Anda di halaman 1dari 5

Epos India dalam Kesusastraan Melayu dan Wayang

Sejak dua ribu tahun lalu, perhubungan perdagangan antara India dan Alam Melayu telah
terjalin. Banyak pedagang-pedagang India dalam perjalanannya ke Tiongkok selalu mampir di
Sumatera dan Semenanjung Tanah Melayu. Dalam perdagangan internasional ini, banyak anak
negeri yang telah dipengaruhi oleh kebudayaan India, kerajaan kecil-kecilan pun didirikan.
Sesudah agama Buddha muncul di India, lebih ramai lagi orang-orang India yang mengunjungi
atau singgah di Alam Melayu. Agama Buddha tidak mengenal kasta. Sekitar tahun 420M, seorang
putera raja dari Kasymir yang bernama Gunavarman telah mengunjungi Jawa dan Sumatera.
Inilah sebabnya peninggalan benda-benda purbakala banyak didapati, ialah arca-arca Buddha
dalam raga arca Amaravati dari India Selatan yang berasal dari abad ke-2 dan ke-3. Piagam-piagam
juga masih banyak didapati. Yang terkenal ialah piagam yang dikeluarkan oleh Raja
Mulawarman di sekitar Kutai, Kalimantan pada tahun 400. Piagam yang dikeluarkan Raja
Purnawarman, raja Taruma di sekitar Bogor, Jawa Barat, kira-kira berasal dari tahun 450.

Pengaruh Hindu yang masuk ke Alam Melayu melalui masa yang panjang tapi dengan cara
damai. Sebuah kapal singgah dan para pedagang yang pandai memikat raja-raja. Ada yang
memberi hadiah, ada yang mengajar berbagai ilmu ghaib. Kaum Brahmana juga diundang untuk
meresmikan raja tempatan menjadi ksatria. Akhirnya, pengaruh agama Hindu begitu meresap
dalam kehidupan orang melayu. Seorang sarjana berpendapat bahwa kaum pedagang, yaitu kaum
waisalahn yang menyebarkan kebudayaan India di Asia Tenggara. J. C. Van Leur dan G. Coedes.
J. C. Van Leur berpendapat bahwa kaum Brahmanalah yang meluaskan kebudayaan Hindia.
Menurut G. Coedes pula, kaum pelajar yang yang belajar ke Hindialah yang meluaskan
kebudayaan Hindia.

Ramayana
Ramayana adalah epos India yang terkenal. Ramayana adalah kavya, yaitu puisi yang
dipakai untuk memberi ajaran moral kepada muda-mudi. Ajaran yang diberikan luas sekali;
darmasastra (ajaran moral); arthasastra (ajaran politik dan peperangan) dan nitisastra (ajaran
tentang cara hidup yang mudah). Rama adalah lambang anak yang taat. Rama juga merupakan
lambang ksatria yang gagah berani dan raja adil dan idealis.

Mengenai asal-usul Ramayana, Lessen berpendapat bahwa Ramayana adalah gambaran


alegoris penaklukan orang Arya terhadap bangsa lain India Selatan. Jacobi berpendapat bahwa
Ramayana adalah hasil campuran antara sejarah dan dongeng. Ramayana sebenarnya adalah cerita
rakyat India yang sangat populer dan tua sekali. Ramayana pernah menjadi sumber yang tak pernah
kering bagi para penyair dan sastrawan India. Ketika agama Buddha muncul di India, cerita
Ramayana disusun kembali menurut ajaran Buddha.
Cerita Rama di Luar India
Cerita Rama juga sangan populer di luar India. Di Thailand, enam daripada rajanya
bernama Rama dan raja juga dianggap titisan Wisnu. Ibu kota Thailand Ayuthia. Di laos, cerita
Ramayana diceritakan dalam Rama Jataka yang sudah dipengaruhi oleh Dasarata Jataka. Dan
akhirnya cerita Rama juga menjadi sumber wayang lakon di berbagai daerah di Asia Tenggara,
Thailand, Laos dan juga Indonesia.

Cerita Rama di Nusantara


Kira-kira seribu tahun yang lalu, pada masa pemerintahan Raja Daksya (910-919) cerita
Rama telah dipahatkan di relief-relief di Candi Loro Jongrang, di Prambanan Yogya. Seorang
penyair tidak bernama telah menyalin cerita Rama dalam bentuk puisi Jawa yang paling kuno,
yaitu Kekawin Ramayan. Poerbatjaraka dan Hooykaas, berpendapat bahwa sumber Kekawin
Ramayana ialah sebuah syair Sanskrit yang berjudul Ravana-vadha (pembunuhan Rawana),
dikarang oleh Batti. Kekawin Ramayana adalah hasil karya yang bernilai tinggi, dan pernah
berkali-kali disalin atau diterjemahkan ke dalam bahasa yang lebih mudah. Seorang penyair istana
yang bernama Yasadipura I telah mengubahnya dalam kawi miring. Gubahan Yasadipura I ini
adalah Serat Rama, yang menurut Poerbatjaraka adalah hasil sastra Jawa yang penting dan sudah
diterjemahkan ke dalam bahasa Madura dan Bali.

Di samping Serat Rama yang amsih mendekati Keawin Ramayana, di dalam bahasa Jawa
kadang diberi nama Serat Kanda Ning Ringgit Purwa. Serat Kanda adalah cerita Rama yang khas
Jawa. Ada juga cerita Rama yang diberi nama Raja Kling.

Cerita Rama dalam Bahasa Melayu


Cerita Rama dalam bahasa Melayu dikenal dengan nama Hikayat Sri Rama. Dikenal
dengan dua versi yang berbeda. Versi yang pertama diterbitkan oleh Roorda Van Eysinga pada
tahun 1843. Versi yang kedua diterbitkan oleh W. G. Shellabear. Versi Roorda tidak bertanggal,
tapi diduga sebagai naskah yang tertua dalam bahasa Melayu. Versi Roorda dan Shellabear
dianggap sebagai versi sastra . di samping itu masih ada dua versi yang dianggap cerita penglipur
lara. Yang dimaksud ialah Cerita sri Rama yang diterbitkan oleh Maxwell dan ramayana-Patani.
Cerita Sri Rama yang diterbitkan oleh Maxwell itu dituturkan oleh seorang tukang cerita Mir
Hassan yang berasal dari Kampar, Perak. Ramayana-Patani disalin untuk tuan G. G. Laidlaw yang
pernah menjadi penolong pegawai daerah di Kroh, Perak pada tahun 1911. Winstedt pernah
membuat ringkasannya dalam bahasa Inggris. Baru-baru ini dewan Bahasa dan Pustaka juga
menerbitkan suatu naskah cerita Sri Rama.
Versi-versi Lain
Ada versi yang tidak begitu dikenal. Salah satunya ialah Hikayat Maharaja Rawana yang
tersimpan di sebuah perpuastakaan Berlin, yaitu Preussische Staatsbibliothek. Naskah ini tidak
bertarikh. Rupanya disalin dari naskah lain oleh seorang penyalin yang tidak begit fasih dengan
bahasa Melayu sehingga banyak terdapat kesalahan. Ejaannya kadang-kadang dipengaruhi oleh
bahasa Minangkabau. Ceritanya sama dengan Hikayat Sri Rama.

Winstedt dan E. C. G. Barrett juga pernah membicarakan satu versi ramayana yang
belum pernah dibicarakan. Versi yang dibicarakan Winstedt, naskah Raffles mempunyai
persamaan dengan naskah yang dibicarakan Barret. Naskah Raffles ini, mungkin lebih tua dari
versi Roorda dan Shellabear. Seringkali ia membetulkan bacaan yang salah dalam versi Roorda
dan Shellabear.

Naskah
Menurut Achadiati Ikram yang telah menyelidiki 17 naskah Hikayat Sri Rama, ada empat
versi yang dapat dibeda-bedakan. Versi I mulai dengan cerita Desarata yang membuat negeri, versi
II dimulai dengan kisah asal-usul Rawana, versi III mulai dengan cerita Rawana dibuang ke Bukit
Serindib, sedangkan versi IV mulai dengan cerita yang hampir menjelang akhirnya, yaitu
Hanuman pergi ke Gunung Indrakila. Tentang akhir cerita dikatakan bahwa umumnya tidak ada
perbedaan yang besar antara naskah satu dengan naskah yang lainnya.

Asal-usul Hikayat Sri Rama


Cerita Rama yang terdapat di Nusantara pada pokoknya sama, tetapi juga mempunyai
perkara yang berbeda, terutama hubungan tokoh-tokoh utamanya. Menurut Jaynboll, cerita Rama
yang sampai ke Indonesia melalui dua jalan. Yang mula-mula ialah Ramayana Valmiki yang
kemudian digubah ke dalam Kekawin Ramayana, serat Rama Jasadipura juga termasuk dalam
golongan ini. Bebrapa abad kemudian, datang pula cerita Rama yang merupakan cerita Rama
populer di India Selatan.

Menurut Rassers Hikayat Sri Rama sebenarnya adalah cerita panji yang meminjam nama
tokoh-tokoh dari Epos India. W. Stutterheim tidak setuju dengan pendapat Rassers dan
Jaynboll. Perbedaan itu sudah terdapat di India. Rai Saheb Dineschandra Sen, seorang sarjana
Bengali, juga berpendapat perbedaan itu sudah ada di India. Perbedaan itu timbul, karena
Ramayana itu sebenarnya merupakan campuran dari tiga cerita yang berlainan dan tumbuh dengan
sendirinya.
Penyusunan cerita Rama hendaklah dapat menghubungkan bagian-bagian ini
I dan II
II dan III
I dan III
Hubungan antara I dan II adalah seperti berikut :

A. Supranakha.
B. Hikayat Sri Rama dan Rama Kling saling menghubungkan watak.
Hubungan antara I dan III

A. Rama membantu raka kera Sugriwa


B. Hanuman adalan anak Rama dengan Anjani
Hubungan antara II dan III

A. Tidak ada hubungan dengan Hanuman


B. Hanuman mempunyai seorang anak
Cerita Rama yang termasuk dalam golongan atau versi A ialah :

a) Ramayana Valmiki
b) Kakawin Ramayana
c) Cerita yang dipahat di Candi Panataran (Jawa Timur)
d) Serat Rama, Jasadipura I
Sedangkan yang termasuk golongan atau versi B adalah :

a) Cerita Rama yang populer di India


b) Hikayat Sri Rama
c) Cerita yang dipahat di Candi Prambanan (Jawa Tengah)
d) Serat Kanda Ning Ringgit Purwa (cerita wayang)
e) Serat Rama Kling di Jawa dan Madura

Di samping hubungan watak-watak yang berlainan, masih terdapat perbedaan antara


berbagai versi cerita Rama :

i. Sita dianggap sebagai adik perempuan Rama


ii. Serat Rama, Hikayat Sri Rama, demikian juga jain Ramayana yang disusun
Hemcandra mulai dengan cerita Rawana
iii. Alasan rama meninggalkan istana berbeda-beda
iv. Hanuman mempunyai seorang anak
v. Rama mempunyai adik perempuan yang berlainan ibu
vi. Dalam jain-ramayana diceritakan cinta laksamana pada putri Vanamala
vii. Antraka Wulan tidak mencintai suaminya

Demikianlah pendapat W. F. Sttuterheim. Semua perbedaan yang terdapat dalam berbagai


versi cerita Rama juga terdapat di India. Unsur-unsur yang asli ada, tetapi tidak penting dan tidak
mengubah sifat cerita Hindu. A. Zieseniss berkata bahwa Hikayat Sri Rama adalah cerita rakyat
yang sampai ke aindonesia secara lisan dari berbagai daerah di India, paling sedikit dari sebagian
timur dan sebgaian barat.

Santosh N. Desai juga berpendapat perbedaan itu sudah wujud di India. Semua cerita di
India boleh digolongkan ke dalam dua kumpulan, kumpulan Walmiki dan kumpulan bukan
Walmiki.

Kedudukan Rama di Asia Tenggara


Dalam sastra di asia Tenggara, kedudukan rawana lebih diutamakan. Ramakirti, cerita
Rama di Thailand, mengisahkan bahwa Rawana betul-betul mencintai Sita. Menurut H. Overbeck
yang menjadi “wira” [hero] dalam sastra melayu adalah Laksamana dan bukan Rama. Laksamana
adalah seorang wira yang berani, Rama adalah orang yang cengeng. Mungkin inilah sebabnya, di
kesultanan Malakka, laksamana merupakan gelar seorang panglima laut, sedangkan Sri Rama
menjadi gelar seorang tukang gajah yang selalu mabuk. Hang Tuah, Wira Melayu sejati juga
dianugerahi gelar “laksamana” oleh sultan Melaka.
.

Anda mungkin juga menyukai