Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS CERPEN RADIO MASYARAKAT KARYA ROSIHAN ANWAR

(DITINJAU DARI TEMA, LATAR, PENOKOHAN, DAN GAYA BAHASA)

disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Sejarah Sastra Indonesia


dari Dra. Sunarti Mustamar, M.Hum

oleh
SANTUSO
NIM 120110201005

JURUSAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS JEMBER
2015

PRAKATA

Penulis panjatkan puji syukur atas segala limpahan rahmat, nikmat dan
karunia Allah Swt sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Analisis Cerpen Radio Masyarakat Karya Rosihan Anwar (Ditinjau dari Tema,
Latar, Penokohan, dan Gaya Bahasa). Penulis susun makalah ini untuk memenuhi
tugas matakuliah Sejarah Sastra Indonesia dari Dra. Sunarti Mustamar, M.Hum.
Penulis telah dibantu oleh berbagai pihak, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dra. Sunarti Mustamar, M.Hum., selaku dosen pengampu matakuliah
Sejarah Sastra Indonesia yang telah membimbing penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
2. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat.

Jember, November 2015

Penulis

ii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
PRAKATA .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................... 2
BAB 2. PEMBAHASAN .............................................................................. 3
2.1 Tema ........................................................................................... 3
2.2 Latar ........................................................................................... 4
2.3 Penokohan .................................................................................. 8
2.4 Gaya Bahasa .............................................................................. 10
BAB 3. KESIMPULAN ............................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 15

iii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembahasan umum tentang sastra pada intinya dapat dibedakan menjadi dua
yaitu sastra sebagai hasil seni dan sastra sebagai ilmu pengetahuan. Sastra sebagai
hasil seni merupakan karya kreatif pengarang (sastrawan) yang hasilnya berupa
prosa, puisi, dan drama. Sedangkan sastra sebagai ilmu pengetahuan berupa kajiankajian sastra yang hasilnya berupa kritik sastra, apresiasi sastra, esai dan lain
sebagainya. (Maslikatin, 2007:1). Salah satu bentuk sastra sebagai seni ialah prosa.
Prosa merupakan karangan bebas berupa cerita yang tidak terikat oleh kaidah
seperti yang terdapat dalam puisi. Prosa dapat pula diartika sebagai karya sastra
yang berbentuk cerita bebas, tidak terikat oleh rima, irama, dan kemerduan bunyi
seperti puisi. Karya sastra yang termasuk dalam prosa salah satunya ialah cerpen.
Cerita pendek atau yang sering disebut sebagai cerpen merupakan suatu
karya sastra yang berisikan tentang cerita-cerita, sama halnya dengan novel.
Perbedaanya ialah isi cerita dari cerpen lebih pendek atau tidak terlalu panjang.
Sejak zaman dahulu, cerpen sudah dinikmati oleh masyarakat. Perkembangan
cerpen yang paling menonjol dimulai sejak tahun 1942-1945 yaitu di zaman
penjajahan Jepang. Di zaman itu lah cerpen banyak dibuat sedangkan novel hanya
ada beberapa saja. Cerpen-cerpen dimasa itu lebih menceritakan keadaan yang
terjadi. Misalnya cerpen Radio Masyarakat yang dibuat oleh Rosihan Anwar.
Isi cerpen tersebut menggambarkan suatu keadaan resah dan gelisah atas
semua janji-janji yang didapat dari Jepang. Cerpen tersebut menceritakan tentang
seseorang yang sudah tidak bersemangat lagi dalam hidupnya. Seseorang tersebut
bernama Kuswari yang menjadi tokoh utama dalam cerita. Meskipun demikian,
sebenarnya ia ingin berubah menjadi orang yang lebih baik namun keadaan
menghalanginya sehingga ia berputus asa dalam menjalankan hidupnya. Hal itu
terjadi akibat janji-janji palsu yang disampaikan Jepang.

Cerpen Radio Masyarakat merupakan cerpen yang menarik karena


mengulas tentang sejarah bangsa Indonesia. Unsur-unsur yang membuat suatu
karya sastra menarik di antaranya unsur instrisik dan unsur ekstrisik. Berdasarkan
hal tersebut, penulis lebih condong untuk menganalisis cerpen tersebut dari unsur
instrisiknya. Maka dari itu, penulis dalam makalah ini akan menganalisis cerpen
tersebut dari segi tema, latar, penokohan, dan gaya bahasanya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah
dalam penulisan makalah ini sebagai berikut.
a)

Bagaimana tema yang terdapat dalam cerpen Radio Masyarakat karya Rosihan
Anwar?

b) Bagaimana latar yang terdapat dalam cerpen Radio Masyarakat karya Rosihan
Anwar?
c)

Bagaimana penokohan yang terdapat dalam cerpen Radio Masyarakat karya


Rosihan Anwar?

d) Bagaimana gaya bahasa yang terdapat dalam cerpen Radio Masyarakat karya
Rosihan Anwar?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk mendeskripsikan tentang:
a)

tema yang terdapat dalam cerpen Radio Masyarakat karya Rosihan Anwar;

b) latar yang terdapat dalam cerpen Radio Masyarakat karya Rosihan Anwar;
c)

penokohan yang terdapat dalam cerpen Radio Masyarakat karya Rosihan


Anwar;

d) gaya bahasa yang terdapat dalam cerpen Radio Masyarakat karya Rosihan
Anwar.

1.4 Manfaat Penulisan


Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi
dalam mempelajari dan menganalisis unsur-unsur instrisik suatu cerpen.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Tema dalam Cerpen Radio Masyarakat


Tema merupakan pokok pikiran dalam karya sastra. Tema merupakan
gagasan pokok atau subjek master yang dikemukakan oleh penyair (Waluyo, dalam
Maslikatin. 2007:26). Nurgiyantoro membagi tema menjadi dua yaitu tema mayor
dan tema minor. Tema mayor ialah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau
gagasan umum karya sastra itu, adapun makna-makna tambahan itulah yang disebut
tema-tema minor. Esten menyatakan ada tiga cara menentukan tema mayor, yaitu:
(1) menentukan persoalan mana yang menonjol (2) persoalan mana yang paling
banyak menimbulkan konflik (3) persoalan mana yang membutuhkan waktu
penceritaan (Maslikatin, 2007:12).
1) Tema Mayor
Tema mayor cerpen Radio Masyarakat karya Rosihan Anwar ini ialah
perjuangan Kuswari melawan kekecewaan terhadap keadaan zaman penjajahan.
Hal tersebut dapat diketahui dari keseluruhan cerita yang menggambarkan tokoh
mulai dari saat tokoh berputus asa sampai tokoh tersebut bangkit.
2.1.2 Tema Minor
Tema minor cerpen Radio Masyarakat karya Rosihan Anwar ini ialah
sebagai berikut.
a) Keputus-asaan Kuswari menghadapi keadaan zaman yang sulit. Hal tersebut
dapat diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Nampaknya seakan-akan terkejut ia, tak dapat ia mencocokkan dirinya dengan
keadaan zaman baru. ... Jikalau teman-temannya yang lain berdaya upaya tiak
hendak membiarkan hidup mereka menjadi kosong, mengerjakan sesuatu yang
berfaedah, ... maka Kus jua yang tinggal diam, bertegak pinggang. (Anwar dalam
Yassin, 1982:107)

b) Ketidakpercayaan Kus terhadap teori Dr. Hamzah. Hal tersebut dapat diketahui
dari cuplikan cerita berikut.
Dan perasaan ini tidak dapat dibuangkannya, senantiasa ia berkata kepada dirinya:
Dr. Hamzah tidak benar, aku yang betul. Dr. Hamzah banyak akap, ia bercita-cita
tinggi, tapi lupa keadaan yang nyata. Aku jug yang benar,... (Anwar dalam Yassin,
1982:112)
Dokter, sudah menjadi mode zaman sekarang berteori banyak. Saya belum
percaya, belum bisa. Banyak benar yang menjadi tukang lowak. Tak satu pun yang
diyakini. (Anwar dalam Yassin, 1982:115)
c)

Hilangnya sifat keras kepalanya Kus, dan ia mulai mau melakukan apa yang
dikatakan Dr. Hamzah. Hal tersebut dapat diketahui dari cuplikan cerita
berikut.

Mari kawani aku, Kus. Tampaknya kus mula-mula seolah-olah hendak


menampik, sekejap hanya pada air mukanya bahwa ia hendak menoak ajakan Dr.
Hamzah. Tapi kemudian lalu diturutinya. (Anwar dalam Yassin, 1982:117)

d) Kus mulai bangkit dan ingin berubah. Hal tersebut dapat diketahui dari
cuplikan cerita berikut.
Dan lenyap pulalah rasa tawar-tawar tadi, dia berani kembali, penuh cita-cita, terbit
hasratnya hendak serta menyerbu ke depan, mematahkan musuh yang ada, yang
mungkin membahayakan cita-cita yang ada. (Anwar dalam Yassin, 1982:123)

2.2 Latar dalam Cerpen Radio Masyarakat


Latar (setting) adalah tempat terjadinya peristiwa dalam cerita atau
lingkungan yang mengelilingi pelaku. Latar juga menunjukkan local colour atau
warna lokal. Cerita yang berlatar budaya Jawa aka menggunakan dialog logat Jawa
dan tata rias maupun tata pakaian yang menggambarkan orang Jawa. Ppenyajian
latar yang berhasil dapat menciptakan warna kedaerahan yang kuat sehingga dapat
menghidupkan cerita (Lubis dalam Maslikatin, 2007:17). Nugiyantoro menyatakan
fungsi latar adalah (1) untuk menggambarkan situasi (ruang dan waktu); dan (2)
untuk proyeksi keadaan batin para tokoh cerita.

Menurut Pradopo (dalam Maslikatin, 2007:17) berdasarkan fungsinya, latar


dibedakan menjadi lima bagian yaitu:
a.

tempat terjadinya peristiwa, baik tempat diluar atau di dalam rumah yang
melingkupi tokoh;

b.

lingkungan kehidupan, menyangkut lingkungan tempat, lingkungan pekerjaan;

c.

sistem kehidupan, sesuai dengan lingkungan kehidupan tokoh;

d.

alat-alat atau benda-benda kehidupan;

e.

waktu terjadinya peristiwa, meliputi musim, iklim, bulan tahun, dan


sebagainya.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap cerpen Radio


Masyarakat karya Rosihan Anwar, dapat jabarkan tentang latar (setting) dalam
cerpen tersebut sebagai berikut.
1) Latar alat-alat atau benda
Latar pertama menunjukkan benda berupa stetoskop dan alat-alat kedokteran
lainnya. Hal tersebut dapat diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Diletakkannya stetoskop di atas dada, didengarkannya ... (Anwar dalam Yassin,
1982:106)
Dr. Hamzah meletakkan alat-alat pemeriksaannya (Anwar dalam Yassin,
1982:107)
Latar kedua menunjukkan benda berupa sepeda. Hal tersebut dapat diketahui
dari cuplikan cerita berikut.
Ia bersepeda di Gambir, membelok ke kanan, ... (Anwar dalam Yassin, 1982:111)
Latar ketiga menunjukkan benda berupa buku dan surat kabar. Hal tersebut
dapat diketahui dari cuplikan cerita berikut.
... lalu diambilnya sebuah buku, ... (Anwar dalam Yassin, 1982:114)
Diambilnya kembali surat kabar yang selama ini terletak saja di atas pangkuannya
(Anwar dalam Yassin, 1982:124)

Latar keempat menunjukkan benda berupa kereta api. Hal tersebut dapat
diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Dengan langkah yang tetap pasti dia turun dari kereta api, lalu berjalan menuju ke
kapal (Anwar dalam Yassin, 1982:127)
Latar kelima menunjukkan benda berupa kapal. Hal tersebut dapat diketahui
dari cuplikan cerita berikut.
Dengan langkah yang tetap pasti dia turun dari kereta api, lalu berjalan menuju ke
kapal (Anwar dalam Yassin, 1982:127)

2) Latar tempat terjadinya peristiwa


Latar pertama menunjukkan tempat berupa kamar (miliki tokoh utama). Hal
tersebut dapat diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Kata-katanya diucapkan oleh Kuswari tadi, tatkala ia itu datang ke kamarnya ...
(Anwar dalam Yassin, 1982:106)
Sementara itu ia berjalan-jalan di dalam kamar yang sedang besarnya itu (Anwar
dalam Yassin, 1982:107)
Latar kedua menunjukkan tempat berupa pasar. Hal tersebut dapat diketahui
dari cuplikan cerita berikut.
Ia bersepeda di Gambir, membelok ke kanan, ditujukan ke arah (pasar) Senen
(Anwar dalam Yassin, 1982:111)
Latar ketiga menunjukkan tempat berupa perkampungan. Hal tersebut dapat
diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Pernah pula dibawanya Kus turut kalau ia kebetulan harus pergi ke beberapa rumah
di kampung ... (Anwar dalam Yassin, 1982:117)
Latar keempat menunjukkan tempat berupa kota Jakarta. Hal tersebut dapat
diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Bagaimana juga terasa oleh Kus, bahwa kalau dia tinggal di Jakarta ... (Anwar
dalam Yassin, 1982:124)
... sebab dengan meninggalkan Jakarta seolah-olah aku hendak lari ... (Anwar
dalam Yassin, 1982:124)

Latar kelima menunjukkan tempat berupa kota Jakarta. Hal tersebut dapat
diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Latar keenam menunjukkan tempat berupa stasiun kereta api. Hal tersebut
dapat diketahui dari cuplikan cerita berikut.
... Cukuplah hingga ke stasiun Senen saja (Anwar dalam Yassin, 1982:126)
Latar ketujuh menunjukkan tempat berupa pelabuhan. Hal tersebut dapat
diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Dan ketika kereta api dengan cepatnya menuju ke pelabuhan, ... (Anwar dalam
Yassin, 1982:127)
3) Latar waktu terjadinya peristiwa
Latar pertama menunjukkan waktu berupa sore hari. Hal tersebut dapat
diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Petang itu alam berhias diri sangat eloknya ... (Yassin, 11982:111)
Matahari terbenam. Di puncak pohon-pohon kayu masih hinggap terletak sinar
keemasan, ... (Anwar dalam Yassin, 1982:111)
Latar kedua menunjukkan waktu berupa malam hari. Hal tersebut dapat
diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Gelap mangkin menurun ke bumi. Orang-orang telah kabur samar kelihatannya
(Anwar dalam Yassin, 1982:113)
Langit tiada berbintang (Anwar dalam Yassin, 1982:116)
... acap kali bibirnya mengulang kata-kata yang diujarkan oleh Kuswari pada malam
yang penuh mengandung peringatan itu (Anwar dalam Yassin, 1982:116)

4) Latar keadaan
Latar pertama menunjukkan keadaan saat datangnya Jepang. Hal tersebut dapat
diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Sementara Balatentara Nippon mendarat, tiadalah lain kerjanya daripada duduk
termenung-menung, ... (Anwar dalam Yassin, 1982:107)

Latar kedua menunjukkan keadaan saat perpisahan. Hal tersebut dapat diketahui
dari cuplikan cerita berikut.
Agak lama dia hendak menjenguk ke dalam ruangan kalbunya, hendak mencari
jawaban sesuatu pertanyaan hatinya. Sampai bertemu lagi, Kus. Setahun, dua
tahun tidak lama benar. (Anwar dalam Yassin, 1982:126)

2.3 Penokohan dalam Cerpen Radio Masyarakat


Salah satu unsur penting dalam naskah drama adalah tokoh atau penokohan.
Penokohan dan fisical describtion para tokoh dalam karya sastra seharusnya jelas.
Tokoh cerita ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa dan perlakuan dalam
berbagai peristiwa cerita. Tokoh cerita bisa terdiri dari satu orang misalnya
monolog, atau terdiri dari beberapa orang.
Berdasarkan tingkat kepentingan dalam cerita, tokoh bisa dibagi menjadi
dua yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama ialah tokoh yang
diutamakan penceritaannya dalam karya sastra . Ia adalah tokoh yang paling banyak
diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh
bawahan ialah tokoh yang keberadaannya mendukung tokoh utama. Berdasarkan
hal tersebut, tokoh utama dalam cerpen Radio Masyarakat ialah Kuswari. Adapun
tokoh bawahan dalam cerpen Radio Masyarakat ialah Dr. Hamzah, orang tua
Kuswari, Joko, dan Winarti.

1) Kuswari
Tokoh Kuswari memiliki watak kurang teguh pendirian atau lekas goncang.
Hal tersebut dapat diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Ia seorang yang lekas tawar hati. Pendiriannya lekas goncang, kurang teguh (Anwar
dalam Yassin, 1982:107)
Tokoh Kuswari juga memiliki watak tidak mudah percaya (skeptis). Hal
tersebut dapat diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Dokter, sudah menjadi mode zaman sekarang berteori banyak. Saya belum
percaya, belum bisa. Banyak benar yang menjadi tukang lowak. Tak satu pun yang
diyakini. (Anwar dalam Yassin, 1982:115)

Tokoh Kuswari juga memiliki watak manja. Hal tersebut dapat diketahui
dari cuplikan cerita berikut.
Ia memang bisa hidup mewah, ia selalu manja dan ada kalanya terpikir
olehnya, ... (Anwar dalam Yassin, 1982:118)
2) Dr. Hamzah
Tokoh Dokter Hamzah memiliki watak perhatian. Hal tersebut dapat
diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Setiap kali ia menanyakan kepada Kus segala apa yang perlu bagi
pemeriksaannya, setiap kali ia mendapat keterangan yang tidak jelas (Anwar dalam
Yassin, 1982:106)
Tokoh Dokter Hamzah juga memiliki watak bertanggung jawab. Hal
tersebut dapat diketahui dari cuplikan cerita berikut.

Dokter Hamzah pergi duduk ke kursinya kembali akan menenangkan pikirannya.


Ia harus mencari jalan menolong Kus. Baginya menjadi tabib itu mempunyai arti
yang luas sekali (Anwar dalam Yassin, 1982:109)
3) Orang tua Kuswari
Tokoh orang tua Kuswari memiliki watak pengertian. Hal tersebut dapat
diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Dan alangkah tiada disangka-sangkanya, tatkala orang tuanya dengan segala senang
hati menyetujui keputusan-keputusannya, ... (Anwar dalam Yassin, 1982:125)
4) Joko
Tokoh Joko memiliki watak pengeluh. Hal tersebut dapat diketahui dari
cuplikan cerita berikut.
Dan bagaimana semangatmu? tanya seling Kus ... Agak lemas Joko menjawab,
Berterus terang, Kus. Kita sahabat lama. Tentang semangat, (ia mengeluh) ya,
entahlah. (Anwar dalam Yassin, 1982:112)

10

5) Winarti
Tokoh Winarti memiliki watak cuek atau acuh tak acuh. Hal tersebut dapat
diketahui dari cuplikan cerita berikut.
... ia berselisih jalan dengan Winarti yang memutar sepedanya kencang-kencang.
Mereka saling menabik, tapi seperti acuh tak acuh ... Winarti sudah berlainan
tampaknya, (Anwar dalam Yassin, 1982:113)
Tokoh Winarti juga memiliki watak perhatian dan penyabar. Hal tersebut
dapat diketahui dari cuplikan cerita berikut.
Agak lama dipegang erat tangan Narti, ditatapnya mata Narti seakan-akan dia
hendak menjenguk ke dalam ruangan kalbunya, ... Sampai bertemu lagi, Kus.
Setahun, dua tahun tidak lama benar. Itu saja ujar Narti, sambil tersenyum. (Anwar
dalam Yassin, 1982:126-127).
2.4 Gaya Bahasa dalam Cerpen Radio Masyarakat
Gaya bahasa merupakan cara menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang
khas dan memiliki nilai artistik yang tinggi. Gaya bahasa merupakan bentuk retorik,
yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara atau menulis untuk meyakinkan dan
mempengaruhi penyimak atau pembaca (Tarigan, 1985:5). Menurut Keraf
(2008:113) gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara
khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian dari pemakai bahasa. Ahmadi
(1990:170) mengemukakan bahwa gaya bahasa dapat dipandang sebagai cara atau
teknik seorang pengarang dalam merefleksikan pengalaman dan pemikirannya
dengan menggunakan bahasa yang khas. Tujuan utama digunakannya gaya bahasa
ialah untuk menghadirkan aspek keindahan dalam suatu wacana (Ratna, 2013:67).
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap cerpen Radio
Masyarakat karya Rosihan Anwar, dapat jabarkan penggunaan gaya bahasa dalam
cerpen tersebut sebagai berikut.
1) Gaya bahasa perumpamaan atau simile adalah gaya bahasa perbandingan yang
membandingkan dua hal yang pada hakikatnya berbeda dengan mencari titik
temu kesamaan dari kedua hal tersebut. Ciri khas gaya bahasa ini menggunakan
kata-kata

seperti,

bagaikan,

ibarat,

bak,

membandingkan dua hal yang berbeda tersebut.

dan

sebagainya

untuk

11

Misal:
Seperti seorang pembicara di muka sidang ramai yang menekankan katakatanya satu-persatu, ... (Anwar dalam Yassin, 1982:106)
Sikapnya seperti seorang yang telah menyerah (Anwar dalam Yassin,
1982:108)
... Kus bagai orang yang berjalan lama dalam gelap muram malam ... (Anwar
dalam Yassin, 1982:119)
... adalah seolah-olah dalam kalbunya tertegak tiang setasiun radio ... (Anwar
dalam Yassin, 1982:127)
2) Gaya bahasa pleonasme adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata
lebih banyak daripada yang diperlukan.
Misal:
... boleh jadi Kus ini sakit buat-buatan, agar supaya orang belas kasihan
kepadanya... (Anwar dalam Yassin, 1982:107)
3) Gaya bahasa hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang
berlebih-lebihan.
Misalnya:
Seolah-olah dengan demikian hendak ia lemparkan segala beban yang
memberat, hendak ia kipaskan segala kepegalan yang menghimpit sukma
(Anwar dalam Yassin, 1982:106)
Dr. Hamzah selalu saja memburu aku (Anwar dalam Yassin, 1982:114)
4) Gaya bahasa personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan
benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seperti memiliki
sifat kemanusiaan.
Misalnya:
Sinar matahari bermain-main di atas awan yang bergerak (Anwar dalam
Yassin, 1982:108)
Daun pokok kayu bergamitan (Anwar dalam Yassin, 1982:108)
Petang itu alam berhias diri sangat eloknya (Anwar dalam Yassin, 1982:111)
Di langit tengah berlangsung pertunjukan
kecantikannya (Anwar dalam Yassin, 1982:111)

warna

memperagakan

12

... topan akan segera meribut ... (Anwar dalam Yassin, 1982:122)
... ketika dilihatnya tiang-tiang listrik melintas deras ... (Anwar dalam Yassin,
1982:127)
5) Gaya bahasa Erotesis atau Pertanyaan Retoris adalah gaya bahasa yang berupa
pertanyaan namun tidak membutuhkan suatu jawaban.
Misalnya:
... mungkinkah hal yang demikian bila perasaan seseorang itu sedang sempit,
sedang tertekan, gelap-gelap? (Anwar dalam Yassin, 1982:111)
6) Gaya bahasa Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan
nyata antara dua fakta yang ada.
Misalnya:
...di samping cita-cita yang hendak disangkutkan ke atas mahkota suci
gemerlap, masih terdapat juga budi yang sontok, paham yang picik, ... (Anwar
dalam Yassin, 1982:109)
7) Gaya bahasa depersonifikasi adalah gaya bahasa semacam analogi yang
membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk singkat.
Misalnya:
Ia tiada mengerti mengapa Kus dari dulu gembira berapi-api bertukar menjadi
kini dingin tergenang, malah menjadi beku saja sekonyong-konyong (Anwar
dalam Yassin, 1982:113)
... masih ada manusia yang boleh menjadi menara baginya, ... (Anwar dalam
Yassin, 1982:116)
8) Gaya bahasa epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau
ciri khas dari sesuatu hal atau seseorang.
Misalnya:
Fajar baru menyingsing dalam kalbu Kuswari (Anwar dalam Yassin,
1982:121) [Fajar baru = semangat baru]
9) Gaya bahasa anastrof atau inversi adalah semacam gaya retoris yang diperoleh
dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat.
Misalnya:
Nampaknya seakan-akan terkejut ia, tak dapat ia mencocokkan dirinya dengan
keadaan zaman baru (Anwar dalam Yassin, 1982:107)

13

BAB 3. KESIMPULAN

Cerpen Radio Masyarakat merupakan cerpen yang dibuat oleh Rosihan


Anwar pada zaman penjajahan Jepang di tahun 1940-an. Cerpen tersebut
menceritakan tentang seseorang yang sudah tidak bersemangat lagi dalam
menjalani hidupnya. Seseorang tersebut bernama Kuswari yang menjadi tokoh
utama dalam cerita. Meskipun demikian, sebenarnya ia ingin berubah menjadi
orang yang lebih baik namun keadaan menghalanginya sehingga ia berputus asa
dalam menjalankan hidupnya. Hal itu terjadi akibat janji-janji palsu yang
disampaikan Jepang.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap unsur instrisik cerpen
tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Tema merupakan gagasan pokok atau subjek master yang dikemukakan oleh
penyair. Tema mayor yang terkandung dalamm cerpen tersebut yakni
perjuangan Kuswari melawan kekecewaan terhadap keadaan zaman
penjajahan. Adapun tema minornya ialah (a) keputus-asaan Kuswari
menghadapi keadaan zaman yang sulit; (b) ketidakpercayaan Kus terhadap
teori Dr. Hamzah; (c) hilangnya sifat keras kepalanya Kus, dan ia mulai mau
melakukan apa yang dikatakan Dr. Hamzah; (d) Kus mulai bangkit dan ingin
berubah.
2) Latar (setting) adalah tempat terjadinya peristiwa dalam cerita atau lingkungan
yang mengelilingi pelaku. Latar dalam cerpen tersebut terdiri dari: (a) latar
alat-alat atau benda-benda, seperti alat-alat kedokteran, sepeda, buku dan surat
kabar, kereta api, dan kapal; (b) latar tempat, seperti ruang kamar, pasar,
perkampungan, kota Jakarta, stasiun kereta api, dan pelabuhan; (c) latar waktu,
seperti sore hari dan malam hari; (d) latar keadaan, seperti datangnya penjajah,
dan perpisahan.

14

3) Tokoh cerita ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa dan perlakuan
dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh utama dalam cerpen tersebut yakni
Kuswari, sedangkan tokoh bawahannya ialah orang tua Kuswari, Dr. Hamzah,
Winarti, dan Joko.
4) Gaya bahasa merupakan cara menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang khas
dan memiliki nilai artistik yang tinggi. Gaya bahasa yang terdapat dalam
cerpen tersebut yakni gaya bahasa simile, pleonasme, hiperbola, personifikasi,
depersonifikasi, erotesis, paradoks, epitet, dan anastrof.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, M. 1990. Dasar-Dasar Komposisi Bahasa Indonesia. Malang: Yayasan


Asih Asah Asuh Malang.
Keraf, G. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Maslikatin, T. 2007. Pengantar Ilmu Sastra: Buku Ajar. Jember: Fakultas Sastra
Universitas Jember.
Ratna, N. K. 2013. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tarigan, H. G. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
Yassin, H. B. 1982. Gema Tanah Air Prosa dan Puisi I. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai