2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha kuasa, atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, yang mana dapat menyelesaikan tugas makalah penulis yang berjudul
”TEORI POSTRUKTURALISME” dalam mata kuliah Teori-teori Sosial, dosen
pengampu Yusrijal Abdar S.Pd,M.H
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………..……………..…i
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………….…………………..ii
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………...…………..……1
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………………….…..2
A. TEORI POSTSRUKTURALISME……………………………………………...…....2
B. PENGERTIAN SRUKTURALISME………………………………………..……….8
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………...……………....13
KESIMPULAN………………………………………………………………….……..13
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI POSTSRUKTURALISME
Dasar teori-teori postrukturalisme adalah strukturalisme, sedangkan
strukturalisme itu sendiri lahir melalui formalisme Rusia, yang mulai berkembang awal
abad ke-20 (1915-1930), dengan tokoh-tokoh Roman Jakobson, Victor Shklovsky, Boris
Eichenbaum, dan Jurij Tynjanov. Hubungan antara strukturalisme dengan
postrukturalisme sangat kompleks. Metode yang digunakan dalam postrukturalisme ialah
metode dekonstruksi, tujuannya adalah pluralisme, perbedaan merupakan hakikat yang
wajar, perbedaan justru untuk memberikan pengakuan pada unsur lain. Menurut kelompok
postrukturalis (Selden, 1986: 101), kekuatan sejarah atau lingistik tidak dapat dikuasai.
Postrukturalis lebih banyak menampilkan masalah dibandingkan dengan memberikan
jawaban sekaligus menghindarkan logosentrisme. Postrukturalisme pada dasarnya identik
dengan post-Saussurean.
Post strukturalisme adalah sebuah gagasan yang muncul akibat ketidakpuasan
terhadap pemikiran sebelumnya yaitu strukturalisme. pascastrukturalisme lahir sebagai
dekonstruksi dari strukturalisme. Menurut Jacques Lacan, kita terlahir dalam kondisi
kekurangan dan kemudian menghabiskan seluruh hidup kita dengan coba mengatasi
kondisi ini. Kekurangan yang dialami dengan cara yang berbeda dan sebagai sesuatu yang
berbeda, namun senantiasa merupakan ekspresi nonrepresentatif dari kondisi kekurangan
yang fundamental
Dengan hakikat manusia yang seperti itu mengakibatkan munculnya banyak
gagasan baru. Teori postrukturalisme merupakan kerangka pemikiran dalam ilmu sosial,
sastra, dan humaniora yang menantang keyakinan tentang kestabilan, kebenaran tunggal,
dan kesatuan dalam struktur sosial, budaya, dan bahasa. Hal ini memperjuangkan konsep
bahwa realitas tidak dapat direduksi menjadi suatu struktur tunggal, melainkan merupakan
hasil dari konstruksi sosial yang kompleks, dan merupakan produk dari berbagai
kekuasaan, bahasa, dan pengetahuan yang selalu berubah.
Post-strukturalisme menolak gagasan tentang kualitas esensial dari hubungan
dominan dalam sebuah hierarki, lebih memilih untuk mengekspos hubungan ini
ketergantungan dari istilah dominan pada mereka sebagai bawahan dari mitra mereka.
Satu-satunya cara untuk memahami sepenuhnya makna adalah mendekonstruksi asumsi
dan sistem pengetahuan yang menciptakan ilusi jalan satu arah. Tindakan dekonstruksi
menerangi bagaimana laki-laki bisa menjadi perempuan dan bagaimana yang rasional bisa
menjadi emosional (Kutha Ratna, N. 2004).
3
Post-strukturalisme dalam sastra Strukturalisme dibangun di atas prinsip Saussure,
yang menurut nya bahasa sebagai sistem tanda harus dilihat dalam fase sementara. Aspek
diakronis bahasa, yaitu bagaimana bahasa berkembang dan berubah dari waktu ke waktu,
seperti menjadi bagian yang kurang penting. Dalam pemikiran post-strukturalisme,
pemikiran temporer menjadi yang utama (Sarup, Madam. 1987)
Post-strukturalisme berpendapat bahwa konsep "diri" sebagai entitas yang
terpisah, unik dan koheren membangun fiksi. Sebaliknya, individu terdiri dari ketegangan
antara potongan-potongan pengetahuan yang kontradiktif. Beberapa tokoh yang
mendukung atau condong pemikiran nya kepada post-strukturalisme di antaranya adalah
seorang filsuf Prancis Jacques Derrida, pemikiran psikoanalisis Jacques Lacan, ahli teori
kebudayaan Michael Foucault dan Jean-Francois Lyotard (Zaprulkhan, 2015).
Dengan demikian, secara garis besar, pemikiran post strukturalisme adalah
pemikiran yang tidak hanya terpaku pada naskah atau bahasa yang ditulis, tetapi selain
naskah, post strukturalisme juga tidak meninggalkan maksud penulis yang menulis.
Secara lebih rinci, penulis kemudian akan mencoba untuk memaparkan beberapa tokoh
post-strukturalisme dan refleksi nya (Sarup, Madam.1987)
Beberapa tokoh penting dalam teori postrukturalisme antara lain:
1.Jacques Derrida.
Jacques Lacan, konsep alam bawa sadar, ego dan proses identifikasi dari froid
mendasari pikiran Lacan. Teori tentang ego dalam diri manusia yang memunculkan
ketidaksadaran manusia itu meluas ke berbagai bidang social dan kemanusiaan. Pada masa
setelah perang besar gerakan humanisme menjadi penting dan muncul pemahaman betapa
pentingnya kesadaran manusia berada di pusat kehidupan siklis manusia.
Karyanya "Of Grammatology" yang menyoroti bahwa bahasa adalah sistem yang
tidak stabil dan penuh dengan kontradiksi, serta gagasan dekonstruksi yang menekankan
bahwa teks-teks memiliki banyak makna yang saling bertentangan.
2. Michel Foucault
Michel Foucault adalah ahli sosiologi tubuh dan sekaligus ahli teoi
posttrukturalisme yang memperkenalkan gagasan bahwa kekuasaan dan pengetahuan
saling terkait dalam membentuk struktur sosial. Karyanya sering mengulas sejarah
pengetahuan dan kekuasaan dalam masyarakat.
Menurut Michael Foucault, post strukturalisme menjelaskan bahwa faktor sosial
dan budaya memiliki pengaruh dalam mendefinisikan tubuh sebagai entitas ilmiah yang
universal, tetapi juga bergantung pada waktu dan tempat. Ciri-ciri alami tubuh, seperti
4
lakilaki dan perempuan, dapat memiliki makna yang \berbeda dalam konteks kebudayaan
yang berbeda pula. Bagi Foucault, aspek masyarakat yang paling signifikan dalam konteks
modernitas bukanlah keberadaan sistem ekonomi kapitalis (seperti yang dijelaskan oleh
Marx), bentuk solidaritas baru (seperti yang dijelaskan oleh Weber), atau rasionalitas
(seperti yang dijelaskan oleh Weber). Yang paling penting adalah munculnya bentuk-
bentuk pengetahuan baru yang tidak diketahui dalam periode pra modernitas yang mampu
mendefinisikan kehidupan modern (Smart di kutip dalam George Ritzer dan Douglas J.
Goodman, 2003: 652).
3. Jean Baudrillard
Fokus pada aspek-aspek simulasi dalam budaya kontemporer, dan konsep bahwa
realitas semakin tergantikan oleh representasi atau gambaran yang dibuat oleh media dan
budaya konsumsi.
4. Jacques Lacan
Berfokus pada psikoanalisis, terutama mengenai konsep-konsep seperti "linguistic
unconscious" dan peran bahasa dalam membentuk identitas individu.
Teori postrukturalisme juga mengarah pada penerapan dalam berbagai bidang,
termasuk sastra, seni rupa, ilmu politik, antropologi, dan budaya pop. Konsep-konsep
dalam teori ini sering kali digunakan untuk mengeksplorasi struktur kekuasaan, konstruksi
sosial, dan kompleksitas makna dalam budaya modern.
Teori postrukturalisme ini lahir didasarkan atas kelemahan-kelemahan yang
terdapat pada teori strukturalisme. Pada umunya terdapat beberapa kelemahan
strukturalisme.
Pertama, model analisis strukturalisme, terutama pada awal
perkembangannya dianggap terlalu kaku sebab semata-mata didasarkan
atas struktur dan sistem tertentu.
Kedua, strukturalisme terlalu banyak memberikan perhatian terhadap
karya sastra sebagai kualitas otonom, dengan struktur dan sistemnya,
sehingga melupakan subjek manusianya, yaitu pengarang dan pembaca.
Ketiga, hasil analisis dengan demikian seolah-olah demi karya sastra itu
sendiri, bukan untuk kepentingan masyarakat secara luas.
Dasar teori-teori postrukturalisme adalah strukturalisme. Oleh karena itu,
sebagaimana halnya strukturalisme, postrukturalisme juga merupakan sebuah teori yang
digunakan untuk mengkaji makna yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Hanya saja,
5
terdapat perbedaan pandangan antara kelompok strukturalisme dan postrukturalisme
dalam pencarian makna tersebut.
Pencarian makna oleh kelompok strukturalisme masih bertumpu pada struktur
karya sastra. Artinya, makna selalu dihasilkan dalam kaitannya dengan penanda, makna
sebagai hasil artikulasi lambang-lambang, makna sebagai hasil perbedaan antara dua
penanda. Hal tersebut berbeda dengan pengkajian makna menurut postrukturalisme.
Menurut postrukturalisme, mengkaji makna tidak hanya terbatas pada kekuatan struktur,
tetapi dapat dikaitkan dengan sesuatu yang berada di luar struktur. Artinya, makna tidak
selalu hanya diwakili kata (penanda), tetapi justru sering berada di luar bahasa atau kata.
Pemaknaan sebuah karya sastra jika hanya ditelaah berdasarkan penanda, bisa saja
makna itu hadir setelah penanda tersebut dibandingkan dengan penanda yang lain. Oleh
karena itu, ketika penanda tersebut berdiri sendiri, kemungkinan belum memiliki makna
yang utuh dan baru merujuk makna yang lengkap ketika dirangkai dengan penanda yang
lain. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa menelaah makna sebuah karya sastra
akan dapat muncul jika dilihat dari hubungan antarunsur pembentuknya dan dapat juga
muncul kaitannya dengan unsur di luar teks.
Ada dua tahapan dalam menelaah makna karya sastra dengan menggunakan teori
postrukturalisme seperti yang dikembangkan oleh Riffaterre dan Roland Barthes (dalam
Nyoman) sebagai berikut.
1. Mendaftar semua unsur (struktur) yang terdapat pada karya yang ditelaah dan meletakkan
semua unsur tersebut pada kedudukan yang sama. Setiap unsur dipahami secara terpisah.
Dengan demikian, tidak ada satu unsur pun yang dianggap tidak penting atau tidak
mempunyai peranan.
2. Unsur-unsur yang telah dipahami dihubungkan dengan unsur lainnya dalam upaya untuk
mengetahui apakah unsur-unsur tersebut merupakan satu jaringan, baik jaringan antar
semua unsur (jaringan X) atau merupakan satu jaringan dengan unsur lain (jaringan X
dengan Y).
Berdasarkan dua tahapan tersebut, jelaslah bahwa esensi pemaknaan sebuah karya
sastra dapat muncul dari hubungan antarstruktur dan unsur di luar struktur. Unsur di luar
struktur yang dimaksud seperti kode budaya dan juga hal-hal lainnya yang mempengaruhi
penciptaan karya sastra tersebut.
Selain menghubungkan dengan unsur di luar struktur, menurut postrukturalisme
memahami sebuah karya sastra itu bersifat bebas, boleh dari sisi mana saja, karena ia tidak
terikat dengan struktur. Dengan demikian, kajian posstrukturalisme ini juga akan
melupakan struktur sebuah karya sastra dengan melakukan dekonstruksi terhadap karya
sastra tersebut. Oleh karena itu, paham postrukturalisme ini sering juga disebut dengan
pengkajian dekonstruksi. Artinya, sebuah ragam penelitian sastra yang tidak
menghiraukan struktur.
6
Karena tidak menghiraukan struktur, bahkan melupakan struktur dengan
melakukan dekonstruksi terhadap sebuah karya, maka ciri khas dari postrukturalisme
adalah ketidakmantapan teks. Artinya, makna karya ditentukan oleh apa yang dilakukan
oleh teks, bukan apa yang dimaksudkan oleh teks tersebut.
Dengan demikian, terjadi pergeseran dari penerima menjadi pencipta. Makna teks
tidak diproduksi melalui kontemplasi pasif, tetapi partisipasi aktif. Karya bukan milik
pengarang, melainkan milik pembaca. Makna teks tergantung pada konteks, interaksi pada
pembaca, teks tidak tertutup, tetapi terbuka secara terus menerus berinteraksi ke luar
dirinya.
3.Teori Feminis
Secara etimologis feminis berasal dari kata femme(woman),berarti
perempuan(tunggal) yang berjuang untuk memperjuankan hak-hak kaum
7
perempuan(jamak)sebagai kelas social.jadi,tujuan feminis adalah keseimbangan,interelasi
gender.
Dalam pengertian yang luas,feminis adalah Gerakan kaum wanita untuk menolak
segala sesuatu yang dimarginalisasikan,disubordinasikan,dan direndahkan oleh
kebudayaan dominan,baik dalam bidang politik maupun ekonomi serta kehidupan social
pada umumnya.Dalam arti sempit,yaitu dalam sastra,feminis dikaitkan dengan cara-cara
memahami karya sastra baik dalam hubungannya dengan proses produksi maupun
penerimaan.
4.Teori Dekontruksi
Kristeva (1980:36-37) menjelaskan bahwa dekontruksi merupakan gabungan
antara hakikat destruktif dan konstruktif.Dekontruksi merupakan cara membaca teks
sebagai strategi,dekontruksi tidak semata-mata ditujukan pada Tulisan,tetapi untuk semua
pernyataan kultural sebab keseluruhan pernyataan terseebuat adalah teks yang dengan
sendirinya sudah mengandung nilai-nilai,perenungan,ideologi,kebenaran dan tujuan-
tujuan tertentu.
Sebagai salah satu model pemahaman postrukturalisme,Umar Junus(1996:109-
109) memandang dekontruksi sebagai perspektif baru dalam penelitian baru dalam
penelitian sastra.Dekontruksi juga memberikan dorongan untuk menemukan segala
sesuatu yang selama ini tidak mendapat perhatian.Dekontruksi memungkinkan untuk
melakukan penjelajahan intelektual denga apa saja,tanpa harus terikat dengan suatu aturan
yang dianggap berlaku universal.
5.Teori Postkolonial
Teori nasional postcolonial adalah teori yang muncul sebagai oposisi dari teori
colonial dan mencakup seluruh khazanah sastra yang pernah mengalami kekuasaan
imperial sejak awal kolonialisasi hingga sekarang.Teori ini memperjuangkan narasi
kecil,menggalang kekuatan dari masa lalu untuk menuju masa depan.Teori postcolonial
juga mengkaji masalah kolonialisme dan apa yang ttelah ditinggalkan dalam struktur
masyarakat,baik dalam aspek ideologo,politik maupun social-budaya masyarakat
postcolonial.
Bidang ilmu yang dipengaruhi oleh teori post-srukturalisme. Teori
Poststrukturalisme adalah gerakan teoritis dan epistemologis yang muncul terutama dalam
ilmu manusia dari tradisi Perancis. Dampaknya meluas ke berbagai bidang ilmu,
termasuk:
8
2 Linguistik: Teori ini memperluas pandangan kita tentang bahasa dan
makna. Ferdinand de Saussure, meskipun lebih terkait dengan strukturalisme,
memberikan dasar bagi pemikiran poststrukt.
9
B. PENGERTIAN SRUKTURALISME
Secara etimologis struktur berasal dari kata Structura (Latin), berati bentuk,
bangunan, sedangkan sistem berasal dari kata systema (Latin), berarti cara. Struktur
dengan demikian menunjuk pada kata benda, sedangkan system menunjuk pada kata
kerja. Pengertian-pengertian struktur yang telah digunakan untuk menunjuk unsur-unsur
yang membentuk totalitas pada dasarnya telah mengimplikasikan keterlibatan sistem.
Artinya, cara kerja sebagaimana ditunjukan oleh mekanisme antar hubungan sehingga
terbentuk totalitas adalah sistem. Dengan kalimat lain, tanpa keterlibatan sistem maka
unsur-unsur hanyalah agregasi.Secara definitif strukturalisme berarti paham mengenai
unsur-unsur,yaitu struktur itu sendiri, dengan mekanisme antar hubungannya, di satu
pihak antar hubungan unsur yang satu dengan unsur lainnya, di pihak yanglain hubungan
antara unsur-unsur dengan totalitasnya.
Hubungan tersebut tidak semata-mata bersifat positif, seperti keselarasan,
kesesuaian, dankesepahaman, tetapi juga negatif, seperti konflik dan pertentangan.
Istilahstruktur sering dikacaukan dengan sistem. Definisi dan ciri-ciri sruktur
seringdisamakan dengan definisi dan ciri-ciri sistem. Secara definitif
strukturalismememberikan perhatian terhadap analisis unsur-unsur karya. Setiap
karyasastra, baik karya sastra dengan jenis yang sama maupun berbeda, memilikiunsur-
unsur yang berbeda. Di samping sebagai akibat ciri-ciri inherentersebut, perbedaan unsur
juga terjadi sebagai akibat dari perbedaan prosesresepsi pembaca. Dalam hubungan inilah
karya sastra dikatakan sebagaimemiliki ciri-ciri yang khas, otonom, tidak bisa
digeneralisasikan. Setiap penilaian akan memberikan hasil yang berbeda. Meskipun
demikian perlu ikemukakan unsur-unsur pokok yang terkandung dalam ketiga jenis
karya,yaitu: prosa, puisi, dan drama.
10
dan penetapan hubungan antara fakta atau unsur-unsur sistem tersebut melalui pendidikan.
Strukturalisme menyingkapkan dan melukiskan struktur inti dari suatu obyek (hirarkinya,
kaitan timbal balik antara unsur-unsur pada setiap tingkat) (Bagus, 1996: 1040).
Kajian tentang strukturalisme meliputi lapangan yang cukup luas dan melibatkan
banyak ahli sastra dan linguistik. Dari sisi subtansi dan pandangan para ahli,
strukturalisme juga mempunyai aspek yang luas, antara lain ia dapat dipahami
sebagai:Movement of mind (gerakan pemikiran) sebagai metode,sebagai evolusi kajian
linguistik dari Saussure sampai Jacobson, dan sebagai kajian polemik tentang teori puisi
antara Jacobson dan Levi-Strauss versus Riffaterre dengan konsep superreadernya
(Scholes, 1977).
Dengan adanya perbedaan pendapat dalam teori strukturalisme sendiri dapat dibagi
menjadi tiga jenis yaitu strukturalisme formalis , strukturalisme genetik, strukturalisme
dinamik yang pada dasarnya secara global strukturalisme menganut paham penulis paris
yang dikembangkan oleh Ferdinand de Sausessure, yang memunculkan konsep bentuk
dan makna ( sign and meaning).
1.Strukturalisme Formalis
Istilah Formalisme (dari kata Latin forma yang berarti bentuk, wujud) berarti cara
pendekatan dalam ilmu dan kritik sastra yang mengesampingkan data biografis,
psikologis, ideologis, sosiologis dan mengarahkan perhatian pada bentuk karya sastra itu
sendiri. Para Formalis meletakkan perhatiannya pada ciri khas yang membedakan sastra
dari ungkapan bahasa lainnya. Istilah Strukturalisme acap kali digunakan pula untuk
menyebut model pendekatan ini karena mereka memandang karya sastra sebagai suatu
keseluruhan struktur yang utuh dan otonom berdasarkan paradigma struktur
kebahasaannya.Tokoh; Kaum Formalis Rusia tahun 1915-1930 dengan tokoh-tokohnya
seperti Roman Jakobson, Rene Wellek,Sjklovsky, Eichenhaum, dan Tynjanov .Rene
Wellek dan Roman Jakobson beremigrasi ke Amerika Serikat .
Sumbangan penting kaum formalis bagi ilmu sastra adalah secara prinsip mereka
mengarahkan perhatian kita kepada unsur-unsur kesastraan dan fungsi puitik. Sampai
sekarang masih banyak dipergunakan istilah teori sastra dan analisis sastra yang berasal
dari kaum Formalis. Karya sastra merupakan sesuatu yang otonom atau berdiri sendiri
.Karya sastra merupakan sebuah struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun karya
sastra.Makna sebuah karya sastra hanya dapat diungkapkan atas jalinan atau keterpaduan
antar unsure.
11
2.Strukturalisme Dinamik
Lahirnya strukturalisme dinamik didasarkan atas kelemahan-kelemahan
strukturalisme murni yang dianggap sebagai perkembangan kemudian formalisme.
Strukturalisme dinamik dimaksudkan sebagai penyempurnaan strukturalisme yang
semata-mata memberikan intensitas terhadap struktur intrinsik, yang dengan sendirinya
melupakan aspek-aspek ekstrinsiknya. Strukturalime dinamik mula-mula dikemukakan
oleh Mukarovsky dan Felix Vodicka (Fokkema dalam Penelitian Sasta, Kutha Ratna,
2008:93). Menurutnya, karya sastra adalah proses komunikasi, fakta semiotik, terdiri atas
tanda, struktur, dan nilai-nilai.
Karya seni adalah petanda yang memperoleh makna dalam kesadaran pembaca. Oleh
sebab itu, karya seni harus dikembalikan pada kompetensi penulis, masyarakat yang
menghasilkannya, dan pembaca sebagai penerima. Secara definitif strukturalisme
memberikan perhatian terhadap analisis unsure-unsur karya. Setiap karya sastra, baik baik
karya sastra dengan jenis yang sama maupun berbeda, memiliki unsur-unsur yang
berbeda. Disamping akibat dari cirri-ciri inheren tersebut, perbedaan unsur tersebut juga
terjadi sebagai akibat perbedaan proses resepsi pembaca. Dalam hubungan inilah karya
sastra dikatakan sebagai memiliki cirri-ciri yang khas, otonom, tidak bisa
digeneralisasikan.
3.Strukrutalisme Genetik
Merupakan jembatan penghubung antara teori struktural formalis dan teori
semiotik .Hampir sama dengan struktural genetik (mengaitkan dengan asal-usul teks)
tetapi penekanannya berbeda, Struktural Dinamik menekankan pada struktur, tanda, dan
realitas.Tokoh-tokohnya :Julia Cristeva dan Roland Bartes (Strukturalisme Prancis)
12
C. HUBUNGAN SECARA KONSEPTUAL SRUKTURALISME DAN
POSTSRUKTURALISME
13
pengetahuan, maka dia akan berkuasa (kartu tersebut bermanfaat) namun bila tidak, maka
pihak bank yang akan berkuasa (beruntung).
Post-strukturalisme menciptakan cara berpikirnya sendiri dengan cara bepikirnya
sendiri dengan cara bergerak keluar dari gagasan strukturalisme dan menciptakan
pendekatan yang lebih kritis dan kreatif.Postrukturalisme juga menyerap berbagai aspek
strukturalisme sambil menjadikannya sebagai kritik yang dianggap mampu melampaui
strukturalisme.Dalam hal ini,poststrukturalisme menciotakan mode berpikirnya sendiri
dengan menolak ide tentang kestabilan dan universalitas makna dalam bahasa serta
melakukan ‘dekonstruksi logosentrisme’.
Hubungan antara postrukturalisme dan strukturalisme melibatkan hubungan kompleks
yang mencakup pergeseran, kritik, dan kelanjutan dari ide-ide yang mendasari kedua
pendekatan ini.
Hubungan Postrukturalisme dengan Strukturalisme:
1. Kritik terhadap Strukturalisme. Pergeseran Konseptual. Postrukturalisme
dapat dipandang sebagai reaksi kritis terhadap strukturalisme. Meskipun
strukturalisme menekankan struktur dasar yang mendasari fenomena sosial,
budaya, dan bahasa, postrukturalisme mengkritik gagasan kestabilan,
kebenaran tunggal, dan kesatuan dalam struktur tersebut.
2. Kompleksitas dan Ketidakstabilan. Postrukturalisme menyoroti bahwa realitas
tidak dapat direduksi menjadi struktur yang tetap dan stabil seperti yang
ditekankan oleh strukturalisme. Sebaliknya, postrukturalisme menekankan
keragaman, kompleksitas, dan sifat relatif dari realitas.
3. Kelanjutan Konseptual. Pengembangan Konsep-Konsep. Beberapa gagasan
dalam strukturalisme, seperti konsep struktur dan bahasa, tetap relevan dalam
postrukturalisme. Namun, postrukturalisme mengembangkan konsep-konsep
tersebut dengan menyoroti ketidakstabilan dan sifat yang relatif.
4. Keterkaitan dalam Sejarah Pemikiran: Era Pemikiran yang Berbeda.
Strukturalisme dominan pada pertengahan abad ke-20 sementara
postrukturalisme muncul sebagai reaksi kritis terhadap pandangan strukturalis
yang dominan pada saat itu.
5. Kontribusi Pemikiran: Pembaharuan dan Pendekatan Kritis: Postrukturalisme
memberikan perspektif yang lebih terbuka, kritis, dan kompleks terhadap
gagasan-gagasan yang muncul dari strukturalisme. Ini memungkinkan untuk
melihat realitas dari sudut pandang yang lebih pluralistik dan variatif.
6. Keberlanjutan Dalam Bidang-bidang Tertentu. Penerapan dalam Disiplin Ilmu:
Meskipun postrukturalisme mengkritik strukturalisme, elemen-elemen dari
14
teori strukturalisme tetap relevan dalam aplikasi postrukturalisme di berbagai
bidang, seperti sastra, seni rupa, ilmu politik, dan ilmu sosial.
Hubungan antara postrukturalisme dan strukturalisme adalah pergeseran dari
pandangan yang menekankan struktur yang stabil dan tunggal terhadap pemahaman yang
lebih kritis, kompleks, dan beragam tentang realitas. Meskipun postrukturalisme sering
dianggap sebagai reaksi terhadap strukturalisme, konsep-konsep yang berkembang dalam
strukturalisme masih mempengaruhi pola pikir dalam postrukturalisme dengan perspektif
yang lebih dinamis dan terbuka terhadap kompleksitas realitas.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Teori Poststrukturalisme merupakan pendekatan yang menarik dalam bidang
antropologi dan bahasa. Mari simpulkan beberapa poin penting tentang teori ini:
1. Michel Foucault, seorang pemikir utama dalam teori poststrukturalisme, membedakan
pendekatan ini dari strukturalisme. Sementara strukturalisme dipengaruhi oleh ahli
bahasa, Foucault menggabungkan beragam input teoritis dan menekankan bahwa bahasa
tidak bisa dipisahkan antara apa yang ditulis dan apa yang menjadi maknanya. Ini
mengarah pada pemahaman yang lebih kompleks tentang subjek dan objek.
2. Tujuan Utama: Teori poststrukturalisme muncul karena ketidakpuasan manusia
terhadap pemikiran sebelumnya. Manusia selalu bergerak maju dan tidak pernah puas
dengan keadaan yang ada. Dalam konteks ini, teori poststrukturalisme menawarkan
gagasan baru dan kritik yang lebih mendalam terhadap struktur sosial dan bahasa².
3. Contoh Kasus: Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat melihat pengaruh teori
poststrukturalisme dalam berbagai aspek, seperti iklan, media massa, dan politik.
Misalnya, slogan-slogan atau jargon dalam iklan dirancang dengan tata bahasa yang
menarik untuk menarik konsumen. Namun, di baliknya terdapat tujuan utama dari pemilik
wacana tersebut.
Jadi, kesimpulan tentang teori poststrukturalisme adalah bahwa ia menawarkan
pandangan kritis terhadap struktur sosial dan bahasa, serta mengakui kompleksitas subjek
dan objek dalam interaksi manusia.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
18