Anda di halaman 1dari 35

- Abstrak (ide-ide, nilai-nilai, kerohanian)

Objek Formal

Adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap objek
materialnya, serta prinsip-prinsip yang digunakannya,

membedakannya dari bidang-bidang lain. HAKIKAT FILSAFAT

HAKIKAT FILSAFAT
Oleh: Riwayati, S.Kp

1. Pengantar
Filsafat adalah mater scientiarum atau induk ilmu pengetahuan. Filsafat disebut induk
pengetahuan karena memang filsafatlah yang telah melahirkan segala ilmu pengetahuan yang
ada.
Modul ini hendak memandu mahasiswa untuk memperoleh gambaran tentang hakekat filsafat
yang meliputi : (1) pengertian filsafat secara luas dalam arti harafiah, operasional, dari sudut
materinya, serta sebagai produk atau hasil pemilsafatan dan menurut para filsuf, (2) problema
sentral filsafat, (3) Ruang lingkup (pembagian) filsafat dilihat dari sudut karakteristik objeknya,
(4) Asal muasal manusia berfilsafat, (5) sifat dasar filsafat, (6) peranan filsafat, dan (7) kegunaan
filsafat

2. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mempelajari pembahasan yang disajikan dalam modul ini mahasiswa akan memahami
hakikat filsafat.

3. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah menyelesaikan modul ini, Anda diharapkan mampu :
a. Menjelaskan pengertian filsafat secara luas dalam arti harafiah, operasional, dari sudut
materinya, serta sebagai produk atau hasil pemilsafatan.
b. Menjelaskan pengertian filsafat menurut beberapa filsuf terkenal seperti Plato dan lain-lain
c. Menjelaskan problema sentral filsafat
d. Menjelaskan ruang lingkup (pembagian) filsafat dilihat dari sudut karakteristik objeknya. 
e. Menyebutkan asal muasal manusia berfilsafat.
f. Menyebutkan sifat dasar filsafat
g. Menjelaskan peranan filsafat
h. Menjelaskan kegunaan filsafat

4. Kegiatan Belajar 

4.1. Kegiatan Belajar 1


PENGERTIAN FILSAFAT

4.1.1. Uraian
Pengertian filsafat dapat didekati paling sedikit dari segi : 1) filsafat dalam arti harfiah, filsafat
secara operasional, filsafat dari sudut isinya (materinya), dan filsafat sebagai product atau hasil
pemilsafatan.

4.1.1.1. Filsafat dalam arti “Harafiah”


Asal kata Filsafat dari bahasa Latin “Filosofia) terdiri dari kata Filos dan Sofia
Filos = Cinta atau hasrat yang besar
Sofia = Pengetahuan yang mendalam sampai berkaitan dengan kearifan. 
Berdasarkan pembahasan secara harafiah ini filsafat berarti cinta kepada pengetahuan  atau
hasrat yang besar untuk menjadi arif

4.1.1.2. Filsafat secara Operasional (Prosesnya)


Filsafat secara prosesnya atau operasionalnya adalah “cara berfilsafat”, maka filsafat adalah
renungan yang mendalam (radikal) dan menyeluruh (integral), secara sistematis, sadar dan
metodis dan sudah barang tentu tidak meninggalkan sifat-sifat ilmiah pada umumnya.

4.1.1.3. Filsafat dibahas dari sudut isinya (Materinya)


Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari metodologi serta hakekat kebenaran dan
nilai dari ihwal terutama tentang manusia dan segala cita-citanya, dengan lingkungannya,
agamanya, kehidupannya, ideologinya, hakekat dirinya dan lain-lain. Masalah hakikat di dalam
ilmu filsafat dimasukkan di dalam Ontologi yang akan kita bahas di dalam modul-modul
selanjutnya.
Filsafat mengenai nilai ada 3 (tiga) bagian, yaitu : 1) Aksiologi : yaitu filsafat tentang “nilai pada
umumnya” misalnya : nilai tujuan filosofis suatu negara dan cara kerja yang memperhatikan
nilai-nilai tertentu; 2) Etika : yaitu filsafat tingkah laku disebut The Filosophy of Conduct ; 3)
Aestetika : yaitu filsafat keindahan disebut The Filosophy of Art

4.1.1.4. Filsafat sebagai Product atau Hasil Pemilsafatan


Ini merupakan “hasil” orang berfilsafat atau produk para filsuf dan para ahli pikir. Pengertian
terakhir inilah yang menjadi dasar pengertian “filsafat” untuk modul-modul selanjutnya yang
bersifat “Ontologis” (mempelajari hakikat kebenaran) dan bersifat “Value oriented” (aksiologis,
etis atau aestitis), yang mempelajari nilai-nilainya.

4.1.1.5. Filsafat menurut para Filsuf


Arti filsafat tidak semudah dan sesederhana seperti yang disajikan dengan 4 pendekatan di atas.
Literatur tentang filsafat, kita ambil satu buku saja, misalnya dari Drs Sudarsono, SH “Ilmu
Filsafat Suatu Pengantar”. Dia sudah dapat mengemukakan tidak kurang dari 7 definisi yang
berbeda-beda dari berbagai filsuf : Plato, Aristoteles, Al Farabi, Rene Descartes, Imanuel Kant,
Langeveld, Hasbullah Bakry. Disini akan diambil beberapa contoh saja dari sekian banyak
definisi-definisi itu :

1) Plato : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
2) Aristoteles : Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung di
dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika (filsafat
keindahan).
3) Rene Descartes : Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, Alam dan
manusia menjadi pokok penyelidikan.
4) Immanuel Kant : Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pokok pangkal dari segala
pengetahuan, yang didalamnya tercakup masalah epistemology (filsafat pengetahuan) yang
menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui ? Masalah Etika yang menjawab persoalan apa
yang harus kita kerjakan ? masalah Ke-Tuhan-an (keagamaan) yang menjawab persoalan
harapan kita dan masalah manusia.

4.2. Kegiatan Belajar 2

PROBLEM SENTRAL FILSAFAT

4.2.1. Uraian

Jika pandangan-pandangan yang beraneka ragam tentang filsafat, kita rangkum, maka ternyata
bahwa problema sentral filsafat adalah usaha manusia untuk mencari hakiki, keberadaannya,
hakikat manusia dalam hubungan dengan alam semesta, di mana manusia itu menempatkan
dirinya di dalamnya. Masalah pokok dalam hal ini adalah “the meaning of human life”, dalam
rangka “the significance of the world.” Segi-segi manusia dan kemanusiaan adalah beraneka
ragam, maka ruang lingkup filsafat adalah sesuai dengan segi-segi manusia dalam kaitannya
dengan hakekat dunia dan alam semesta. Dengan demikian maka dikenal 2 segi pokok : 1) “The
world outlook”, dan “The destiny of man”, 2) Masalah metode berpikir

4.2.1.1. “The world outlook”, dan “The destiny of man”


- Manusia selalu mencari hakikat kebenaran tentang segala hal ihwal, jika perlu sampai
kebenaran yang terakhir (Sutan Takdir Alisyahbana). Manusia itu apa, dari mana asalnya, dan
hendak kemana ?
- Manusia hidup selalu mencari dan menjalankan nilai-nilai hidup tertentu : hidup itu for what ?
(nilai terminal), hidup itu bagaimana, bagaimana cara yang baik, how (instrumental value)

4.2.1.2. Metode Berpikir


Masalah metode berpikir meliputi dasar-dasar dan dalil bagaimana manusia berpikir secara
teratur dan benar.

4.2.1.3. Cabang-Cabang Filsafat


Kedua segi ini dipelajari oleh cabang-cabang filsafat sebagai berikut :
1) Metode berpikir dipelajari oleh “metodologi” yang menghasilkan antara lain standar of valid
thinking.

2) Yang mempelajari dasar-dasar pokok “pengetahuan” yang mendalam oleh manusia ialah
“epistemology” (the philosophy of knowledge).
3) Yang mempelajari masalah hakikat misalnya tentang hakikat manusia dan hakikat-hakikat
yang lain ialah : ‘ontologi” (the philosophy of being, of essential)
4) Yang mempelajari nilai-nilai kemasyarakatan baik nilai-nilai tujuan filisofis ialah axiology
(the philosophy of value).
5) Yang mempelajari nilai-nilai akhlak, moral, budi luhur masing-masing diri manusia ialah
“etika” (the philosophy of conduct).
6) Yang mempelajari nilai-nilai keindahan ialah “ estetika” (the philosophy of art).
7) Yang mempelajari ciri-ciri paling mendasar dan paling luas dari segala pengalaman manusia
dipelajari oleh “metaphysika”.

4.3. Kegiatan Belajar 3

Filsafat Umum dan Filsafat Khusus

4.3.1. Uraian

Apabila dilihat dari sudut karakteristik objeknya, filsafat dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu (1) Filsafat Umum atau Filsafat Murni, dan (2) Filsafat Khusus atau Filsafat Terapan. 
Filsafat Umum mempunyai objek : (1) hakikat kenyataan segala sesuatu (Metafisika), yang
termasuk di dalamnya hakikat secara keseluruhan (Ontologi),  kenyataan tentang alam atau
kosmos (Kosmologi), kenyataan tentang Tuhan (Teologi); (2) hakikat mengetahui kenyataan
(Epistemologi); (3) hakikat  menyusun kesimpulan pengetahuan tentang kenyataan (Logika); dan
(4) hakikat menilai kenyataan (Aksiologi), antara lain tentang hakikat nilai yang berhubungan
dengan baik dan jahat (Etika) serta nilai yang berhubungan dengan indah dan buruk (Estetika).
Filsafat khusus (terapan) akan dibahas tersendiri pada modul berikutnya.

4.4. Kegiatan Belajar 4

ASAL MUASAL MANUSIA BERFILSAFAT

4.4.1. Uraian
Bagaimanakah filsafat tercipta ? Apa yang menyebabkan manusia berfilsafat ? sesungguhnya ada
empat hal yang merangsang manusia untuk berfilsafat, yaitu : ketakjuban, ketidakpuasan,  hasrat
bertanya dan keraguan.

4.4.1.1. Ketakjuban
Banyak filsuf mengatakan bahwa yang menjadi awal kelahiran filsafat adalah thaumasia
(kekaguman, keheran, atau ketakjuban). Dalam karyanya yang berjudul Metafisika, Aristoteles
mengatakan bahwa karena ketakjuban manusia mulai berfilsafat. Pada mulanya manusia takjub 
memandang benda-benda aneh di sekitarnya, lama kelamaan ketakjubannya semakin terarah
pada hal-hal yang lebih luas dan besar, seperti perubahan dan peredaran bulan, matahari,
bintang-bintang, dan asal mula alam semesta.
Objek ketakjuban ialah segala sesuatu yang ada dan dapat diamati. Itulah sebabnya, bagi Plato
pengamatan terhadap bintang-bintang, matahari, dan langit merangsang manusia untuk
melakukan penelitian. Penelitian terhadap apa yang diamati demi memahami hakikatnya itulah
yang melahirkan filsafat.

4.4.1.2. Ketidakpuasan
Sebelum filsafat lahir, berbagai mitos dan mite memainkan peranan yang amat penting dalam
kehidupan manusia. Berbagai mitos dan mite berupaya menjelaskan asal mula dan peristiwa-
peristiwa yang terjadi di alam semesta serta sifat-sifat peristiwa itu. Akan tetapi, ternyata
penjelasan dan keterangan yang diberikan oleh mitos dan mite-mite itu makin lama makin tidak
memuaskan manusia. Ketidakpuasan inilah yang membuat manusia terus menerus mencari
penjelasan dan keterangan yang lebih pasti dan meyakinkan.
Manusia yang terus menerus mencari penjelasan dan keterangan yang lebih pasti dan
meyakinkan itu lambat laun mulai berpikir secara rasional. Akibatnya, akal budi semakin
berperan. Berbagai mitos dan mite yang diwariskan oleh tradisi turun temurun semakin tersisih
dari peranannya semula yang begitu besar dan lahirlah filsafat, yang pada masa itu mencakup
seluruh ilmu pengetahuan yang ada dan telah dikenal.

4.4.1.3. Hasrat bertanya


Ketakjuban manusia telah melahirkan pertanyaan-pertanyaan, dan ketidakpuasan manusia
membuat pertanyaan-pertanyaan itu tak kunjung habis. Pertanyaanlah yang membuat manusia
melakukan pengamatan, penelitian, dan penyelidikan. Ketiga hal itulah yang menghasilkan
penemuan baru yang semakin memperkaya manusia dengan pengetahuan yang terus bertambah.

4.4.1.4. Keraguan
Manusia selaku penanya mempertanyakan  sesuatu dengan maksud untuk memperoleh kejelasan
dan keterangan mengenai sesuatu yang dipertanyakan itu.
Manusia bertanya bisa karena ia masih meragukan kejelasan dan kebenaran dari apa yang telah
diketahuinya. Jadi, jelas terlihat bahwa keraguanlah yang turut merangsang manusia untuk
bertanya dan terus bertanya, yang kemudian menggiring manusia untuk berfilsafat.

4.5. Kegiatan Belajar 5

SIFAT DASAR FILSAFAT

4.5.1. Uraian
Menurut Rapar (1996) paling sedikit ada lima sifat dasar filsafat, yaitu : (1) berpikir radikal, (2)
mencari asas, (3) memburu kebenaran, (4) mencari kejelasan, (5) berpikir rasional.

4.5.1.1. Berpikir Radikal


Berfilsafat berarti berpikir secara radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. Karena berpikir
secara radikal, ia tidak pernah berhenti hanya pada suatu fenomena suatu entitas tertentu. Ia tidak
akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan berpikirnya itu
senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan akar seluruh kenyataan.
Bagi seorang filsuf, hanya apabila akar atau radix realitas telah ditemukan, segala sesuatu yang
bertumbuh di atas akar itu akan dapat dipahami. Hanya bila akar suatu permasalahan telah
ditemukan, permasalahan itu dapat dimengerti sebagaimana mestinya.
4.5.1.2. Mencari Asas
Filsafat bukan hanya mengacu kepada bagian tertentu dari realitas, melainkan kepada
keseluruhannya. Dalam memandang keseluruhan realitas, filsafat senantiasa berupaya mencari
asas yang paling hakiki dari keseluruhan realitas. Seorang filsuf akan selalu berupaya untuk
menemukan asas yang paling hakiki dari realitas.
Mencari asas pertama berarti juga menemukan sesuatu yang menjadi esensi realitas. Dengan
menemukan esensi suatu realitas, realitas itu dapat diketahui dengan pasti dan menjadi jelas. 

4.5.1.3. Memburu Kebenaran


Filsuf adalah pemburu kebenaran. Kebenaran yang diburunya adalah kebenaran hakiki tentang
seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoal¬kan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa
berfilsafat berarti memburu kebenaran tentang segala sesuatu.
Tentu saja kebenaran yang hendak digapai bukanlah kebenaran yang meragukan. Untuk
memperoleh kebenaran yang sungguh-sungguh dapat di¬pertanggungjawabkan, setiap kebenaran
yang telah diraih harus senantiasa terbuka untuk dipersoalkan kembali dan diuji demi meraih
kebenaran yang lebih pasti. Demikian seterusnya.
Jelas terlihat bahwa kebenaran filsafati tidak pernah bersifat mutlak dan final, melainkan terus
bergerak dari suatu kebenaran menuju kebenaran baru yang lebih pasti. Kebenaran yang baru
ditemukan itu juga terbuka untuk dipersoalkan kembali demi menemukan kebenaran yang lebih
meyakinkan.dengan demikian, terlihat bahwa salah satu sifat dasar filsafat ialah memburu
kebenaran. Upaya memburu kebenaran itu adalah demi kebenaran itu sendiri, dan kebenaran
yang diburu adalah kebenaran yang meyakinkan serta lebih pasti.

4.5.1.4. Mencari Kejelasan


Salah satu penyebab lahirnya filsafat ialah keraguan. Untuk menghilang¬kan keraaguan
diperlukan kejelasan. Ada filsuf yang mengatakan bahwa
berfilsafat berarti berupaya mendapatkan kejelasan dan penjelasan mengenai seluruh realitas.
Ada pula yang mengatakan bahwa filsuf senantiasa mengejar keje!asan pengertian (clarity of
understanding). Geisler dan Feinberg mengatakan bahwa ciri khas penelitian filsafati ialah
adanya usaha keras demi meraih kejelasan intelektual (intellectual clarity).' Dengan demikian,
dapat mengatakan bahwa berpikir secara filsafati berarti berusaha memperoleh ke¬kejelasan.
Mengejar kejelasan berarti harus berjuang dengan gigih untuk mengelimi¬nasi segala sesuatu
yang tidak jelas, yang kabur, dan yang gelap, bahkan juga yang serba rahasia dan berupa teka-
teki. Tanpa kejelasan, filsafat pun akan menjadi sesuatu yang mistik, serba rahasia, kabur, gelap,
dan tak mung¬kin dapat menggapai kebenaran.
Jelas terlihat bahwa berfilsafat sesungguhnya merupakan suatu perjuang¬an untuk mendapatkan
kejelasan pengertian dan kejelasan seluruh realitas. Perjuangan mencari kejelasan itu adalah
salah satu sifat dasar filsafat.

4.5.1.5. Berpikir Rasional


Berpikir secara radikal, mencari asas, memburu kebenaran, dan mencari kejelasan tidak mungkin
dapat berhasil dengan baik tanpa berpikir secara rasional. Berpikir secara rasional berarti berpikir
logis, sistematis, dan kritis. Berpikir logis adalah bukan hanya sekedar menggapai pengertian-
pengertian yang dapat diterima oleh akal sehat, melainkan agar sanggup menarik kesim¬pulan
dan mengambil keputusan yang tepat dan benar dari premis-premis yang digunakan 
4.6. Kegiatan Belajar 7

KEGUNAAN FILSAFAT

4.6.1. Uraian
Paling tidak ada empat kegunaan filsafat bagi manusia, diantaranya adalah :
- Mendidik dan melatih manusia unt merumuskan pikiran-pikiran secara logis, sistematis,
objektif, methodis dan “ gambling”.
- Membantu manusia unt menelaah suatu masalah tdk hanya terhenti pada fenomena atau gejala
penampakan saja, tetapi sanggup membantu mengungkapkan suatu masalah sampai kepada
masalah hakikinya.
- Membantu manusia meningkatkan kecerdasan dan tanggung jawab terutama kepada hati
nuraninya sendiri.
- Memberikan pelita dalam masalah-masalah ilmu dan iman

DAFTAR PUSTAKA

Franz Magnis-Suseno, 1992, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, Kanisius, Yogyakarta.


Jan Hendrik Rapar, 1996, Pengantar Filsafat, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Kattsoff . Louis O., 1992, Pengantar Filsafat Judul Asli Elements of Philosophy, alih bahasa
Soejono Soemargono, Tiara Wacana, Yogyakarta.
Sudarsono, 1993, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Rineka Cipta, Jakarta
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, 2001, Filsafat Ilmu,
Liberty, Yogyakarta.

OBJEK MATERIAL DAN OBJEK FORMAL

Objek Material
= Pokok persoalan (subject matter)/pokok bahasan, dibedakan :

Arti I : Bidang khusus dari penyelidikan faktual, contoh :


- Penelitian tentang atom termasuk bidang fisika
- Penelitian tentang klorofil termasuk bidang botani atau biokimia
- Penelitian tentang alam bawah sadar termasuk bidang psikologi

Arti II : Kumpulan pertanyaan pokok yang saling berhubungan, contoh :


- Anatomi dan fisiologi keduanya bertalian dengan struktur tubuh
- Anatomi mempelajari strukturnya
- Fisiologi mempelajari fungsinya
- Keduanya mempunyai pokok persoalan yang sama, namun dapat dikatakan beda

Kesimpulan, objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran, diselidiki,
dipelajari, mencakup : 
- Konkrit (manusia, tumbuhan, hewan dll.)
Kesimpulan :
- Para ahli di bidang ilmu tertentu mengarahkan perhatiannya pada salah satu dari objek
materialnya
- Melahirkan adanya otoritas dan otonomi (kemandirian) keilmuan, yaitu wewenang seseorang
ilmuwan untuk mengembangkan disiplin ilmunya tanpa campur tangan pihak luar

DAFTAR PUSTAKA 

Franz Magnis-Suseno, 1992, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, Kanisius, Yogyakarta.


Jan Hendrik Rapar, 1996, Pengantar Filsafat, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Kattsoff . Louis O., 1992, Pengantar Filsafat Judul Asli Elements of Philosophy, alih bahasa
Soejono Soemargono, Tiara Wacana, Yogyakarta.
Sudarsono, 1993, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Rineka Cipta, Jakarta
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, 2001, Filsafat Ilmu,
Liberty, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar
BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Berbincang mengenai filsafat baru mulai merebak di abad awal 20, namun france bacon

dengan metode induksi yang ditampilkannya pada abad 19 dapat dikatakan sebagai peletak dasar

filsafat ilmu khasanah bidang filsafat secara umum. Sebagian ahli filsafat berpandangan bahwa

perhatian yang besar terhadap peran dan fungsi filsafat ilmu mulai mengedepan tatkala ilmu

pengetahuan dan teknologi (Iptek) mengalami kemajuan yang sangat pesat.

 Dalam hal ini, ada semacam ke khawatiran yang muncul pada kalangan ilmuan dan

filsuf, termasuk juga kalanagan agamawan, bahwa kemajuan iptek dapat mengancam eksistensi

umat manusia, bahkan alam dan beserta isinya.

Para filsuf terutama melihat ancaman tersebut muncul lantaran pengembangan iptek

berjalan terlepas dari asumsi-asumsi dasar filosofisnya seperti landasan ontology, epistemologis

dan aksiologis yang cenderung berjalan sendiri-sendiri.

Untuk memahami gerak perkembangan iptek yang sedemikian itulah, maka kehadiran

filsafat ilmu sebagai upaya meletakkan kembali peran dan fungsi iptek sesuai dengan tujuan

semula, yakni mendasarkan diri dan concern terhadap kebahagian umat manusia, sangat di

perlukan, inilah beberapa pokok bahasan utama dalam pengenalan terhadap filsafat ilmu,

disamping objek dan pengertian filsafat ilmu yang kan dijelaskan terlebih dahulu.

B.     Rumusan Masalah


Agar Pembahasan dari makalah ini tidak melebar dan pembahasannya tetap

berkonsentrasi pada satu bahan judul maka kami dari pemakalah perlu menetapkan rumusan

masalah yang akan di bahas :

1.      Apakah pengertian filsafat ilmu itu ?

2.      Mencakup apa sajakah ruang lingkup filsafat ilmu ?

3.      Apa saja objek filsafat ilmu ?

4.      Apa saja kedudukan dan implikasi filsafat ilmu ?

5.      Bagaimana sejarah perkembangan filsafat ilmu serta aliran-alirannya ?

6.      Mencakup apa sajakah ruang lingkup Filsafat Dalam Keperawatan?

7.      Manfaat dan Peranannya Dalam Keperawatan ?

C.    Tujuan Penulisan

1.      Mengetahui apa itu filsafat ilmu.

2.      Mengetahui ruang lingkup filsafat ilmu.

3.      Mengetahui objek filsafat ilmu.

4.      Mengetahui kedudukan dan implikasi filsafat ilmu.

5.      Mengetahui sejarah perkembangan filsafat Ilmu serta aliran-alirannya.

6.      Mengetahui Lingkup Filsafat Dalam Keperawatan Dan Peranannya.

7.      Mengetahui Manfaat dan Peranannya Dalam Keperawatan

BAB II

PEMBAHASAN

A.     Pengertian Filsafat Ilmu


Filsafat ilmu adalah merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan

mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari

ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu

sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat

menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat

disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat

menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan

validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam

penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan

model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.

Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian

filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat ilmu.

1.      Robert Ackermann: Filsafat ilmu adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah

dewasa ini yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat terdahulu yang telah dibuktikan.

2.      Lewis White Beck: Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran

ilmiah serta mencoba menetapkan nilai  dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.

3.      Cornelius Benjamin: filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat ilmui yang menelaah

sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-

praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.

4.      May Brodbeck: filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafat ilmui,

pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.

Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu

merupakan telaah kefilsafat ilmuan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu,
yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat

ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat ilmu pengetahuan) yang secara spesifik

mengakaji hakikat ilmu, seperti :

Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?

Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan

pengetahuan ? (Landasan ontologis) Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya

pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan

agar mendapatkan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran

itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan

pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)Untuk apa pengetahuan yang berupa

ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah

moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ?

Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah

dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis).

B.      Ruang Lingkup Filsafat ilmu

Bidang garapan Filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang

menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren

dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat ilmu tentang apa dan bagai-

mana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme

atau spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham

ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing-masing

mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk

mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan

sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal

(Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman,

intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya

model-model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis,

positivisme, fenomenologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan

dan kelemahan sesuatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu

seped teori koherensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif.

Akslologi llmu meliputi nilal-nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna

terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang

menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik-material.

Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua

non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam

menerapkan ilmu.

Dalam perkembangannya Filsafat ilmu juga mengarahkan pandangannya pada Strategi

Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampal pada dimensi ke-

budayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti

maknanya bagi kehidupan

C.     Objek Filsafat ilmu

Objek Material filsafat ilmu Yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau

pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu

disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.
Menurut Dardiri (2000) bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang

ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang

ada itu di bagi dua, yaitu :

Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada

umumnya.Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan

tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).Objek

Formal filsafat ilmu yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau

pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu di sorot. Contoh : Objek

materialnya adalah manusia dan manusia ini di tinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda

sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi, antropologi,

sosiologi dan lain sebagainya.

D.     Kedudukan dan Implikasi Filsafat Ilmu dalam Pengetahuan

Di mana posisi filsafat ilmu ketika dihadapkan dengan Islamisasi ilmu pengetahuan. Pada

dasarnya filsafat ilmu bertugas memberi landasan filosofi untuk minimal memahami berbagai

konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan kemampuan untuk membangun teori

ilmiah. Secara substantif fungsi pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dan disiplin

ilmu masing-masing agar dapat menampilkan teori subtantif. Selanjutnya secara teknis

dihadapkan dengan bentuk metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoprasionalkan

pengembangan konsep tesis, dan teori ilmiah dari disiplin ilmu masing-masing.

Sedangkan kajiaan yang dibahas dalam filsafat ilmu adalah meliputi hakekat (esensi)

pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem-problem mendasar

ilmu pengetahuan seperti; ontologi ilmu, epistimologi ilmu dan aksiologi ilmu. Dari ketiga

landasan tersebut bila dikaitkan dengan Islamisasi ilmu pengetahuan maka letak filsafat ilmu itu
terletak pada ontologi dan epistimologinya. Ontologi disini titik tolaknya pada penelaahan ilmu

pengetahuan yang didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki seorang ilmuwan,

jadi landasan ontologi ilmu pengetahuan sangat tergantung pada cara pandang ilmuwan terhadap

realitas.

Manakala realitas yang dimaksud adalah materi, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu

empiris. Manakala realitas yang dimaksud adalah spirit atau roh, maka lebih terarah pada ilmu-

ilmu humanoria. Sedangkan epistimologi titik tolaknya pada penelaahan ilmu pengetahuan yang

di dasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran.

E.      Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu

Pemikiran filsafat ilmu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Namun pada dasarnya

filsafat ilmu baik dibarat, india dan Cina muncul dari yang sifatnya religius. Pembagian secara

periodesasi filsafat ilmu barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern dan

masa kini. Periodesasi filsafat ilmu cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman

neokonfusionisme dan zaman modern. Untuk cina adalah periode weda, biracarita, sutra-sutra

dan sekolastik. Dalam filsafat ilmu india yang penting adalah bagaimana manusia bisa berteman

dengan dunia bukan untuk menguasai dunia. Adapun filsafat ilmu islam hanya ada dua periode

yaitu: periode mutakalimin dan filsafat ilmu islam.

Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini tidaklah berlangsung secara

mendadak melainkan berlangsung secara bertahap. Karena untuk memahami sejarah

perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian secara periode yang

menampilkan ciri khas tertentu.


a)    Zaman Pra Yunani Kuno (Zaman Batu)

Pada abad VI SM yunani muncul lahirnya filsafat ilmu dan mulai berkembang suatu

pendekatan yang sama sekali berlainan. Mulai saat itu orang mencari jawaban rasional tentang

problem alam semesta.dengan demikian filsafat ilmu dilahirkan.

b)      Zaman yunani kuno

         Zaman keemasan yunani

Zaman yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat ilmu, karena pada masa

ini orang memiliki kebebasan untuk menguingkapkan ide atau pendapatnya. Yunani pada masa

itu dianggap sebagai gudang ilmu, karena yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-

mitologi.

c)      Masa Helinistis Romawi

Pada masa ini muncul beberapa aliran yaitu sebagai aliran sebagai berikut:

         stoisisme, menurut paham ini jagad raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut logos. Oleh

karena itu segala kejadian menurut ketetpan yang tidak dapat dihindari.

         epikurisme, segala-galanya terdiri dari atom-atom.

         skepisisme, mereka berfikir bahwa bidang teoritis manusia tidak sanggup mencapai kebenaran

         eklektisisme, suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur filsafat ilmu dari

aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh-sungguh.

         neoplatoisme, yakni paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat ilmu plato.

d)      Zaman Abad Pertengahan

Pada abad pertengahan mengalami 2 periode, yaitu:

         periode patriktis

         periode skolastik


e)       Zaman Renaissance

Ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi

kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang

bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur

tangan Illahi.

f)       Zaman Modern

Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan

pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman renaissance.

g)      Zaman Kontemporer (Abad XX Dan Seterus)

Fisi kawan termashur adalah Albert Einstein yang percaya akan kekekalan materi. Dengan

kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Zaman kontemporer ini ditandai dengan

penemuan teknologi-teknologi canggih yang terus berkembang hingga sekarang.

h)      Beberapa Aliran Filsafat Ilmu

Sejarah perjalanan perkembangan keyakinan dan pemikiran umat manusia tentang pendidikan

telah melahirkan sejumlah filsafat ilmu yang melandasinya. Dari berbagai filsafat ilmu yang ada,

terdapat tiga aliran paham yang dirasakan masih dominan pengaruhnya hingga saat ini, yang

secara kebetulan ketiganya lahir pada jaman abad pencerahan menejelang zaman modern.

         Nativisme atau Naturalisme, dengan tokohnya antara lain. J.J. Rousseau (1712-1778) dan

Schopenhauer (1788-1860 M). Paham ini berpendirian bahwa setiap bayi lahir dalam keadaan

suci dan dianugerahi dengan potensi insaniyah yang dapat berkembang secara alamiah. Karena

itu, pendidikan pada dasarnya sekedar merupakan suatu proses pemberian kemudahan agar anak
berkembang sesuai dengan kodrat alamiahnya. Pandangan ini diidentifikasikan sebagai konsepsi

pendidikan yang cenderung pesimistik.

         Empirisme atau Environtalisme, dengan tokohnya antara lain John Locke (1632-1704 M) dan J.

Herbart (1776-1841 M). Aliran ini berpandangan bahwa manusia lahir hanya membawa bahan

dasar yang masih suci namun belum berbentuk apapun, bagaikan papan tulis yang masih bersih

belum tertulisi (Tabula Rasa, Locke ) atau sebuah bejana yang masih kosong (Herbart). Atas

dasar itu, pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu proses pembentukan dan pengisian

pribadi peserta didik ke arah pola yang diinginkan dan diharapkan lingkungan masyarakatnya.

Pandangan ini diidentifikasikan sebagai konsepsi pendidikan yang cenderung optimistik.

         Konvergensionisme atau Interaksionisme, dengan tokohnya antara lain William Stern (1871-

1939). Pandangan ini pada dasarnya merupakan perpaduan dari kedua pandangan terdahulu.

Menurut pandangan ini, baik pembawaan anak maupun lingkungan merupakan faktor-faktor

yang determinan terhadap perkembangan dan pembentukan pribadi peserta didik. Oleh

karenanya, pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu rangkaian peristiwa interaksi antara

pembawaan dengan lingkungan. Pribadi peserta didik akan terbentuk sebagai resultante atau

hasil interaksi dari kedua faktor determinan tersebut. Pandangan ini diidentifikasikan sebagai

konsepsi pendidikan yang cenderung rasional.

F.     Ruang Lingkup Filsafat Dalam Keperawatan

Keperawatan saat ini tengah mengalami masa transisi panjang yang tampaknya belum

akan segera berakhir. Keperawatan yang awalnya merupakan vokasi dan sangat didasari

oleh mother instinct – naluri keibuan, mengalami perubahan atau pergeseran yang sangat

mendasar atas konsep dan proses, menuju keperawatan sebagai profesi. Perubahan ini terjadi
karena tuntutan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan secara

umum, perkembangan IPTEK dan perkembangan profesi keperawatan sendiri.

Keperawatan sebagai profesi harus didasari konsep keilmuan yang jelas, yang menuntun

untuk berpikir kritis-logis-analitis, bertindak secara rasional–etis, serta kematangan untuk

bersikap tanggap terhadap kebutuhan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan

keperawatan. Keperawatan sebagai direct human care harus dapat menjawab mengapa seseorang

membutuhkan keperawatan, domain keperawatan dan keterbatasan lingkup pengetahuan serta

lingkup garapan praktek keperawatan, basis konsep dari teori dan struktur substantif setiap

konsep menyiapkan substansi dari ilmu keperawatan sehingga dapat menjadi acuan untuk

melihat wujud konkrit permasalahan pada situasi kehidupan manusia dimana perawat atau

keperawatan diperlukan keberadaannya. Secara mendasar, keperawatan sebagai profesi dapat

terwujud bila para profesionalnya dalam lingkup karyanya senantiasa berpikir analitis, kritis dan

logis terhadap fenomena yang dihadapinya, bertindak secara rasional-etis, serta bersikap tanggap

atau peka terhadap kebutuhan klien sebagai pengguna jasanya. Sehingga perlu dikaitkan atau

dipahami dengan filsafat untuk mencari kebenaran tentang ilmu keperawatan guna memajukan

ilmu keperawatan.

Filsafat keperawatan merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan esensi

keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek keperawatan. Pendapat lain tentang

filsafat keperawatan adalah suatu ilmu yg mempalajari tentang cara berfikir seorang perawat

dalam menghadapi pasiennya tentang kebenaran dan kebijaksanaan sehingga tingkat

kesejahteraan dan kesehatan pasien dapat meningkat. Ilmu keperawatan jika dilihat dari sudut

pandang filsafat akan dapat muncul pertanyaan-pertanyaan antara lain pertanyaan ontologi ( apa
ilmu keperawatan ), pertanyaan epistemologi ( bagaimana lahirnya ilmu keperawatan ) dan

pertanyaan aksiologi ( untuk apa ilmu keperawatan itu digunakan ).

Jawaban pertanyaan ontologi tentang apa itu ilmu keperawatan dapat didefinisikan dalam

beberapa pendapat. Calilista Roy (1976) mendefinisikan bahwa keperawatan merupakan definisi

ilmiah yang berorientasi kepada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan

untuk memberikan pelayanan kepada klien. Sedangkan Florence Nightingale (1895)

mendefinisikan keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah menempatkan pasien dalam

kondisi paling baik bagi alam dan isinya untuk bertindak. Dari beberapa definisi di atas dapat

disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya pemberian pelayanan/asuhan yang

bersifat humanistic dan expert, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, serta standart pelayanan

dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat expert secara mandiri atau

melalui upaya kolaborasi.

Jawaban pertanyaan epistemologi tentang bagaimana lahirnya ilmu keperawatan

berkaitan dengan kehidupan dahulu. Secara naluriah keperawatan lahir bersamaan dengan

penciptaan manusia. Orang-orang pada zaman dahulu hidup dalam keadaan original. Namun

demikian mereka sudah mampu memiliki sedikit pengetahuan dan kecakapan dalam merawat

atau mengobati. Perkembangan keperawatan dipengaruhi oleh semakin majunya peradaban

manusia maka semakin berkembang keperawatan. Pekerjaan “merawat” dikerjakan berdasarkan

naluri (instink) “mother instinct” (naluri keibuan) yang merupakan suatu naluri yang bersendi

pada pemeliharaan jenis (melindungi anak, dan merawat orang lemah). Diawali ole seorang

Florence Nightingale yang mengamati fenomena bahwa pasien yang dirawat dengan keadaan

lingkungan yang bersih ternyata lebih cepat sembuh dibanding pasien yang dirawat dalam

kondisi lingkungan yang kotor. Hal ini membuahkan kesimpulan bahwa perawatan lingkungan
berperan dalam keberhasilan perawatan pasien yang kemudian menjadi paradigma keperawatan

berdasarkan lingkungan. Sehingga semenjak itu banyak pemikiran baru yang didasari dengan

berbagai tehnik untuk mendapatan kebenaran baik dengan cara Revelasi (pengalaman pribadi),

otoritas dari seorang yang ahli, intuisi (diluar kesadaran), dump common sense (pengalaman

tidak sengaja), dan penggunaan metode ilmiah dengan penelitian-peneltian dalam bidang

keperawatan. Misalnya Peplau (1952) menemukan  teori interpersonal sebagai dasar perawatan.

Orlando (1961) menemukan teori komunikasi sebagai dasar perawatan. Roy (1970) menemukan

teori adaptasi sebagai dasar perawatan. Johnson (1961) menemukan stabilitas sebagai tujuan

perawatan dan Rogers (1970) menemukan konsep manusia yang unik.

Jawaban pertanyaan aksiologis diatas dapat dijelaskan bahwa ilmu keperawatan

digunakan sebagai ilmu, pedoman, dan dasar dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada

pasien dengan berbagai tingkatan dari individu, keluarga, kelompok bahkan sampai masyarakat

luas guna meningkatkan derajat kesehatan pasien tersebut. Sehingga bisa merubah kondisi

seseorang atau sekelompok orang dari kondisi sakit menjadi sembuh dan yang sudah sehat dapat

mempertahankan atau mengoptimalkan derajat kesehatannya.

Hakekat manusia sebagai makhluk biopsikososio dan spritual, pada hakekatnya

keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat, profesi yang berorientasi pada pelayanan, memiliki

tingkat klien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) serta pelayanan yang mencakup

seluruh rentang pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Adapun hakekat keperawatan adalah

sebagai berikut:

a)      Sebagai ilmu dan seni, merupakan suatu ilmu yang didalam aplikasinya lebih kearah ilmu

terapan.
b)      Sebagai profesi yang berorientasi kepada pelayanan umtuk membantu manusia mengatasi

masalah sehat dan sakit dalam kehidupannya untuk mencapai kesejahteraan.

c)      Sebagai pelayanan kesehatan yang memiliki tiga sasaran, diantaranya individu, keluarga dan

masyarakat sebagai klien.

d)     Sebagai kolaborator dengan tim kesehatan lainnya dalam pembinaan kesehatan, pencegahan

penyakit, penentuan diagnosis dini, penyembuhan serta rehabilitasi dan pembatasan penyakit.

Sedangkan esensinya yang meliputi:

a)      Memandang pasien sebagai makhluk yang utuh (holistik) yang harus dipenuhi segala

kebutuhannya baik biospikososio dan spritual yang diberikan secara komprehensif dan tidak bisa

dilakukan secara sepihak atau sebagian dari kebutuhannya.

b)      Bentuk pelayanan keperawatan harus diberikan secara langsung dengan memperhatikan aspek

kemanusiaan.

c)      Setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang perbedaaan suku, kepercayaan,

status sosial, agama dan ekonomi.

d)     Pelayanan keperawatan tersebut merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan

mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan bukan sendiri-sendiri.

e)      Pasien adalah mitra aktif dalam pelayanan kesehatan bukan sebagai penerima jasa yang pasif.

Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkan pada asumsi bahwa human

science and human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan keperawatan.

Sebagai human science keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan

estetia, humanities dan kiat/art (Watson,1985). Sebagai pengetahuan tentang human care

fokusnya untuk mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti dinyatakan

oleh Watson (1985) human care is the heart of nursing atau Leininger (1984) yang
menekankan caring is the central and unifying domain for the body of knowledge and practices

of nursing.

Dalam eksplikasi sains tentang human care, pencarian harus termasuk pada beragam

metoda untuk memperoleh pemahaman utuh dari human phenomena. Pencarian ini harus

memfasilitasi integrasi pengetahuan dari biomedical, perilaku, sosiokultural, seni dan humaniora

untuk menemukan pengetahuan keperawatan baru. Melalui strategi integrasi dan analisis, dunia

objektifitas dapat dihubungkan dengan dunia subjektif dari pengalaman manusia untuk

mencapai linkage ini. Perspektif tentang human science memberi kesempatan bagi pemikir atau

peneliti keperawatan untuk melakukan telaah terhadap keilmuan keperawatan dan arahnya, guna

meletakkan dasar-dasarsubject matter serta tanggung jawab ilmiah dan sosialnya. Melalui

perspektif ini, kajian terhadap makna, nilai etika tentang manusia, kesehatan dan keperawatan

dapat dilakukan.

Dalam konteks ini, pemahaman tentang human science berbasis pada filosofi tentang

kebebasan, pilihan dan tanggung jawab manusia biologi dan psikologi tentang keutuhan

manusiawi (holism). Epistemologi bukan hanya secara empiris tetapi juga pengembangan estetis,

nilai-nilai etis, intuisi dan proses eksplorasi dan penemuan konteks hubungan, dan proses

interaksi antar manusia.

Relevansi antara filsafat ilmu dengan keperawatan dapat dijelaskan sebagai berikut :

Filsafat keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas,

serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasakan pada alasan logis daripada

metoda empiris. Filsafat keilmuan harus menunjukkan bagaimana pengetahuan ilmiah

sebenarnya dapat diaplikasikan yang kemudian menghasilkan pengetahuan alam semesta, dalam

hal ini pengetahuan keperawatan, sehingga filsafat keperawatan adalah keyakinan dasar tentang
pengetahuan keperawatan yang mengandung pokok pemahaman biologis manusia dan

perilakunya dalam keadaan sehat dan sakit terutama berfokus kepada respons mereka terhadap

situasi.

G.    Manfaat dan Peranannya Dalam Keperawatan

Manfaat/peranan Filsafat dalam Ilmu Keperawatan Dalam pengembangan ilmu keperawatan

tidak bisa terlepas dari peranan filsafat didalamnya. Adapun manfaat atau peranan filsafat dalam

keperawatan antara lain adalah :

a)      Memudahkan proses keperawatan karena tanpa mempelajari filsafat ilmu keperawatan maka

akan semakin sulit melaksanakan proses keperawatan

b)      Dengan mengetahui dan melaksanakan perilaku yang mengandung makna, rasa cinta terhadap

kebijaksanaan, terhadap pengetahuan, terhadap hikmah dan ucapannya yang baik dan sopan

seseorang dapat mengetahui bagaimana landasan dasar dari ilmu keperawatan tersebut

c)      Dapat memecahkan suatu permasalahan meliputi dampak teknologi, sosial budaya, ekonomi,

pengobatan alternatif, kepercayaan spritual dan masih banyak yang lainnya mengenai seluk

beluk lingkup profesi keperawatan yang semuanya digunakan dalam hal pencapaian

profesionalisme seorang perawat

d)     Menghindari dan meminimalisasi kesalahpahaman dan konflik dalam pencarian kebenaran

tentang ilmu keperawatan

e)      Sebagai dasar dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan untuk bertindak melalui

pengalaman-pengalaman yang sudah ada

f)       Mendapatkan kebenaran tentang hal-hal yang dianggap belum pasti apakah tindakan yang kita

lakukan dan pendapat yang kita keluarkan itu adalah benar atau salah, misalnya jika kita

melakukan tindakan seperti injeksi terhadap klien kita harus tahu terlebih dahulu prosedur-
prosedur apa saja yang dilakukan, jadi setelah kita mengetahuinya maka kita akan melakukan

tindakan itu secara benar

g)      Dengan filsafat seorang perawat dapat menggunakan kebijaksanaan yang dia peroleh dari

filsafat sehingga perawat tersebut dapat lebih berfikir positif (positif thinking) dan dengan positif

thinking tersebut seorang perawat dapat menjalankan tugasnya dengan baik sehingga pasien

yang tadinya susah berkomunikasi dapat menjadi lebih dapat berkomunikasi dengan baik dan

akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan pasien tersebut

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Filsafat ilmu adalah tinjauan kritis tentang pendapat ilmiah dengan menilai metode-

metode pemikirannya secara netral dalam kerangka umum cabang pengetahuan intelektual

Ruang lingkup filsafat ilmu melingkupi ontologi ilmu yang mengupas hakikat dari ilmu itu

sendiri, epistemologi ilmu yang membahas tatacara dan landasan untuk mencapai pengetahuan

ilmiah tersebut dan terakhir aksiologi ilmu yang meliputi nilai-nilai normatif dalam pemberian

makna terhadap kebenaran atau kenyataan.

Objek dari filsafat ilmu dapat bersifat umum dan bersifat khusus yang terbagi menjadi dua yaitu

secara mutlak dan tidak mutlak

sejarah perkembangan filsafat sudah dimulai sejak zaman yunani kuno dengan tokoh-tokoh

terkenal seperti aristoteles, plato, thales dan sebagainya, kemudian dilanjutkan pada zaman abad

pertengahan yang digawangi oleh para pemuka agama dengan terpengaruh pada pemikiran tokoh
yunani kuno. perkembangan filsafat selanjutnya adalah zaman renaissance atau kebangkitan

kembali yang berpendapat pada kebebasan manusia dan tidak didasarkan pada campur tangan

tuhan. perkembangan terakhir yaitu pada zaman modern yang ditandai dengan beruntunnya

penemuan-penemuan ilmiah dan mutakhir yang dirintis pada zaman renaissaince

DAFTAR PUSTAKA

Abbas Hamami M. 1976. Filsafat (Suatu Pengantar Logika Formal-Filsafat

Pengatahuan).Yogyakarta : Yayasan Pembinaan Fakultas Filsafat UGM.

___________. 1982. Epistemologi Bagian I Teori Pengetahuan. Diktat. Yogyakarta:

Fakultas Filsafat UGM.

__________. 1980. Disekitar Masalah Ilmu; Suatu Problema Filsafat. Surabay: Bina Ilmu.

___________. Epistimologi Masa Depan dalam jurnal filsafat. Seri 1, februari 1990.

Ismaun. 2001. Filsafat ilmu (Diktat Kuliah). Bandung : UPI Bandung.

Jujun S. Suriasumantri. 1982. Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer.  Jakarta: Sinar

Harapan.

Ismaun, (2001), Filsafat ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.

Jujun S. Suriasumantri, (1982), Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Sinar

Harapan.

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/bf/Button_pagename.png
Hidayat A aziz alimul. 2002. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan.EGC, salemba

medika: Jakarta

Diposkan oleh ZUL QIFLI di 08.52


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
MODEL DAN KONSEP KEPERAWATAN

Model adalah contoh, menyerupai, merupakan pernyataan simbolik tentang fenomena,


menggambarkan teori dari skema konseptual melalui penggunaan symbol dan diafragma.

Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu obyek, benda, suatu peristiwa
atau fenomena berdasarkan pengalaman dan persepsi seseorang berupa ide, pandangan atau
keyakinan.

Kumpulan beberapa konsep ke dalam suatu kerangka yang dapat dipahami membentuk suatu
model atau kerangka konsep. Konsep dapat dianalogikan sebagai batu bata dan papan untuk
membangun sebuah rumah dimana rumah yang dibangun diibaratkan sebagai kerangka konsep.
(more…)

Filed under: CATATAN KULIAH, FILSAFAT ILMU KEPERAWATAN | Ditandai: Dorothea


E. Orem, Dorothy E. Johnson, Ernestine Weidenbach, Faye G. Abdellah, Hildergerad E. Peplau,
Ida Jean Orlando, Imogine M. King, jean watson, Josephine G. Paterson, Joyce Travelbee, Lydia
E. Hall, Madeline M. Leininger, Margaret A. Newman, Martha E. Rogers, Sister Calista Roy | 1
Komentar »

APLIKASI MODEL HEALTH PROMOTION NOLA


J. PENDER
Posted on 24 Maret 2011 by andaners

APLIKASI MODEL HEALTH PROMOTION

NOLA J. PENDER PADA KASUS IBU PRIMIPARA TRIMESTER III

A. Gambaran Kasus

Ny. M (25 th), G1 P0 A0, umur kehamilan 38-39 minggu. Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi
90x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu 37°C. Keadaan umum baik, penampilan rapi, gaya
berjalan lordosis, mudah kelelahan dan kadang-kadang timbul his. Konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, tidak ada gangguan penglihatan. Nafsu makan baik, 3x sehari diselingi bubur
dan susu, BB bertambah 11 kg dari sebelum hamil. BAB 1x sehari, BAK lebih sering terutama
malam hari. Tidur 8 jam/hari, lelap dan bangun tampak segar. Riwayat menarche usia 13 th,
siklus haid 30 hari selama 5-6 hari.

(more…)

Filed under: CATATAN KULIAH, FILSAFAT ILMU KEPERAWATAN | Ditandai: grand


theory, health promotion, nola j pender, nursing theory, sains keperawatan | 1 Komentar »

Teori Filosofi Keperawatan Jean Watson


Posted on 18 Maret 2011 by andaners

TEORI FILOSOFI KEPERAWATAN

JEAN WATSON

A. Dasar Pemikiran

1. Filosofi / Keyakinan

Keperawatan menurut Jean Watson adalah

“….Human science of person and human health-illness experiences that are mediated by
professional, personal, scientific, esthetic, and ethical human are transaction..”

Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkam pada asumsi bahwa human science
and human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human
science keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan estetika,
humanities, dan kiat/art (Watson, 1985). Sebagai pengetahuan tentang human care fokusnya
untuk mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti yang dinyatakan
oleh Watson (1985) “human care is the heart of nursing”. Pandangan tentang keperawatan
sebagai science tentang human care adalah komprehensif. Ini termasuk pengembangan
pengetahuan sebagai basis dalam area: (more…)

Filed under: FILSAFAT ILMU KEPERAWATAN | Ditandai: filosofi keperawatan, filsafat


keperawatan, jean watson | 1 Komentar »

Teori keperawatan Menurut Jean Watson


Posted on 18 Maret 2011 by andaners

MANUSIA sebagai FOKUS SENTRAL


Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkan pada asumsi bahwa human science
and human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human
science keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan estetia, humanities
dan kiat/art (Watson,1985). Sebagai pengetahuan tentang human care fokusnya untuk
mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti dinyatakan oleh Watson
(1985) human care is the heart of nursing. Pandangan tentang keperawatan sebagai sains tentang
human care adalah komprehensif. Ini termasuk pengembangan pengetahuan sebagai basis dalam
area-area : (more…)

Filed under: FILSAFAT ILMU KEPERAWATAN, info perawat | Ditandai: filsafat keperawatan,
jean watson, teori keperawatan | Tinggalkan sebuah Komentar »

Panduan RJP Terbaru 2010 AHA: Dahulukan


Kompresi Dada
Posted on 6 Desember 2010 by andaners

The American Heart Association (AHA)


mengeluarkan panduan untuk melakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru) terbaru. Rekomendasi
terbaru menunjukkan bahwa penolong harus lebih berfokus pada kompresi dada ketimbang
pernapasan buatan melalui mulut.

Panduan terdahulu (2005) menekankan pada penanganan “ABC” (Airway, Breathing, Chest
Compression) yaitu dengan melakukan pemeriksaan jalan napas, melakukan pernapasan buatan
melalui mulut, kemudian memulai kompresi dada. Panduan terbaru (2010) yang dikeluarkan oleh
AHA lebih menekankan pada penanganan “CAB” (Chest Compression, Airway, Breathing) yaitu
dengan terlebih dahulu melakukan kompresi dada, memeriksa jalan napas kemudian melakukan
pernapasan buatan. Panduan ini juga mencatat bahwa pernapasan buatan melalui mulut boleh
tidak dilakukan pada kekhawatiran terhadap orang asing dan kurangnya pelatihan formal.
Sebenarnya, seluruh metode ini memiliki tujuan yang sama, yaitu membuat aliran darah dan
oksigen tetap bersirkulasi secepat mungkin. (more…)

Filed under: ASUHAN KEPERAWATAN, CATATAN KULIAH, Emergency Nurse,


FILSAFAT ILMU KEPERAWATAN, info perawat, Kebutuhan Dasar Manusia, Keperawatan
Gawat Darurat, KONSEP DASAR KEPERAWATAN, POLEWALI MANDAR, STIKES Bina
Generasi | Ditandai: ABC, AHA, CAB, CPR, CPR 2010, EMERGENCY, emergency nurse,
GADAR, GAWAT DARURAT, Keperawatan GAwat Darurat, New CPR, Nurse emergency,
Resusitasi Jantung Paru, Resusitasi jantung Paru Terbaru, RJP, RJP 2010, RJP Terbaru, RJP
Terbaru 2010 | 1 Komentar »

KDK: Konsep Dasar Keperawatan Gerontik


Posted on 2 Desember 2010 by andaners

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK

PENGERTIAN
Ilmu + Keperawatan + Gerontik
•Ilmu : pengetahuan dan sesuatu yang dapat dipelajari
•Keperawatan : konsisten terhadap hasil lokakarya nasional keperawatan 1983
•Gerontik : gerontologi + geriatrik
•Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses penuaan/masalah
yang timbul pada orang yang berusia lanjut.
•Geriatrik berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia lanjut.
•Keperawatan Gerontik : suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan
kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik,
ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.

(more…)

Filed under: ASUHAN KEPERAWATAN, CATATAN KULIAH, FILSAFAT ILMU


KEPERAWATAN, info perawat, Kebutuhan Dasar Manusia, Keperawatan Gerontik, KONSEP
DASAR KEPERAWATAN, STIKES Bina Generasi | Ditandai: asuhan keperawatan, ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN STROKE, CATATAN KULIAH, dasar gerontik, FILSAFAT
ILMU KEPERAWATAN, gerontik, ILMU KEPERAWATAN, info perawat,
KEPERAWATAN, keperawatan gerontik, KEPERAWATAN KOMUNITAS, konsep, KONSEP
DASAR KEPERAWATAN, perawat, POLEWALI MANDAR, STIKes Bina Generasi, teori
gerontik | 1 Komentar »

MAU DI BAWA KEMANA KEPERAWATAN???


Posted on 23 November 2010 by andaners

PROSPEK LULUSAN PERAWAT


(DIPLOMA III KEPERAWATAN & NERS)
DI INDONESIA

Profesi perawat di Indonesia pada 10 tahun


terakhir ini menjadi profesi yang menarik untuk disimak.

Fenomena pertama adalah semakin terbukanya kesempatan dan tawaran bekerja di Luar negeri
(negara Timur Tengah dan Eropa).

Fenomena Kedua adalah semakin meningkatnya animo masyarakat menyekolahkan anaknya di


Akademi keperawatan (AKPER).

Dan fenomena yang ketiga adalah semakin menjamurnya Pendidikan Keperawatan (setingkat
Diploma III) di Indonesia.

Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana prospek lulusannya, apakah mereka memang
merupakan lulusan yang berkualitas dan siap bersaing untuk bekerja di Luar negeri. Hal ini
didasarkan sangat sedikit sekali kesempatan untuk menjadi PNS dan keterbatasan Institusi untuk
menerima para lulusan Perawat tersebut. Memang kalau kita membahas siapa yang salah, tidak
akan pernah ada habisnya. Hal utama yang harus dipikirkan adalah bagaimana memberikan
solusi terbaik, agar para lulusan perawat tersebut mempunyai prospek yang jelas di hari esok.
(more…)

Filed under: ASUHAN KEPERAWATAN, CURHATAN GUE AJAH.., FILSAFAT ILMU


KEPERAWATAN, info perawat, KONSEP DASAR KEPERAWATAN | Ditandai: Akper, DIII
Keperawatan, kopertis, MAU DI BAWA KEMANA KEPERAWATAN, Perawat Arab Saudi,
Perawat ke jepang, Perawata Pendidik. SMK Keperawatan, POLEWALI MANDAR, S1
Keperawatan, STIKES, STIKes Bina Generasi | 2 Komentar »
TUGAS INDIVIDU FILSAFAT ILMU KEPERAWATAN
Posted on 23 November 2010 by andaners

TUGAS INDIVIDU UNTUK MAHASISWA KEPERAWATAN SMT I STIKes BINA


GENERASI 2010/2011

SOAL:

“Apa yang anda ketahui tentang Filsafat Ilmu Keperawatan, dan Bagaiman Pengaruh dan
manfaatnya bagi Ilmu Keperawatan?”

Ketentuan:

 Tulis Nama dan NIM sebelum menjawab/memberi komentar


 Jawaban tidak boleh sama/copy-paste dari jawaban orang sebelunya
 Jawaban ditunggu paling lambat hari Sabtu 27 November 2010 pukul 18.00 wita
 Yang dahulu menjawab dengan baik akan mendapat skor tertinggi dan yang paling akhir
mendapat skor ter rendah…

Filed under: FILSAFAT ILMU KEPERAWATAN, POLEWALI MANDAR, STIKES Bina


Generasi, Tugas Individu | 63 Komentar »

Jadi Perawat??? Ogah Ach…!!!


Posted on 16 November 2010 by andaners
Ada suatu fenomena yang
menarik dalam “Ruang Keperawatan Indonesia”, Judul diatas adalah sebuah jawaban yang sering
akan kita dapatkan ketika pertanyaan itu akan kita tanyakan kepada masyarakat secara umum.

Mereka akan dengan bangganya menyampaikan jawaban : “YA” ketika mereka diberi tawaran
untuk melanjutkan study pada peminatan yang masih di anggap berada pada level yang tinggi di
kalangan masayarakat Indonesia seperti : (ekonomi, tekhnik, hukum, kedokteran dsb). Tapi
mereka akan dengan cepat menggelengkan kepala dengan jawaban ÖGAH-AH” ketika mereka
ditanya tentang kesempatan untuk melanjutkan di peminatan “KEPERAWATAN”.
(more…)

Filed under: ASUHAN KEPERAWATAN, CATATAN KULIAH, CURHATAN GUE AJAH..,


Emergency Nurse, FILSAFAT ILMU KEPERAWATAN, info perawat, Keperawatan Anak,
Keperawatan Gawat Darurat, KEPERAWATAN KOMUNITAS, Keperawatan Maternitas,
kesehatan, KONSEP DASAR KEPERAWATAN, STIKES Bina Generasi | Ditandai: asuhan
keperawatan, CATATAN KULIAH, CURHATAN GUE AJAH.., emergency nurse, FILSAFAT
ILMU KEPERAWATAN, info perawat, jadi perawat, Keperawatan Anak, Keperawatan GAwat
Darurat, KEPERAWATAN KOMUNITAS, Keperawatan Maternitas, KESEHATAN, KONSEP
DASAR KEPERAWATAN, Ogah, STIKes Bina Generasi | 1 Komentar »

Ternyata Rokok Tidak Berbahaya


Posted on 8 Agustus 2010 by andaners

Disekitar kita tidak sedikit dari mereka yang kawatir


akan bahaya merokok bahkan ada yang sangat takut dengannya. Saya berharap mulai sekarang
mereka tidak perlu kawatir dan merasa takut lagi. Karna dari penyelidikan beberapa pakar
kesehatan mengatakan rokok itu sama sekali tidak berbahaya bagi kesehatan. Bahkan mereka
berusaha membuktikannya dengan kisah-kisah yang sudah lama terpendam sejak zaman dahulu
kala. Dari kisah-kisah yang mereka selidiki, ternyata nenek moyang kita secara tidak sengaja
telah menemukan bukti bukti bahawa rokok tidak berbahaya bagi si-pengisap rokok, bahkan
kenyataannya pengisap rokok tetap sehat walafiat.

Baca Selengkapnya

Filed under: ASUHAN KEPERAWATAN, CATATAN KULIAH, CURHATAN GUE AJAH..,


FILSAFAT ILMU KEPERAWATAN, info perawat, Keperawatan Gawat Darurat,
KEPERAWATAN KOMUNITAS, KONSEP DASAR KEPERAWATAN | Ditandai: asuhan
keperawatan, BAHAYA ROKOK, CATATAN KULIAH, emergency nurse, ILMU
KEPERAWATAN, info perawat, jadi perawat, Keperawatan Anak, Keperawatan GAwat
Darurat, KEPERAWATAN KOMUNITAS, Keperawatan Maternitas, KESEHATAN,
KEUTAMAAN ROKOK, KONSEP DASAR KEPE

Anda mungkin juga menyukai