Anda di halaman 1dari 12

KAJIAN PUISI

Kode Mata Kuliah: 115P353031


3 SKS

Oleh:

Drs. Albertus Purwaka, M.A.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
Pengertian puisi
• Sampai sekarang orang tidak dapat memberikan
definisi setepatnya apakah puisi itu, namun untuk
memahaminya perlu diketahui ancar-ancar sekitar
pengertian puisi.
• Di SMA, puisi biasa didefinisikan sebagai karangan yang
terikat, sedangkan prosa ialah bentuk karangan bebas
(Wirjosoedarmo, 1984: 51).
• Alternbernd (1970: 2) mengatakan puisi adalah
pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran
(menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum) (as
the interpretative dramatization of experience in
metrical language).
Lanjutan pengertian puisi

• Puisi adalah kata-kata yang terindah dalam susunan


terindah (Samuel Taylor Coleridge dalam Ahmad, 1978:
3). Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan
disusun sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris,
antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat
hubungannya, dsb.
• Carlyle mengatakan puisi merupakan pemikiran yang
bersifat musikal. Penyair dalam menciptakan puisi itu
memikirkan bunyi yang merdu seperti musik dalam
puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang
menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti
musik, yaitu dengan mempergunakan orkestrasi musik.
lanjutan

• Auden mengatakan bahwa puisi itu lebih


merupakan pernyataan yang bercampur-baur,
sedangkan Dunton berpendapat bahwa
sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran
manusia secara konkret dan artistik dalam
bahasa emosional serta berirama.
• Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah
rekaman detik-detik yang paling indah di dalam
hidup kita.
lanjutan
• Jadi, dari definisi-definisi tersebut kelihatan
adanya perbedaan-perbedaan pikiran mengenai
pengertian puisi. Namun, seperti dikemukakan
Shahnon Ahmad (1978: 3—4) bahwa bila unsur-
unsur dari pendapat-pendapat itu dipadukan,
maka akan didapat garis-garis besar tentang
pengertian puisi yang sebenarnya. Unsur-unsur
tersebut berupa: emosi, imajinasi, pemikiran, ide,
nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata,
kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang
bercampur-baur.
lanjutan
• Perbedaan okok antara prosa dan puisi:
1. Kesatuan-esatuan korespondensi prosa yang
pokok ialah kesatuan sintaktis; kesatuan
korespondensi puisi resminya—bukan kesatuan
sintaktis—kesatuan akustis.
2. Di dalam puisi korespondensi dari corak
tertentu, yang terdiri kesatuan-kesatuan
tertentu pula, meliputi seluruh puisi dari semula
sampai akhir. Kesatuan itu disebut baris sajak.
3. Di dalam baris sajak ada periodisitas dari mula
sampai akhir.
lanjutan
• Segala ulangan susunan baris sajak yang nampak
di baris lain dengan tujuan menambah
kebagusan sajak, itulah yang dimaksud dengan
korespondensi (Slametmuljana, 1956: 113).
Kebanyakan tiap baris sajak terdiri dari bagian-
bagian yang susunannya serupa. Bgian itu
disebut periodisitas.
Puisi itu karya seni
• Puisi sebagai karya seni itu puistis. Kata puistis
itu sudah mengandung keindahan yang khusus
untuk puisi.
• Kepuitisan itu dapat dicapai dengan bermacam-
macam cara, misalnya dengan bentuk visual:
tiografi, susunan bait; dengan bunyi: persajakan,
asonansi, aliterasi, kiasan bunyi, lambang rasa,
dan orkestrasi; dengan pemilihan kata (diksi),
bahasa kiasan, sarana retorika, unsur-unsur
ketatabahasaan, gaya bahasa, dan sebagainya.
Puisi adalah bentuk kesusastraan yang
paling tua
• Karya-karya besar dunia yang bersifat
monumental ditulis dalam bentuk puisi. Karya-
karya pujangga besar seperti: Oedipus,
Antigone, Hamlet, Machbeth, Mahabarata,
Ramayana, Barata Yudha, dsb. Ditulis dalam
bentuk puisi.
• Puisi juga sangat erat dengan kehidupan sehari-
hari. Dunia telah diperindah dengan adanya
puisi.
Tradisi puisi sudah merupakan tradisi kuno
di dalam masyarakat.

• Puisi yang paling tua adalah mantra.


• Ada suasana tertentu di saat seseorang
dituntut untuk berpuisi dan saat lain
seseorang dituntut untuk berprosa.
• Nyanyian atau syair-syair lagu yang banyak
dilagukan adalah contoh puisi yang populer.
• Dalam hal usaha memahami puisi, banyak pisi yang
mampu bicara sendiri. Dalam keadaan demikian,
usaha pemahaman puisi tidak memerlukan acuan
faktor di luar puisi tersebut. Dalam hal demikian,
pendekatan objektif dapat digunakan dengan baik.
• Akan tetapi, dalam puisi-puisi yang gelap atau
puisi-puisi yang bersifat khas, usaha pemahaman
puisi tidak dapat memencilkan karya puisi itu
sendiri. Dengan kata lain, kita tidak dapat
memandang puisi sebagai suatu karya yang
otonom. Karenanya, faktor di luar puisi harus turut
dijadikan acuan pemahaman.
• Menghadapi puisi yang sukar dan belum
termashur, Waluyo (1987: 2) menganjurkan
untuk mengikutsertakan faktor genetik
puisi sebagai sumber acuan untuk
menelaah makna puisi. Faktor gnetik itu
meliputi penyair dan kenyataan sejarah
yang melatarbelakngi proses penulisan
puisi tersebut. Puisi yang sukar dan gelap
dapat ditafsirkan maknanya dengan lebih
mudah jika kita mampu memahami faktor
genetiknya.

Anda mungkin juga menyukai