Anda di halaman 1dari 9

MENGAPRESIASI PUISI “KARANGAN BUNGA” KARYA TAUFIK ISMAIL

DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENDEKATAN HISTORIS

Penulis : Sekar Taji Candra Ningrum

NPM : 1913041021

Matkul Kpuliah : APRESIASI SASTRA

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dosen Pengampu : Rian Andri Prasetya, S.Pd. M.Pd.

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
Tahun 2020
I. Latar Belakang

Apresiasi merupakan kesadaran terhadap nilai seni dan budaya, apresiasi juga
dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menghargai karya sastra. Di zaman sekarang
ini sastra sudah banyak berkembang baik itu puisi, drama, ataupun prosa. Perlu kita
ketahui bersama, puisi di Indonesia berubah seiring bertambahnya tahun. Maka dari
itu, bentuk puisi pun berbeda baik itu puisi lama dan puisi baru. Dalam hal
mengapresiasi puisi masyarakat pun cenderung mengetahui bahwa dengan cara kita
membaca puisi ataupun musikalisasi itu sudah termasuk mengapresiasi.

Dalam hal ini penulis mencoba mengapresiasi puisi melalui metode


pendekatan historis, dalam upaya mewujudkan rasa cinta penulis terhadap karya
sastra, Penulis mengambil puisi “ Karangan Bunga” karya Taufik Ismail sebagai
media untuk diapresiasi. Semoga apa yang dituliskan oleh penulis dapat diterima oleh
pembaca tanpa mengurangi dan merusak kaidah ataupun isi dari puisi tersebut

II. Metode penulisan

Dalam penulisan ini, penulis melakukan pengumpulan data melalui jelajah


internet yaitu metode yang menggunakan media online sebagai referensi dalam
mengapresiasi sastra puisi “Karangan Bunga” karya Taufik Ismail.
III. Pembahasan

3.1. Apresiasi Karya Sastra Puisi “Karangan Bunga” karya Taufik Ismail
melalui Pendekatan Historis.

Pendekatan didefinisikan sebagai suatu cara untuk dapat mendekati suatu


objek. Sedangkan, apresiasi sastra adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk
menghargai serta memberikan penilaian terhadap suatu karya sastra. Maka,
pendekatan apresiasi sastra adalah sebuah proses kegiatan untuk dapat memahami
atau memaknai serta menghargai dan memberikan penilaian terhadap karya sastra.

Pendekatan historis adalah suatu pendekatan yang menekankan pada


pemahaman tentang biografi pengarang, latar belakang peristiwa kesejarahan yang
melatarbelakangi masa-masa terwujudnya cipta sastra yang dibaca, serta bagaimana
perkembangan kehidupan penciptaan maupun kehidupan sastra itu sendiri pada
umumnya dari zaman ke zaman.

Dalam hal ini penulis akan mengapresiasi puisi “Karangan Bunga” karya
Taufik Ismail melalui pendekatan historis, yaitu :

1. Berusaha memahami biografi pengarang.

2. Berusaha memahami peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi terwujudnya


cipta sastra.

3. Berusaha memahami perkembangan cipta sastra pada suatu zaman.


• Puisi dan Parafrasa

KARANGAN BUNGA

Karya : Taufik Ismail

Tiga anak kecil

Dalam langkah malu-malu

Datang ke Salemba

Sore itu

“Ini dari kami bertiga pita hitam pada

karangan bunga

sebab kami ikut berduka

bagi kakak yang

ditembak mati siang tadi”

• Parafrasa

Ada tiga anak kecil yang turut dalam bela sungkawa atas meninggalnya kakak
yang di tembak mati ke daerah Salemba. Anak-anak ini memberikan karangan bunga
dengan pita hitam sebagai tanda kesedihan yang mereka rasakan, mereka bertiga
datang ke Salemba yaitu tepatnya di Universitas Indonesia pada sore hari. Ini
merupakan bentuk kepedulian bagi kakak yang ditembak mati siang tadi, yang
disebabkan oleh aksi demo memperjuangkan Hak Asasi Manusia.

A. Biografi Pengarang

Taufik Ismail

Taufik Ismail adalah sastrawan Indonesia yang lahir di Bukittinggi, Sumatra


Barat pada tanggal 25 juni 1935 dan dibesarkan di Pekalongan. Ia tumbuh dalam
keluarga guru dan wartawan yang suka membaca. Ia pertama masuk sekolah rakyat di
Solo. Selanjutnya, ia berpindah ke Semarang, Selatiga, dan menamatkan sekolah
rakyat di Yogya. Ia masuk SMP di Bukittinggi, SMA di Bogor, dan kembali ke
Pekalongan. Pada tahun 1956-1957 ia memenangkan beasiswa American Field
Service Internasional School guna mengikuti Whitefish Bay High School di
Milwaukee, Wisconsin, AS, angkatan pertama dari Indonesia. Ia melanjutkan
pendidikan di Fakultan Kedokteran Hewan dan Peternakan, Universitas Indonesia
(sekarang IPB) dan tamat tahun 1963. Ia telah bercita-cita menjadi sastrawan sejak
SMA. Dengan pilihannya sendiri, ia menjadi dokter hewan dan ahli peternakan
karena ingin memiliki bisnis peternakan guna menafkahi cita-cita kesustraannya.

Pada tahun 1971-1972 dan 1991-1992 ia mengikuti Internasional Writing


Program, University of Lowa, Lowa City, AS. Ia juga belajar pada Faculty of
Language and Literature, American Univercity in Cairo, Mesir, pada tahun 1933.
Karena pecah perang Teluk, Taufik Ismail pulang ke Indonesi sebelum selesai studi
bahasanya. Semasa mahasiswa Taufiq Ismail aktif dalam berbagai kegiatan. Tercatat,
ia pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa FKHP UI (1960–1961) dan Wakil Ketua
Dewan Mahasiswa (1960–1962).

Ia pernah mengajar sebagai guru bahasa di SMA Regina Pacis, Bogor (1963-
1965), guru Ilmu Pengantar Peternakan di Pesantren Darul Fallah, Ciampea (1962),
dan asisten dosen Manajemen Peternakan Fakultas Peternakan, Universitas Indonesia
Bogor dan IPB (1961-1964). Karena menandatangani Manifes Kebudayaan, yang
dinyatakan terlarang oleh Presiden Soekarno, ia batal dikirim untuk studi lanjutan ke
Universitas Kentucky dan Florida. Ia kemudian dipecat sebagai pegawai negeri pada
tahun 1964.Taufiq menjadi kolumnis Harian KAMI pada tahun 1966-1970.
Kemudian, Taufiq bersama Mochtar Lubis, P.K. Oyong, Zaini, dan Arief Budiman
mendirikan Yayasan Indonesia, yang kemudian juga melahirkan majalah sastra
Horison (1966). Sampai sekarang ini ia memimpin majalah itu.

Taufiq merupakan salah seorang pendiri Dewan Kesenian Jakarta (DKJ),


Taman Ismail Marzuki (TIM), dan Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ)
(1968). Di ketiga lembaga itu Taufiq mendapat berbagai tugas, yaitu Sekretaris
Pelaksana DKJ, Pj. Direktur TIM, dan Rektor LPKJ (1968–1978). Setelah berhenti
dari tugas itu, Taufiq bekerja di perusahaan swasta, sebagai Manajer Hubungan Luar
PT Unilever Indonesia (1978-1990).

Dirinya dikategorikan sebagai penyair Angkatan 66 oleh Hans Bague Jassin.


Dirinya menulis buku kumpulan puisi, seperti Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia,
Tirani dan Benteng, Tirani, Benteng, dll. Banyak puisi dinyanyikan himpunan Musik
Bimbo, pimpinan Samsudin Hardjakusumah, atau sebaliknya ia menulis lirik merka
dalam kerja sama. Ia pun menulis lirik Chrisye, Yan Antono (dinyanyikan Ahmad
Albar) dan Unco Harahap. Menurutnya kerja sama semacam ini penting agar
jangkauan public puisi lebih luas.

Bosan dengan kecenderungan puisi Indonesia yang teralalu serius, di awal


tahun1970-an ia mengharap humor dalam puisinya. Sentuhan humor sangat terasa
dalam puisi atau narasinya. Mungkin dalam hal ini tiada teman baginya di Indonesia.
Antologi puisinya yang berjudul Rendez-vous direbutkan di Rusia dalam terjemahan
Victor Pogadaev dan dengan ilustrasi oleh Aris Aziz dari Malaysia.

Kegiatan kemasyarakatan yang dilakukannnya, antara lain menjadi pengurus


perpustakaan PII, Pekalongan (1954-56), bersama S.N. Ratmana merangkap
sekretaris PII Cabang Pekalongan, Ketua Lembaga Kesenian Alam Minangkabau
(1984-86), Pendiri Badan Pembina Yayasan Bina Antarbudaya (1985) dan kini
menjadi ketuanya, serta bekerja sama dengan badan beasiswa American Field
Service, AS menyelenggarakan pertukaran pelajar. Pada tahun 1974–1976 ia terpilih
sebagai anggota Dewan Penyantun Board of Trustees AFS International, New York.

Ia juga membantu LSM Geram (Gerakan Antimadat, pimpinan Sofyan Ali).


Dalam kampanye antinarkoba ia menulis puisi dan lirik lagu “Genderang Perang
Melawan Narkoba” dan “Himne Anak Muda Keluar dari Neraka” dan digubah
Ian Antono). Dalam kegiatan itu, bersama empat tokoh masyarakat lain, Taufiq
mendapat penghargaan dari Presiden Megawati (2002). Kini Taufiq menjadi anggota
Badan Pertimbangan Bahasa, Pusat Bahasa dan konsultan Balai Pustaka, di samping
aktif sebagai redaktur senior majalah Horison.

Artikel diambil dari Biografiku.com. Silahkan di copy sebagai bahan referensi,


Mohon cantumkan sumber : https://www.biografiku.com/biografi-taufik-ismail.

B. Latar Belakang Peristiwa Puisi Karangan Bunga oleh Pengarang

puisi ini menggambarkan kejadian setelah terjadinya peristiwa penembakan terhadap


seorang mahasiswa Universitas Indonesia, oleh pasukan Tjakrabirawa. Penembakan
ini terjadi saat alm. Arief Rahman Hakim berhasil menerobos pagar betis di Istana
Negara dan menuntut keras pada Presiden Indonesia saat itu untuk membubarkan PKI
beserta ormas-ormasnya. Tuntutan mahaiswa yang tidak dipenuhi Presiden ini
membuat suasana semakin pecah dan berujung pada tertembaknya alm. Arief
Rahman Hakim.

Kejadian ini sontak mengundang simpat dan duka seluruh rakyat di Indonesia,
bahkan simpati pun muncul dari mereka yang tidak paham akan apa yang terjadi di
balik demonstrasi itu. Mereka yang tidak tahu-menahu itu digambarkan sebagai “tiga
anak kecil” oleh Taufik untuk menggambarkan sosok tersebut. Mereka hanya
mengerti kejadian ini adalah kejadian yang menyedihkan dan tragis sebab seseorang
telah meninggal.
Anak-anak polos itu datang ke Kampus UI Salemba, yang merupakan basis
mahasiswa dalam melakukan aksi demonstrasi, untuk menunjukan belasungkawa.
Karangan bbunga berpita hitam yang mereka bawa semakin menegaskan suasana
berkabunng yang terjadi disana pada saat itu. Warna hitan di dalam puisinya untuk
menggambarkan duka yang terjadi. Alm. Arief Rahman Hakim disebut sebagai
“kakak” di dalam puisinya seakan-akan Arief adalah kakak kandung mereka. Hal ini
menggambarkan emosional anak-anak tersebut dengan Arief.

Latar tempat yang dipakai pada puisi Taufik mengambil lokasi di Kampus UI
Salemba, yang merupakan basis Mahasiswa dalam merencanakan aksi demonstrasi
menuntut Presiden Soekarno. Ada dua latar waktu yang dipakai dalam puisi ini, yang
pertama adalah waktu sore hari dimana semua orang tengah berkumpul si Salemba
untuk berkabung, berduka atas meninggalnya Alm. Arief Rahman Hakim. Yang
kedua adalah latar waktu siang hari saat terjadinya penembakan oleh pasukan
Tjakrabirawa. Sangat jelas tergambar pada puisi Taufik suasana yang dirasakan yaitu
suasana sedih dan berkabung, dan semakin jelas lagi taufik gambarkan saat tiga anak
kecil ini memberikan karangan bunga yang bepita hitam dan saat disebutkan ‘kakak’
tersebut mati ditembak.

C. Kesimpulan Dan Analisis Perkembangan Puisi

puisi karangan bunga merupakan puisi yang mengangkat tema kepahlawanan. puisi
karangnan bunga adalah puisi karangan Taufik Ismail yang ditulis tahun 1966 dalam
kumpulan puisi Tirani dan Benteng, pada saat munculnya Gerakan mahasiswa yang
menentang kekuasan orde lama pimpinan Soekarno. Puisi ‘karangan bunga’ yang
dilatar belakangi oleh demonstrasi mahasiswa tahun 1966 yang berakhir pada
turunnya soekarno sebagai president melalui surat Perintah Sebelas Maret yang
ditafsirkan oleh Soeharto untuk mengambil pucuk kepemimpinan Negara dan
mecegah terjadinya vacuum of power.
Demonstrasi ini pucuk reaksi mahasiswa terhadap kepemimpinan orde lama yang
dianggap sudah menyimpang dan dianggap tidak mampu menyelesaikan masalah-
masalah besar seperti inflasi harga kebutuhan pokok dan pemberantasan PKI.
Demonstrasi pada zaman itu dikenal sebagai salah satu alat perjuangan selain
menggunakan media lain seperti mimbar bebas, aksi strategis, ataupun audiensi yang
juga sama pentingnya dalam melakukan perubahan. Di Negara ini mahasiswa dikenal
sebagai sekumpulan orang yang menjadi ujung tombak rakyat dalam mengawal
pemerintahan, hal ini erat kaitannya dengan Tridharma Perguruan Tinggi yang pada
intinya menepatkan mehasiswa menjasi kelompok masyarakat yang terbuka dengan
masyarakat luas yang berguna dan mencerdaskan masyarakat.

Tapi dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa Gerakan mahasiswa mengalami
degradasi kualitas, banyaknya mahasiswa yang tidak meresapi Tridharma Perguruan
Tinggi dan bersikap ‘masa bodoh’ terhadap realita yang sekarang ada dalam
masyarakat dan pemerintah, membuat budaya mahasiswa yang kuat sebagai pemuda
yang cerdas dalam kepekaan dan daya intelektualnya membuat mahasiswa hari ini
tidak mempunyai jiwa mahasiswa yang sesungguhnya, hanya status formal dan
akademis yang membuat seorang jadi mahasiswa, nukan peran dan jiwanya.

Puisi karangan bunga merupakan sebuah puisi yang sangat menyentuh.


Menggambarkan bagaimana perjuangan para demonstran yang terus maju menerjang
walaupun halangan dan rintangan terus berkejaran mengincar jiwa mereka. Atas
nama rakyat mereka bergerak menuju perubuhan dan resiko yang besar pun
mengancam tanpa adanya kepastian perubahan. Dengan semangat para demonstran
melakukan pengorbanan yang tidak bisa dinilai dengan materi. Bagaimana sebuah
pengorbanan bagi bangsa dan negara adalah pengorbanan yang amat penting. Sebuah
perjuangan memang tidak mejamin sebuah perubahan. Tetapi tanpa perjuangn maka
tidak akan ada perubahan.

Anda mungkin juga menyukai