Anda di halaman 1dari 6

KARYA SASTRA BAHASA INDONESIA TAHUN 90-AN

Nama : Ilham Dewantara


No

: 04

Kelas : XI IS 5

Tahun Pelajaran 2014/2015

KARYA SASTRA BAHASA INDONESIA TAHUN 90-AN


Angkatan 1980 - 1990an Hilman Hariwijaya penulis cerita remaja pada dekade 1980
dan 1990 Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan
banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut
yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai
majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain
adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma,
Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby,
Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie. Nh. Dini
(Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an
dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka,
Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novelnovel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama
biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur. Mira W dan Marga T adalah dua
sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel
mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita.
Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh
sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa
romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran
antagonisnya. Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra
yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman
Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh
generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.

Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang
dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de
Fretes, dan Oka Rusmini. [sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980 - 1990an
Ahmadun Yosi Herfanda Ladang Hijau (1980) Sajak Penari (1990) Sebelum Tertawa
Dilarang (1997) Fragmen-fragmen Kekalahan (1997) Sembahyang Rumputan (1997) Y.B
Mangunwijaya Burung-burung Manyar (1981) Darman Moenir Bako (1983) Dendang (1988)
Budi Darma Olenka (1983) Rafilus (1988) Sindhunata Anak Bajang Menggiring Angin
(1984) Arswendo Atmowiloto Canting (1986) Hilman Hariwijaya Lupus - 28 novel (19862007) Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003) Olga Sepatu Roda (1992) Lupus ABG - 11 novel
(1995-2005) Dorothea Rosa Herliany Nyanyian Gaduh (1987) Matahari yang Mengalir
(1990) Kepompong Sunyi (1993) Nikah Ilalang (1995) Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)
Gustaf Rizal Segi Empat Patah Sisi (1990) Segi Tiga Lepas Kaki (1991) Ben (1992) Kemilau
Cahaya dan Perempuan Buta (1999) Remy Sylado Ca Bau Kan (1999) Kerudung Merah
Kirmizi (2002) Afrizal Malna Tonggak Puisi Indonesia Modern 4 (1987) Yang Berdiam
Dalam Mikropon (1990) Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (1991) Dinamika Budaya dan
Politik (1991) Arsitektur Hujan (1995) Pistol Perdamaian (1996) Kalung dari Teman (1998)
[sunting]
Angkatan Reformasi Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan
Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri,
muncul wacana tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai
dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosialpolitik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama
berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai
pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak

bertema sosial-politik. Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan


politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru.
Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi
kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu. Bahkan, penyairpenyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri,
Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat dengan media
online: duniasastra(dot)com -nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosialpolitik mereka. [sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi Widji Thukul Puisi
Pelo Darman.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980 - 1990an
Ahmadun Yosi Herfanda
Ladang Hijau (1980)
Sajak Penari (1990)
Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
Sembahyang Rumputan (1997)
Y.B Mangunwijaya
Burung-burung Manyar (1981)
Darman Moenir
Bako (1983)
Dendang (1988)

Budi Darma
Olenka (1983)
Rafilus (1988)
Sindhunata
Anak Bajang Menggiring Angin (1984)
Arswendo Atmowiloto
Canting (1986)
Hilman Hariwijaya
Lupus - 28 novel (1986-2007)
Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)
Olga Sepatu Roda (1992)
Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)
Dorothea Rosa Herliany
Nyanyian Gaduh (1987)
Matahari yang Mengalir (1990)
Kepompong Sunyi (1993)
Nikah Ilalang (1995)
Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)
Gustaf Rizal
Segi Empat Patah Sisi (1990)
Segi Tiga Lepas Kaki (1991)

Ben (1992)
Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
Remy Sylado
Ca Bau Kan (1999)
Kerudung Merah Kirmizi (2002)
Afrizal Malna
Tonggak Puisi Indonesia Modern 4 (1987)
Yang Berdiam Dalam Mikropon (1990)
Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (1991)
Dinamika Budaya dan Politik (1991)
Arsitektur Hujan (1995)
Pistol Perdamaian (1996)
Kalung dari Teman (1998)

Anda mungkin juga menyukai