Objek Formal
Adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap objek
materialnya, serta prinsip-prinsip yang digunakannya,
HAKIKAT FILSAFAT
Oleh: Riwayati, S.Kp
1. Pengantar
Filsafat adalah mater scientiarum atau induk ilmu pengetahuan. Filsafat disebut induk
pengetahuan karena memang filsafatlah yang telah melahirkan segala ilmu pengetahuan yang
ada.
Modul ini hendak memandu mahasiswa untuk memperoleh gambaran tentang hakekat filsafat
yang meliputi : (1) pengertian filsafat secara luas dalam arti harafiah, operasional, dari sudut
materinya, serta sebagai produk atau hasil pemilsafatan dan menurut para filsuf, (2) problema
sentral filsafat, (3) Ruang lingkup (pembagian) filsafat dilihat dari sudut karakteristik objeknya,
(4) Asal muasal manusia berfilsafat, (5) sifat dasar filsafat, (6) peranan filsafat, dan (7) kegunaan
filsafat
4. Kegiatan Belajar
4.1.1. Uraian
Pengertian filsafat dapat didekati paling sedikit dari segi : 1) filsafat dalam arti harfiah, filsafat
secara operasional, filsafat dari sudut isinya (materinya), dan filsafat sebagai product atau hasil
pemilsafatan.
1) Plato : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
2) Aristoteles : Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung di
dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika (filsafat
keindahan).
3) Rene Descartes : Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, Alam dan
manusia menjadi pokok penyelidikan.
4) Immanuel Kant : Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pokok pangkal dari segala
pengetahuan, yang didalamnya tercakup masalah epistemology (filsafat pengetahuan) yang
menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui ? Masalah Etika yang menjawab persoalan apa
yang harus kita kerjakan ? masalah Ke-Tuhan-an (keagamaan) yang menjawab persoalan
harapan kita dan masalah manusia.
4.2.1. Uraian
Jika pandangan-pandangan yang beraneka ragam tentang filsafat, kita rangkum, maka ternyata
bahwa problema sentral filsafat adalah usaha manusia untuk mencari hakiki, keberadaannya,
hakikat manusia dalam hubungan dengan alam semesta, di mana manusia itu menempatkan
dirinya di dalamnya. Masalah pokok dalam hal ini adalah “the meaning of human life”, dalam
rangka “the significance of the world.” Segi-segi manusia dan kemanusiaan adalah beraneka
ragam, maka ruang lingkup filsafat adalah sesuai dengan segi-segi manusia dalam kaitannya
dengan hakekat dunia dan alam semesta. Dengan demikian maka dikenal 2 segi pokok : 1) “The
world outlook”, dan “The destiny of man”, 2) Masalah metode berpikir
2) Yang mempelajari dasar-dasar pokok “pengetahuan” yang mendalam oleh manusia ialah
“epistemology” (the philosophy of knowledge).
3) Yang mempelajari masalah hakikat misalnya tentang hakikat manusia dan hakikat-hakikat
yang lain ialah : ‘ontologi” (the philosophy of being, of essential)
4) Yang mempelajari nilai-nilai kemasyarakatan baik nilai-nilai tujuan filisofis ialah axiology
(the philosophy of value).
5) Yang mempelajari nilai-nilai akhlak, moral, budi luhur masing-masing diri manusia ialah
“etika” (the philosophy of conduct).
6) Yang mempelajari nilai-nilai keindahan ialah “ estetika” (the philosophy of art).
7) Yang mempelajari ciri-ciri paling mendasar dan paling luas dari segala pengalaman manusia
dipelajari oleh “metaphysika”.
4.3.1. Uraian
Apabila dilihat dari sudut karakteristik objeknya, filsafat dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu (1) Filsafat Umum atau Filsafat Murni, dan (2) Filsafat Khusus atau Filsafat Terapan.
Filsafat Umum mempunyai objek : (1) hakikat kenyataan segala sesuatu (Metafisika), yang
termasuk di dalamnya hakikat secara keseluruhan (Ontologi), kenyataan tentang alam atau
kosmos (Kosmologi), kenyataan tentang Tuhan (Teologi); (2) hakikat mengetahui kenyataan
(Epistemologi); (3) hakikat menyusun kesimpulan pengetahuan tentang kenyataan (Logika); dan
(4) hakikat menilai kenyataan (Aksiologi), antara lain tentang hakikat nilai yang berhubungan
dengan baik dan jahat (Etika) serta nilai yang berhubungan dengan indah dan buruk (Estetika).
Filsafat khusus (terapan) akan dibahas tersendiri pada modul berikutnya.
4.4.1. Uraian
Bagaimanakah filsafat tercipta ? Apa yang menyebabkan manusia berfilsafat ? sesungguhnya ada
empat hal yang merangsang manusia untuk berfilsafat, yaitu : ketakjuban, ketidakpuasan, hasrat
bertanya dan keraguan.
4.4.1.1. Ketakjuban
Banyak filsuf mengatakan bahwa yang menjadi awal kelahiran filsafat adalah thaumasia
(kekaguman, keheran, atau ketakjuban). Dalam karyanya yang berjudul Metafisika, Aristoteles
mengatakan bahwa karena ketakjuban manusia mulai berfilsafat. Pada mulanya manusia takjub
memandang benda-benda aneh di sekitarnya, lama kelamaan ketakjubannya semakin terarah
pada hal-hal yang lebih luas dan besar, seperti perubahan dan peredaran bulan, matahari,
bintang-bintang, dan asal mula alam semesta.
Objek ketakjuban ialah segala sesuatu yang ada dan dapat diamati. Itulah sebabnya, bagi Plato
pengamatan terhadap bintang-bintang, matahari, dan langit merangsang manusia untuk
melakukan penelitian. Penelitian terhadap apa yang diamati demi memahami hakikatnya itulah
yang melahirkan filsafat.
4.4.1.2. Ketidakpuasan
Sebelum filsafat lahir, berbagai mitos dan mite memainkan peranan yang amat penting dalam
kehidupan manusia. Berbagai mitos dan mite berupaya menjelaskan asal mula dan peristiwa-
peristiwa yang terjadi di alam semesta serta sifat-sifat peristiwa itu. Akan tetapi, ternyata
penjelasan dan keterangan yang diberikan oleh mitos dan mite-mite itu makin lama makin tidak
memuaskan manusia. Ketidakpuasan inilah yang membuat manusia terus menerus mencari
penjelasan dan keterangan yang lebih pasti dan meyakinkan.
Manusia yang terus menerus mencari penjelasan dan keterangan yang lebih pasti dan
meyakinkan itu lambat laun mulai berpikir secara rasional. Akibatnya, akal budi semakin
berperan. Berbagai mitos dan mite yang diwariskan oleh tradisi turun temurun semakin tersisih
dari peranannya semula yang begitu besar dan lahirlah filsafat, yang pada masa itu mencakup
seluruh ilmu pengetahuan yang ada dan telah dikenal.
4.4.1.4. Keraguan
Manusia selaku penanya mempertanyakan sesuatu dengan maksud untuk memperoleh kejelasan
dan keterangan mengenai sesuatu yang dipertanyakan itu.
Manusia bertanya bisa karena ia masih meragukan kejelasan dan kebenaran dari apa yang telah
diketahuinya. Jadi, jelas terlihat bahwa keraguanlah yang turut merangsang manusia untuk
bertanya dan terus bertanya, yang kemudian menggiring manusia untuk berfilsafat.
4.5.1. Uraian
Menurut Rapar (1996) paling sedikit ada lima sifat dasar filsafat, yaitu : (1) berpikir radikal, (2)
mencari asas, (3) memburu kebenaran, (4) mencari kejelasan, (5) berpikir rasional.
KEGUNAAN FILSAFAT
4.6.1. Uraian
Paling tidak ada empat kegunaan filsafat bagi manusia, diantaranya adalah :
- Mendidik dan melatih manusia unt merumuskan pikiran-pikiran secara logis, sistematis,
objektif, methodis dan “ gambling”.
- Membantu manusia unt menelaah suatu masalah tdk hanya terhenti pada fenomena atau gejala
penampakan saja, tetapi sanggup membantu mengungkapkan suatu masalah sampai kepada
masalah hakikinya.
- Membantu manusia meningkatkan kecerdasan dan tanggung jawab terutama kepada hati
nuraninya sendiri.
- Memberikan pelita dalam masalah-masalah ilmu dan iman
DAFTAR PUSTAKA
Objek Material
= Pokok persoalan (subject matter)/pokok bahasan, dibedakan :
Kesimpulan, objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran, diselidiki,
dipelajari, mencakup :
- Konkrit (manusia, tumbuhan, hewan dll.)
Kesimpulan :
- Para ahli di bidang ilmu tertentu mengarahkan perhatiannya pada salah satu dari objek
materialnya
- Melahirkan adanya otoritas dan otonomi (kemandirian) keilmuan, yaitu wewenang seseorang
ilmuwan untuk mengembangkan disiplin ilmunya tanpa campur tangan pihak luar
DAFTAR PUSTAKA
Poskan Komentar
BAB I
PENDAHULUAN
Berbincang mengenai filsafat baru mulai merebak di abad awal 20, namun france bacon
dengan metode induksi yang ditampilkannya pada abad 19 dapat dikatakan sebagai peletak dasar
filsafat ilmu khasanah bidang filsafat secara umum. Sebagian ahli filsafat berpandangan bahwa
perhatian yang besar terhadap peran dan fungsi filsafat ilmu mulai mengedepan tatkala ilmu
Dalam hal ini, ada semacam ke khawatiran yang muncul pada kalangan ilmuan dan
filsuf, termasuk juga kalanagan agamawan, bahwa kemajuan iptek dapat mengancam eksistensi
Para filsuf terutama melihat ancaman tersebut muncul lantaran pengembangan iptek
berjalan terlepas dari asumsi-asumsi dasar filosofisnya seperti landasan ontology, epistemologis
Untuk memahami gerak perkembangan iptek yang sedemikian itulah, maka kehadiran
filsafat ilmu sebagai upaya meletakkan kembali peran dan fungsi iptek sesuai dengan tujuan
semula, yakni mendasarkan diri dan concern terhadap kebahagian umat manusia, sangat di
perlukan, inilah beberapa pokok bahasan utama dalam pengenalan terhadap filsafat ilmu,
disamping objek dan pengertian filsafat ilmu yang kan dijelaskan terlebih dahulu.
berkonsentrasi pada satu bahan judul maka kami dari pemakalah perlu menetapkan rumusan
BAB II
PEMBAHASAN
mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari
ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu
menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat
disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat
validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam
penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan
model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian
filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat ilmu.
1. Robert Ackermann: Filsafat ilmu adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah
dewasa ini yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat terdahulu yang telah dibuktikan.
2. Lewis White Beck: Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran
ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
3. Cornelius Benjamin: filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat ilmui yang menelaah
4. May Brodbeck: filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafat ilmui,
merupakan telaah kefilsafat ilmuan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu,
yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat
ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat ilmu pengetahuan) yang secara spesifik
Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?
Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan
pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan
agar mendapatkan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran
itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan
pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)Untuk apa pengetahuan yang berupa
ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah
Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah
menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren
dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat ilmu tentang apa dan bagai-
mana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme
atau spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham
ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing-masing
mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk
mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan
sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal
intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya
dan kelemahan sesuatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu
terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang
menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik-material.
Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua
non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam
menerapkan ilmu.
Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampal pada dimensi ke-
budayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti
Objek Material filsafat ilmu Yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu
disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.
Menurut Dardiri (2000) bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang
ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang
Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada
umumnya.Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan
tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).Objek
Formal filsafat ilmu yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu di sorot. Contoh : Objek
materialnya adalah manusia dan manusia ini di tinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda
sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi, antropologi,
Di mana posisi filsafat ilmu ketika dihadapkan dengan Islamisasi ilmu pengetahuan. Pada
dasarnya filsafat ilmu bertugas memberi landasan filosofi untuk minimal memahami berbagai
konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan kemampuan untuk membangun teori
ilmiah. Secara substantif fungsi pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dan disiplin
ilmu masing-masing agar dapat menampilkan teori subtantif. Selanjutnya secara teknis
pengembangan konsep tesis, dan teori ilmiah dari disiplin ilmu masing-masing.
Sedangkan kajiaan yang dibahas dalam filsafat ilmu adalah meliputi hakekat (esensi)
pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem-problem mendasar
ilmu pengetahuan seperti; ontologi ilmu, epistimologi ilmu dan aksiologi ilmu. Dari ketiga
landasan tersebut bila dikaitkan dengan Islamisasi ilmu pengetahuan maka letak filsafat ilmu itu
terletak pada ontologi dan epistimologinya. Ontologi disini titik tolaknya pada penelaahan ilmu
pengetahuan yang didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki seorang ilmuwan,
jadi landasan ontologi ilmu pengetahuan sangat tergantung pada cara pandang ilmuwan terhadap
realitas.
Manakala realitas yang dimaksud adalah materi, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu
empiris. Manakala realitas yang dimaksud adalah spirit atau roh, maka lebih terarah pada ilmu-
ilmu humanoria. Sedangkan epistimologi titik tolaknya pada penelaahan ilmu pengetahuan yang
Pemikiran filsafat ilmu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Namun pada dasarnya
filsafat ilmu baik dibarat, india dan Cina muncul dari yang sifatnya religius. Pembagian secara
periodesasi filsafat ilmu barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern dan
masa kini. Periodesasi filsafat ilmu cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman
neokonfusionisme dan zaman modern. Untuk cina adalah periode weda, biracarita, sutra-sutra
dan sekolastik. Dalam filsafat ilmu india yang penting adalah bagaimana manusia bisa berteman
dengan dunia bukan untuk menguasai dunia. Adapun filsafat ilmu islam hanya ada dua periode
perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian secara periode yang
Pada abad VI SM yunani muncul lahirnya filsafat ilmu dan mulai berkembang suatu
pendekatan yang sama sekali berlainan. Mulai saat itu orang mencari jawaban rasional tentang
Zaman yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat ilmu, karena pada masa
ini orang memiliki kebebasan untuk menguingkapkan ide atau pendapatnya. Yunani pada masa
itu dianggap sebagai gudang ilmu, karena yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-
mitologi.
Pada masa ini muncul beberapa aliran yaitu sebagai aliran sebagai berikut:
stoisisme, menurut paham ini jagad raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut logos. Oleh
karena itu segala kejadian menurut ketetpan yang tidak dapat dihindari.
skepisisme, mereka berfikir bahwa bidang teoritis manusia tidak sanggup mencapai kebenaran
eklektisisme, suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur filsafat ilmu dari
neoplatoisme, yakni paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat ilmu plato.
Ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi
kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang
bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur
tangan Illahi.
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan
Fisi kawan termashur adalah Albert Einstein yang percaya akan kekekalan materi. Dengan
kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Zaman kontemporer ini ditandai dengan
Sejarah perjalanan perkembangan keyakinan dan pemikiran umat manusia tentang pendidikan
telah melahirkan sejumlah filsafat ilmu yang melandasinya. Dari berbagai filsafat ilmu yang ada,
terdapat tiga aliran paham yang dirasakan masih dominan pengaruhnya hingga saat ini, yang
secara kebetulan ketiganya lahir pada jaman abad pencerahan menejelang zaman modern.
Nativisme atau Naturalisme, dengan tokohnya antara lain. J.J. Rousseau (1712-1778) dan
Schopenhauer (1788-1860 M). Paham ini berpendirian bahwa setiap bayi lahir dalam keadaan
suci dan dianugerahi dengan potensi insaniyah yang dapat berkembang secara alamiah. Karena
itu, pendidikan pada dasarnya sekedar merupakan suatu proses pemberian kemudahan agar anak
berkembang sesuai dengan kodrat alamiahnya. Pandangan ini diidentifikasikan sebagai konsepsi
Empirisme atau Environtalisme, dengan tokohnya antara lain John Locke (1632-1704 M) dan J.
Herbart (1776-1841 M). Aliran ini berpandangan bahwa manusia lahir hanya membawa bahan
dasar yang masih suci namun belum berbentuk apapun, bagaikan papan tulis yang masih bersih
belum tertulisi (Tabula Rasa, Locke ) atau sebuah bejana yang masih kosong (Herbart). Atas
dasar itu, pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu proses pembentukan dan pengisian
pribadi peserta didik ke arah pola yang diinginkan dan diharapkan lingkungan masyarakatnya.
Konvergensionisme atau Interaksionisme, dengan tokohnya antara lain William Stern (1871-
1939). Pandangan ini pada dasarnya merupakan perpaduan dari kedua pandangan terdahulu.
Menurut pandangan ini, baik pembawaan anak maupun lingkungan merupakan faktor-faktor
yang determinan terhadap perkembangan dan pembentukan pribadi peserta didik. Oleh
karenanya, pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu rangkaian peristiwa interaksi antara
pembawaan dengan lingkungan. Pribadi peserta didik akan terbentuk sebagai resultante atau
hasil interaksi dari kedua faktor determinan tersebut. Pandangan ini diidentifikasikan sebagai
Keperawatan saat ini tengah mengalami masa transisi panjang yang tampaknya belum
akan segera berakhir. Keperawatan yang awalnya merupakan vokasi dan sangat didasari
oleh mother instinct – naluri keibuan, mengalami perubahan atau pergeseran yang sangat
mendasar atas konsep dan proses, menuju keperawatan sebagai profesi. Perubahan ini terjadi
karena tuntutan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan secara
Keperawatan sebagai profesi harus didasari konsep keilmuan yang jelas, yang menuntun
bersikap tanggap terhadap kebutuhan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan
lingkup garapan praktek keperawatan, basis konsep dari teori dan struktur substantif setiap
konsep menyiapkan substansi dari ilmu keperawatan sehingga dapat menjadi acuan untuk
melihat wujud konkrit permasalahan pada situasi kehidupan manusia dimana perawat atau
terwujud bila para profesionalnya dalam lingkup karyanya senantiasa berpikir analitis, kritis dan
logis terhadap fenomena yang dihadapinya, bertindak secara rasional-etis, serta bersikap tanggap
atau peka terhadap kebutuhan klien sebagai pengguna jasanya. Sehingga perlu dikaitkan atau
dipahami dengan filsafat untuk mencari kebenaran tentang ilmu keperawatan guna memajukan
ilmu keperawatan.
Filsafat keperawatan merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan esensi
keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek keperawatan. Pendapat lain tentang
filsafat keperawatan adalah suatu ilmu yg mempalajari tentang cara berfikir seorang perawat
kesejahteraan dan kesehatan pasien dapat meningkat. Ilmu keperawatan jika dilihat dari sudut
pandang filsafat akan dapat muncul pertanyaan-pertanyaan antara lain pertanyaan ontologi ( apa
ilmu keperawatan ), pertanyaan epistemologi ( bagaimana lahirnya ilmu keperawatan ) dan
Jawaban pertanyaan ontologi tentang apa itu ilmu keperawatan dapat didefinisikan dalam
beberapa pendapat. Calilista Roy (1976) mendefinisikan bahwa keperawatan merupakan definisi
ilmiah yang berorientasi kepada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan
kondisi paling baik bagi alam dan isinya untuk bertindak. Dari beberapa definisi di atas dapat
dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat expert secara mandiri atau
berkaitan dengan kehidupan dahulu. Secara naluriah keperawatan lahir bersamaan dengan
penciptaan manusia. Orang-orang pada zaman dahulu hidup dalam keadaan original. Namun
demikian mereka sudah mampu memiliki sedikit pengetahuan dan kecakapan dalam merawat
naluri (instink) “mother instinct” (naluri keibuan) yang merupakan suatu naluri yang bersendi
pada pemeliharaan jenis (melindungi anak, dan merawat orang lemah). Diawali ole seorang
Florence Nightingale yang mengamati fenomena bahwa pasien yang dirawat dengan keadaan
lingkungan yang bersih ternyata lebih cepat sembuh dibanding pasien yang dirawat dalam
kondisi lingkungan yang kotor. Hal ini membuahkan kesimpulan bahwa perawatan lingkungan
berperan dalam keberhasilan perawatan pasien yang kemudian menjadi paradigma keperawatan
berdasarkan lingkungan. Sehingga semenjak itu banyak pemikiran baru yang didasari dengan
berbagai tehnik untuk mendapatan kebenaran baik dengan cara Revelasi (pengalaman pribadi),
otoritas dari seorang yang ahli, intuisi (diluar kesadaran), dump common sense (pengalaman
tidak sengaja), dan penggunaan metode ilmiah dengan penelitian-peneltian dalam bidang
keperawatan. Misalnya Peplau (1952) menemukan teori interpersonal sebagai dasar perawatan.
Orlando (1961) menemukan teori komunikasi sebagai dasar perawatan. Roy (1970) menemukan
teori adaptasi sebagai dasar perawatan. Johnson (1961) menemukan stabilitas sebagai tujuan
digunakan sebagai ilmu, pedoman, dan dasar dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien dengan berbagai tingkatan dari individu, keluarga, kelompok bahkan sampai masyarakat
luas guna meningkatkan derajat kesehatan pasien tersebut. Sehingga bisa merubah kondisi
seseorang atau sekelompok orang dari kondisi sakit menjadi sembuh dan yang sudah sehat dapat
keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat, profesi yang berorientasi pada pelayanan, memiliki
tingkat klien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) serta pelayanan yang mencakup
seluruh rentang pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Adapun hakekat keperawatan adalah
sebagai berikut:
a) Sebagai ilmu dan seni, merupakan suatu ilmu yang didalam aplikasinya lebih kearah ilmu
terapan.
b) Sebagai profesi yang berorientasi kepada pelayanan umtuk membantu manusia mengatasi
c) Sebagai pelayanan kesehatan yang memiliki tiga sasaran, diantaranya individu, keluarga dan
d) Sebagai kolaborator dengan tim kesehatan lainnya dalam pembinaan kesehatan, pencegahan
penyakit, penentuan diagnosis dini, penyembuhan serta rehabilitasi dan pembatasan penyakit.
a) Memandang pasien sebagai makhluk yang utuh (holistik) yang harus dipenuhi segala
kebutuhannya baik biospikososio dan spritual yang diberikan secara komprehensif dan tidak bisa
b) Bentuk pelayanan keperawatan harus diberikan secara langsung dengan memperhatikan aspek
kemanusiaan.
c) Setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang perbedaaan suku, kepercayaan,
d) Pelayanan keperawatan tersebut merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan
e) Pasien adalah mitra aktif dalam pelayanan kesehatan bukan sebagai penerima jasa yang pasif.
estetia, humanities dan kiat/art (Watson,1985). Sebagai pengetahuan tentang human care
fokusnya untuk mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti dinyatakan
oleh Watson (1985) human care is the heart of nursing atau Leininger (1984) yang
menekankan caring is the central and unifying domain for the body of knowledge and practices
of nursing.
Dalam eksplikasi sains tentang human care, pencarian harus termasuk pada beragam
metoda untuk memperoleh pemahaman utuh dari human phenomena. Pencarian ini harus
memfasilitasi integrasi pengetahuan dari biomedical, perilaku, sosiokultural, seni dan humaniora
untuk menemukan pengetahuan keperawatan baru. Melalui strategi integrasi dan analisis, dunia
objektifitas dapat dihubungkan dengan dunia subjektif dari pengalaman manusia untuk
peneliti keperawatan untuk melakukan telaah terhadap keilmuan keperawatan dan arahnya, guna
perspektif ini, kajian terhadap makna, nilai etika tentang manusia, kesehatan dan keperawatan
dapat dilakukan.
Dalam konteks ini, pemahaman tentang human science berbasis pada filosofi tentang
kebebasan, pilihan dan tanggung jawab manusia biologi dan psikologi tentang keutuhan
manusiawi (holism). Epistemologi bukan hanya secara empiris tetapi juga pengembangan estetis,
nilai-nilai etis, intuisi dan proses eksplorasi dan penemuan konteks hubungan, dan proses
Relevansi antara filsafat ilmu dengan keperawatan dapat dijelaskan sebagai berikut :
serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasakan pada alasan logis daripada
sebenarnya dapat diaplikasikan yang kemudian menghasilkan pengetahuan alam semesta, dalam
hal ini pengetahuan keperawatan, sehingga filsafat keperawatan adalah keyakinan dasar tentang
pengetahuan keperawatan yang mengandung pokok pemahaman biologis manusia dan
perilakunya dalam keadaan sehat dan sakit terutama berfokus kepada respons mereka terhadap
situasi.
tidak bisa terlepas dari peranan filsafat didalamnya. Adapun manfaat atau peranan filsafat dalam
a) Memudahkan proses keperawatan karena tanpa mempelajari filsafat ilmu keperawatan maka
b) Dengan mengetahui dan melaksanakan perilaku yang mengandung makna, rasa cinta terhadap
kebijaksanaan, terhadap pengetahuan, terhadap hikmah dan ucapannya yang baik dan sopan
seseorang dapat mengetahui bagaimana landasan dasar dari ilmu keperawatan tersebut
c) Dapat memecahkan suatu permasalahan meliputi dampak teknologi, sosial budaya, ekonomi,
pengobatan alternatif, kepercayaan spritual dan masih banyak yang lainnya mengenai seluk
beluk lingkup profesi keperawatan yang semuanya digunakan dalam hal pencapaian
d) Menghindari dan meminimalisasi kesalahpahaman dan konflik dalam pencarian kebenaran
e) Sebagai dasar dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan untuk bertindak melalui
f) Mendapatkan kebenaran tentang hal-hal yang dianggap belum pasti apakah tindakan yang kita
lakukan dan pendapat yang kita keluarkan itu adalah benar atau salah, misalnya jika kita
melakukan tindakan seperti injeksi terhadap klien kita harus tahu terlebih dahulu prosedur-
prosedur apa saja yang dilakukan, jadi setelah kita mengetahuinya maka kita akan melakukan
g) Dengan filsafat seorang perawat dapat menggunakan kebijaksanaan yang dia peroleh dari
filsafat sehingga perawat tersebut dapat lebih berfikir positif (positif thinking) dan dengan positif
thinking tersebut seorang perawat dapat menjalankan tugasnya dengan baik sehingga pasien
yang tadinya susah berkomunikasi dapat menjadi lebih dapat berkomunikasi dengan baik dan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat ilmu adalah tinjauan kritis tentang pendapat ilmiah dengan menilai metode-
metode pemikirannya secara netral dalam kerangka umum cabang pengetahuan intelektual
Ruang lingkup filsafat ilmu melingkupi ontologi ilmu yang mengupas hakikat dari ilmu itu
sendiri, epistemologi ilmu yang membahas tatacara dan landasan untuk mencapai pengetahuan
ilmiah tersebut dan terakhir aksiologi ilmu yang meliputi nilai-nilai normatif dalam pemberian
Objek dari filsafat ilmu dapat bersifat umum dan bersifat khusus yang terbagi menjadi dua yaitu
sejarah perkembangan filsafat sudah dimulai sejak zaman yunani kuno dengan tokoh-tokoh
terkenal seperti aristoteles, plato, thales dan sebagainya, kemudian dilanjutkan pada zaman abad
pertengahan yang digawangi oleh para pemuka agama dengan terpengaruh pada pemikiran tokoh
yunani kuno. perkembangan filsafat selanjutnya adalah zaman renaissance atau kebangkitan
kembali yang berpendapat pada kebebasan manusia dan tidak didasarkan pada campur tangan
tuhan. perkembangan terakhir yaitu pada zaman modern yang ditandai dengan beruntunnya
DAFTAR PUSTAKA
__________. 1980. Disekitar Masalah Ilmu; Suatu Problema Filsafat. Surabay: Bina Ilmu.
___________. Epistimologi Masa Depan dalam jurnal filsafat. Seri 1, februari 1990.
Harapan.
Jujun S. Suriasumantri, (1982), Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Sinar
Harapan.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/bf/Button_pagename.png
Hidayat A aziz alimul. 2002. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan.EGC, salemba
medika: Jakarta
Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu obyek, benda, suatu peristiwa
atau fenomena berdasarkan pengalaman dan persepsi seseorang berupa ide, pandangan atau
keyakinan.
Kumpulan beberapa konsep ke dalam suatu kerangka yang dapat dipahami membentuk suatu
model atau kerangka konsep. Konsep dapat dianalogikan sebagai batu bata dan papan untuk
membangun sebuah rumah dimana rumah yang dibangun diibaratkan sebagai kerangka konsep.
(more…)
A. Gambaran Kasus
Ny. M (25 th), G1 P0 A0, umur kehamilan 38-39 minggu. Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi
90x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu 37°C. Keadaan umum baik, penampilan rapi, gaya
berjalan lordosis, mudah kelelahan dan kadang-kadang timbul his. Konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, tidak ada gangguan penglihatan. Nafsu makan baik, 3x sehari diselingi bubur
dan susu, BB bertambah 11 kg dari sebelum hamil. BAB 1x sehari, BAK lebih sering terutama
malam hari. Tidur 8 jam/hari, lelap dan bangun tampak segar. Riwayat menarche usia 13 th,
siklus haid 30 hari selama 5-6 hari.
(more…)
JEAN WATSON
A. Dasar Pemikiran
1. Filosofi / Keyakinan
“….Human science of person and human health-illness experiences that are mediated by
professional, personal, scientific, esthetic, and ethical human are transaction..”
Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkam pada asumsi bahwa human science
and human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human
science keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan estetika,
humanities, dan kiat/art (Watson, 1985). Sebagai pengetahuan tentang human care fokusnya
untuk mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti yang dinyatakan
oleh Watson (1985) “human care is the heart of nursing”. Pandangan tentang keperawatan
sebagai science tentang human care adalah komprehensif. Ini termasuk pengembangan
pengetahuan sebagai basis dalam area: (more…)
Filed under: FILSAFAT ILMU KEPERAWATAN, info perawat | Ditandai: filsafat keperawatan,
jean watson, teori keperawatan | Tinggalkan sebuah Komentar »
Panduan terdahulu (2005) menekankan pada penanganan “ABC” (Airway, Breathing, Chest
Compression) yaitu dengan melakukan pemeriksaan jalan napas, melakukan pernapasan buatan
melalui mulut, kemudian memulai kompresi dada. Panduan terbaru (2010) yang dikeluarkan oleh
AHA lebih menekankan pada penanganan “CAB” (Chest Compression, Airway, Breathing) yaitu
dengan terlebih dahulu melakukan kompresi dada, memeriksa jalan napas kemudian melakukan
pernapasan buatan. Panduan ini juga mencatat bahwa pernapasan buatan melalui mulut boleh
tidak dilakukan pada kekhawatiran terhadap orang asing dan kurangnya pelatihan formal.
Sebenarnya, seluruh metode ini memiliki tujuan yang sama, yaitu membuat aliran darah dan
oksigen tetap bersirkulasi secepat mungkin. (more…)
PENGERTIAN
Ilmu + Keperawatan + Gerontik
•Ilmu : pengetahuan dan sesuatu yang dapat dipelajari
•Keperawatan : konsisten terhadap hasil lokakarya nasional keperawatan 1983
•Gerontik : gerontologi + geriatrik
•Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses penuaan/masalah
yang timbul pada orang yang berusia lanjut.
•Geriatrik berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia lanjut.
•Keperawatan Gerontik : suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan
kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik,
ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
(more…)
Fenomena pertama adalah semakin terbukanya kesempatan dan tawaran bekerja di Luar negeri
(negara Timur Tengah dan Eropa).
Dan fenomena yang ketiga adalah semakin menjamurnya Pendidikan Keperawatan (setingkat
Diploma III) di Indonesia.
Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana prospek lulusannya, apakah mereka memang
merupakan lulusan yang berkualitas dan siap bersaing untuk bekerja di Luar negeri. Hal ini
didasarkan sangat sedikit sekali kesempatan untuk menjadi PNS dan keterbatasan Institusi untuk
menerima para lulusan Perawat tersebut. Memang kalau kita membahas siapa yang salah, tidak
akan pernah ada habisnya. Hal utama yang harus dipikirkan adalah bagaimana memberikan
solusi terbaik, agar para lulusan perawat tersebut mempunyai prospek yang jelas di hari esok.
(more…)
SOAL:
“Apa yang anda ketahui tentang Filsafat Ilmu Keperawatan, dan Bagaiman Pengaruh dan
manfaatnya bagi Ilmu Keperawatan?”
Ketentuan:
Mereka akan dengan bangganya menyampaikan jawaban : “YA” ketika mereka diberi tawaran
untuk melanjutkan study pada peminatan yang masih di anggap berada pada level yang tinggi di
kalangan masayarakat Indonesia seperti : (ekonomi, tekhnik, hukum, kedokteran dsb). Tapi
mereka akan dengan cepat menggelengkan kepala dengan jawaban ÖGAH-AH” ketika mereka
ditanya tentang kesempatan untuk melanjutkan di peminatan “KEPERAWATAN”.
(more…)
Baca Selengkapnya