Anda di halaman 1dari 3

PERTEMUAN 7

PENDEKATAN MIMETIK

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan:
1.1. Mengetahui dan paham mengenai pendekatan mimetic

URAIAN MATERI

REALITAS
TIRUAN

PENGARANG KARYA SASTRA

Secara esensial, teori mimetik melihat bahwa karya seni adalah imitasi dari alam
semesta. “The Mimetic Orientation- the explanation of art as essentially an imitation of
aspects of the universe”. Teori ini bersumber dari pikiran Plato dan Aristoteles. Menurut
Abrams teori ini merupakan teori yang paling primitif. Plato berpendapat bahwa seni
hanyalah tiruan alam yang nilainya jauh dibawah kenyataan dan ide. Seni adalah sesuatu
yang rendah. Menurutnya seni hanya menyajikan suatu ilusi (khayalan) tentang kenyataan
dan tetap jauh dari kenyataan. Teori plato tersebut adalah:
Dalam kenyataan yang dapat kita ambil setiap benda terwujud menurut berbagai
bentuk, tetapi setiap benda menceminkan suatu ide yang asli gambar bentuk terhadap aneka
bentuk ranjang dan meja, tetapi itu semua berasal dari ide atau gambar induk mengenai
sebuah ranjang dan sebuah meja. Bila seorang tukang membuat sebuah ranjang ia menciplak
ranjang seperti terhadap dunia ide-ide. jiplakan atau kopi itu menjadi aslinya, artinya:
kenyataan yang dapat kita amati dengan panca indra selalu kalah dengan dunia ide. Tapi
seorang tukang lebih dekat pada kebenaran dari pada seorang pelukis atau penyair. Mereka
menjiplak kenyataan yang dapat disentuh dengan panca indra, atau dengan lain perkataan
mereka menciplak suatu ciplakan, membuat copy dari sebuah copy, jiplakan mereka tidak
bermutu satu-satunya yang dapat mereka capai ialah gambar-gambar yang kosong, yang
mengambang (Luxemburg dalam Sutrisno, 2004:21).
Menurut Plato, maka tulang-tulang yang membuat barang-barang lebih berguna
daripada orang-orang yang hanya melukiskan barang-barang itu. Para penyair dan penulis
tidak kalah penting dibandingkan dengan para pembuat undang-undang, guru-guru, penemu,
dan seterusnya, karena mereka hanya menggambarkan sesuatu.
Bertolak belakang dengan Plato, Aristoteles menyatakan bahwa tiruan itu justru
membedakannya dari segala sesuatu yang nyata dan umum karena seni merupakan aktivitas
manusia. Dalam sebuah penciptaan sastrawan tidak semata-mata meniru kenyataan
melainkan sekaligus menciptakan. Dunia yang diciptakan sastrawan adalah dunia yang lain,
yang baru, yang mungkin tidak pernah terjadi dalam dunia nyata. Karena itu lah Aristoteles
menganggap bahwa sastra lebih tinggi dibanding dengan karya sejarah.pandangan
Aristoteles tersebut adalah:
Penampilan kenyataan dan ide-ide tidak terlepas dari yang satu dengan yang lainnya,
daari setiap objek yang kita amati di dalam kenyataan terkandung idenya dan tidak dapat
dipisahkan dari objek itu. Bagi Aristoteles mimesis itu tidak semata-mata menjiplak
kenyataan, melainkan sebuah proses kreatif pengarang yang berpijak pada kenyataan,
menciptakan sesuatu yang baru. Dengan mimesis penyair ataupun pengarang menciptakan
kembali kenyataan. Adapun bahayanya adalah barang-barang seperti pernah ada, atau seperti
kita bayangkan, atau seperti ada menurut pendapat orang atau seperti seharusnya ada yaitu
fakta dari masa kini atau masa silam, keyakinan, cita-cita. Perkembangan selanjutnya dari
pendekatan mimetik ialah lahirnya pendekatan sosiologi sastra.

Kelemahan pendekatan ini ialah sering dilakukan pembandingan langsung


antara realitas faktual (riil) sehingga hakikat karya sastra yang fiktif imajiner
sering dilupakan
LATIHAN/TUGAS
1. Bagaimanakah yang dimaksud dalam pendekatan mimetic bahwa pengarang karya sastra
merupakan tiruan atau cerminan yang diciptakan oleh pengarang?
2. Bagaimana pendekatan mimetic kemudian berkembang menjadi sosiologi sastra?

Anda mungkin juga menyukai