Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENULISAN PUISI

“DIGITALISASI PUISI”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Rutin Mata Kuliah Penulisan Puisi

Dosen Pengampu: Wahyu Wiji Astuti, S.Pd., M.A.

Disusun Oleh:
Kelompok 9
Andini 2202510011
Putri Indah Nurjannah 2203210039

KELAS SASTRA INDONESIA A 20


PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T. A. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Digitalisasi
Puisi" ini.

Adapun tujuan makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Penulisan
Puisi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Wahyu Wiji Astuti, S.Pd., M.A. selaku
dosen mata kuliah Penulisan Puisi yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan tentang topik dalam mata kuliah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama anggota kelompok
yang telah turut turun tangan dan membagi sebagian pengetahuan dan waktunya sehingga tugas
ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari, makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan tugas ini.

Demikianlah makalah yang telah kami buat ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Sumatera Utara, 27 Oktober 2021

Kelompok 9
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan Makalah

BAB II Pembahasan

A. Hakikat Digitalisasi

B. Sastra Digital

C. Hakikat Puisi

D. Puisi di Era Digitalisasi

E. Jenis dan Contoh Puisi Digital

BAB III Penutup

A. Kesimpulan

B. Penutup

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring perkembangan zaman, kini perkembangan teknologi sangat berkembang pesat


terutama teknologi pendidikan. Perencanaan peta jalan yang dibuat pemerintah Indonesia yaitu
revolusi industri 4.0 diharapkan akan membawa dunia pendidikan lebih unggul dan kreatif
terutama dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Adanya zaman era digital seperti
sekarang ini diharapkan peserta didik dapat menanamkan sikap mental yang tepat dan
meningkatkan keterampilan dalam berkomunikasi, berpikir kritis, kreatif, tanggung jawab, dan
sikap terbuka untuk mau belajar hal baru yang sesuai dengan peran di era digital ini.

Untuk meningkatkan pengetahuan tentang penggunaan internet, salah satu yang


digunakan adalah sastra digital. Guru-guru di sekolah dapat memberikan tugas kepada
siswa-siswa untuk menulis puisi-puisi di ruang digital, sedangkan untuk para mahasiswa, dosen
juga dapat memberikan tugas yang berhubungan dengan karya sastra (perorangan atau
kelompok) dengan memanfaatkan adanya ruang digital tersebut.

Selain itu, sastra digital juga menerjang sampai ke lapisan masyarakat tertentu, seperti
halnya telah memengaruhi para penulis sastra yang selama ini hanya berdiam diri dan dilahirkan
melalui koran, buku, dan majalah saja. Akhirnya, internet dapat digunakan oleh penulis sebagai
medianya untuk menulis. Menuangkan kreativitasnya seperti di blog, laman sastra, dan grup
komunitas-komunitas sastra di Facebook.

Sastra digital tentunya termasuklah di dalamnya puisi. Puisi merupakan salah satu bentuk
sastra yang memiliki karakteristik tersendiri artinya berbeda dengan prosa. Puisi sulit dipahami
karena banyak menggunakan Bahasa kiasan. Di samping itu, puisi memiliki bentuk yang singkat
dan padat. Puisi banyak bersumber dari perasaan dan makna yang diungkapkan seseorang
dengan bahasa yang berirama. Puisi memiliki manfaat yang besar bagi pembacanya, diantaranya
adalah: memberikan hiburan kepada pembaca, mengandung ajaran moral, dan dapat
dipergunakan sebagai alat untuk mengkritik keadaan sosial masyarakat, serta dapat menyadarkan
pembaca.

Perkembangan puisi Indonesia dilihat dari masa Balai Pustaka sampai sekarang di era
digital dapat dikatakan mengalami kemajuan yang signifikan. Perkembangan tersebut dapat
dilihat dari bentuk, tema, dan isinya, kemudian teknik penciptaan dan penyajiannya. Tema-tema
yang muncul di setiap periode hampir selalu mengalami perbedaan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penyusun


merumuskan beberapa hal yang menjadi pembahasan dalam makalah ini, di antaranya yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan digitalisasi?


2. Bagaimana eksistensi sastra digital saat ini?
3. Apa hakikat puisi?
4. Bagaimana puisi di era digitalisasi?
5. Apa saja jenis dan contoh puisi digital?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan sebelumnya, maka tujuan penulisan
makalah ini adalah:

1. Untuk memahami hakikat digitalisasi.


2. Untuk mengetahui eksistensi sastra digital saat ini.
3. Untuk memahami dan mengulas kembali hakikat puisi.
4. Untuk mengetahui eksistensi puisi di era digitalisasi.
5. Untuk mengetahui jenis serta contoh puisi digital.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Digitalisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah digitalisasi adalah proses
pemberian atau pemakaian sistem digital. Proses digitalisasi sudah berkembang sejak adanya
kemajuan penggunaan teknologi, komunikasi, dan informasi di era Revolusi Industri 4.0. Istilah
Revolusi Industri 4.0 pertama kali diperkenalkan pada acara Hannover Fair 2011 di Jerman.
Berbagai perubahan yang terjadi di era Revolusi Industri 4.0 yaitu kecerdasan buatan (artificial
intellience), perdagangan digital (e-commerce), data raksasa (Big Data), teknologi finansial,
hingga penggunaan robot.

Proses digitalisasi dari waktu ke waktu telah mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Proses tersebut telah menciptakan banyak perubahan dan kemudahan. Namun, di era proses
digitalisasi, berbagai inovasi berbasis teknologi terus dikembangkan sehingga dapat membantu
penggunanya dalam menyelesaikan aktivitas sehari-hari.

Situasi yang terbaru adalah industri komunikasi digital mulai mendesak industri media
seperti koran, majalah, radio dan televisi. Inovasi-inovasi baru yang terkait dengan siaran radio
dan televisi mulai berubah. Radio dan televisi harus berhadapan dengan inovasi baru tentang cara
menyajikan sesuatu dalam bentuk media sosial yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Media sosial yang muncul bergantian dimulai yahoo, google, friendster, kemudian hingga yang
sekarang seperti facebook, instagram, warm, line, vlog dan lain-lain, silih berganti dipilih
masyarakat untuk digunakan. Media sosial ini ada yang dapat bertahan hidup hingga saat ini
namun ada juga yang mengalami kesulitan bahkan hancur atau hilang seperti friendster.

Dengan alat yang ukurannya tidak sampai sebesar telapak tangan manusia itu, peralatan
tersebut dapat menangkap siaran radio dan televisi, sehingga tidak dibutuh alat-alat hiburan yang
besar. Tidak hanya itu, setelah mampu mengungguli siaran radio dan televisi, teknologi digital
ini mulai merangsek ke media masa terbitan seperti, koran, majalah dan buku. Pukulan telak
yang hebat terasa ketika seluruh isi koran, majalah dan buku dapat diakses melalui peralatan
seluler. Dampaknya banyak industri koran, majalah dan buku yang mulai mengalihkan sistemnya
ke sistem digital. Akibat yang terasa adalah banyaknya pemutusan hubungan kerja terhadap
tenaga pekerja (Yogi P. Ranuta, 2004:71).

Digitisasi (bahasa Inggris: digitizing) merupakan sebuah terminologi untuk menjelaskan


proses alih media dari bentuk tercetak, audio, maupun video menjadi bentuk digital. Digitisasi
dilakukan untuk membuat arsip dokumen bentuk digital, untuk fungsi fotokopi, dan untuk
membuat koleksi perpustakaan digital.

Tujuan melakukan digitalisasi adalah agar bisa membuat sebuah arsip dokumen dalam
bentuk digital. Digitalisasi juga terkadang digunakan untuk membuat berbagai koleksi
perpustakaan digital maupun fungsi fotokopi.

Manfaat digitisasi adalah untuk mendapatkan efisiensi dan optimalisasi dalam banyak hal
antara lain efisiensi dan optimalisasi tempat penyimpanan, keamanan dari berbagai bentuk
bencana, untuk meningkatkan resolusi, gambar dan suara lebih stabil.

B. Sastra Digital

Sastra elektronik atau sastra digital adalah sastra di media elektronik. Sastra digital
adalah sastra yang menggunakan internet sebagai medianya. Sastra dalam peradaban tradisional
didominasi sastra lisan; dalam peradaban modern didominasi oleh sastra tulis; dan dalam
peradaban posmodern didominasi oleh sastra elektronik. Ambang peralihan tiap peradaban
tampak dalam deformasi genre sastra. Pendokumentasian dan penulisan sastra lisan sejalan
dengan peralihan dari peradaban tradisional menuju peradaban modern. Perekaman, sinematisasi
dan digitalisasi baik sastra lisan maupun sastra tulis sejalan dengan peralihan menuju peradaban
posmodern.
Sastra digital merupakan alternatif pembelajaran multidisiplin dengan kemasan
multimedia, multimodal, dan estetika interaktif (Montoro, 2015). Sastra digital ikut memfasilitasi
ekspresi dan apresiasi sastra siswa (Triono, dkk.,2019). Sastra digital membantu
menyebarluaskan kecintaan terhadap sastra dikarenakan keterbatasan akses tidak memiliki biaya
untuk membeli buku (Sapardi Djoko Damono dalam Harian Kompas, 2015).

Saat ini, masyarakat sangat mudah untuk memublikasikan setiap karya sastra yang
dibuatnya melalui media digital. Bahkan, karya sastra dalam bentuk cetak yang telah lama ada,
muncul kembali dalam dunia digital. Selain itu, munculah berbagai karya sastra baru dengan
orang-orang baru sebagai penciptanya. Media digital dan penggunaan internet yang salah satunya
adalah media sosial digunakan untuk memperkenalkan diri serta memperkenalkan karya sastra
yang telah dibuat oleh si penulis. Hal tersebut merupakan cara mudah dan gratis bagi para
penulis pemula untuk belajar dan memperkenalkan karya-karyanya. Karya sastra yang ada pada
media digital sangat mudah untuk dijangkau dan diakses secara luas oleh pengguna teknologi
dari berbagai negara.

Di zaman modern ini semakin terbuka kesempatan untuk menerbitkan tulisan fiksi atau
non fiksi dalam bentuk prosa atau puisi bahkan lagu di dunia digital. Situs storial.co, tagar fiksi
mini di Twitter, dan aplikasi Wattpad adalah beberapa contohnya. Berbeda dengan zaman dulu,
di zaman sekarang, seorang penulis bisa langsung mengunggah cerpen atau novelnya di situs
tersebut tanpa melalui penyuntingan ketat dewan redaksi. Semuanya dengan gamblang langsung
terpapar begitu saja untuk dinikmati warganet yang lain.

Supriatin (2012) berpendapat bahwa, generasi lebih tua menganggap bahwa karya sastra
digital tidak akan menggerus sastra konvensional karena sifatnya yang hanya cepat datang dan
cepat pula pergi. Menurut Hari (2016), sastra digital dapat berfungsi sebagai proses
pembelajaran, dan perluasan apresiasi sastra dari lebih banyak kalangan. Sastra digital bisa saja
lebih bermutu daripada sastra konvensional, atau sebaliknya. Diperlukan telaah sastra yang kini
meluas ke sastra dengan medium baru ini.
C. Hakikat Puisi

Karya sastra memiliki beberapa jenis, salah satu diantaranya yakni puisi. Puisi ialah
bagian dari ilmu sastra yang memakai kata, kata-kata atau frasa sebagai alat penghubung untuk
menghasilkan ilmu serta imajinasi. Secara etimologi, puisi bermula dari bahasa Yunani poeima
yang memiliki arti ‘membuat’ atau poeisi ‘pembuatan’ karena melalui puisilah seorang penyair
bisa menciptakan sebuah dunia miliknya sendiri, yang di dalamnya berisi pesan ataupun
gambaran suasana tertentu yang ingin di sampaikan serta curahan hati, baik berbentuk fisik
maupun batiniah. Hakikat puisi ada tiga hal, yaitu:
a) Sifat seni atau fungsi estetika.
Sebuah puisi haruslah indah. Unsur-unsur keindahan dalam puisi, misalnya: rima, irama,
pilihan kata yang tepat, dan gaya bahasanya.
b) Kepadatan.
Puisi sangat padat makna atau pesan. Artinya, penulis hanya mengemukakan inti
masalahnya. Jadi, kata-kata harus dipilih supaya mampu mengungkapkan gagasan yang
sebenarnya.
c) Ekspresi tidak langsung.
Puisi banyak menggunakan kata kiasan. Bahasa kias adalah ucapan yang tidak langsung.
Jadi dia harus berpikir untuk memilih kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.

Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan secara
imajinatif dan disusun dengan mngonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan
pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Struktur fisik puisi terdiri atas tipografi,
Rima, diksi, kata konkret, imaji/citraan, dan majas. Adapun unsur batin puisi terdiri atas tema,
nada, amanat, dan perasaan.
Puisi merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki karakteristik tersendiri artinya
berbeda dengan prosa. Puisi sulit dipahami karena banyak menggunakan Bahasa kiasan. Di
samping itu, puisi memiliki bentuk yang singkat dan padat. Seperti yang dinyatakan oleh
Pradopo (1997:7) bahwa puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan,
yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa puisi banyak bersumber dari perasaan dan makna yang diungkapkan dengan
bahasa yang berirama.

Dibalik kesulitannya puisi sebenarnya mengandung nilai-nilai kehidupan. Oleh karena


itu, orang memahami puisi sama dengan membaca kehidupan yang terjadi di masyarakat.
Berdasarkan isinya tersebut puisi memiliki manfaat yang besar bagi pembaca. Manfaatnya
diantaranya adalah: memeberikan hiburan kepada pembaca, mengandung ajaran moral, dan dapat
dipergunakan sebagai alat untuk mengkritik keadaan sosial masyarakat, serta dapat menyadarkan
pembaca. Tjahjono (2011:4) menyatakan bahwa puisi dapat hadir sebagai kontrol sosial dan
kontrol jiwa. Puisi bukan sebagai tempat pelarian bagi orang yang gagal atau letih menjalani
kehidupannya. Puisi baginya adalah rumah abadi tempat penyair mencuci jiwanya.

D. Puisi di Era Digitalisasi

Perkembangan terbaru untuk puisi Indonesia tidak terlepas dengan perkembangan


teknologi di Indonesia. Puisi dewasa ini tidak hanya terbit bentuk buku tetapi dapat lewat
internet. Puisi dapat diunggah lewat situs twitter. Siapapun penulis yang ingin mempublikasikan
karyawan dapat dengan mudah mengunggah pada situs internet melalui media yang tepat.

Puisi digital adalah bentuk sastra elektronik, menampilkan berbagai pendekatan puisi ,
dengan penggunaan komputer yang menonjol dan penting . Puisi digital dapat tersedia dalam
bentuk CD-ROM, DVD, sebagai instalasi di galeri seni, dalam kasus-kasus tertentu juga direkam
sebagai video atau film digital, sebagai hologram digital, di World Wide Web atau Internet , dan
sebagai aplikasi telepon seluler.

Kehadiran sastra Cyber ke Tengah-tengah masyarakat mendapat Tanggapan yang


beragam dari berbagai kalangan masyarakat. Ada pihak yang mengapresiasi positif dan nada
yang mengapresiasi negative. Bagi yang mengapresiasi perkembangan sastra Cyber tidak bisa
dihindari, mengingat adanya perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
pesat. Dengan mempublikasikan karyanya di i9nternet, siapapun dapat membacakannya tersebut
dengan mudah. Sedangkan yang mengapresiasi negatif, dinyatakan bahwa dalam sastra Cyber
tidak ada proses seleksi sehingga tidak jelas kualitasnya (Herfanda, 204:71). Dalam
kenyataannya sastra Cyber tidak dapat dihindari.

Pembaca di seluruh dunia akan lebih mudah memperoleh sastra Cyber ini, meskipun
penikmat puisi Cyber terbatas pada orang-orang yang melek teknologi. Penulis puisi yang
mengunggah karyanya bersifat beragam artinya ada penulis yang sudah terkenal dan
mengunggah karyanya agar lebih mendunia. Ada penulis yang baru mulai belajar menulis puisi
dengan tujuan agar tulisannya dibaca oleh orang banyak. Istilah Sastra Cyber mulai populer baru
beberapa dekade terakhir, lebih tepatnya pada saat budaya internet tumbuh berkembang di
Indonesia. Indraswara (2013:182-183) menyatakan definisi sastra Cyber bermula dari kata
Cyberspace, Cybermate, Cyberspace berarti ruang (berkomputer) yang saling Terjalin
membentuk budaya di kalangan mereka. Cybermate berarti pengendalian proses menggunakan
komputer (elektronik) maupun jaringan internet. Berdasarkan pengertian tersebut dapat
dikemukakan bahwa Cyber sastra atau sastra yang memanfaatkan komputer atau internet.

Puisi dalam hal ini termasuk salah satu jenis Sastra yang banyak ditulis oleh pengarang
untuk diekspos di media sosial. Dari sudut logika maupun estetika, sastra Cyber sebenarnya
berbeda dengan sastra di media cetak. Hal ini terlihat dalam media cetak/buku sebuah karya
sastra dimulai terlebih dahulu baru sampai ke pembaca, sementara pada media Cyber karya
sampai dulu ke pembaca baru kemudian di nilai. Sastra Cyber dilihat dari sejarah
perkembangannya dapat dilihat dari munculnya sastra dengan media digital.

Sastra Cyber di Indonesia muncul beriringan dengan perkembangan teknologi internet


pada awal tahun 2000 an atau sekitar 1998. Penulis sastra Cyber memanfaatkan facebook,
twitter, situs-situs, sosial media dan blog untuk membentuk komunitas atau sekedar tempat untuk
mempublikasikan karya mereka. Salah satu ciri utama dari puisi yang dihasilkan adalah
orisinalitas karya yang mereka publikasikan karena tidak adanya intervensi pihak lain, seperti
editor, dan juga tanpa sensor. Dengan demikian puisi Cyber dapat langsung diunggah tanpa harus
melihat kualitas puisinya.
Hadirnya Sastra Cyber khususnya puisi akan menambah catatan sejarah bagi
perkembangan sastra Indonesia. Puisi Cyber kebanyakan tidak terlalu memperhatikan struktur
fisik, karena para penulis sastra Cyber lebih mementingkan pada kepentingan pribadinya. Puisi
bagi mereka merupakan hasil transformasi pengalaman buktinya yang ingin ditunjukkan kepada
dunia. Pencitraan diri dan kreativitasnya disalurkan lewat media sosial.

Perkembangan puisi Cyber yang menggunakan media digital ini perlu di umumkan
sejarah perpuisian Indonesia. Karena diera ini muncul puisi yang menggunakan media internet
khususnya twiter, facebook dan blog. Hal tersebut merupakan suatu bukti bahwa puisi sebagai
salah satu jenis sastra dapat tambah berkembang dengan media digital.

E. Jenis dan Contoh Puisi Digital

Frank Popper (1993) membahas lima kategori seni elektronik: (1) seni laser dan
holografik, (2) seni video, (3) seni komputer, (4) seni komunikasi, dan (5) seni instalasi,
demonstrasi dan pertunjukan. Fokus bahasan Popper adalah seni rupa elektronik. Genre-genre
seni elektronik terdapat dalam berbagai bidang kesenian seperti seni musik elektronik, seni rupa
elektronik, sinema elektronik, dan sastra elektronik.

Dalam arti luas karya sastra yang diproduksi, dimodifikasi, dan dikemas dengan
menggunakan peralatan elektronik dapat dinamakan sastra elektronik. Sesuai dengan media yang
dipakai, sastra elektronik dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis: sastra audio, sastra
audiovisual, dan sastra multimedia. Hal ini pun berlaku untuk puisi.

Puisi di era digitalisasi terbagi atas:

● Multimedia: puisi digital/puisi elektronik


Puisi digital adalah puisi yang media penyajiannya berupa teks-teks puisi pada
media digital, seperti blog, e-book, koran elektronik, media sosial (Twitter, Facebook,
Instagram), dan platform menulis lainnya (wattpad, dsb).
● Audio: puisi radio
Puisi radio adalah puisi yang penyajiannya terdiri atas unsur audio. Adapun unsur
audio dalam puisi ialah pelisanan puisi dan ilustrasi musik. Suara pembacaan atau
pelisanan puisi dari yang melisankan terdengar indah dengan menyesuaikan isi dari teks.
Ketika melisankan puisi, setiap baris atau bait puisi harus dilisankan dengan suara lembut
agar dapat membuat pendengarnya terbawa suasana atau perasaan. Bentuk dari pelisanan
puisi itu sendiri ialah teks puisi. Ilustrasi musik merupakan unsur audio yang digunakan
sebagai pengiring atau backsound dari pelisanan puisi.
.
https://open.spotify.com/episode/0zVyfcbWLwEKfWaQgCylJC?si=wNtxOYinSq69JhkzzRoUng&ut
m_source=copy-link

● Audio-visual: puisi TV/puisi klip/puisi YouTube


Unsur audio visual puisi pada Youtube merupakan unsur yang menjadi ciri khas
atau karakteristik puisi yang ada di Youtube tepatnya pada bentuk penyajian puisi. Baik
unsur audio maupun visual berasal dari sumber yang berbeda kemudian dikombinasikan
menjadi satu dalam bentuk sajian puisi. Artinya, puisi Youtube telah berbentuk audio
visual. Adapun unsur audio visual puisi dapat diuraikan secara terpisah. Unsur visual
puisi Youtube diantaranya, foto (gambar), teks puisi, video (gambar bergerak), slide foto,
dan tampilan depan (thumbnail Youtube). Unsur audio ini digabungkan dengan unsur
visual menjadi satu dalam penyajian puisi. Adapun unsur audio dalam puisi ialah,
pelisanan puisi, ilustrasi musik, dan efek suara seperti detakan jam dinding dan paduan
suara. Unsur audio ini memberikan kesan agar puisi lebih menarik, tidak hanya ditonton
dan dibaca, namun secara bersamaan dapat pula untuk disimak.
Unsur audio visual puisi ini kemudian menjadikan puisi pada Youtube tidak lagi
menjadi karya puisi yang sepenuhnya dibaca, melainkan beralih menjadi disimak atau
didengarkan, sekaligus dilihat atau ditonton. Oleh karena itu, puisi Youtube merupakan
puisi yang memiliki durasi waktu karena merupakan sebuah tontonan, hal tersebut akibat
pengaruh dari unsur audio visual. Hal tersebut menunjukan bahwa saat ini telah
ditemukan perubahan kultur atau kebiasaan dari membaca menjadi menonton atau
melihat, seperti pernyataan Santoso (2018) dalam penelitiannya yaitu dari segi pembaca,
penyajian sastra dalam bentuk audio visual menimbulkan kultur berbeda yaitu dari kultur
membaca menjadi melihat dan mendengarkan.
Genre puisi pada Youtube cenderung (1) puisi bebas atau modern yang tidak
terikat oleh aturan baris maupun pembaitan, (2) puisi panjang yang dilihat dari larik atau
barisnya, serta (3) puisi remaja dengan penggunaan bahasa yang sederhana dan
cenderung mengisahkan tentang kehidupan remaja. Jenis-jenis puisi yang dijumpai pada
Youtube juga termasuk ke dalam puisi yang tidak terikat oleh aturan bentuk maupun isi.
Puisi-puisi yang ada pada Youtube memiliki larik atau baris yang panjang dan
dimunculkan hanya satu baris hingga durasi video habis. Jika berbentuk teks, maka puisi
tersebut memiliki larik yang panjang namun dimunculkan perbaris atau tidak sekali
waktu pada layar.
. https://youtu.be/fVK1YjKvRxc
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan penjelasan-penjelasan pada pembahasan sebelumnya, maka penyusun


menyimpulkan bahwa Puisi ialah bagian dari ilmu sastra yang memakai kata, kata-kata atau frasa
sebagai alat penghubung untuk menghasilkan ilmu serta imajinasi. Puisi mengekspresikan
pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam
susunan yang berirama. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa puisi banyak bersumber dari
perasaan dan makna yang diungkapkan dengan bahasa yang berirama. Perkembangan terbaru
untuk puisi Indonesia tidak terlepas dengan perkembangan teknologi di Indonesia. Puisi dewasa
ini tidak hanya terbit bentuk buku tetapi dapat lewat internet.

Puisi digital adalah bentuk sastra elektronik, menampilkan berbagai pendekatan puisi ,
dengan penggunaan komputer yang menonjol dan penting . Puisi digital dapat tersedia dalam
bentuk CD-ROM, DVD, sebagai instalasi di galeri seni, dalam kasus-kasus tertentu juga direkam
sebagai video atau film digital, sebagai hologram digital, di World Wide Web atau Internet , dan
sebagai aplikasi telepon seluler. Puisi di era digitalisasi terbagi atas: Multimedia: puisi
digital/puisi elektronik, audio: puisi radio, dan audio-visual: puisi tv/puisi YouTube.

B. Saran

Sebagai seorang generasi penerus dan akademisi, serta calon sastrawan, sudah menjadi
tanggungjawab kita untuk melestarikan karya-karya sastra Indonesia. Tidak hanya itu, kita juga
dituntut untuk mengembangkan kreativitas kita agar dapat menciptakan karya lainnya yang
nantinya dapat bermanfaat serta berpengaruh pada kehidupan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Artika, I Wayan, dkk. 2021. PUISI AUDIO VISUAL YOUTUBE: SASTRA DIGITAL DAN
INDUSTRI KREATIF. Singaraja: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, halaman
103-115.

Hari, C. S. (2016). Sastra digital dan penyebaran sastra Indonesia melalui industri kreatif.
Diunduh dari http://www.mantagibaru.com/2016/01/sastra-digital-dan-penyebaran-sastra.html

Kuswati, Suci Nurrahma. 2021. Kegiatan Digitalisasi Naskah Kuno Sebagai Upaya Diseminasi
Informasi. Jurnal Libria (13): 1, halaman 106-129.

Lestari, Nanny Sri. 2018. Teks Puisi dalam Media Masa Dunia Maya. Semarang: SEMINAR
NASIONAL BAHASA, SASTRA DAERAH, DAN PEMBELAJARANNYA (SN-BSDP),
halaman 296-304.

Mustamar, Sunarti. 2020. MENJELAJAH GENEALOGI PUISI INDONESIA DARI MASA


BALAI PUSTAKA SAMPAI ERA DIGITAL. Jember: E-PROSIDING SEMINAR NASIONAL
PEKAN CHAIRIL ANWAR (1): 1, halaman 179-193.

Permatasari, Rizky Putri. (2019). PEMBELAJARAN SASTRA DIGITAL DALAM


PERSPEKTIF TEKNOLOGI 5.0. Yogyakarta: Kepel Press.

Pratiwi, Nani, dan NolaPritanova. PERAN LITERASI DIGITAL TERHADAP MINAT


BERSASTRA PENGGUNA MEDIA SOSIAL. Yogyakarta: Prodi PBSI Pascasarjana UNY.

Teeuw, A.1988. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Anda mungkin juga menyukai