkan di koran atau surat kabar, dan media massa), Max Havelaar (novel karya
Eduard Douwes Dekker yang menarik perhatiaan banyak orang terhadap kondisi hindia
Belanda), dan Balai Pustaka (komisi di bawah naungan pemerintah kolonial, yang
menerbitkan karya sastra).

Sedangkan di tahun 1933-1945, sastra Indonesia diwarnai dengan kemunculan


Pujangga Baru (majalah yang melahirkan pemikiran dan polemik seputar kebudayaan
Indonesia dan pendidikan) dan Sastra Propaganda (karya sastra yang diterbitkan untuk
kepentingan propaganda Jepang).

Pada periode pascakemerdekaan, perkembangan sastra Indonesia ditandai dengan


terbentuknya Gelanggang Seniman Merdeka yang diprakarsai oleh Chairil Anwar dan kawan-
kawannya. Perkumpulan tersebut bertujuan untuk mengisi kemerdekaan dengan gaya
penulisan yang berbeda dari periode sebelumnya. Dalam periode tersebut pula, Chairil Anwar
berhasil menciptakan suatu gagasan baru yang dituangkan dalam puisinya. Puisi yang dibuat
olehnya bersifat invidual dan bercorak Barat.

Selain itu, terbentuk pula Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) yang diprakarsai oleh
D.N. Aidit dan kawan-kawannya. Sayangnya Lekra sendiri memiliki tujuan propaganda
terhadap masyarakat Indonesia. Karya yang dihasilkan pun berkaitan dengan ideologi dan
keyakinan politik yang dianutnya, yaitu komunisme. Setelah meledaknya peristiwa
G-30-S/PKI, Lekra dibubarkan berdasarkan Ketetapan MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang
Pelarangan Ajaran Komunisme, Leninisme, dan Pembubaran Organisasi PKI beserta
Organisasi Massanya.

Selepas itu terjadilah krisis sastra karena karya sastra yang terbit di Indonesia semakin
berkurang jumlahnya. Krisis sastra tersebut akhirnya disambut dengan kemunculan Majalah
Kisah (majalah sastra yang memuat sajak, cerpen, dan karangan-karangan lain yang tidak
begitu panjang).

Pada periode orde baru, ditandai dengan kemunculan Manifestasi Kebudayaan,


Majalah Horison, dan peristiwa Heboh Sastra. Pada periode ini pula terdapat sastra
eksperimentasi, pengadilan puisi, dan pembentukan sastra akademik/fakultas sastra.

Hingga akhirnya sampailah pada periode reformasi-sekarang, yang mana periode ini
diwarnai dengan melimpahnya perempuan sebagai pengarang karya sastra, terbentuknya
sastra Cyber, dan melimpahnya karya sastra berbentuk cerpen.

Perjalanan kesusastraan Indonesia menjadi sejarah yang layak untuk diketahui oleh
pemerhati sastra, sastrawan pengajar sastra, dan masyarakat umum penikmat karya sastra.
Akan banyak manfaat yang kita peroleh ketika kita berusaha untuk memahami perjalanan
dari sastra Indonesia, mulai dari acuan untuk menjalani kehidupan berdasarkan nilai-nilai
budaya yang dilahirkan, menciptakan karya sastra baru, hingga untuk kepentingan penelitian.

B. PENGERTIAN SASTRA

Berbicara tentang sejarah sastra Indonesia tentu saja harus dimulai dari pengertian
sastra itu sendiri. Penjelasan makna suatu istilah merupakan hal yang penting dalam kajian
ilmiah agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Djoko Damono (dalam Priyatni 2015:12) memaparkan bahwa sastra adalah lembaga
sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa itu sendiri merupakan ciptaan
sosial. Pada pengertian tersebut, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat,
antarmasyarakat dengan orang lain, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin
seseorang. Bagaimanapun juga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang
sering menjadi bahan sastra, adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau
dengan masyarakat.

Menurut Priyatni (2015:12) “Sastra adalah pengungkapan realitas kehidupan


masyarakat secara imajiner atau secara fiksi”. Senada dengan apa yang diungkapkan oleh
George Lukas (dalam Priyatni, 2015:12) “Sastra merupakan sebuah cermin yang memberikan
kepada kita sebuah refleksi realitas yang lebih besar, lebih lengkap, lebih hidup dan lebih
dinamik”. Meskipun karya sastra itu bersifat imajiner, namun karya sastra tetap masuk akal
dan tidak menutup kemungkinan ia mengandung kebenaran didalamnya (Alterbernd dan
Lewis dalam Priyatni, 2015:12).

Karya sastra merupakan karya seni yang mengungkapkan eksistensi kemanusiaan


dengan segala variasi dan liku-likunya secara imajinatif dan kreatif dengan menggunakan
bahasa estetik sebagai mediumnya. Baik puisi, fiksi maupun drama, karya sastra merupakan
hasil refleksi sastrawan terhadap lingkungan sosialnya yang kemudian diekspresikan melalui
bahasa yang indah dengan daya kreasi dan imajinatifnya. Kemudian dengan segenap daya
cipta, rasa dan karsanya, sastrawan mengungkapkan gagasan mengenai hakikat kehidupan
yang dirasakan, dihayati, dialami, dan dipikirkan melalui karya sastra sebagai media
ekspresinya yang imajinatif (Al-Ma’ruf dan Nugrahani, 2017:5).

Tarigan (dalam Alma’ruf dan Nugrahani, 2017:2) menyatakan bahwa karya sastra
merupakan media bagi pengarang untuk menuangkan dan mengngkapkan ide-ide hasil
perenungan tentang makna dan hakikat hidup yang dialami, dirasakan dan disaksikan.
Seorang pengarang sebagai salah satu anggota masayarakat yang kreatif dan selektif ingin
mengungkapkan pengalamannya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari kepada para
penikmatnya.

Menurut Alma’ruf dan Nugrahani (2017:03) “sebagai karya seni bermediumkan,


sastra berisi ekspresi pikiran spontan dari perasaan mendalam penciptanya. Ekspresi tersebut
berisi ide, pandangan, perasaan, dan semua kegiatan mental manusia, yang diungkapkan
dalam bentuk keindahan”. Sementara itu, bila ditinjau dari potensinya, sastra disusun melalui
refleksi pengalaman, yang memiliki berbagai macam bentuk representasi kehidupan. Sebab
itu, sastra merupakan sumber pemahaman tentang manusia, peristiwa, dan kehidupan
manusia yang beragam.

Keberadaan karya sastra tidak terlepas dari dunia nyata. Karya sastra merupakan
sebuah fenomena sosial budaya, dalam sebuah karya sastra dunia nyata dan dunia rekaan
saling berkaitan, yang satu tidak bermakna tanpa yang lain. Keberadaan karya sastra
berdampingan dengan dunia realita (Wiyatmi, 2013:9). Sastra sebagai refleksi kehidupan
berarti pantulan kembali problem dasar kehidupan manusia, yang meliputi: maut, cinta,
tragedi, harapan, kekuasaan, pengabdian, makna dan tujuan hidup, serta hal-hal yang
transedental dalam kehidupan manusia.

Problem kehidupan itu oleh sastrawan dikonkretisasikan kedalam gubahan bahasa


baik dalam bentuk prosa, puisi, maupun lakon (drama). Jadi membaca karya sastra berarti
membaca pantulan problema kehidupan dalam bentuk wujud gubahan seni berbahasa
(Santosa dalam Al-Ma’ruf dan Nugrahani, 2017:04).

Karya sastra adalah suatu hasil karya seni baik lisan maupun tertulis yang lazimnya
menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Karya sastra memberikan gambaran tentang
kehidupan dengan segala kompleksitas, problema, dan keunikannya baik tentang cita-cita,
keinginan dan harapan, kekuasaan, pengabdian, makna dan tujuan hidup, perjuangan,
eksistensi dan ambisi manusia, juga cinta, benci dan iri hati, tragedi dan kematian. Jadi, karya
sastra mengungkapkan gagasan pengarang yang berkaitan dengan hakikat dan nilai-nilai
kehidupan, serta eksistensi manusia yang meliputi dimensi kemanusiaan, sosial, kultural,
moral, politik, gender, pendidikan maupun ketuhanan atau religiusitas (Al-Ma’ruf dan
Nugrahani, 2017:04).

Jika dilihat dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa sastra dapat
dipandang sebagai sarana atau media pengungkapan dunia pengarang beserta ideologinya
yang kompleks dan menyeluruh melalui medium bahasa. Sastra merupakan ungkapan pribadi
manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, keyakinan, ide, dan semangat dalam
bentuk karya seni yang dapat membangkitkan rasa keindahan melalui bahasa. Kemudian
Sastra juga merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah
manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.

Berdasarkan batasan-batasan yang telah disampaikan dalam uraian sebelumnya, dapat


disumpulkan bahwa setidaknya dalam sastra terdapat dua unsur yang utama, yaitu:

 Isi, yaitu sesuatu yang merupakan gagasan atau pikiran, perasaan,


pengalaman, ide, semangat, dan tanggapan pengarang terhadap lingkungan
kehidupan sosial yang ingin disampaikan pengarang terhadap pembaca,
 Bentuk, yaitu media ekspresi yang berbentuk seni sastra, yang pada umumnya
bermediumkan bahasa serta unsur-unsur yang mendukung totalitas makna
yang terkandung di dalamnya.

Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya. Dua unsur yang
dimaksud ialah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik ialah unsur yang
menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra,
seperti: tema, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latar dan pelataran, dan pusat
pengisahan. Sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari
luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain.
C. FUNGSI DAN MANFAAT SASTRA
1. FUNGSI SASTRA
Secara garis besar, sastra berfungsi untuk memberikan kesenangan atau kenikmatan
kepada pembacanya. Sastra di samping memberikan kesenangan kepada para pembacanya
juga berdaya guna atau bermanfaat bagi kehidupan batiniah. Sastra berguna untuk
memberikan hiburan sekaligus berguna bagi pengayaan spiritual atau menambah khasanah
batin pembaca.

Sastra bersifat menghibur bukan berarti membuat pembaca terpingkal-pingkal karena


tidak dapat menahan tawanya. Namun, lebih pada kepuasan batin ketika mengikuti alur cerita
atau menikmati keindahan penggunaan bahasa dalam memaparkan aspek-aspek kehidupan
(Priyatni, 2015:21).

2. MANFAAT SASTRA
Ada berbagai manfaat yang dapat diberikan oleh sastra, menurut Karno (Priyatni,
2015:7) berbagai manfaat yang diperoleh dari karya sastra ini adalah sebagai berikut. Sastra
sebagai ilmu, artinya sastra sebagai salah satu disiplin ilmu yang bersifat konventif yang
diajarkan di bangku sekolah secara formal, dalam sub bidang bahasa Indonesia.

Sastra sebagai seni, artinya sastra memiliki semboyan dulce et utile (menghibur dan
berguna). Jadi, sastra di samping memberikan kesenangan kepada para pembacanya juga
berdaya guna atau bermanfaat bagi kehidupan manusia. Artinya, sastra bermanfaat untuk
pengayaan spiritual atau khasanah batin.

Sastra sebagai kebudayaan, dalam hal ini sastra mencakup segala kehidupan manusia
baik secara lahir maupun batin. Secara lahir sastra sejajar dengan bahasa yang berfungsi
sebagai pemersatu bangsa, sarana pergaulan, alat komunikasi antara manusia dan
antarbangsa. Hal ini dapat dilihat dan saling dikenalnya para pengarang di seluruh penjuru
dunia melalui hasil karyanya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sastra dapat dipandang sebagai sarana atau media pengungkapan dunia pengarang
beserta ideologinya yang kompleks dan menyeluruh melalui medium bahasa. Sastra
merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan,
keyakinan, ide, dan semangat dalam bentuk karya seni yang dapat membangkitkan rasa
keindahan melalui bahasa. Sastra juga berfungsi untuk memberikan kesenangan atau
kenikmatan kepada pembacanya.
B. SARAN
Adanya pengaruh globalisasi menyebabkan adanya transisi atau
penggunaan bahasa asing sebagai bahasa internasional. Bahasa asing tertentu diajarkan
disekolah terutama untuk membina kemampuan memahami dan memanfaatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditulis dalam bahasa asing tersebut. Pengajaran bahasa
asing khususnya di sekolah dasar tidak boleh menghambat pembinaan dan pengembangan
bahasa Indonesia. Karena dengan mengembangkan bahasa Indonesia sama halnya dengan
mengembangkan karakter bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Erowati, R dan Bahtiar, A. Sejarah Sastra Indonesia. Ciputat: Lemlit UIN Jakarta. 2011.
Pengertian sastra. Pdf
Teeuw A. 1984. Sastra dan ilmu sastra. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai