Anda di halaman 1dari 4

Kesusastraan Indonesia Modern

     Pembicaraan mengenai sejarah kesusastraan Indonesia modern sebenarnya bukanlah sekadar


berisi pemaparan mengenai sejumlah karya pengarang Indonesia berikut ulasan dan biodata
pengarangnya, melainkan juga menyangkut berbagai hal yang melatarbelakanginya. Proses
penciptaan, latar sosio-budaya, situasi sosial yang terjadi pada zamannya, peranan penerbit, reaksi
masyarakat, dan hubungannya dengan politik pemerintah, merupakan masalah yang mestinya
diungkapkan atau disinggung dalam pembicaraan sejarah kesusastraan. Apa yang terjadi dalam
kesusastraan Indonesia merupakan contoh kasus bahwa persoalan sosial-budaya yang
melatarbelakangi penciptaan karya sastra, tidak dapat diabaikan begitu saja. Ternyata bahwa
masalah tersebut, khasnya yang berkaitan dengan politik kolonial Belanda, sedikit-banyaknya telah
ikut mewarnai –bahkan menentukan– perjalanan kesusastraan Indonesia sejak awal kelahirannya
hingga dewasa ini.

A.Kesusastraan Indonesia Modern


Periodisasi sastra menurut para tokoh
     Periodisasi artinya pembabakan. Periodisasi sastra berarti upaya pembabakan karya sastra.
Indikator pembabakan yang digunakan sebagai dasar oleh ahli sastra sangat beragam sehingga
beragam pula hasil pembabakan. Indikator yang digunakan tersebut antara lain ciri-ciri yang
menonjol pada karya sastra, kurun waktu, dan karakteristik karya sastra.

Berikut beberapa periodisasi sastra menurut beberapa tokoh. Menurut Usman Effendi,


periodisasi sastra terbagi atas:

1) kesusatraan lama (1920)


2) kesusastraan baru (1920-1945)
3) kesusatraan modern (1945_....) 

Menurut Sabaruddin Ahmad, peridisasi sastra terdiri dari:

1) kesusatraan lama, terdiri dari:


a) Dinamisme
b) Hinduisme

c) Islamisme

2) kesusatraan baru, tediri dari:

a) masa Abdullah Bin Abdulkadir Munsyi


b) masa Balai Pustaka
c) masa Pujangga Baru
d) masa angkatan 45

Menurut Ajip Rasidi, terdiri dari:

1) masa kelahiran (awal abad XXfi1945)

a) periode awal abad Xxfi1933

b) periode 1933fi1942

c) periode 1942fi1945
2) masa perkembangan (sejak 1945fisekarang), terbagi atas:

a) Periode 1945fi1953

b) Periode 1933fi1960

c) Periode1961fisekarang

Menurut Nugroho Notosusanto, periodisasi sastra terdiri atas:

a. Satra melayu lama

b. Sastra Indonesia modern, yang terdiri dari:

a) masa kebangkitan (1920fi1933), terbagi atas:

(1) periode 20

(2) periode 33

(3) periode 42

b) Masa perkembangan (1945fisekarang), yaitu:

(1) periode 45

(2) periode 50

Menurut HB. Jassin, periodisasi sastra terdiri dari: 

1) angkatan 20

2) angkatan 33

3) angkatan 45

4) angkatan 66

     Berdasarkan beberapa pendapat para tokoh diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
kesusastraan indonesia modern dimulai pada tahun 1920 s/d sekarang. Seperti pendapat HB. Jassin,
sastra indonesia modern atau yang disebut juga sastra Indonesia mutakhir di bagi dalam sebutan
anagkatan. Angkatan dalam kesusastraan Indonesia adalah suatu pengelompokan pengarang sastra
Indonesia dalam suatu masa tertentu. Pengelompokan angkatan ini berdasarkan ciri khas sastra
yang ditulis pengarang pada masa tertentu., yang berbeda dengan ciri khas karya sastra sebelumnya.
Sejarah sastra indonesia mengenal empat angkatan, yang masing-masing karyanya berbeda satu
sama lain.

B. Angkatan Dalam Sastra Indonesia Modern.


1. Angkatan Dua Puluhan ( Balai Pustaka ) 
Angkatan Dua Puluhan disebut Angkatan Balai Pustaka karena:
a) sebagian besar buku-buku sastra waktu itu diterbitkan oleh Balai Pustaka.
b) Sebagian besar pengarang yang terkenal waktu itu adalah oarang-orang Balai Pustaka.
c) Peranan Balaia Pustaka sangat besar dalam menghidupkan dan mengembangkan sastra
Indonesia,   termasuk juga sastra daerah yang tersebar di tanah air Indonesia.
     Disamping itu, angkatan Dua Puluhan disebut pula Angkatan Siti Nurbaya karena pada saat itu
roman Siti Nurbaya karya Marah Rusli merupakan roman yang paling laris dan digemari
masyarakat. Selain itu, para sastrawan angkatan Dua Puluhan banyak menghasilkan karya sastra
yang sebagian besar bertema seperti Siti Nurbaya.

Ciri-ciri karya sastra Angkatan Dua Puluhan sebagai berikut. 


a) Bahan ceritanya dari Minangkabau, sebab sebagian besar pengarangnya berasal dari
Minangkabau.
b) Berisi pertentangan kaum muda dan kaum tua.
c) Tema yang ditampilkan seputar adat, kawin paksa, kebangsawanan, poligami, atau pendidikan
yang kebarat-baratan.
d) Bahasanya bergaya Balai Pustaka, yaitu kalimatnya panjang-panjang dan banyak
mempergunakan perbandingan-perbandingan, pepatah dan petuah, serta ungkapan klise. Bahasa
penulisnya secara pribadi tidak dikenal.
e) Karya sastra Angkatan Dua Puluhan bercorak romantis sentimentil.

2. Angkatan Tiga Puluhan (Pujangga Baru)    


Menggeloranya semangat persatuan Indonesia yang dijiwai Sumpah Pemuda 1928, tumbuh di
kalangan masyarakat Indonesia. Para sastrawan pun tidak ketinggalan untuk berjuang
mempersatukan bangsa dengan mengadakan pembaruan di bidang kesusastraan. Kemudian timbul
prakarsa untuk mendirikan perkumpulan selain Balai Pustaka, sebagai tempat penyaluran cita-cita.
Di kalanga sastrawan muda, timboul maksud untuk mempersatukan para penulis yang karyanya
tersebar di beberapa majalah untuk membuat majalah khusus yang membahas tentang bahasa,
sastra dan kebudayaan umum. Maka sebuah ikatan para sastrawan yang dikenal dengan nama
Angkatan Pujangga Baru.
     Pada 26 Juni 1933 tebitlah sebuah majalah yang dinamakan Pujangga Baru yang terbit sebulan
sekali dan tersebar laus di kalangan para sastrawan dan terpelajar waktu itu. Jadi, Angkatan
Pujangga Baru adalah segolongan sasatrawan yang tersebar di tanah air dan menerbitkan majalah
sendiri bernama Pujangga Baru. Tahun 1933, sebagai tahun terbitnya majalah itu. Dianggap sebagai
tahun permualaan berdirinya angkatan itu.

Ciri-ciri karya sastra Angkatan Tiga Puluhan (Pujangga Baru): 


Angkatan Tiga Puluhan banyak menggunakan soneta meninggalkan bentuk puisi lama, dan mulai
memakai bentuk baru yang bebas.
a) Angkatan Tiga Puluhan menggunakan bahasa yang beragam , sesuaia dengan kepribadian dan
gaya pengarang.
b) Pusat perhatian sastra pada Angkatan Tiga Puluhan berpusat pada masalah Indonesia.
c) Mengandung unsur yang mendidik bagi pembaca dan menonjolkan semangat romantis.
d) Masa Pujangga Baru lebih banyak menghasilkan puisi daripada prosa.

3. Angkatan Empat Puluh Lima     


    Angkatan Empat Puluh Lima muncul akibat pengakuan pemerintah Jepang yang menjajah bangsa
Indonesia. Angkatan tersebut sebenarnya sudah lahir pada tahun-tahun pendudukan Jepang. Di
dunia sastra, Jepang membubarkan dan melarang terbit majalah Pujangga Baru. Pada tanggal 1
April 1943 didirikanlah Kantor Pusat Kebudayaan untuk mempersatukan kebudayaan di Indonesia
dan sebagai wadah kegiatan para seniman.
      Setelah Indonesia merdeka, berdirilah organisasi sastrawan Gelanggang yang dipelopori oloeh
Chairil Anwar, Rivai Apin, Mochtar Apin, M.Akbar Djuhana, dan lain-lain. Nama Angkatan ’45
diperkenalkan oleh Rosihan Anwar dalam majalah siasat pada tahun 1949. titik berat angkatan ’45
adalah kebudayaan dunia yang bersifat universal. Menurut kjonsepsi Angaktan ’45, seniman adalah
manusia universal yang muncul dengan corak Indonesia. Dan kebudayaan Indonesia baru tidak
hanya untuk manusia Indonesia saja, melainkan kepada seluruh masyarakat di dunia.

Ciri-ciri karya sastra Angkatan ’45 : 


a) Angkatan ’45 mempunyai gaya ekspresif dan revolusioner. Tidak memperhatikan anasir bunyi dan
ritme.
b) Angkatan ’45 lebih menyukai kesusastraan dunia. Hal ini menjadikan tidak adanya persoalan
antara sastra Barat dan Timur.
c) Angkatan ’45 dalam menhadapi kehidupan yang terjadi tercermin dalam karya-karya yang
cenderung realistis dan dikemas dalam suasana skeptis , humanis dan sinis.

Anda mungkin juga menyukai