Anda di halaman 1dari 6

Kajian Teori dan sejarah Sastra

Konsep Dasar dan Hakikat Sastra


A. Hakikat Sastra dan Karya Sastra Sastra
secara etimologi diambil dari bahasa-bahasa Barat (Eropa) seperti literature (bahasa
Inggris), littérature (bahasa Prancis), literatur (bahasa Jerman), dan literatuur (bahasa
Belanda). Semuanya berasal dari kata litteratura (bahasa Latin) yang sebenarnya tercipta
dari terjemahan kata grammatika (bahasa Yunani). Litteratura dan grammatika masing-
masing berdasarkan kata “littera” dan “gramma” yang berarti huruf (tulisan atau letter)
Title and content layout with list
• Add your first bullet point here

• Add your second bullet point here

• Add your third bullet point here


Sumardjo & Saini (1997: 3-4) menyatakan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi
manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan
dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat
bahasa.

Sehingga sastra memiliki unsur-unsur berupa pikiran, 11 pengalaman, ide, perasaan,


semangat, kepercayaan (keyakinan), ekspresi atau ungkapan, bentuk dan bahasa. Hal ini
dikuatkan oleh pendapat Saryono (2009: 18) bahwa sastra juga mempunyai
kemampuan untuk merekam semua pengalaman yang empiris-natural maupun
pengalaman yang nonempiris-supernatural, dengan kata lain sastra mampu menjadi
saksi dan pengomentar kehidupan manusia.
Secara rinci jenis-jenis sastra menurut Sumardjo & Saini (1997: 18-19:

Sastra di bagi dua


1.Sastra Non Imaginatif
a. Esai e. Sejarah
b. Kritik f. Memoar
c.Biografi d.Catatan Harian
d. Otobiografi e. Surat-surat

2. Sastra Iimaginatif
a. Puisi : 1.Epik
2. Lirik
3. dramatik

b. Prosa : 1. fiksi : a.novel


b.cerita pendek
c. novelet

2. Drama : a. prosa 1. komedi


b. Puisi 2.Tragedi
3.Melo drama
4. Tragedi Melodi
B. Hakikat Novel sebagai Suatu Karya Sastra

Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary (via Tarigan, 1991: 120), kata fiksi
dalam bahasa Inggris disebut fiction yang diturunkan dari bahasa latin fictio, fictum yang
berarti membentuk, membuat, mengadakan, dan menciptakan. Dikatakan oleh Tarigan
(1991: 122) bahwa fiksi juga bersifat realitas, sedangkan nonfiksi bersifat aktualitas.
Penulis fiksi harus dapat menghidupkan tokoh, peristiwa dan cerita agar pembaca
menaruh perhatian serta yakin akan hak yang terjadi itu.

Anda mungkin juga menyukai