Anda di halaman 1dari 6

Tugas Individu Ke-2

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengantar Teori Sastra yang
Diampu Oleh :

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Haris Supratno

Oleh :

Burhanuddin Robbany

20020144034

PRODI S-1 SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2020
ANALISIS TEORI MEMESIS CERPEN “ROBOHNYA SURAU KAMI” KARYA
A.A. NAVIS
Oleh : Burhanuddin Robbany
A. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Karya Sastra adalah salah satu hasil ekspresi yang berupa gagasan atau sebuah
ide, perasaan, dan pengalaman dari seorang pengarang yang dituangkan dalam
sebuah karya sastra. Karya sastra terdapat juga suatu teori yaitu teori memesis.
Teori Memesis adalah suatu pandangan bahwa sastra sebagai cerminan dari
masyarakat yang berarti berbagai fenomena yang ada di dalam karya sastra
merupakan tiruan dari apa yang telah ada dalam masyarakat.
Cerpen “Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis ini menceritakan kisah
tentang seorang kakek yang menempati sebuah surau yang terletak di ujung jalan
selama bertahun-tahun. Kakek ini menghabiskan waktunya untuk berbuat
kebaikan dan mengabdikan dirinya kepada Allah SWT. Lalu ada seorang tokoh
yang bernama aku, dia sering berkunjung hingga akrab dengan kakek. Hingga
suatu hari tokoh aku ini melihat kakek murung didalam surau karena sang kakek
mendengar bualan dari seorang yang bernama Ajo Sidi. Ajo Sidi mengatakan
bahwa pada suatu hari Allah akan bertanya dan menghakimi kakek karena terlalu
focus sembahyang dan berbuat baik namun melupakan hubungannya dengan
sesama. Perkataan Ajo Sidi ini membuat kakek marah, akhirnya kakek termakan
kata-kata yang telah diucapkan oleh Ajo Sidi hingga akhirnya kakek meninggal
dengan menggorok lehernya sendiri dengan pisau cukur.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1.2.1. Identifikasi aspek sosial dalam teks sastra cerpen “Robohnya Surau Kami”!
1.2.2. Analisis aspek sosial dalam teks sastra cerpen “Robohnya Surau Kami”!
1.2.3. Bagaimana data dan bukti yang dikutip didalam cerpen “Robohnya Surau
Kami”?
1.2.4. Bagaimana hubungan aspek sosial dalam teks sastra dengan aspek sosial
dalam kehidupan nyata didalam cerpen “Robohnya Surau Kami” ?
B. Kajian Teori
Memetik itu berasal dari bahasa Yunani yang bunyinya “Memesis” yang
artinya “meniru”, “perwujudan”, dan “tiruan”. Berarti secara umum
memetik/memesis berarti suatu pendekatan yang memandang karya sastra sebagai
tiruan atau pembayangan yang ada pada didunia nyata. Memetik juga dapat diartikan
sebagai suatu teori yang metodenya membentuk suatu karya sastra dengan didasarkan
pada kenyataan kehidupan sosial yang dialami dan kemudian dikembangkan menjadi
suatu karya sastra dengan penambahan scenario yang timbul pada imajinasi dan
kreatifitas pengarang dalam kehidupan nyata. Berikut pengertian menurut para ahli:
Plato mengungkapkan bahwa sastra atau seni hanya merupakan peniruan (memesis)
atau pencerminan dari kenyataan. Aristoteles berpendapat bahwa memetik bukan
sekedar tiruan, bukan sekedar potret dan realitas, melainkan telah melalui kesadaran
personal batin pengarangnya.
Pandangan Plato mengenai mimesis sangat dipengaruhi oleh pandangannya
mengenai konsep ide-ide yang kemudian mempengaruhi bagaimana pandangannya
mengenai seni. Plato menganggap ide yang dimiliki manusia terhadap suatu hal
merupakan sesuatu yang sempurna dan tidak dapat berubah. Ide merupakan dunia
ideal yang terdapat pada manusia. Ide oleh manusia hanya dapat diketahui melalui
rasio, tidak mungkin untuk dilihat atau disentuh dengan panca indra. Ide bagi Plato
adalah hal yang tetap atau tidak dapat berubah, misalnya ide mengenai bentuk
segitiga, ia hanya satu tetapi dapat ditransformasikan dalam bentuk segitiga yang
terbuat dan kayu dengan jumlah lebih dan satu idea mengenai segitiga tersebut tidak
dapat berubah tetapi segitiga yang terbuat dan kayu bisa berubah (Bertnens l979:13).
Istilah religius membawa konotasi pada makna agama. Religius dan agama
memang erat berkaitan, berdampingan bahkan dapat melebur dalam satu kesatuan,
namun seharusnya keduanya menyarankan pada makna yang berbeda. Agama lebih
menunjukkan pada kelembagaan kbaktian kepada Tuhan dengn hukum-hukum yang
resmi. Religiusitas, di pihak lain, melihat aspek yang di lubuk hati, riak getaran nurani
pribadi, totalitas kedalaman pribadi manusia. Dengan demikian, religius bersifat
mengatasi, lebih dalam, dan lebih luas dari agama yang tampak, formal, dan resmi.
(Mangunwijaya, 1982: 11-12).
C. Pembahasan
I. Identifikasi Aspek Sosial
Mengindetifikasi aspek sosial yang terdapat dalam cerpen “Robohnya Surau
Kami” yaitu lebih mencondong kearah religi untuk kita berbuat baik kepada sesama
manusia yang ada dimuka bumi. Berdasarkan latar belakang yang sudah ada saya
akan mencoba mengidentifikasinya, identifikasi masalahnya sebagai berikut :
 Bagaimana nilai moral yang terdapat dicerpen ini?
 Apakah cerpen tersebut mempunyai nilai pendidikan?
 Apa saja yang dapat dipelajari serta dapat diterapkan didalam
kehidupan nyata didalam novel ini?
 Bagaimana unsur yang terdapat dalam cerpen ini?
II. Analisis aspek sosial yang terdapat dalam cerpen “Robohnya Surau Kami”
Aspek sosial yang ada di dalam cerpen “Robohnya Surau Kami” yaitu lebih
condong kearah agama. Nilai agama yang diambil ini terlihat dari penggunaan
latar belakangnya yang berupa surau(masjid), lalu suasana yang ditampilkan oleh
kakek ketika menyembah tuhannya juga memperkuat nilai agama yang ada pada
cerpen ini. Lalu latar belakang Ajo Sidi yang memancing amarah kakekpun
dengan menceritakan dan menggambarkan tuhan dan malaikat ketika di akhirat.
Jadi cerpen ini menceritakan seorang tokoh aku yang bercerita bahwa dulu ada
seorang kakek yang taat ibadah dan selalu ada disurau tua itu. Suatu ketika datang
seorang pemuda yang bernama Ajo Sidi bercerita kepada kakek bahwa ada
seorang yang taat ibadah tapi ketika meninggal ia dimasukan kedalam neraka
cerita ini sangat membuat kakek tergoncang hatinya. Selama kehidupannya kakek
selalu menghabiskan waktunya untuk menyembah Allah dan tidak pernah
sekalipun meninggalkan ibadahnya. . Akan tetapi ternyata keimanannya itu
tergoyah oleh bualan seorang yang tidak bertanggung jawab itu dan ia mengakhiri
hidupnya dengan jalan menggorok lehernya. Dalam cerpen ini tergambar dengan
jelas kegelisan hati dengan teknik langsung. Dalam perspektif hukum islam
kematian yang dialami sang kakek sangat dilarang. Allah sangat membenci
kaumnya yang melakukan bunuh diri dan itu haram. Padahal kakek adalah
seorang yang sangat kuat imannya tetapi ia tetap melanggar apa yang Tuhan
larang.
III. Data atau pembuktian aspek sosial yang ada pada cerpen “Robohnya Surau Kami”
“Sebagai penjaga surau, Kakek tidak mendapat apa-apa. Ia hidup dari sedekah
yang dipungutnya sekali se-Jumat. Sekali enam bulan ia mendapat seperempat
dari hasil pemungutan ikan mas dari kolam itu. Dan sekali setahun orang-
orang mengantarkan fitrah Id kepadanya. Tapi sebagai garin ia tak begitu
dikenal. Ia lebih dikenal sebagai pengasah pisau. Karena ia begitu mahir
dengan pekerjaannya itu. Orang-orang suka minta tolong kepadanya, sedang ia
tak pernah minta imbalan apa-apa. Orang-orang perempuan yang minta tolong
mengasahkan pisau atau gunting, memberinya sambal sebagai imbalan. Orang
laki-laki yang minta tolong, memberinya imbalan rokok, kadang-kadang uang.
Tapi yang paling sering diterimanya ialah ucapan terima kasih dan sedikit
senyum.”
Dalam kutipan cerpen diatas mengajarkan kepada kita untuk saling membantu
satu sama lain sesama makhluk hidup di muka bumi.
“Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu
sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat sembahyang. Tapi engkau
melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu
sendiri, sehingga mereka itu kucar-kacir selamanya. Inilah kesalahanmu yang
terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara
semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka sedikit pun.”
Dalam kutipan diatas mengingatkan kepada kita bahwa mementingkan diri sendiri
itu tidak bagus, maka seharusnya engkau memperhatikan dan memperdulikan apa
yang ada disekelilingmu.
“Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang
mengerikan sekali. Ia menggoroh lehernya dengan pisau cukur."
Dalam cuplikan dialog tersebut, menggambarkan bahwa kakek mati karena bunuh
diri dan bunuh diri adalah perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah SWT.
“Akhirnya sampailah giliran Haji Saleh. Sambil tersenyum bangga ia
menyembah Tuhan. Lalu Tuhan mengajukan pertanyaan pertama.”
“Engkau?”
“Aku Saleh. Tapi karena aku sudah ke Mekah, Haji Saleh namaku.”
“Aku tidak tanya nama. Nama bagiku, tak perlu. Nama hanya buat engkau di
dunia.”
“Ya, Tuhanku.”
“Apa kerjamu di dunia?”
“Aku menyembah Engkau selalu, Tuhanku.”
“Lain?”
“Setiap hari, setiap malam. Bahkan setiap masa aku menyebut-nyebut nama-
Mu.”
“Lain.”
“Ya, Tuhanku, tak ada pekerjaanku selain daripada beribadat menyembah-Mu,
menyebut-nyebut nama-Mu. Bahkan dalam kasih-Mu, ketika aku sakit, nama-
Mu menjadi buah bibirku juga. Dan aku selalu berdoa, mendoakan kemurahan
hati-Mu untuk menginsafkan umat-Mu.”
Nilai religius yang digambarkan dalam cerpen ini juga tentang hubungan manusia
dengan tuhan dan manusia dengan manusia. Cerpen ini menggambarkan semua itu
dengan unik karena ia juga menggambarkan sebuah kehidupan didunia lain. Tidak
hanya itu dalam cerpen “Robohnya Surau Kami” juga banyak terdapat daya
imajinasi dilihat dari adanya dialog-dialog dengan tuhan yang maha pencipta
seperti pada bukti di atas.
IV. Hubungan aspek sosial dalam teks sastra dengan aspek sosial dalam kehidupan
nyata didalam cerpen “Robohnya Surau Kami”
Hubungan yang terdapat dalam aspek sosial dalam teks sastra dengan aspek
sosial dalam kehidupan nyata yaitu di dalam cerpen atau teks sastra mengadopsi
apa yang telah terjadi dan ada kejadiannya didunia nyata. Seperti orang hanya
memfokuskan dirinya kepada dirinya sendiri tanpa memperdulikan orang lain atau
sekitarnya. Lalu dalam kehidupan nyata aspek sosial nilai agama yang tergambar
dalam cerpen “Robohnya Surau Kami” sangat relevan dengan kehidupan sehari-
hari, demikian bukti didalam cerpen ini seperti kakek dengan ikhlas hati menerima
imbalan apapun itu walau hanya dengan senyuman serta ucapan terimakasih saja
yang diberikan orang lain.
V. Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari teori memesis ini berarti suatu karya yang
ada di sastra itu sebelumnya hasil yang telah apa yang ada di dunia nyata lalu
diadaptasi kedalam sebuah cerita untuk mengingatkan pada pembaca tentang nilai
dan moral yang ingin disampaikan penulis. Di dalam cerpen “Robohnya Surau
Kami” terdapat nilai agama yang mengajarkan kepada kita untuk melihat sekitar,
sabar , dan jangan mementingkan diri sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

http://mjbrigaseli.blogspot.co.id/2014/03/makalah-pendekatan-mimetik.html
http://www.academia.edu/4644433/Teori_mimetik
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yongyakarta. Gajah Mada University
Press.
file:///C:/Users/User/Downloads/ROBOHNYA%20SURAU%20KAMI.pdf
Navis, ali akbar.2003.Robohnya Surau Kami.Gramedia Pustaka Utama.Jakarta
Prof. Dr. H. Supratno, Haris. KritikSastraBaru2020. 2020

Anda mungkin juga menyukai