Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ANGKATAN BALAI PUSTAKA

Makalah ini diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar dan Sejarah
Sastra Indonesia
Dosen Pengampu: Unes, M.Pd.

disusun oleh:

Jepri Supriyatna : 2388201040

Nabila Adinda Salsabillah : 2388201044

Halimatus Sadiyah : 2388201038

Moh. Abdurochman Suyuti : 2388201043

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

NAHDLATUL ULAMA INDRAMAYU

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji serta syukur kami ke kehadirat Allah SWT atas


rahmat dan izin-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan mudah guna memenuhi tugas kelompok untuk Mata Kuliah Pengantar dan
Sejarah Sastra Indonesia yang berjudul “Angkatan Balai Pustaka” dari dosen
pengampu Unes, M.Pd.

Sholawat serta salam kami tetap tercurahkan kepada nabi kita Muhammad
SAW, terima kasih kepada anggota kelompok kami yang telah berkontribusi
dalam bentuk atau materi dalam menyelasaikan makalah ini. Kami sangat
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta dapat menambah
pengetahuan bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa di praktikan dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi penulis
umumnya bagi pembaca.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, maka dari itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Indramayu, 09 November 2023

Penyusun,

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
1.3. Tujuan ........................................................................................................... 2
1.4. Manfaat ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1. Definisi Angkatan Balai Pustaka .................................................................. 3
2.2. Karakteristik Angkatan Balai Pustaka .......................................................... 3
2.3. Tokoh-Tokoh Angkatan Balai Pustaka ........................................................ 5
2.4. Karya Balai Pustaka ..................................................................................... 6
BAB III PENUTUPAN ......................................................................................... 8
3.1. Kesimpulan ................................................................................................... 8
3.2. Saran ............................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Balai Pustaka, didirikan pada 22 September 1917, merupakan perusahaan


penerbitan resmi pertama di Indonesia. Sejak awal berdirinya, misinya adalah
memajukan literasi dan pengetahuan di tengah masyarakat. Dengan status sebagai
angkatan kebudayaan, Balai Pustaka telah memberikan kontribusi besar dalam
mengembangkan sastra dan ilmu pengetahuan Indonesia.

Sebagai lembaga penerbit nasional Indonesia, memiliki sejarah yang kaya


dan berpengaruh. didirikan dibawah pemerintahan kolonial belanda, Balai Pustaka
awalnya bertujuan untuk mempublikasikan karya-karya sastra dan ilmiah. Seiring
berjalannya waktu perubahan rezim, peran Balai Pustaka terus berkembang,
mencerminkan dinamika politik dan budaya Indonesia. Dalam angkatan ketiga,
Balai Pustaka semakin meneguhkan identitasnya sebagai penjaga warisan sastra
dan penyebar ilmu pengetahuan ditengah perubahan zaman.

Para penulis dari angkatan ini cenderung memberikan perhatian pada


perkembangan bahasa Indonesia dan memperkaya khazanah sastra dengan
berbagai genre, termasuk cerita pendek, novel, dan puisi. Beberapa tokoh
terkemuka seperti Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, dan Sanusi Pane. Turut
aktif dalam periode ini, memengaruhi perkembangan sastra Indonesia secara
signifikan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami merumuskan beberapa


rumusan masalah sebagai berikut:

1
2

a. Apa pengertian Angkatan Balai Pustaka?


b. Bagaimana Karakteristik Angkatan Balai Pustaka?
c. Siapa tokoh-tokoh yang mempelopori Angkatan Balai Pustaka?
d. Apa contoh karya yang dihasilkan dari Angkatan Balai Pustaka?

1.3. Tujuan

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka makalah ini disusun untuk
mengetahui:

a. Untuk mengetahui Angkatan Balai Pustaka


b. Untuk mengetahui Karakteristik Angkatan Balai Pustaka
c. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang mempelopori Angkatan Balai
Pustaka
d. Untuk mengetahui contoh karya yang dihasilkan dari Angkatan Balai
Pustaka

1.4. Manfaat

Berdasarkan tujuan penulisan diatas maka manfaat dari makalah ini


sebagai berikut :

a. Dapat mengetahui Angkatan Balai Pustaka


b. Dapat mengetahui Karakteristik Angkatan Balai Pustaka
c. Dapat mengetahui tokoh-tokoh yang mempelopori Angkatan Balai
Pustaka
d. Dapat mengetahui contoh karya yang dihasilkan dari Angkatan Balai
Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Angkatan Balai Pustaka

Karya sastra yang lahir pada Angkatan 1920 sering disebut sebagai karya
sastra Angkatan 20-an atau Angkatan Balai Pustaka. Disebut Angkatan Dua
Puluhan sebab novel yang terbit pertama kali terbit adalah pada tahun 1920, yakni
novel Azab dan Sengsara karya Merari Siregar (Kosasih, 2012).

Angkatan Balai Pustaka adalah periode sastra yang berkembang pada


tahun 1920-an. Biasanya para pengarang pada masa itu mempunyai keinginan
luhur untuk memberikan pendidikan budi pekerti dan mencerdaskan kehidupan
bangsa melalui sebuah bacaan. Pada masa ini, angkatan sastra banyak didirikan
oleh orang – orang belanda. Tujuan mereka bukan hanya ingin mengembangkan
dan memajukan sastra Indonesia, tetapi juga untuk kepentingan politik (Fiska,
2021)

Karya sastra Angkatan Balai Pustaka biasanya menggunakan tema yang


selaras dengan budaya kala itu, yakni mengenai kawin paksa. Peristiwa-peristiwa
mengenai kawin paksa telah banyak dilakukan oleh masyarakat bahkan menjadi
kebudayaan dalam suatu daerah tertentu (Fiska, 2021)

Selain disebut Angkatan Balai Pustaka, Angkatan 20-an disebut pula


Angkatan Siti Nurbaya karena novel yang paling laris dan digemari masyarakat
pada masa itu adalah novel Siti Nurbaya karangan Marah Rusli (Kosasih, 2012)

2.2. Karakteristik Angkatan Balai Pustaka

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V, karakteristik diartikan


sebagai sifat khas, artinya sesuatu yang membedakan antara periodisasi sastra

3
4

Angkatan Balai Pustaka dengan periodisasi lainnya, dan di setiap angkatan


memiliki ciri khas dan karakteristiknya masing-masing, berikut adalah
karakteristik dari Angkatan Balai Pustaka.

a. Bercorak pasif-romantik, ini berarti bahwa cita-cita baru senantiasa


terkalahkan oleh adat lama yang membeku, sehingga merupakan angan-
angan belaka. Itulah sebabnya dalam mencapai cita-citanya, pelaku utama
senantiasa kandas, misalnya dimatikan oleh pengarangnya.
b. Menggunakan bahasa Melayu Baru, tetap dihiasi ungkapan-ungkapan klise
serta uraian panjang.
c. Para penyairnya masih banyak yang mempergunakan puisi lama, pantun,
dan syair, seperti terlihat pada karya tulis Sutan Ati, Abas, dan Sutan
Pamunjtak.
d. Bentuk puisi barat yang tidak terlalu terikat oleh syarat-syarat, seperti
puisi lama, mulai dipergunakan oleh para penyair muda. Para penyair baru
ini dipelopori oleh Moh. Yamin, yang mempergunakan bentuk sonata
dalam kesusastraan Indonesia.
e. Bentuk prosa yang memegang peranan pada masa kesusastraan Angkatan
Balai Pustaka adalah Roman. Roman angkatan ini bertama perjuangan dan
perlawanan terhadap ada istiadat lama, misalnya kawin paksa.
f. Latar belakang sosial sastra periode Balai Pustaka berupa pertentangan
paham antara kaum muda dan kaum tua. Bisa ambil contoh dalam novel
Salah Asuhan, Si Cebol Rindukan Bulan, yang memiliki kecenderungan
simpati kepada yang lama, bahwa yang baru tidak semuanya membawa
kebaikan.
g. Unsur nasionalitas pada sastra Balai Pustaka belum jelas. Pelaku-pelaku
novel periode Balai Pustaka masih mencerminkan kehidupan tokoh-tokoh
yang berasal dari daerah-daerah (Khairunnisa, 2022).
5

2.3. Tokoh-Tokoh Angkatan Balai Pustaka

Tokoh pengarang yang berhasil menerbitkan buku di Balai Pustaka antara


lain Abdul Muis, Abas Sutan Simanjuntak Nan Sati, Adinegoro, Hamka, Merari
Siregar, Marah Rusli, Muhammad Kasim, Muhammad Yamin, Nur Sutan
Iskandar, Rustam Effendi, S. Takdir Alisjahbana, Suman Hs, Dan Tulis Sutan Sati
(K.S, Yudiono, 2007).

Berikut adalah tokoh-tokoh yang tercatat menggawangi Angkatan Balai


Pustaka:

a. Abdul Muis (lahir di Solok, Sumatera Barat, 1886, meninggal di Bandung


17 Juli 1959), berpendidikan sekolah kedokteran (STOVIA) Jakarta,
pernah menjadi wartawan, bergiat dalam Syarikat Islam, dan pernah
menjadi anggota Dewan Rakyat (1920-1923). Namanya terkenal karena
novel Salah Asuhan (1928), Pertemuan Jodoh (1933), Surapati (1950), dan
Robet Anak Surapati (1953).
b. Marah Rusli (lahir di Padang, 07 Agustus 1889, meninggal di Bandung 17
Januari 1968) berpendidikan Sekolah Dokter Hewan di Bogor (1915).
Namanya terkenal karena novel novel atau roman Siti Nurbaya (1922)
yang pada tahun 1969 menerima hadiah dari Pemerintah Republik
Indonesia. Sinetro Siti Nurbaya dengan aktor Gusti Randa, H.I.M.
Damsyik, dan aktris Novia Kolopaking pernah populer juga di layar kaca
televisi, Indonesia.
c. Merari Siregar (lahir di Sipirok, Sumatera Utara, 13 Juni 1896, meninggal
di Madura, 23 April 1940) berpendidikan di Handels-correspondent Bond
A di Jakarta (1923). Novelnya yaitu Azab dan Sengsara (1920) lazim
dianggap sebagai awal kesusastraan Indonesia.
d. Muhammad Kasim (lahir di Muara Sipongi, Sumatera Utara, 1886)
berpendidikan sekolah guru dan hingga tahun 1935 menjadi guru sekolah
rakyat. Kumpulan cerpennya Teman Duduk (1936) lazim disebut sebagai
awal tradisi kumpulan cerpen sastra Indonesia. Bukunya yang berjudul Si
6

Samin mendapat hadiah sayembara buku anak-anak Balai Pustaka 1924,


kemudian terbit lagi tahun 1928 dengan judul Pemandangan Dalam Dunia
Kanak-kanak. Karyanya yang lain: novel Muda Teruna (1922).
e. Nur Sutan Iskandar (lahir di Sungaibatang, Sumatera Barat, November
1893, meningga di Jakarta 28 November 1975) berpendidikan sekolah
guru, pernah menjadi guru, dan redakt Balai Pustaka hingga pensiun.
Namanya terkenal karena menghasilkan karya novel : Apa Dayaku karena
Ak Perempuan (1922), Salah Pilih (1928), Karena Mertua (1932),
Hulubalang Raja (1934), Katak Hendak Menjadi Lembu (1934), Neraka
Dunia (1937), Cinta Tanah Air (1944), Mutiara (1946), dan Jangir Bali
(1946).

Tidak lama kemudian muncullah pengarang-pengarang dari berbagai


daerah, seperti R. Soengkana, Paulus Supit, M.R. Dayoh, Hersevien Taulu,
Muntu, I Gusti Njoman Panji Tisna, dan lainnya (K.S, Yudiono, 2007).

2.4. Karya Balai Pustaka

Balai Pustaka menghasilkan bermacam buku, majalah, dan almanak.


Buku-buku populer yang terbit meliputi kesehatan, pertanian, perternakan, budi
pekerti, sejarah, adat, dan lain-lain. Majalah yang diterbitkan Balai Pustaka adalah
Sri Pustaka yang kemudian bernama Panji Pustaka berbahasa Melayu (1923),
Kejawen berbahasa Jawa (1926), dan Parahiangan berbahasa Sunda (1929).
Almanak yang diterbitkan Balai Pustaka adalah Volksalmanak, Almanak Tani,
dan Alamanak Guru (K.S, Yudiono, 2007).

Prosa adalah hasil karya sastra lisan dan tulisan yang panjang baik
berbentuk sebuah cerita maupun tidak. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007)
mendefinisikan prosa sebagai karangan bebas yang tidak terikat oleh kaidah yang
terdapat dalam puisi.

Prosa atau disebut juga novel terbitan Balai Pustaka yang hampir selalu
disebut dalam berbagai buku pelajaran, antara lain:
7

a. Asmara Jaya (Adinegoro)


b. Azab Dan Sengsara (Merari Siregar)
c. Hulubalang Raja (Nur Sutan Iskandar)
d. Kalau Tak Untung (Selasih)
e. Katak Hendak Jadi Lembu (Nur Sutan Iskandar)
f. Kehilangan Mestika (Hamidah atau Fatimah Hasan Delais)
g. Mencari Pencuri Anak Perawan (Suman Hs)
h. Muda Teruna (M. Kasim)
i. Ni Rawit Ceti Penjual Orang (A.A Panji Tisna)
j. Percobaan Setia (Suman Hs)
k. Pertemuan Jodoh (Abdul Muis)
l. Salah Asuhan (Abdul Muis)
m. Sengsara Membawa Nikmat (Tulis Sutan Sati)
n. Siti Nurbaya (Marah Rusli)
o. Sukreni Gadis Bali (A.A Pandji Tisna) (K.S Yudiono, 2007).

Puisi adalah seni tertulis dimana bahasa digunakan untuk kualitas


keindahan. Puisi merupakan ragam sastra lisan dan tulisan yang terikat oleh rima,
matra, irama, serta penyusunan larik dan bait. Penggunaan bahasa bisa dipilih dan
ditata sedemikian rupa guna memberikan jiwa pada tiap bait (Airah, 2013).

Berikut kami lampirkan kumpulan puisi Angkatan Balai Pustaka beserta


pengarangnya:

a. Syair Rindu (Marah Rusli)


b. Pagi-Pagi (M. Yamin)
c. Tanah Air (M. Yamin)
d. Bahasa, Bangsa (M. Yamin)
e. Kemegahan (M. Yamin)
f. Ibarat (M. Yamin)
g. Keluhan (M. Yamin)
h. Niat (M. Yamin)
BAB III
PENUTUPAN

3.1. Kesimpulan

Angkatan 20-an, atau yang dikenal sebagai Angkatan Balai Pustaka,


merupakan era penting dalam perkembangan sastra Indonesia pada tahun 1920-an.
Periode ini ditandai dengan kelahiran novel pertama, "Azab dan Sengsara" karya
Merari Siregar pada tahun 1920. Angkatan Balai Pustaka muncul dengan tujuan
luhur, tidak hanya untuk mengembangkan sastra Indonesia, tetapi juga untuk
kepentingan politik dan pendidikan budi pekerti. Tema kawin paksa menjadi ciri
khas karya sastra pada masa itu, mencerminkan realitas budaya yang dihadapi
oleh masyarakat. Karakteristik Angkatan Balai Pustaka mencakup ciri pasif-
romantik, penggunaan bahasa Melayu Baru dengan ungkapan klise, dan dominasi
bentuk puisi lama. Beberapa tokoh terkemuka dari angkatan ini melibatkan Abdul
Muis, Marah Rusli, Merari Siregar, Muhammad Kasim, dan Nur Sutan Iskandar.
Karya-karya Balai Pustaka, seperti "Siti Nurbaya," "Salah Asuhan," dan "Azab
dan Sengsara," terus diingat sebagai bagian integral dari warisan sastra Indonesia.
Keseluruhan, Angkatan Balai Pustaka mencerminkan kondisi sosial dan budaya
Indonesia pada awal abad ke-20, membentuk landasan penting dalam sejarah
sastra tanah air.

3.2. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna kedepannya


penulis akan lebih fokus dan teliti dalam menjelaskan tentang makalah diatas
dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung
jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dan bahasan makalah yang telah
dijelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka.

8
DAFTAR PUSTAKA

E. Kosasih. (2012). Dasar-dasar Keterampilan Bersastra, Bandung : CV. Yrama


Widya.
I. Airah. (2013). Puisi Angkatan Balai Pustaka.
K.S. Yudiono. (2007). Pengantar Sejarah Sastra Indonesia, Jakarta : Grasindo
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (KBBI).
R. Fiska. (2021). Pengertian Sastra: Jenis, Fungsi, dan Periodisasi Perkembangan
Sastra di Indonesia. https://gramedia.com/literasi/pengertian-sastra/
R. Khairunnisa. (2022). Karakteristik Periode Sastra Indonesia Angkatan Balai
Pustaka. https://www.indonesiana.id/read/155631/karakteristik-periode-
sastra-indonesia-angkatan-balai-pustaka

Anda mungkin juga menyukai