Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendekatan Parafratis
Pendekatan parafratis adalah strategi pemahaman kandungan makna
dalam suatu cipta sastra dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang
disampaikan pengarang dengan menggunakan kata-kata maupun kalimat yang
berbeda dengan kata-kata dan kalimat yang digunakan pengarangnya. Tujuan
akhir pendekatan ini adalah untuk menyederhanakan pemakaian kata dan
kalimat seorang pengarang sehingga pembaca lebih mudah memahami
kandungan makna yang terdapat dalam suatu cipta sastra.
Aminuddin (2011:41) menjelaskan bahwa parafrase adalah strategi
pemahaman makna suatu bentuk karya sastra dengan cara mengungkapkan
kembali karya pengarang tertentu dengan menggunakan kata-kata yang
berbeda dengan kata-kata yang digunakan pengarang.
Seperti telah diketahui, kata-kata dalam cipta sastra umumnya padat dan
suplimatif. Misalnya, seorang penyair yang ingin menyampaikan gagasan
tentang betapa cepatnya perjalanan kehidupan serta betapa singkat kehidupan
manusia itu sendiri yang sisi lain juga akan segera membahas manusia dari
libatan keduniawian ini, dirinya cukup mengungkapkannya dengan jam
mengerdip, tak terduga betapa lekas siang menepi, melapangkan jalan dunia.
Dari contoh itu dapat diketahui bahwa kalimat atau baris dalam puisi sering
mengalami elipsis atau penghilangan suatu unsur, baik berupa kata maupun
berupa kelompok kata. Begitu juga1 cara penulisannya umumnya tidak sma
dengan aturan atau sistem pada umumnya. Misalnya jika seorang kalimat itu
seseorang harus mengawalinya dengan huruf besar dan menghakhiri dengan
titik, maka dalam baris-baris puisi dalam aturan itu tidak selamnya
dilaksanakan.
Lima dasar prinsip penerapan pendekatan parafratis (Aminuddin,
2010:41-42)
a) Gagasan yang sama dapat disampaikan lewat bentuk yang berbeda,
b) Simbol-sombol yang bersifat konotatif dalam suatu cipta sastra dapat
diganti dengan lambang atau bentuk lain yang tidak mengandung
ketaksaan makna,
c) Kalimat atau baris dalam karya sastra yang mengalami pelesapan dapat
dikembalikan lagi ke bentuk dasarnya,
d) Perubahan suatu cipta satra baik dalam hal kata maupun kalimat yang
semua simbolik dan eliptis menjadi bentuk kebahasaan yang tidak
konotatif akan mempermudah upaya seseorang untuk memahami
kandungan makna dalam suatu bacaan,
e) Pengungkapan kembali suatu gagasan yamg sama dengan menggunakan
media dan bentuk yang tidak sama oleh seorang pembaca akan
mempertajam pemahaman gagasan yang diperoleh pembaca,
Metode pendekatan parafratis adalah Metode Parafrasa, parafrasa dibagi
menjadi dua yaitu :
 Parafrasa terikat adalah menambahkan atau menyisipkan sejumlah kata
pada naskah drama.

 Parafrasa bebas adalah mengubah kata dengan kata-kata sendiri.

Cara Membuat Parafrasa

a. Bacalah naskah yang akan diparafrasakan sampai selesai untuk


memperoleh gambaran umum isi bacaan/tulisan.
b. Bacalah naskah sekali lagi dengan memberi tanda pada bagian-bagian
penting dan kata-kata kunci yang terdapat pada bacaan.
c. Catatlah kalimat inti dan kata-kata kunci secara berurut.
d. Kembangkan kalimat inti dan kata-kata kunci menjadi gagasan pokok
yang sesuai dengan topik bacaan.
e. Uraikan kembali gagasan pokok menjadi paragraf yang singkat dengan
bahasa sendiri.

Tujuan pendekata parafratis


a. Menyederhanakan pemakaian kata atau kalimat untuk lebih memahami
makna,
b. Mempertajam, memperluas dan melengkapi pemahaman makna.
Sebab itu, dalam pelaksanaannya nanti, pendekatan parafrastis ini selain
dapat dilaksanakan pada awal kegiatan merapresiasi satra, juga dapat
dilaksanakan setelah kegiatan apresiasi berlangsung.

B. OBJEK KAJIAN
Identitas Naskah
Judul : Malam Jahanam
Karya : Motinggo Boesje
Publikasi pertama : Majalah Budaya Nomor 3-5 Tahun ke-8, 1959:91-112

Sinopsis
Dalam naskah drama Malam Jahanam karya Mottinggo Boesie
menceritakan bagaimana seorang keluarga yang hidup dengan konflik-
konflik. Seorang suami yang hanya mementingkan dirinya dan hobi tanpa
menghiraukan keluarga yang ada di rumah. Istri dan anak semata wayang
yang berada di rumah juga perlu akan perhatian dan kasih kasayang dari
seorang kepala keluarga. Seorang istri tak mampu sendiri berdiri dalam
menompang kehidupan keluarga, ia akan pincang dalam melalui kehidupan di
dunia ini jika tidak adanya pendamping hidup, namun apa gunanya bila daya
itu ada, mempunyai seorang suami yang banyak diharapakan dapat
memberikan apa yang diharapkan terutama dalam cinta dan kasih sayang
dalam keluarga. Semua itu tidak dirasakan oleh Paijah sebagai seorang istri
yang mempunyai suami bernama Mat Kontan. Suaminya hanya sibuk dengan
kegiatanya sendiri, main judi, bermain dengan peliharaan kesayangaannya
yaitu burung beo dan perkutunya. Ia rela melakukan dan mengeluarkan kocek
berapaun demi hobinya itu, sedangkan istri dan anak ditelantarkan bagaikan
tidak ada yang memilikinya. Ketika anaknya sedang sakit keras Mat Kontan
pun tidak memperdulikan kesehatan anaknya itu, ia hanya beranggapan
bahwa nanti anaknya akan sembuh dengan sendirinya. Ia pun tetap sibuk
dengan mengurusi burung perkutut yang baru dibelinya dari hasil menang
judi dan menjual hasil ikannya. Ia menceritakan tentang kehebatan burungnya
itu kepada sahabatnya Soleman, bahwa burungnya adalah burung termahal
melebihi harga sebuah mobil. Soleman yang merasakan akan kurangnya
perhatian Mat Kontan kepada Istri dan anaknya menegur dan menasihati dia
agar selalu memperhatikan keluarganya dari pada peliharaan dan hobinya itu
berkumpul dan bermain judi dengan teman-temannya. Mat Kontan hanya
mendengar dengan sekilas tanpa memperdulikan omongan Soleman itu ia
bangga akan kehidupannya selama ini dan tak mau seorang pun
mengganggunya.
Apa yang seharusnya tidak terjadi, namun akhirnya itu berubah menjadi
kenyataan dan mau tidak mau memang harus diterimanya walaupun sepahit
apapun kenyataan itu. Paijah yang kecewa atas perlakuan dan sikap suaminya
pun beralih ke Soleman yang merupakan tetangganya ia mencurahkan isi
perasaan dan apa yang dirasakannya selama ini dari perilaku suaminya.
Perasaan yang tidak dirasakan oleh Soleman karena selama ini ia sendiri dan
tidak merasakan apa yang dirasakan oleh lelaki yang sudah berpasangan
maupun yang telah mempunyai istri, ia mengagumi sosok Paijah yang
merupakan istri sahabatnya Mat Kontan. Kejadian yang tak diharpakan itu
pun datang akibat percintaan yang terlarang dan malam jahanam pun itu akan
tiba saatnya menutut pertanggung jawaban dari apa yang telah dilakukan,
karena sesuatu yang telah kita lakukan harus dipertanggung jawabkan sesuai
dengan apa yang kita perbuat.

Sampai akhirnya terjadilah hari yang tidak dinginkan itu, ketika Mat Kontan
mengetahui burung beo kesayangannya telah mati, ia sangat sedih dan
dendam akan kematiaan burung beo kesayangannya itu. Burung yang
beberapa belakangan ini yang dia ketahui baru bisa berbicara itu. Ia terpukul
atas kejadiaan hilang dan matinya burung kesayangannya itu lalu ia mencari
tahu siapa yang telah membunuh burung kesayangannya itu dengan mengiris
lehernya. Paijah yang ketakutan akan perilaku suaminya itu pun sangat takut
dengan sikap suaminya, ia takut suaminya melukai dirinya dan anaknya
karena kejadian kematian burungnya itu. Paijah pun meminta perlindungan
kepada Soleman agar menjaganya dari kegilaan suaminya akan kehilangan
burung beonya itu. Soleman yang tidak takut akan sikap dan prilaku Mat
Kontan yang brutal itu, ia berani menghadapi kegilaan Mat Kontan dan
berjanji akan melindungi Paijah dari suaminya itu jika di berbuat macam-
macam dan menyakiti dirinya. Kedatangan Mat Kontan menemui Soleman
pun sudah diduga sebelumnya oleh dirinya, Mat kontan datang menemui
Soleman ketika ia tidak berhasil menanyakan kepada tukang nujum siapa
yang telah membunuh burung beonya. Ia pun menceritakan masalah yang
dihadapinya kepada Soleman. Kecurigaan Mat Kontan pun mengarah kepada
istrinya, ia menduga bahwa istrinya yang telah membunuh beonya itu,
ketakukan Paijah pun menjadi kenyataan, suaminya mendesak Paijah untuk
mengatakan siapa yang telah membunuh beonya. Akhirnya setelah
percecoakan sengit yang terjadi antara Paijah dan Mat Kontan, Soleman pun
mengakui perbuatannya yang telah membunuh burung beo itu, Mat Kontan
yang terkejut pun tak habis pikir tentang yang dilakukan sahabatnya itu. Dan
yang lebih mengejutkan lagi pengakuan akan hubungan Soleman dengan
istrinya. Soleman mengakui bahwa anak yang dilahirkan dari rahim Paijah
adalah hasil hubungannya selama ini dengan Paijah, karena Mat Kontan yang
jarang pulang dan meninggalkan istrinya seorang diri dan kemudian terjadilah
hubungan itu.

Mat Kontan yang tidak bisa menerima kenyataan itu tidak bisa berbuat
banyak kepada Soleman, bukan karena ia sahabatnya melainkan juga ia yang
telah menolong dirinya ketika dirinya hampir tenggelam dalam pasir hidup.
Mat Kontan seperti berhutang budi kepada Soleman sehingga tidak bisa
mengayunkan goloknya ke diri Soleman. Akhir cerita anak Paijah mati karena
sakit keras dan tidak dibawa kerumah sakit, Paijah sangat kehilangan anak
kesayangannya itu buah hati percintaannya dengan Soleman yang entah
menghilang kemana setelah kejadiaan pada malam jahanam itu.

Anda mungkin juga menyukai