oleh
SANTUSO
NIM 120110201005
PRAKATA
Penulis panjatkan puji syukur atas segala limpahan rahmat, nikmat dan
karunia Allah Swt sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Analisis Cerpen Radio Masyarakat Karya Rosihan Anwar (Ditinjau dari Tema,
Latar, Penokohan, dan Gaya Bahasa). Penulis susun makalah ini untuk memenuhi
tugas matakuliah Sejarah Sastra Indonesia dari Dra. Sunarti Mustamar, M.Hum.
Penulis telah dibantu oleh berbagai pihak, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dra. Sunarti Mustamar, M.Hum., selaku dosen pengampu matakuliah
Sejarah Sastra Indonesia yang telah membimbing penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
2. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
PRAKATA .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................... 2
BAB 2. PEMBAHASAN .............................................................................. 3
2.1 Tema ........................................................................................... 3
2.2 Latar ........................................................................................... 4
2.3 Penokohan .................................................................................. 8
2.4 Gaya Bahasa .............................................................................. 10
BAB 3. KESIMPULAN ............................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 15
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
Bagaimana tema yang terdapat dalam cerpen Radio Masyarakat karya Rosihan
Anwar?
b) Bagaimana latar yang terdapat dalam cerpen Radio Masyarakat karya Rosihan
Anwar?
c)
d) Bagaimana gaya bahasa yang terdapat dalam cerpen Radio Masyarakat karya
Rosihan Anwar?
tema yang terdapat dalam cerpen Radio Masyarakat karya Rosihan Anwar;
b) latar yang terdapat dalam cerpen Radio Masyarakat karya Rosihan Anwar;
c)
d) gaya bahasa yang terdapat dalam cerpen Radio Masyarakat karya Rosihan
Anwar.
BAB 2. PEMBAHASAN
b) Ketidakpercayaan Kus terhadap teori Dr. Hamzah. Hal tersebut dapat diketahui
dari cuplikan cerita berikut.
Dan perasaan ini tidak dapat dibuangkannya, senantiasa ia berkata kepada dirinya:
Dr. Hamzah tidak benar, aku yang betul. Dr. Hamzah banyak akap, ia bercita-cita
tinggi, tapi lupa keadaan yang nyata. Aku jug yang benar,... (Anwar dalam Yassin,
1982:112)
Dokter, sudah menjadi mode zaman sekarang berteori banyak. Saya belum
percaya, belum bisa. Banyak benar yang menjadi tukang lowak. Tak satu pun yang
diyakini. (Anwar dalam Yassin, 1982:115)
c)
Hilangnya sifat keras kepalanya Kus, dan ia mulai mau melakukan apa yang
dikatakan Dr. Hamzah. Hal tersebut dapat diketahui dari cuplikan cerita
berikut.
d) Kus mulai bangkit dan ingin berubah. Hal tersebut dapat diketahui dari
cuplikan cerita berikut.
Dan lenyap pulalah rasa tawar-tawar tadi, dia berani kembali, penuh cita-cita, terbit
hasratnya hendak serta menyerbu ke depan, mematahkan musuh yang ada, yang
mungkin membahayakan cita-cita yang ada. (Anwar dalam Yassin, 1982:123)
tempat terjadinya peristiwa, baik tempat diluar atau di dalam rumah yang
melingkupi tokoh;
b.
c.
d.
e.
Latar keempat menunjukkan benda berupa kereta api. Hal tersebut dapat
diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Dengan langkah yang tetap pasti dia turun dari kereta api, lalu berjalan menuju ke
kapal (Anwar dalam Yassin, 1982:127)
Latar kelima menunjukkan benda berupa kapal. Hal tersebut dapat diketahui
dari cuplikan cerita berikut.
Dengan langkah yang tetap pasti dia turun dari kereta api, lalu berjalan menuju ke
kapal (Anwar dalam Yassin, 1982:127)
Latar kelima menunjukkan tempat berupa kota Jakarta. Hal tersebut dapat
diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Latar keenam menunjukkan tempat berupa stasiun kereta api. Hal tersebut
dapat diketahui dari cuplikan cerita berikut.
... Cukuplah hingga ke stasiun Senen saja (Anwar dalam Yassin, 1982:126)
Latar ketujuh menunjukkan tempat berupa pelabuhan. Hal tersebut dapat
diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Dan ketika kereta api dengan cepatnya menuju ke pelabuhan, ... (Anwar dalam
Yassin, 1982:127)
3) Latar waktu terjadinya peristiwa
Latar pertama menunjukkan waktu berupa sore hari. Hal tersebut dapat
diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Petang itu alam berhias diri sangat eloknya ... (Yassin, 11982:111)
Matahari terbenam. Di puncak pohon-pohon kayu masih hinggap terletak sinar
keemasan, ... (Anwar dalam Yassin, 1982:111)
Latar kedua menunjukkan waktu berupa malam hari. Hal tersebut dapat
diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Gelap mangkin menurun ke bumi. Orang-orang telah kabur samar kelihatannya
(Anwar dalam Yassin, 1982:113)
Langit tiada berbintang (Anwar dalam Yassin, 1982:116)
... acap kali bibirnya mengulang kata-kata yang diujarkan oleh Kuswari pada malam
yang penuh mengandung peringatan itu (Anwar dalam Yassin, 1982:116)
4) Latar keadaan
Latar pertama menunjukkan keadaan saat datangnya Jepang. Hal tersebut dapat
diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Sementara Balatentara Nippon mendarat, tiadalah lain kerjanya daripada duduk
termenung-menung, ... (Anwar dalam Yassin, 1982:107)
Latar kedua menunjukkan keadaan saat perpisahan. Hal tersebut dapat diketahui
dari cuplikan cerita berikut.
Agak lama dia hendak menjenguk ke dalam ruangan kalbunya, hendak mencari
jawaban sesuatu pertanyaan hatinya. Sampai bertemu lagi, Kus. Setahun, dua
tahun tidak lama benar. (Anwar dalam Yassin, 1982:126)
1) Kuswari
Tokoh Kuswari memiliki watak kurang teguh pendirian atau lekas goncang.
Hal tersebut dapat diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Ia seorang yang lekas tawar hati. Pendiriannya lekas goncang, kurang teguh (Anwar
dalam Yassin, 1982:107)
Tokoh Kuswari juga memiliki watak tidak mudah percaya (skeptis). Hal
tersebut dapat diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Dokter, sudah menjadi mode zaman sekarang berteori banyak. Saya belum
percaya, belum bisa. Banyak benar yang menjadi tukang lowak. Tak satu pun yang
diyakini. (Anwar dalam Yassin, 1982:115)
Tokoh Kuswari juga memiliki watak manja. Hal tersebut dapat diketahui
dari cuplikan cerita berikut.
Ia memang bisa hidup mewah, ia selalu manja dan ada kalanya terpikir
olehnya, ... (Anwar dalam Yassin, 1982:118)
2) Dr. Hamzah
Tokoh Dokter Hamzah memiliki watak perhatian. Hal tersebut dapat
diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Setiap kali ia menanyakan kepada Kus segala apa yang perlu bagi
pemeriksaannya, setiap kali ia mendapat keterangan yang tidak jelas (Anwar dalam
Yassin, 1982:106)
Tokoh Dokter Hamzah juga memiliki watak bertanggung jawab. Hal
tersebut dapat diketahui dari cuplikan cerita berikut.
10
5) Winarti
Tokoh Winarti memiliki watak cuek atau acuh tak acuh. Hal tersebut dapat
diketahui dari cuplikan cerita berikut.
... ia berselisih jalan dengan Winarti yang memutar sepedanya kencang-kencang.
Mereka saling menabik, tapi seperti acuh tak acuh ... Winarti sudah berlainan
tampaknya, (Anwar dalam Yassin, 1982:113)
Tokoh Winarti juga memiliki watak perhatian dan penyabar. Hal tersebut
dapat diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Agak lama dipegang erat tangan Narti, ditatapnya mata Narti seakan-akan dia
hendak menjenguk ke dalam ruangan kalbunya, ... Sampai bertemu lagi, Kus.
Setahun, dua tahun tidak lama benar. Itu saja ujar Narti, sambil tersenyum. (Anwar
dalam Yassin, 1982:126-127).
2.4 Gaya Bahasa dalam Cerpen Radio Masyarakat
Gaya bahasa merupakan cara menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang
khas dan memiliki nilai artistik yang tinggi. Gaya bahasa merupakan bentuk retorik,
yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara atau menulis untuk meyakinkan dan
mempengaruhi penyimak atau pembaca (Tarigan, 1985:5). Menurut Keraf
(2008:113) gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara
khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian dari pemakai bahasa. Ahmadi
(1990:170) mengemukakan bahwa gaya bahasa dapat dipandang sebagai cara atau
teknik seorang pengarang dalam merefleksikan pengalaman dan pemikirannya
dengan menggunakan bahasa yang khas. Tujuan utama digunakannya gaya bahasa
ialah untuk menghadirkan aspek keindahan dalam suatu wacana (Ratna, 2013:67).
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap cerpen Radio
Masyarakat karya Rosihan Anwar, dapat jabarkan penggunaan gaya bahasa dalam
cerpen tersebut sebagai berikut.
1) Gaya bahasa perumpamaan atau simile adalah gaya bahasa perbandingan yang
membandingkan dua hal yang pada hakikatnya berbeda dengan mencari titik
temu kesamaan dari kedua hal tersebut. Ciri khas gaya bahasa ini menggunakan
kata-kata
seperti,
bagaikan,
ibarat,
bak,
dan
sebagainya
untuk
11
Misal:
Seperti seorang pembicara di muka sidang ramai yang menekankan katakatanya satu-persatu, ... (Anwar dalam Yassin, 1982:106)
Sikapnya seperti seorang yang telah menyerah (Anwar dalam Yassin,
1982:108)
... Kus bagai orang yang berjalan lama dalam gelap muram malam ... (Anwar
dalam Yassin, 1982:119)
... adalah seolah-olah dalam kalbunya tertegak tiang setasiun radio ... (Anwar
dalam Yassin, 1982:127)
2) Gaya bahasa pleonasme adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata
lebih banyak daripada yang diperlukan.
Misal:
... boleh jadi Kus ini sakit buat-buatan, agar supaya orang belas kasihan
kepadanya... (Anwar dalam Yassin, 1982:107)
3) Gaya bahasa hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang
berlebih-lebihan.
Misalnya:
Seolah-olah dengan demikian hendak ia lemparkan segala beban yang
memberat, hendak ia kipaskan segala kepegalan yang menghimpit sukma
(Anwar dalam Yassin, 1982:106)
Dr. Hamzah selalu saja memburu aku (Anwar dalam Yassin, 1982:114)
4) Gaya bahasa personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan
benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seperti memiliki
sifat kemanusiaan.
Misalnya:
Sinar matahari bermain-main di atas awan yang bergerak (Anwar dalam
Yassin, 1982:108)
Daun pokok kayu bergamitan (Anwar dalam Yassin, 1982:108)
Petang itu alam berhias diri sangat eloknya (Anwar dalam Yassin, 1982:111)
Di langit tengah berlangsung pertunjukan
kecantikannya (Anwar dalam Yassin, 1982:111)
warna
memperagakan
12
... topan akan segera meribut ... (Anwar dalam Yassin, 1982:122)
... ketika dilihatnya tiang-tiang listrik melintas deras ... (Anwar dalam Yassin,
1982:127)
5) Gaya bahasa Erotesis atau Pertanyaan Retoris adalah gaya bahasa yang berupa
pertanyaan namun tidak membutuhkan suatu jawaban.
Misalnya:
... mungkinkah hal yang demikian bila perasaan seseorang itu sedang sempit,
sedang tertekan, gelap-gelap? (Anwar dalam Yassin, 1982:111)
6) Gaya bahasa Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan
nyata antara dua fakta yang ada.
Misalnya:
...di samping cita-cita yang hendak disangkutkan ke atas mahkota suci
gemerlap, masih terdapat juga budi yang sontok, paham yang picik, ... (Anwar
dalam Yassin, 1982:109)
7) Gaya bahasa depersonifikasi adalah gaya bahasa semacam analogi yang
membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk singkat.
Misalnya:
Ia tiada mengerti mengapa Kus dari dulu gembira berapi-api bertukar menjadi
kini dingin tergenang, malah menjadi beku saja sekonyong-konyong (Anwar
dalam Yassin, 1982:113)
... masih ada manusia yang boleh menjadi menara baginya, ... (Anwar dalam
Yassin, 1982:116)
8) Gaya bahasa epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau
ciri khas dari sesuatu hal atau seseorang.
Misalnya:
Fajar baru menyingsing dalam kalbu Kuswari (Anwar dalam Yassin,
1982:121) [Fajar baru = semangat baru]
9) Gaya bahasa anastrof atau inversi adalah semacam gaya retoris yang diperoleh
dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat.
Misalnya:
Nampaknya seakan-akan terkejut ia, tak dapat ia mencocokkan dirinya dengan
keadaan zaman baru (Anwar dalam Yassin, 1982:107)
13
BAB 3. KESIMPULAN
14
3) Tokoh cerita ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa dan perlakuan
dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh utama dalam cerpen tersebut yakni
Kuswari, sedangkan tokoh bawahannya ialah orang tua Kuswari, Dr. Hamzah,
Winarti, dan Joko.
4) Gaya bahasa merupakan cara menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang khas
dan memiliki nilai artistik yang tinggi. Gaya bahasa yang terdapat dalam
cerpen tersebut yakni gaya bahasa simile, pleonasme, hiperbola, personifikasi,
depersonifikasi, erotesis, paradoks, epitet, dan anastrof.
DAFTAR PUSTAKA