Anda di halaman 1dari 17

Keragaman Bentuk dan Isi

Teks Sastra Daerah (Nusantara)

( Pertemuan 3)
Oleh Widya Prana Rini, S.Pd., M.A.
Ragam bentuk Sastra Daerah

Secara garis besar ragam sastra daerah dapat


dikelompokan menjadi tiga bentuk

 Sastra daerah tertulis/sastra tulis


 Sastra daerah lisan/sastra lisan
 Sastra daerah setengah lisan
Sastra daerah tertulis/sastra tulis
• Sastra daerah tertulis atau
disebut dengan sastra tulis
hadir dalam wujud naskah.
• Ragam sastra daerah tulis
dalam perwujudanya ada
yang menggunakan aksara
asli bahasa daerah tertentu
(berbentuk tulisan Arab dan
ada juga berbahasa Melayu)
Sastra Daerah lisan/sastra lisan
(oral literature)

• Hutomo (1991: 1) kesusastraan yang


mencakup ekspresi kesusastraan warga suatu
kebudayaan yang disebarkan dan diturunkan
secara lisan (dari mulut ke mulut).
Sastra daerah setengah lisan
• Menurut Hutomo (1991: 61)
Sastra setengah lisan (daerah) yang penuturanya harus
dibantu dengan bentuk-bentuk seni yang lain.
Misalnya, sastra ludruk, sastra ketoprak, sastra wayang.
Ciri-ciri Sastra Lisan
• Milik bersama seluruh masyarakat.
• Diturunkan dari satu generasi lain melalui penuturan.
• Bersifat anonim.
• Berfungsi dalam kehidupan dan kepercayaan
masyarakat.
• Terdiri dari berbagai versi.
• Diciptakan dalam variasi banyak sepanjang masa.
• Mengandalkan formula, kiasan, simbol, gaya bahasa
dan berbagai gejala bahasa lain atau komposisinya.
Fungsi Sastra Lisan

• Berfungsi untuk pengesahan budaya.


• Berfungsi sebagai alat pengendali sosial.
• Berfungsi sebagai alat pendidikan anak.
• Berfungsi sebagai alat untuk memprotes
ketidak adilan dalam masyarakat.
Bentuk Sastra Tertulis
• Epos yang bersumber dari • Cerita Panji
India (Ramayana dan  Hikayat Panji Kuda Semirang
Mahabharata)  Hikayat Dewa Asmara Jaya
 Arjunawiwaha (Mpu Kanwa)  Hikayat Cekel Weneng Pati

 Arjunawijaya (Mpu • Kesusastraan Zaman Islam


 Cerita Al-quran
Tantular)
 Sahabat Nabi
 Negarakertagama (Mpu
• Cerita Berbingkai
Prapanca)
 Hikayat Seribu satu malam
 Hariwangsa (Mpu Panuluh)
 Pancatantra
 Brathayuda ( Mpu Sedah • Sastra Sejarah
dan Panuluh)  Sejarah Melayu
 Gatotkacasraya (Mpu  Hikayat Aceh
Panuluh)  Silsilah Kutai
 Hikayat Hang Tuah
Ramayana
(Prototipe India karangan Walmiki)
Rama , Sita, Rahwana, Laksmana,
Sugriwa, Tara, Bali, Hanuman, dll

• Dalam Sastra Jawa kuno kakawin-kakawin Ramayana selalu


menduduki tempat terhormat. Kakawain terpanjang dalam
kurun periode Jawa-Hindu, terdiri dari 26 pupuh.
• Mengenai nama dan pribadi pengarang kakawin Ramayana
masih belum diketahui. Namun, tradisi di Bali mempercayai
dan menyetujui Yogiswara sebagai pengarangnya.
(Kalangwan,1985:295)
Mahabharatha
(Prototipe India karangan
Viyasa(wiyasa))
Pandawa, Kurawa, Pandu,
Kunti, Drupadi,

Pengaruh Mahabharata besar sekali dalam sastra Jawa ,


yaitu pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa.
Ringkasan dalam bentuk prosa dengan panjang 18 parwa.
Bharatayuda dituis oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh
ditujukan untuk Jayabhaya (1157).
Nawa Ruci (cerita Bima mencari air hayat).
Hariwangsa ditulis Mpu Panuluh pada zaman
pemerintahan raja Jayabhaya dari kerajaan Kediri pada
tahun (1135-1157).
Gatotkacasraya ditulis oleh Mpu Panuluh menceritakan
tentang perkawinan Abhimanyu dengan dewi Sundari
(punakawan muncul).
Arjunawiwaha merupakan tonggak awal sastra kakawin
Jawa Timur yang digubah oleh Mpu Kanwa.
Mpu Kanwa menulis di bawah perlindungan raja
Erlangga. Kerajaan yang didirikan oleh Sindok. Erlangga
lahir di Bali, masih bersaudara dengan almarhum raja,
setelah raja disingkirkan Erlangga bersembunyi di Jawa.
Diangkat menjadi raja untuk memulihkan wangsa Sindok
(1028-1035), Erlangga mengalahkan raja Wengker.
Bentuk Sastra Lisan
B. Bahan yang bercorak
bukan cerita
A. Bahan yang bercorak cerita a) Ungkapan (Folk Speech)
a) Cerita-cerita biasa (Tales) b) Nyanyian (Songs)
b) Mitos (Myths) c) Peribahasa (Proverbs)
c) Legenda (Legends) d) Teka-teki (Riddles)
d) Epik (Epics) e) Puisi Lisan (Rhymes)
e) Cerita Tutur (Ballads) f) Nyanyian sedih
f) Memori (Memorates) pemakaman (Dirge)
g) Undang-undang atau
peraturan adat (Law)
Cerita-cerita biasa (Tales)
Cerita biasa yang sering dituturkan oleh rakyat
(dongeng).
Mitos (Myths)
• Cerita tentang dewa-dewa, makhluk setengah
dewa, dan pahlawan-pahlawan yang dipuja-
puja, dianggap suci oleh yang empunya cerita
dan yang meyakininya.
Misalnya : Misalnya Gunung Semeru dianggap
oleh orang Hindu Jawa dan Bali sebagai
gunung yang suci. Kisah Dewi Sri
Legenda (Legends)
• Menurut William R. Bascom legenda adalah cerita-cerita
dianggap sebagai peristiwa sejarah atau benar-benar
terjadi tetapi tidak dianggap suci ‘sejarah rakyat’.
Misalnya : Sangkuriang, Malinkundang
Epik (Epics)
Cerita-cerita perihal kepahlawanan
Cerita Tutur (Ballads)
• Cerita tutur atau balada adalah cerita atau kisah yang
penyampaiannya dengan dinyanyikan /diiramakan.
Misalnya , juru pantun, kentrung, tukang templing
Memori (Memorates)
• Cerita atau kisah seseorang yang berisi pengalaman yang
luar biasa.
Bahan yang bercorak bukan cerita
Ungkapan Perkataan atau kelompok kata yang khusus untuk
(Folk Speech) menyatakan sesuatu maksud dengan arti kiasan
(misalnya, tua-tua lengkuas; makin tua makin buas,
merpati bunuh kera; belum mati belum jera)

Nyanyian (Songs) Bunyi (suara) yang berirama dan berlagu musik.


Misalnya, nyanyian anak-anak, anak-bobo (lulaby),
Nyanyian selamat tinggal

Peribahasa Ungkapan yang telah mendapatkan makna dan


(Proverbs) tempat khusus dalam pemakaian bahasa. Misalnya,
pepatah
Teka-teki (Riddles) Soal yang berupa kalimat (cerita) sebagai permainan
atau untuk mengasah pikiran.

Puisi Lisan (Rhymes) Puisi yang dilisankan atau diucapkan. Misalnya, Ting-
ting gula batu, budak jahat memang begitu.
Bentuk Sastra Lisan
C. Bahan yang bercorak tingkah laku (drama)

 Drama panggung (drama yang dimainkan oleh para


aktor dipanggung).
 Drama arena (drama yang dimainkan oleh para aktor
di arena bebas.
i n a
s t ag
kh a
a ni
pu m
Cu

Anda mungkin juga menyukai