Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

TEORI & APRESIASI SASTRA SD

“SASTRAWAN & KARYANYA DI BERBAGAI ANGKATAN”


Dosen Pengampu Mata Kuliah : Marwah Densi, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

Ika Sri Wahyuni 1847040032


Rihlah Ayu Raoda 1847042067
Hasriani 1847042061
Aulia Rezkyana A. 1847042057
Hidayat Junaid 1847042014

Kelas : M7.5

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019-2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah Teori dan Apresiasi Sastra SD ini dengan judul “Sastrawan dan Karyanya di
Berbagai Macam Angkatan”.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita
semua tentang sastrawan dan karyanya di berbagai macam angkatan.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi kami khususnya .

Makassar, 5 September 2019

Penyusun

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Periodisasi Sastra......................................................................................................5-10
B. Nama-Nama Sastrawan dan karyanya di Indonesia...............................................11-26

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................ 27-28
B. Saran........................................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 30

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat Indonesia, bahkan jauh sebelum
masyarakat mengenal tulisan. Sebelum mengenal tulisan sastra bersifat lisan. Keberadaan
pengarangnya tidak diketahui atau anonim, karena saat itu sastra disampaikan dari mulut
ke mulut. Seiringnya waktu sastra di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Banyak tokoh yang mulai menyampaikan pendapatnya mengenai sejarah sastra Indonesia.
Contohnya seperti H.B. Jassin, Taufik Ismail, Sanusi Pane, Sultan Takdir Alisyah bana dan
lain-lain. Suatu karya sastra dianggap ideal apabila mencakup setidaknya lima aspek. Yang
pertama adalah waktu. Waktu yang dimaksud adalah periodisasi atau angkatan yang
menggolongkan karya sastra tersebut. Baik angkatan 1920-an, 1933, 1942, 1945, 1953, 1966
dan seterusnya. Yang kedua adalah wilayah. Karya sastra tersebut harus berada di territorial
Indonesia yaitu dari Sabang sampai Merauke. Yang ketiga adalah bahasa. Sastra Indonesia
harus menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Yang keempat adalah
bangsa. Satra Indonesia yang ideal harus dikarang oleh orang berkebangsaan Indonesia. Yang
kelima adalah isi karya. Isi karya sastra Indonesia yang ideal adalah bercerita tentang bangsa
maupun kehidupan orang Indonesia itu sendiri. Walaupun pengarang karya tersebut adalah
orang Indonesia, namun karyanya tidak menggunakan bahasa Indonesia tidak dapat disebut
sastra Indonesia yang ideal. Jika karya itu sudah diterjemahkan menggunakan bahasa
Indonesia disebut sastra terjemahan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud periodisasi sastra?


2. Siapa saja yang termasuk dalam sastrawan Indonesia dan apa saja karyanya?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mempelajari periodisasi sastra.


2. Untuk mengetahui sastrawan-sastrawan di Indonesia beserta karyanya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Periodisasi Sastra
Periodisasi sastra adalah penggolongan sastra berdasarkan pembabakan waktu dari awal
kemunculan sampai dengan perkembangannya. Selain berdasarkan tahun kemunculan,
periodisasi sastra juga dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri sastra yang dikaitkan dengan situasi
sosial, serta pandangan dan pemikiran pengarang terhadap masalah yang dijadikan objek
karya kreatifnya.

Dilihat dari sejarahnya, sastra terdiri atas tiga bagian. Ketiga itu adalah sebagai berikut.

1. Kesusastraan Lama, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat lama
dalam sejarah bangsa Indonesia. Kesusastraan lama Indonesia dibagi menjadi :

a. Kesusastraan zaman Purba;


b. Kesusastraan zaman Hindu Budha;
c. Kesusastraan zaman Islam;
d. Kesusastraan zaman Arab-Melayu.

2. Kesusastraan Peralihan, kesusastraan yang hidup di zaman Abdullah bin Abdulkadir


Munsyi. Karya-karya Abdullah bin Abdulkadir Munsyi antara lain :

a. Hikayat Abdullah;
b. Syair Singapura Dimakan Api;
c. Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah;
d. Syair Abdul Muluk, dan lain-lain.

3. Kesusastraan Baru, kesusastraan yang hidup dan berkembangan dalam masyarakat baru
Indonesia. Kesusastraan Baru mencakup kesusastraan pada zaman :

a. Balai Pustaka/Angkatan '20;


b. Pujangga Baru/Angkatan '30;
c. Jepang;
d. Angkatan '66;
e. Mutakhir/Kesusastraan setelah tahun 1966 sampai sekarang.

Selain penjelasan tersebut, berikut ini dikemukakan periodisasi sastra menurut H.B.
Jassin. H.B. Jassin mengelompokkan sastra Indonesia atas dua periode, yaitu :

1) Periode sastra Melayu Lama; dan


2) Periode sastra Indonesia Modern, yang terdiri atas empat angka yaitu:
a. Angkatan Balai Pustaka;
b. Angkatan Pujangga Baru;
c. Angkatan '45;
d. Angkatan '66.

5
Berikut ini dipaparkan tentang periode sastra yang dikelompokkan oleh H. B. Jassin
tersebut.

1. Sastra Melayu Lama


Sastra Melayu Lama merupakan sastra Indonesia sebelum abad ke-20 dengan ciri-cirinya
masih menggunakan bahasa Melayu, umumnya bersifat anonim, bersifat istana sentris, dan
menceritakan hal-hal berbau mistis, seperti dewa-dewi, kejadian alam, peri, dan sebagainya.
Sastra pada masa Melayu Lama, contohnya dongeng tentang arwah, hantu/setan, keajaiban
alam, binatang jadi-jadian dan berbagai macam hikayat, seperti Hikayat Mahabharata,
Hikayat Ramayana, Hikayat Sang Boma, dan juga syair, seperti Syair Perahu dan Syair Si
Burung Pungguk oleh Hamzah Fansuri dan Gurindam Dua Belas dan Syair Abdul Muluk
oleh Raja Ali Haji.

2. Sastra Indonesia Modern

a. Angkatan Balai Pustaka

Angkatan Balai Pustaka lazim juga disebut Angkatan 20-an atau Angkatan Siti Nurbaya.
Angkatan ini merupakan titik tolak kesustraall Indonesia. Adapun ciri-ciri Angkatan Balai
Pustaka adalah menggunakan bahasa Indonesia yang masih terpengaruh oleh bahasa Melayu,
persoalan yang diangkat persoalan adat kedaerahan dan kawin paksa, dipengaruhi kehidupan
tradisi sastra daerah/lokal, dan cerita yang diangkat seputar romantisme. Angkatan Balai
Pustaka disebut juga Angkatan Siti Nurbaya, karena salah satu roman yang sangat terkenal
pada angkatan ini adalah roman Sitti Nurbaya.

Selain itu, karya sastra pada masa Angkatan Balai Pustaka, yaitu berupa roman dan
kumpulan puisi. Karya berupa roman antara lain : Azab dan Sengsara (Merari Siregar), Muda
Teruna (Adi Negoro), Salah Pilih (Nur St. Iskandar) dan Dua Sejoli (M. Kasim, dkk.). Karya
berupa kumpulan puisi antara lain : Percikan Permenungan (Rustam Effendi) dan Puspa
Mega (Sanusi Pane).

b. Angkatan Pujangga Baru

Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan
oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut. Sensor dilakukan
terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran
kebangsaan. Sastra Pujangga baru adalah sastra intelektual dan nasionalistik.

Ciri-ciri sastra pada masa Angkatan Pujangga Baru antara lain : sudah menggunakan
bahasa Indonesia, menceritakan kehidupan masyarakat kota, persoalan intelektual,
emansipasi (struktur cerita/konflik sudah berkembang), pengaruh barat mulai masuk dan
berupaya melahirkan budaya nasional, menonjolkan nasionalisme, romantisme,
individualisme, intelektualisme, dan materialisme.

Salah satu karya sastra terkenal dari Angkatan Pujangga Baru adalah Layar Terkembang
karangan Sutan Takdir Alisjahbana. Layar Terkembang merupakan kisah roman antara tiga
muda-mudi, yaitu: Yusuf, Maria, dan Tuti. Dalam kisah Layar Terkembang, Sutan Takdir
Alisjahbana ingin menyampaikan beberapa hal, yaitu perempuan harus memiliki pengetahuan
yang luas sehingga dapat memberikan pengaruh yang sangat besar di dalam kehidupan

6
berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, perempuan dapat lebih dihargai kedudukannya
di masyarakat. Selain itu, masalah yang datang harus dihadapi bukan dihindari dengan
mencari pelarian, seperti perkawinan yang digunakan untuk pelarian mencari perlindungan,
belas kasihan dan pelarian dari rasa kesepian atau demi status budaya sosial.

Sebagai raja penyair Pujangga Baru. Beliau diberi gelar tersebut karena mampu
menjembatani tradisi puisi Melayu yang ketat dengan bahasa Indonesia yang sedang
berkembang. Dengan susah payah beliau mampu menarik keluar puisi Melayu dari puri-puri
Istana Melayu menuju ruang baru yang lebih terbuka, yaitu bahasa Indonesia, yang menjadi
dasar dari Indonesia yang sedang dicita-citakan bersama.

c. Angkatan 45

Angkatan 45 lahir dalam suasana lingkungan yang sangat memprihatinkan dan serba
keras, yaitu lingkungan fasisme Jepang dan clilanjutkan dengan peperangan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Ciri-ciri Angkatan 45 antara lain :terbuka, pengaruh unsur sastra
asing lebih luas, corak isi lebih realis, naturalis, dan individualisme sastrawan lebih menonjol.
Puisi yang dianggap maskot pembaruan dalam sejarah perpuisian di Indonesia adalah puisi
yaiig berjudul "Aku" karya Chairil Anwar. Dalam puisi tersebut, Chairil menggambarkan
pandangan dan semangat hidupnya yang menggebu-gebu, individualistis, dan revolusioner.

d. Angkatan 66

Angkatan 66 ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Semangat avant-garde


sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan yang sangat beragam
dalam aliran sastra, seperti munculnya karya sastra beraliran surealis, arus kesadaran,
arketipe, absurd, dan lainnya. Angkatan ini lahir di antara anak-anak muda dalarn barisan
perjuarigan. Angkatan ini mendobrak kemacetan-kemacetan yang disebabkan oleh
pemimpin-pemimpin yang salah urus. Para mahasiswa mengadakan demonstrasi besar-
besaran menuntut ditegakkannya keadilan dan kebenaran.

Ciri-ciri sastra pada masa Angkatan 66 adalah bercorak perjuangan antitirani, protes
politik, anti kezaliman dan kebatilan, bercorak membela keadilan, mencintai nusa, bangsa,
negara dan persatuan, berontak terhadap ketidakadilan, pembelaan terhadap Pancasila, berisi
protes sosial dan politik. Hal tersebut diungkapkan dalam karya sastra pada masa Angkatan
66 antara lain :Pabrik (Putu Wijaya), Ziarah (Iwan Simatupang), serta Tirani dan Benteng
(Taufik Ismail).

Menurut Maulana Lukni (2010: secara urutan waktu sastra Indonesia terbagi atas beberapa
angkatan, yaitu :
1. Angkatan Pujangga Lama;
2. Angkatan Sastra Melayu Lama;
3. Angkatan Balai Pustaka;
4. Angkatan Pujangga Baru;
5. Angkatan 1945;
6. Angkatan 1950-1960-an;
7. Angkatan 1966-1970-an;
8. Angkatan 1980-1990-an;
9. Angkatan Reformasi;
10. Angkatan 2000-an.

7
Berikut ini dipaparkan tentang periode sastra tersebut.

1. Angkatan Pujangga Lama

Pujangga Lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang


dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini, karya sastra didominasi oleh syair, pantun,
gurindam, dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang
kuat, meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera
bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya
keagamaan. Hamzah Fansuri merupakan tokoh pertama di antara penulis-penulis utama
angkatan Pujangga Lama. Selanjutnya, dari istana Kesultanan Aceh pada abad ke-17 muncul
karya-karya klasik. Karya-karya yang paling terkemuka adalah Nur ad-Daqa'iq (Cahaya pada
Kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin Pasai dan Bustan as-Salatin (Taman Raja-raja) oleh
Nuruddin ar-Raniri.

2. Angkatan Sastra Melayu Lama

Sastra Melayu Lama merupakan karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sekitar
tahun 1870-1942. Sastra Melayu Lama berkembang di lingkungan masyarakat Sumatera
seperti Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya, masyarakat Tionghoa
dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam
bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat. Contoh karya sastra Melayu lama adalah
Nyai Dasima oleh G. Francis, Bunga Rampai oleh A.F. van Dewall, dan Busono oleh
R.M.Tirto Adhi Soerjo.

3. Angkatan Balai Pustaka

Angkatan Balai Pustaka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun
1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan
drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam
khazanah sastra di Indonesia pada masa ini. Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk
mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu
rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyairan (cabul) dan dianggap memiliki misi
politis (Iiar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa, yaitu bahasa Melayu
Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan da1am jumlah terbatas dalam bahasa Bali,
bahasa Batak, dan bahasa Madura. Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan
Balai Pustaka" karena banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal
kelahiran para pengarang, dapat dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada
angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya. Pada
masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi karya yang cukup penting. Keduanya
menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Dalam
perkembangannya, tema-tema inilah yang banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada
masa itu.

4. Angkatan Pujangga Baru

Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh
Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya
sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru
adalah sastra Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir

8
Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun
1930-1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang,
menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar
Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan Kalau Tak
Untung menjadi karya penting sebelum perang.

5. Angkatan 1945

Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan


Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibandingkan karya Angkatan
Pujangga baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak
bercerlta tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar.
Sastrawan angkatan'45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan
Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas
berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada
periode ini cerpen Dari Ave Maria ke jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai karya
pembaruan prosa Indonesia.

6. Angkatan 1950-1960-an

Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin.
Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan
puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra
lainnya, Sastra. Pada angkatan ini muncul gerakan komunis di kalangan sastrawan, yang
bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-
sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di antara kalangan
sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandeknya perkembangan
sastra karena masuk ke dalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya
G3OS di Indonesia.

7. Angkatan 1966-1970-an

Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar
Lubis. Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada
angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra
beraliran surealistik, membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini.
Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo
Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamiluherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad,
Sapardi Djoko Damono dan Atyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia,
H.B. Jassin. Beberapa sastrawan pada angkatan ini antara lain : Umar Kayam, Ikranegara,
Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi
Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufiksmail, dan
banyak lagi yang lainnya.

8. Angkatan 1980-1990-an

Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan
banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut
yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas di berbagai
majalah dan penerbitan umum.

9
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain :
Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet
Senja, Kumiawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman
Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie. Nh. Dini (Nurhayati
Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan
beberapa karyanya, antara lain : Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan
Dua Hati, dan Hati Yang Damai.

Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya
pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan
pemikiran timur. Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol
dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama
dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka
yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 di mana tokoh utama selalu dimatikan
untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya
selalu mengalahkan peran antagonisnya. Namun, yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an
ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang
dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupus-nya. Justru dari kemasan yang
ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-
karya yang lebih berat. Ada n a-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis
Indonesia yang dikomandani Titie Said, antara lain : La Rose, Lastri Fardhani, Diah
Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.

9. Angkatan Reformasi

Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke B.J. Habibie
lalu KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Soekarnoputri, muncul wacana
tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan
maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik,
khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama berbulan-
bulan dihuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas
pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema
sosial-politik. Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang
terjadi pada akhir taliun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik
yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra—puisi,
cerpen, dan novel pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema
sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam
Noer, dan Hartono Benny Hidayat dengan media online: duniasastra(dot)com-nya, juga ikut
meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.

10. Angkatan 2000-an

Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi, Korrie Layun


Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000" —
namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiiiki juru bicara. Sebuah buku tebal
tentang Angkatan 2000 disusunnya dan diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002.
Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis,dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam
Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal
Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir
1990- an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.

10
B. Nama-Nama Sastrawan Indonesia
Sesuai dengan urutan waktu, di bawah ini akan diuraikan hasil karya sastrawan Indonesia
sesuai dengan periodisasi sastra yang telah dibahas sebelumnya.

1. Pujangga Lama (Sebelum, Semasa, dan Sesudah Abdullah)

a) Tun Sri Lanang

Mahmud Sri Lanang gelar Bendahara Paduka Raja berasal dari Johor. Ia bersama-
sama dengan Sultan Johor ditawan oleh Sultan Iskandar Muda di Aceh. Pada tahun 1612
sewaktu tinggal di istana Sultan Aceh, ia menyusun kitab sejarah Melayu.

b) Hamzah Fansuri

Hamzah Fansuri hidup pada abad ke-17, sewaktu Aceh diperintah oleh Sultan
Iskandar Muda. Ia bersama kawannya Abdul Rauf dari Singkel dan Sjamsuddin dari Pasai
memusatkan perhatian di lapangan mistik (tasawuf). Hamzah Fansuri berpendapat bahwa
manusia bisa bersatu dengan Tuhan karena ada dasar serta unsur-unsur yang sama. Hasil
karangan Hamzah Fansuri bersifat simbolik (perlambang). Hasil karangannya antara lain :

1) Syair Perahu;
2) Syair Burung Pungguk;
3) Syair Burung Pingga;
4) Syair Dagang;
5) Syair Asrar Al'arifin.

c) Abdul Rauf

Abdul Rauf berasal dari Singkel, hidup pada abad ke-17 dan meninggal dunia di
Kuala Sungai (Aceh). Karangannya berisi petunjuk untuk orang-orang yang menuntut ilmu
agama dan bersifat mistik (tasawuf). Hasil karangan Abdul Rauf adalah Mir'atattulalab.

d) Sjamsuddin Assumatrani

Sjamsuddin Assumatrani adalah seorang pujangga yang telah hidup di istana Raja
Aceh Mahkota Alam pada tahun 1607-1636 M. Ia adalah murid Hamzah Fansuri.

1) Mir'atul-Mu'mini
2) Mir'atul-Iman

e. Nuruddin Ar-Raniri

Nuruddin Ar-Raniri berasal dari India dan tinggal di Indonesia (Aceh) antara tahun
1637-1644. Ia adalah pelopor penentang ajaran Hamzah Fansuri. Ia berpendapat bahwa
manusia tidak dapat bersatu dengan Tuhan, tetapi hanya mendekati Tuhan sebagai Khalik
(pencipta), sedangkan manusia sebagai makhluk (yang diciptakan). Dalam tulisannya "Tjiban
fi ma'fifatil-adjan", dia menentang paham Fansuri.

11
Demikian besar pengaruhnya kepada Sultan Aceh sehingga Sultan memberi perintah
untuk memusnahkan semua karya mistik Hamzah Fansuri yang dianggap murtad dan
membahayakan hnan seseorang. Hasil karangannya antara lain :

1) Bustanussalatina (Taman Raja-Raja);


2) Siratul-mustagiem.

f. Buchori Aldjauhari

Nama pengarang ini sangat terkenal pada abad ke-15-16 M. Hasil karyanya adalah
Tajussalatin atau Mahkota Segala Raja yang terkenal dalam kesusastraan Melayu. g. Raja Ali
Hadji Dia adalah saudara sepupu raja muda Riau, yakni Raja Achmad (1844- 1857). Tempat
tinggalnya di Pulau Penyengat. Ia pandai berbahasa Arab serta menjunjung tinggi
kebudayaan Islam. Hasil karangannya antara lain :

1) Gurindam XII;
2) Tuhfat-An-Nafis;
3) Silsilah Raja-raja Melayu dan Bugis.

g. Siti Salecha

Dia adalah saudara sepupu Raja Ali Hadji. Ada pendapat yang mengatakan bahwa
pengarang wanita inilah yang menggubah Syair Abdul Muluk. Tetapi, pendapat lain
mengatakan bahwa syair itu gubahan Ali Hadji.

h. Marah Rusli

Marah Rusli dilahirkan si Sumatera rat pada tahun 1898. Ia adalah seorang dokter h
Ba ewan. Hasil karangannya antara lain :

1) Sitti Nurbaya (roman; BP, 1922);


2) La Hami (roman sejarah P. Sumbawa, 1952);
3) Anak dan Kemenakan (roman, 1956);
4) Memang Jodoh (autobiografi).

i. Merari Siregar

Merari Siregar lahir pada tanggal 13 Juni 1896 di Sipirok, Sumatera Utara. Ia pernah
bekerja sebagai guru bantu di Medan dan di Rumah Sakit Umum Jakarta. Hasil Karangannya
antara lain :
1) Azab dan Sengsara (roman; BP, 1924);
2) Si Jamin dan Si Johan (saduran).

j. Nur Sultan Iskandar

Ia dilahirkan di Sumatera Barat pada tahun 1893 di Sungai Batang, Maninjau dan
mendapat pendidikan sekolah guru. Dia merupakan pengarang yang paling produktif
sehingga ada yang memberi julukan "Raja Pengarang Balai Pustaka". Karya-karyanya yang
terkenal antara lain :

12
1) Apa Dayaku Karena Aku Perempuan (roman; BP, 1923);
2) Korban Karena Percintaan (roman; BP, 1924);
3) Salah Pilih (roman; BP, 1928);
4) Karena Mentua (roman; BP, 1932);
5) Neraka Dunia (roman; BP, 1934);
6) Hulubalang Raja (roman; BP, 1934);
7) Katak Hendak
8) Jadi Lembu (roman; BP, 1935);
9) Cinta Tanah Air (roman; BP, 1944);
10) Mutiara (roman; BP, 1946);
11) Jangir Bali;
12) Tltba Dibalas dengan Susu;
13) Cobaa; 13) Pengalaman Masa Kecil;
14) Si Bakhil;
15) Iman dan Penghasihan;
16) Dewi Rimba (terjemahan);
17) Abu Nawas (terjemahan).

k. Aman Datuk Madjoindo

Ia dilahirkan di Suprayang Solok (Sumatera Barat), pada tahun 1895. Setelah tamat
dari sekolah guru bantu, ia menjadi guru sekolah kelas II di Padang, kemudian bekerja di
Balai Pustaka. Setelah perang ia ditangkap menjadi pembantu ahli bahasa pada Balai Pustaka.
Perhatiannya lebih tertuju pada cerita anak-anak. Hasil karangannya antara lain :

1) Rusmala Dewi;
2) Si Cebol Rindukan Bulan;
3) Goel Bawakali;
4) Hang Tuah;
5) Si Dul Anak Betawi;
6) Anak Nelayan;
7) Menebus Dosa;
8) Cita-cita Mustafa.

l. Suman Hasibuan

Ia dilahirkan pada tahun 1904 di Bengkalis. Setelah menamatkan Normalschool di


Langsa, ia bekerja sebagai guru bahasa Melayu pada H.K.S di Siak pada tahun 1923. Pada
tahun 1930, ia menjabat sebagai kepala sekolah kelas II di Pasir Pengarayan. Sebagai seorang
pujangga, hasil karyanya mengandung kejenakaan dan bahasa yang dipaka.inya segar serta
penuh humor. Hasil karangannya antara lain :

1) Mencari Pencuri Anak Perawan (roman, 1923);


2) Kasih Tak Terlarai (roman, 1930);
3) Percobaan Setia (roman, 1932);
4) Tebusan Darah;
5) Kasih Tersesat (roman dalam Panji Pustaka, 1932);
6) Kawan Bergelut (kumpulan cerpen, 1938).

13
m. I Gusti Njoman Pandji Tisna

Ia adalah putra Raja Buleleng yang dilahirkan pada tanggal 11 Februari 1908 di
Singaraja. Setelah menamatkan HIS di Singaraja, ia melanjutkan ke Mulo di Jakarta. Sebagai
putra terbaik Bali asli, ia senantiasa mempertentangkan baik dan buruk dalam karangannya.
Hasil karangannya antara lain :

1) Ni Rawit Ceti Penjual Orang (roman; BP, 1935);


2) Sukreni Gadis Bali (roman, 1936);
3) I Swasta Setahun di Bedahulu (roman sejarah, 1938);
4) Dewi Karuna (roman, 1938).

n. Sariamin

Nama samaran Sariamin adalah Selasih atau Seleguri. Ia dilahirkan pada bulan Juli
1909 di Talu, Lubuksipang, suatu tempat di perbatasan Minangkabau dan Tapanuli. Dalam
karangannya, baik prosa maupun puisi, ia gemar sekali melukiskan kesedihan batin dan
hasrat jiwa yang tidak tersampaikan.

1) Kalau tak Untung (roman, 1938);


2) Pengaruh Keadaan (roman, 1937).

o. Hamidah

Hamidah adalah nama samaran dari Fatimah Hasan Delais yang hidup tahun 1914-
1953. Hamidah terkenal dengan karangannya yang berjudul "Kehilangan Mestika (roman,
1935)".

p. Abdoel Moeis

Ia dilahirkan pada tanggal 3 Juli 1886 di Bukittinggi. Namanya terkenal sebagai


wartawan dan politikus. Hasil karangannya antara lain :

1) Salah Asuhan (roman, 1928);


2) Pertemuan Jodoh (roman sosial, 1933);
3) Surapati (roman sejarah, 1950);
4) Robert Anak Surapati (roman sejarah, 1953).

q. Sutomo Djauhar Arifin

Ia dilahirkan pada tanggal 15 Juni 1916 di Buluh, Madium. Pada masa pendudukan
Jepang, ia bekerja di kantor pusat kebudayaan. Hasil karyanya adalah "Andang Teruna
(roman tendens)".

r. Adinegoro

Adinegoro alis Djamaludin, lahir di Talawi, Sumatera Barat, pada tanggal 24 Agustus
1904. Ia adalah seorang wartawan yang pernah menjabat sebagai kepala kantor berita
"Antara" dan "Aneta". Adinegoro adalah seorang sastrawan dan wartawan yang

14
berpandangan luas serta sebagai penganjur perkawinan interinsuler. Hasil karangannya antara
lain :
1) Melawat ke Barat (kisah);
2) Melawat ke Timur Jauh (kisah);
3) Darah Muda (roman tendens, 1927);
4) Asmara Jaya (roman, 1928).

s. Haji Said Daeng Muntu

Ia dilahirkan di Padang, tapi dibesarkan di Sulawesi karena mengikuti ayahnya yang


dibuang Belanda ke pulau itu. Hasil karangannya antara lain :

1) Karena Kerendahan Budi (roman tendens, 1941).

t. Ajirabas

Ajirabas adalah nama samaran dari Welfridus Joseph Sabari Purwadarmita, seorang
pengarang penganut Rooms Khatolik, Pengarang yang dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal
20 Juli 1903 itu menguasai bahasa Inggris. Hasil karangannya antara lain :

1) Punca Bahasa Nippon (pelajaran bahasa Jepang, 1925);


2) Mardi Kawi (buku pelajaran bahasa Kawi, 1930);
3) Pacoban (roman dalam bahasa Jawa, 1933).

u. Tulis Sutan Sati

Ia dilahirkan pada tahun 1898 di Bukittinggi dan meninggal di kota tersebut pada
zaman pendudukan Jepang. Karangan-karangannya penuh dengan bahasa dan langgam
Minangkabau. Hasil karyanya antara lain :

1) Sabai Nan Aluih (bahasa berirama, 1920);


2) Sengsara Membawa Nikmat (roman, 1928);
3) Siti Marhumah yang Saleh (syair, 1930);
4) Memutuskan Pertalian (roman, 1932);
5) Tidak Membalas Guna (roman, 1932);
6) Syair Rosima (1933).

v. Muhammad Kasim

Muhammad Kasim dilahirkan pada tahun 1886 di Muarasipongi, Tapanuli. Ia banyak


menciptakan karangan yang penuh humor dan sangat dipengaruhi oleh bahasa daerahnya.
Hasil karangannya antara lain :

1) Teman Duduk (kumpulan cerpen);


2) Pemandangan dalam Dunia Kanak-kanak;
3) Muda Teruna (1922);
4) Pangeran Hindi (terjemahan dari De Vorst van Indie).

15
w. Marius Ramis Dayoh

Marius Ramis Dayoh lahir di Airmadidi, Sulawesi Utara pada tanggal 2 November
1909. Hasil karangannya antara lain :

1) Syair untuk ASIB (1935);


2) Pahlawan Minahasa (1935).

2. Angkatan Pujangga Baru

a. Sutan Takdir Alisyahbana

Ia dilahirkan di Natal, Tapanuli pada tanggal 11 Februari 1908. Dalam karangannya


menggunakan bahasa yang sederhana dan tepat. Beberapa hasil karangannya antara lain :

1) Tak Putus Dirundung Malang (roman, 1929);


2) Dian Tak Kunjung Padam (roman, 1932);
3) Layar Terkembang (roman tendens, 1936);
4) Tebaran Mega (kumpulan puisi/prosa lirik, 1936);
5) Anak Perawan di Sarang Penyamun (roman, 1941);
6) Melawat ke Tanah Sriwijaya (kisah, 1931/1952).

b. Armijn Pane

Ia dilahirkan di Muara Sipongi, Tapanuli pada tanggal 18 Agustus 1908. Armijn Pane
pernah menjadi ketua muda perkumpulan seniman kantor yang bernama "Angkatan Baru".
Perkumpulan tersebut dapat dipandang sebagai pelopor "Angkatan 45". Armijn Pane juga
dikenal sebagai missing link atau mata rantai yang terlepas dari angkatannya. Ia pelopor
angkatan Pujangga Baru, tetapi karyanya cenderung tergolong Angkatan 45. Karangannya
yang berupa sajak-sajak telah diterbitkan dalam berbagai majalah, terutama dalam majalah
Pujangga Baru.

1) Lukisan Masa (Sandiwara dalam Pujangga Baru, 1937);


2) Kartini (uraian dan petikan, 1939);
3) Lenggang Kencana (sandiwara, 1939);
4) Jiwa Berjiwa (sajak, 1939);
5) Belenggu (roman, 1940).

c. Amir Hamzah

Amir Hamzah yang bergelar pangeran Indra Putra lahir pada tanggal 28 Febx-uari
1911 di Tanjungpura, Langkat dan meninggal pada bulan Maret 1946. Amir Hamzah lebih
banyak menggubah puisi sehingga mendapat sebutan Raja Penyair Pujangga Baru. Hasil
karangannya antara lain :

1) Nyanyian Sunyi (kumpulan sajak, 1937);


2) Buah Rindu (kumpulan sajak, 1941);
3) Setanggi Timur (kumpulan sajak, terjemahan 1939);
4) Bhagawad Gita (terjemahan salah satu bagian Mahabarata).

16
d. Sanusi Pane

Sanusi Pane dilahirkan di Muara Singongi pada tanggal 14 November 1905. Sanusi
Pane lebih dikenal sebagai tokoh yang menganut aliran "seni untuk seni" atau "L’art pour
L’art”. Sanusi Pane berusaha memadukan budaya Barat dan Timur. Hasil karangannya antara
lain :
1) Puncaran Cinta (kumpulan prosa lirik, 1926);
2) Puspa Mega (kumpulan puisi, 19271;
3) Madah Kelana (kumpulan puisi, 1931);
4) Kertajaya (sandiwara, 1932);
5) Sandyakalaning Majapahit (sandiwara, 1933);
6) Manusia Buru (sandiwara, 1940).

e. Muhammad Yamin

Kepeloporannya dalam bidang sonata menyebabkan dirinya dijuluki bapak sonata


Indonesia. Muhammad Yamin dilahirkan di Sawahlunto, Sumatera Barat pada tanggal 23
Agustus 1905. Setelah Proklamasi Kemerdekaan '45 ia memegang jabatan-jabatan penting di
bidang kenegaraan. Hingga akhir hayatnya (28 Oktober 1962), ia tidak pemah absen dalam
keterlibatannya bernegara. Hasil karyanya antara lain :

1) Tanah Air (kumpulan puisi, 1922);


2) Indonesia Tanah Tumpah Darahku (kumpulan puisi, 1928);
3) Menanti Surat dari Raja (sandiwara, terjemahan Rabindranath Tagore);
4) Di Dalam dan di Luar Lingkungan Rumah Tongga (terjemahan Rabindranath
Tagore);
5) Gadjah Mada (roman sejarah, 1934);
6) Ken Arok dan Ken Dedes (sandiwara, 1934);
7) Diponogoro (roman sejarah, 1950);
8) Julius Caesar (terjemahan dari Shakespeare);
9) 6000 Tahun Sang Merah Putih (1954);
10) Tan Malaka (1945);
11) Kalau Dewi Tara Sudah Berkata (sandiwara, 1957).

f. J.E Tetengkeng

Satu-satunya penyair religius beragama Kristen adalah J.E. Tatengkeng. Ia dilahirkan


di Kalongan, P. Sangihe pada tanggal 19 Oktober 1907. Karangan-karangan yang bersifat
religius yang dilukiskannya tidak hanya berhubungan dengan agamanya saja, melainkan arti
Tuhan secara universal. Buah penanya yang terkenal adalah "Rindu Dendam" (kumpulan
puisi, 1934).

g. Hamka

Hamka dikenal sebagai pujangga penguras air mata karena hampir semua karyanya
bersifat kesedihan yang mendalam. Hamka Singkatan dari Haji Abdul Ma1ik Karim
Amrullah, lahir di Maninjau, Sumatera Barat pada tanggal 16 Februari 1908. Hasil
karangannya antara lain :

1) Di Bawah Lindungan Ka'bah (1938);

17
2) Di dalam Lembah Kehidupan (kumpulan cerpen, 1941);
3) Tenggelamnya Kapan Van Der Wijk (roman, 1939);
4) Kenang-kenangan Hidup (autobiografi, 1951);
5) Ayahku (biografi);
6) Karena Fitnah (roman, 1938);
7) Merantau ke Deli (kisah, 1939);
8) 114an Direktur (1939);
9) Menunggu Beduk Berbunyi (roman, 1950); 10) Keadaan Illahi;
10) Lembaga Budi;
11) Lembaga Hidup;
12) Revolusi Agama.

h. M.R Dajoh

Marius Ramis Dajoh dilahirkan di Airmadidi, Minahasa, pada tanggal 2 November


1909. Prosanya sering kali menggambarkan pahelarwaanp-i pahlawan yang berani. Sedang
dalam puisinya, ia sering rnat kesengsaraan masyarakar. Hasil karyanya antara lain :

1) Pahlawan Minahasa;
2) Peperangan Orang Minahasa dengan Orang Spanyol (roman, 1931);
3) Syair untuk ASIB (sanjak, 1935).

i. Ipih

Ipih atau H.R adalah samaran dari Asmara Hadi. Ia lahir pada tanggal 5 September
1914 di Talo, Bengkulu. Dalam karyanya terbayan semangat kegembiraan dengan napas
kebangsaan dan perjuangan. Hasil karyanya antara lain :

1) Di dalam Lingkungan Kawat Duri (catatan, 1941);


2) Sajak-sajak dalam Majalah.

j. Rustam Effendi

Ia lahir di Padang pada tanggal 18 Mei 1905. Kaarriaknagtannya banya terpengaruh


oleh bahasa daerah dan bersumber dari kata-kata bahasa Arab dan Sansekerta.: Hasil
karangannya antara lain :

1) Percikart Permenungan (kumpulan sajak, 1922);


2) Bebasari (sandiwara bersanjak, 1922).

k. Hasjmy

Nama sebenarnya adalah Muh. Ali Hasjim. Ia lahir di Seulimeum, Aceh pada tanggal
28 Maret 1912. Pada tahun 1936, ia menjadi guru di Perguruan Islam Seulimeum. Hasil
karangannya antara lain :

1) Kisah Seorang Pengemhara (kumpulan sanjak, 1936);


2) Dewan Sanjak (kumpulan sanjak, 1940).

18
l. Imam Supardi

Hasil karangannya antara lain :

1) Kintamani (roman, Ksatria Surabaya);


2) Wishu Wardhana (dramatik, 1937).

Beberapa sastrawan lain penggubah puisi dari Angkatan Pujangga Baru, antara Iain
Mozasa, singkatan dari Muhammad Zain Saidi; Yogi nama samaran A. Rivai, dengan
kumpulan sajaknya Puspa Aneka; A.M.DG. Myala, nama sebenarnya adalah A.M. Thahir
Intojo alias Rhamedin; dan Or Mandank.

3. Angkatan `45
a. Usmar Ismail

Ia dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 20 Maret 1921. Ia muncul sebagai penulis


sandiwara, sanjak, dan cerita-cerita pendek. Karangan-karangannya bernafaskan ketuhanan
dan kebangsaan. Hal itu sejalan dengan pendiriannya bahwa seni harus mengabdi pada
kepentingan nusa, bangsa, dan agama. Hasil karyanya antara lain :

1) Permintaan Terakhir (cerita pendek);


2) Asokamala Dewi (cerita pendek);
3) Puntung Berasap (kumpulan sanjak, 1950);
4) Sedih dan Gembira (kumpulan drama, 1948);
5) Mutiara dari Nusa Laut (drama);
6) Tempat yang Kosong;
7) Mekar Melati;
8) Pcsanku (sandiwara radio
9) Ayahku Pulang (sandiwara).

b. dr. Abu Hanifah

dr. Abu Hanifah dengan nama samarannya El-Halcim, lahir pada tahun 1906 di
Padang. Karangannya bernapaskan ketuhanan dan kesusilaan. Beberapa karyanya antara lain
:
1) Taufan di Atas Asia (kumpulan sandiwara);
2) Kita Berjuang (1947);
3) Dokter Rimbu (roman, 1952);
4) Soal Agama dalam Negara Modern

c. Amal Hamzah

Amal Hamzah adalah adik Ainir Hamzah. Ia lahir di Binjai, Langkat pada 31 Agustus
1922. Dalam karangannya masih tampak pengaruh Amir Hamzah dan Rabindranath Tagore.
Hasil karyanya antara lain : 1) Teropong, Bangkai Retak, dan Sine Nomine (cerita pendek,
1949); 2) Buku dan Penulis (kritik); 3) Laut, Pancaran Hidup (sanjak). 4) Chairil Anwar
Chairil Anwar adalah pembaharu puisi Indonesia. Ia lahir di Medan pada tanggal 26 Juli 1922
dan meninggal di Jakarta pada tanggal 28 April 1949. Dalam karangan-karangannya tampak

19
pengaruh Marsman, Du Pernon, dan Ter Braak, Pujangga Belanda setelah Angkatan '45.
Hasil karangannya antara lain :

1) Deru Campur Debu (kumpulan sajak, 1943-1949);


2) Kerikil Tajam yang Terhempas dan Terputus;
3) Tiga Menguak Takdir;
4) Pulanglah Dia Si Anak Hilang (terjemahan Andre Gide);
5) Kena Gempur (terjemahan dari Steinbeck).

d. Riva'i Apin

Riva'i Apin adalah pengarang pada majalah "Gema Suasana" dan "Nusantara". Ia juga
adalah pengikut Chairil Anwar yang setia dan pengagum Asrul Sani. Hasil karangannya
antara lain :

1) Tali Jangkar Putus, Putusan (sajak);


2) Tiga Menguak Takdir;
3) Chairil Anwar dengan Maut (esai, 1949).

e. Asrul Sani

Ia dilahirkan di Rao, Sumatera Barat, pada tanggal 10 Juni 1926. Dia adalah
sastrawan yang berpegang pada moral dan keluhuran jiwa dalam pandangan. Hasil karyanya
antara lain :

1) Sahabat Saya Cordiaz (cerita pendek);


2) Bola Lampu (cerita pendek);
3) Anak Laut, On Test, Surat dari Ibu (sanjak).

f. Idrus

Idrus lahir di Padang, pada tanggal 21 September 1921. Ia adalah pelopor Pujangga
Angkatan '45 di bidang prosa. Karangannya muncul pada masa Jepang dan bersifat realis-
naturalis dengan sindiran-sindiran tajam. Hasil karyanya antara lain :

1) Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (kumpulan cerita pendek, 1948);
2) Anak Buta (cerita pendek);
3) Aki (novel, 1948);
4) Perempuan dan Kebangsaan;
5) Jibaku Aceh (drama);
6) Dokter Bisma (drama, 1945);
7) Keluarga Suruno (drama, 1945);
8) Kereta Api Baja (terjemahan dari karya Vaevold Ivanov).

g. Utuy Tatang Sontani

Ia dilahirkan pada tahun 1920 di Cianjur. Ia mulai terjun dalam karang mengarang
pada tahun 1937. Pada karyanya terlihat pengaruh Fontaine, seorang pujangga Prancis. Hasil
karyanya antara lain :

20
1) Suling (drama, 1948);
2) Bunga Rumah Makan (drama, 1948); 3
3) Tambera (roman sejarah, 1948);
4) Orang-orang Sial (cerita pendek);
5) Awal dan Mira (drama).

h. Rosihan Anwar

Rosihan Anwar merupakan sastrawan yang lahir di Padang pada tahun 10 Mei 1922.
Hasil karyanya banyak yang bersifat tanggapan sosial. Hasil karyanya antara lain :

1) Radio Masyarakat (cerita pendek);


2) Manusia Baru, Lukisan, Seruan Napas (sanjak);
3) Raja Kecil, Bajak Laut di Selat Malaka (roman sejarah, 1967).

i. Aoh Kartahadimadja

Aoh Kartahadimadja lahir di Bandung pada tanggal 15 September 1911. Dalam


karangan-karangannya yang bercorak ketuhanan tampak pengaruh pujangga Norwegia. Hasil
karyanya antara lain :

1) Beberapa Paham Angkatan '45 (esai);


2) Gubukku, ke Desa (sanjak);
3) Manusia dan Tanahnya (kumpulan cerita pendek, 1952);
4) Zahra (kumpulan sanjak dan drama).

j. Akhdiat Kartamihardja

Ia dilahirkan pada tahun 1911. Pengetahuannya mencakup tentanl politik, tasawuf,


filsafat, dan kemasyarakatan. Hasil karyanya antara lain :

1) Atheis (roman psikologi, 1949);


2) Bentrokan dalam Asrama (drama);
3) Polemik Kebudayaan (esai
4) Keretakan dan Ketegangan (kumpulan cerita pendek);
5) Kesan dan Kenangan (kumpulan cerita pendek, 1961).

1. Pramudya Ananta Toer

Ia dilahirkan di Blora pada tanggal 6 Februari 1925. Ia adalah pengarang yang serba
bisa dan produktif. Bahasanya lincah dengan kalimat yang pendek. Hasil karyanya antara
lain:
1) Perburuan (novel, 1950);
2) Keluarga Gerilya (roman pembangunan, 1950);
3) Percikan Revolusi (kumpulan cerpen, 1950);
4) Subuh (kumpulan cerpen, 1952);
5) Cerita dari Bloia (kumpulan cerpen, 1952);
6) Bukan Pasar Malam (novel, 1952);
7) Mereka yang Dilumpuhkan (roman);
8) Di Tepi Kali Bekasi

21
9) Midah, Si Manis Bergigi Emas (roman, 1955);
10) Dia yang Menyerah (novel).

m. M. Balfas

Balfas lahir di Jakarta pada tanggal 15 Desember 1921. Dalam karangannya banyak
dijumpai logat Jakarta. Ia termasuk pengarang dengan watak yang sering melukiskan manusia
sebagaimana inspirasi yang diperolehnya. Hasil karyanya antara lain :

1) Lingkaran-lingkaran Retak (kumpulan prosa, 1952);


2) Dr. Tjipto Mangunkusuma Demokrat Sejati (biografi).

n. Mochtar Lubis

Ia lahir di Padang pada tanggal 17 Maret 1919. Ia adalah seorang sastrawan dan
wartawan yang progresif. Sebagai sastrawan karyanya banyak melukiskan perjuangan untuk
membebaskan diri dari penindasan. Hasil karyanya antara lain :

1) Tidak Ada Hari Esok (roman, 1950);


2) Si Jamal (cerpen, 1950);
3) jalan Tak Ada Ujung (roman psikologi, 1952);
4) Peretnpuan (cerpen 1956);
5) Tanah Gersang (novel, 1964);
6) Kisah dari Eropa (terjemahan);
7) Harimau-harimau.

o. Anas Ma'aruf

Anas Ma'aruf lahir di Bukittinggi pada tanggal 27 Oktober 1922. Ia pernah memimpin
harian "Nusantara", redaktur "Arena", dan majalah "Patriot" di Yogyakarta. Hasil karyanya
antara lain :

1) Citra (terjemahan dari Rabindranath Tagore);


2) Sadhana (terjemahan dari Rabindranath Tagore);
3) Nyalakan Terus, Antara Kita, Pandu Masa (sanjalc).

p. Maria Amin

Sastrawati ini lahir di Bengkulu pada tanggal 15 Juni 1920. Ia adalah pengarang
bercorak simbolik yang dapat menerobos sensor Jepang. Hasil karyanya antara lain :

1) Tinjauan Dunia Sana (cerpen);


2) Penuh Rahasia, Kapal Udara (sanjak).

q. Mahatmanto

Ia dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1924. Hasil karangannya lebih banyak berupa
sanjak, antara lain :

1) Cakar atau Ekor;

22
2) Individu;
3) Dogma;
4) Madrasah Muhammadiyah.

r. Zuber Usman

Sastrawan ini lahir di Padang pada tanggal 12 Desember 1916. Ia adalah seorang
sastrawan, penyair, serta penulis esai dan kritik. Karangannya yang berjudul "Sepanjang
Jalan" terdiri atas, :

1) Aneka Rasa;
2) Putri Bunga Karang.

s. Rusman Sutiasumarga

Ia dilahirkan pada tanggal 5 Juli 1917 di Subang. Hasil karyanya adalah :

1) Yang Terhempas dan Terkandas (kumpulan cerpen);


2) Korban Romantik (cerpen 1963).

t. Sitor Situmorang

Sastrawan ini lahir pada tanggal 21 Oktober 1924 di Tapanuli. Hasil karangannya
antara lain :

1) Surat Kertas Hijau (kumpulan sanjak, 1953);


2) Jalan Mutiara (kumpulan drama);
3) Dalam Sanjak;
4) Wajah Tak Bernama;
5) Zaman Baru (kumpulan sanjak).

4) Angkatan `50
a. Muhammad Ali

Muhammad Ali lahir di Surabaya pada tanggal 25 April 1927. Ia mulai bergerak di
bidang sastra pada tahun 1942. Hasil karyanya antara lain :

1) 5 Thagedi;
2) Siksa dan Bayangan (1955);
3) Persetujuan dengan Iblis (1955);
4) Kubur Tak Bertanda (1955);
5) Hitam Atas Putih (1959).

b. Toto Sudarto Bachtiar

Ia lahir di Palimanan, Cirebon pada tanggal 12 Oktober 1929. Hasil karyanya adalah :

1) Suara (kumpulan sanjak);


2) Etsa (kumpulan sanjak, 1958).

23
c. Ajip Rosidi

Lahir di Jatiwangi, Cirebon pada tahun 1938. Hasil karyanya antara lain :

1) Tahun-tahun Kematian (1955);


2) Di Tengah Keluarga (1956);
3) Sebuah Rumah Buat Hari Tua;
4) Perjalanan Pengantin (prosa, 1958);
5) Ketemu di Jalan (kumpulan sanjak, 1956);
6) Cari Muatan (kumpulan sanjak, 1956);
7) Pesta (kumpulan sanjak, 1956).

d. Alexander Leo

Lahir di Lahat pada tahun 1935 dan berpendidikan SMA Malang. la bekerja sebagai
redaktur di Balai Pustaka. Hasil karangannya antara lain :

1) Orang-orang yang kembali (kumpulan cerpen, 1956);


2) Mendung (Novel).

e. A.A. Navis

Ali Akbar Navis lahir pada ran ar gal 17 November 1924 di Padangpaniang. Hasil
kangannya antara lain :

1) Robohnya Surau Kami (kumpulan cerpen);


2) Bianglala (kumpulan cerpen, 1963);
3) Hujan Panas (kumpulan cerpen, 1963);
4) Kemarau (novel, 1967).

f. N.H Dini

Nurhayati Suhardini lahir pada tanggal: 29 Februari 1936. Hasil karangannya antara lain :

1) Dua Dunia;
2) Hati yang Damai;
3) Pada Sebuah Kapal;
4) Namaku Hiroko;
5) Labarka;
6) Tirai Menurun.

g. Trisnojuwono

Lahir di Yogyakarta pada tanggal 5 Desember 1929. Hasil karangannya antara lain :

1) Laki-laki dan Mesiu (kumpulan cerpen, 1957);


2) Angin Laut (kumpulan cerpen, 1958);
3) Pagar Kawat Berduri.

24
h. Riano Pratiko

Lahir pada tanggal 27 Agustus 1932 di Semarang. Hasil karangannya antara lain :

1) Api (kumpulan cerpen, 1951);


2) Si Rangka (1958).

i. Nugroho Notosusanto

Nugroho Notosusanto lahir pada tanggal 15 Juni 1931. Hasil karangannya antara lain :

1) Hujan Kepagian (kumpulan cerpen, 1958);


2) Tiga Kota (1959);
3) Rasa Sayange;
4) Hijau Tanahku Hijau Bajuku (cerpen 1963).

j. Kirdjomulyo

Lahir di Yogyakarta pada tahun 1930. Sejak tahun 1958, ia sudah termasuk penyair
produktif. Hasil karangannya adalah "Romance Perjalanan".

5) Angkatan `66
a. Taufiq Ismail

Taufiq Ismail lahir di Bukittinggi pada tanggal 25 Juni 1937. Sebagai salah satu
pelopor Angkatan '66, ia menghasilkan banyak karya sastra. Hasil karangannya antara lain :

1) Benteng (1966);
2) Tirani (1966);
3) Puisi-puisi Sepi (1971);
4) Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (1971).

b. Toto Sudato Bachtiar

Ia lahir di Cirebon pada tanggal 12 Oktober 1929. Selain sebagai sastrawan dan
penyair, ia juga adalah penerjemah. Hasil karangannya antara lain :

1) Suara (1956);
2) Etsa (1968);
3) Sulaiman Yang Agung (1958);
4) Bunglon (1965);
5) Pertempuran Penghabisan (1976).

c. Subagio Sastrowardoyo

Lahir di Madiun pada tanggal 1 Februari. Hasil karangannya antara lain :

1) Simphoni (1957);
2) Kejantanan di Sumbing (1965);

25
3) Daerah Perbatasan (1970);
4) Keroncong Motinggo (1975).

d. Hartojo Andangdjaja

Sastrawan ini lahir di Solo pada tanggal 4 Ju li 1930. Hasil karangannya adalah puisi
Rakyat.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Periodisasi sastra adalah penggolongan sastra berdasarkan pembabakan waktu dari


awal kemunculan sampai dengan perkembangannya. Selain berdasarkan tahun kemunculan,
periodisasi sastra juga dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri sastra yang dikaitkan dengan situasi
sosial, serta pandangan dan pemildran pengarang terhadap masalah yang dijadikan objek
karya kreatifnya. Dilihat dari sejarahnya, sastra terdiri atas tiga bagian, di antaranya sebagai
beikut :

1. Kesusastraan Lama, yaitu kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam


masyarakat lama dalam sejarah bangsa Indonesia. Kesusastraan lama Indonesia dibagi
menjadi :

a. kesusastraan zaman Purba;


b. kesusastraan zaman Hindu Budha;
c. kesusastraan zaman Islam;
d. kesusastraan zaman Arab—Melayu.

2. Kesusastraan Peralihan, yaitu kesusastraan yang hidup di zaman Abdullah bin


Abdulkadir Munsyi. Karya-karya Abdullah bin Abdulkadir Munsyi antara lain :

a. Hikayat Abdullah;
b. Syair Singapura Dimakan Api;
c. Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah;
d. Syair Abdul Muluk, dan lain-lain.

3. Kesusastraan Baru, yaitu kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat
baru Indonesia. Kesusastraan Baru mencakup kesusastraan pada zaman :

a. Balai Pustaka/Angkatan '20;


b. Pujangga Baru/Angkatan '30;
c. Jepang;
d. Angkatan '45;
e. Angkatan '66;
f. Mutakhir/Kesusastraan setelah tahun 1966 samPai sekarang.

Sesuai dengan urutan waktu, sastrawan Indonesia sesuai deng, periodisasi sastra dapat
diuraikan sebagai berikut :

1. Pujangga Lama (Sebelum, semasa, dan setelah Abulah)

a. Tun Sri Lanang


b. Hamzah Fansuri

27
c. Abdul Rauf
d. Sjamsuddin Assumatrani
e. Nuruddin Ar-Raniri
f. Buchori Aldjauhari
g. Raja Ali Hadji
h. Siti Salecha

2. Angkatan Balai Pustaka

a. Marah Rusli
b. Merari Siregar
c. Nur Sultan Iskandar
d. Aman Datuk Madjoindo
e. Suman Hasibuan
f. I Gusti Njoman Pandji Tisna
g. Sariamin
h. Hamidah
i. Abdoel Moeis
j. Sutomo Djauhar Arifin
k. Adinegoro
l. Haji Said Daeng Muntu
m. Ajirabas
n. Tulis Sutan Sati
o. Muhammad Kasim
p. Marius Ramis Dayoh

3. Angkatan Pujangga Baru

a. Sutan Takdir Alisyahbana


b. Armijn Pane
c. Amal Hamzah
d. Sanusi Pane
e. Muhammad Yamin
f. J.E. Tetengkeng
g. Hamka
h. M.R. Dajoh
i. Ipih
j. Rustam Effendi
k. A. Hasjmy
l. Imam Supardi

4. Angkatan '45

a. Usmar Ismail
b. dr. Abu Hanifah
c. Chairil Anwar
d. Riva'i Apin
e. Asrul Sani
f. Idrus
g. Utuy Tatang Sontani

28
h. Rosihan Anwar
i. Aoh Kartahadimadja
j. Akhdiat Kartamihardja
k. Pramudya Ananta Toer
l. M. Balfas n. Mochtar Lubis
m. Anas Ma'aruf
n. Maria Amin
o. Mahatmanto
p. Zuber Usman
q. Rusman Sutiasumarga
r. Sitor Situmorang

5. Angkatan `50

a. Muhammad Ali
b. Toto Sudarto Bachtiar
c. Ajip Rosidi
d. Alexander Leo
e. A.A. Navis
f. N.H Dini
g. Trisnojuwono
h. Riano Pratiko
i. Nugroho Notosusanto
j. Kirdjomulyo

6. Angkatan `66

a. Taufiq Ismail
b. Toto Sudarto Bachtiar
c. Subagio Sastrowardoyo
d. Hartojo Andangdjaja
e. Sapardi Djoko Damono
f. Iwan Simatupang
g. Kirdjomuljo
h. S.M Ardan
i. Ali Akbar Navis
j. Trisnojuwono

B. Saran

Setelah membaca makalah ini kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari seluruh pembaca agar pembuatan makalah kedepannya akan lebih baik, dan
kami mengharapkan agar kita semua dapat memahami pembelajaran dalam makalah ini

29
DAFTAR PUSTAKA

Dibia, I Ketut. 2018. Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia. Depok : Rajawali Pers.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Indonesia
https://indyrasuci.wordpress.com/2019/09/05/periodisasi-sastra-indonesia/

30

Anda mungkin juga menyukai