Anda di halaman 1dari 3

Nama : Chelia Vernanda Muchtar

NIM : C0918010

Tugas Ke 4 Filsafat Seni

A. Rangkuman Jurnal 1

Filsafat sebagai salah satu bentuk pemikiran reflekstif membutuhkan pemikiran refleksi. Pemikiran
refleksi yang manual dari kesehariannya dijadikan titik tolak. tidak puas dengan penjelasan penjelasan
dasar yang diberikan oleh intuisi pertama, pemikiran berusaha mengkonstruksikan seluruh proses
kerjanya berdasarkan basis pemikiran. Pemikiran tentang seni yang tertua dikemukakan oleh Plato pada
awal abad ke – 4 SM, dan Aristoteles pada eprtengahan abad ke 4 SM. Dalam perkembangannya Plato
mengembangkan Teori Mimesis, yaitu teori yang melihat dunia materi hanya sebagai bayangan dari
dunia nyata yang ada diatas, yaitu alam idea-idea yang bersifat rohani murni. Bagi Plato, music
merupakan hasil karya seni yang baik. Namun seniman tidak mendapat tempat baginya, sebab
kedudukan seniman dipandang lebih rendah. Bagi plato seni hanyalah imitasi bagi keindahan alam itu
sendiri.

Namun berbeda dengan Aristoteles, murid dari Plato, menurut aristoteles seorang seniman harus
berfikir secara logis dan psikologis. Karya music terkait, dihubungkan oleh benang-benang logika. Namun
hal ini tidak berarti bahwa seorang seniman tidak dapat memasukkan hal-hal bersifat mustahil atau
bahkan irrasional. Kemustahilan yang masuk akal dapat lebih baik daripada hal-hal yang mungkin tidak
masuk akal.

Pada abad pertengahan, kita mengenal seorang filsuf dari orde Daminika, Thomas Aquinas (1225-
1274) karya-karyanya cenderung ke pemikiran teologis ketimbang kepemikiran dunia seni. Lalu pindah
ke masa Renaissance pada abad ke 15-16. Untuk segala bidang kultural, pada zaman Renaissance ini
kembali mendewakan kebudayaan Yunani dan Romawi. Di jaman ini melahirkan seorang pelukis,
pemikir dan arsitek yang bernama Michelangelo (1475-1565), disamping Leonardo davinci (1425-1519),
Johanes kepler (1571-1630) Galileo Galilei (1564-1642).

Seniman dalam mencipta karya seninya, tentu diawali dengan perenungan hasil simbolisasi
ekspresif. Khusus bidang musik, Langer berpendapat bahwa musik bukanlah seni yang paling universal,
paling tinggi, dan yang paling ekspresif. Alasan apa ia berpendapat demikian? Pertanyaan ini merupakan
tantangan untuk meneliti lebih jauh tentang pandangannya terhadap karya seni. Dalam musik, bunyi
merupakan medium ini kita belum dapat mencapai tujuan yang tertinggi. Sebab bagi Langer tujuan
tertinggi yang dapat mengungkap karya seni haruslah melalui simbolisasi.

Filsafat seni atau sering disebut “estetika”, semenjak jaman kuno sampai abad Modern, bahkan
Kontemporer ini dalam mengkaji seni dari sudut pandang filsafat, justru rasio sering dominan. Bahkan
beberapa filsuf berpendapat bahwa seni bukan semata-mata milik rasa, tetapi juga milik rasio. Hal ini
menunjukkan bahwa seni sungguh manusiawi. Melalui filsafat seni, pemahaman tentang seni akan lebih
kaya. Banyak hal yang dapat dipertanyakan. Namun, pertanyaan sebagai tantangan, bahwa filsafat seni
bukan sekedar sejarah seni dan atau sejarah musik.
B. Rangkuman Jurnal 2
Kata filsafat yang dalam bahasa Arab ‘falsafah’ yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
‘philosophy’, adalah berasal dari bahasa Yunani ‘philosophia’. Kata philosophia terdiri dari kata philein
yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi
filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Ada banyak Arti
Filsafat menurut filsuf-filsuf dunia. Salah satu filsuf dari Indonesia adalah Notonagoro yang menyatakan.
Filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi obyeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam,
yang tetap dan yang tidak berubah, yang disebut hakekat.
dalam filsafat itu harus refleksi, radikal , dan integral. Refleksi disini berarti manusia menangkap
obyeknya secara intensional dan sebagai hasil dari proses tersebut yakni keseluruhan nilai dan makna
yang diungkapkan manusia dari obyekobyek yang dihadapinya. Radikal adalah berasal dari kata radix
(berarti akar). Jadi filsafat itu radikal berarti filsafat harus mencari pengetahuan sedalam-dalamnya
(sampai keakarakarnya). Radikalitas disini berarti dalam pengertian sejauh akal manusia mampu
menemukannya, sebab filsafat tidak akan membicarakan yang jelas berada di luar jangkauan akal budi
yang sehat. Filsafat tidak membatasi obyeknya seperti ulmuilmu pengetahuan. Disamping itu filsafat itu
radikal karena berusaha untuk mencari hakekat dari obyek yang dibahas. Filsafat tidak berhenti pada
pengetahuan periferis (kulit atau penampakannya) tetapi filsafat ingin menembus hingga inti masalah
dengan mencari manakah faktor-faktor yang fundamental yang membentuk adanya sesuatu.
Estetika dari kata Yunani ‘aesthesis’ atau pengamatan adalah cabang filsafat yang berbicara
tentang keindahan. Obyek dari estetika adalah pengalaman akan keindahan. Dalam estetika yang dicari
adalah hakekat dari keindahan, bentukbentuk pengalaman keindahan (seperti keindahan jasmani dan
keindahan rohani, keindahan alam dan keindahan seni), diselidiki emosi-emosi manusia sebagai reaksi
terhadap yang indah, yang agung, yang tragis, yang bagus, yang mengharukan, dan sebagainya.
Seniman, dalam menciptakan hasil karyanya ada beberapa teori, diantaranya seperti yang
dikemukakan The Liang Gie (1983) adalah :

1. Teori Metafisis. Teori seni yang bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua,
yakni berasal dari Plato. Mengenai sumber seni, Plato mengemukakan suatu teori peniruan.
Karya seni yang dibuat manusia hanyalah merupakan mimemis (tiruan) dari realita dunia.
2. Teori Ekspresi (pengungkapan). Beneditto Croce menyatakan bahwa seni adalah
mengungkapkan dari kesankesan. Pengungkapan itu terwujud pelbagai gambaran angan-
angan seperti misalnya image warna, garis dan kata. Bagi seseorang mengungkapkan berarti
menciptakan seni dalam dirinya tanpa perlu adanya kegiatan jasmaniah keluar.
3. Teori Psikologis. Sebagian ahli estetik dalam abad modern menelaah teori-teori seni dari
sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-
metode psikologis. Misalnya berdasarkan psikoanalisis dikemukakan teori bahwa proses
penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seorang seniman.
Sedang karya seninya itu merupakan bentuk terselebung atau diperhalus yang diwujudkan
keluar dari keinginankeinginan itu.
4. Teori Permainan (Play theory). Menurut F. Schiller asal mula seni adalah dorongan batin untuk
bermainmain yang ada dalam diri seseorang. Seni merupakan semacam permainan
menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia burhubung dengan adanya
kelebihan energi yang harus dikeluarkan.
C. Rangkuman Jurnal 3

Seni indah seni “Murni” mengalami perkembangan sejak istilah konsep “techne” zaman Yunani
kuno hingga konsep “Fine Art” inggris abad ke 18. Baru awal abad 20 “seni” dinyatakan sebagai padanan
dari “Fine Art” dalam bahasa melayu = seni halus.

Ilmu (science) dan pengetahuan (knowledge) mempunyai pengertian yang berbeda. Ilmu adalah
pengetahuan yang telah memiliki sistematika tertentu, atau memiliki ciri-ciri khas, serta merupakan
species dari genus yang disebut pengetahuan. Demikian dikatakan oleh dedi Supriadi (1997: 120). Jadi
semua ilmu pastilah terdiri atas pengetahuan, tetapi tidak semua pengetahuan adalah ilmu. Ilmu
merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara konsisten dan kebenarannya telah teruji secara
empiris. Proses pembuktian dalam ilmu tidak bersifat absolut. (JUJUN S. SURIASUMANTRI: 1998).
Misalnya bila sekarang kita mengumpulkan fakta-fakta yang mendukung hipotesis kita maka bukan
berarti bahwa unutk selamanya kita akan mendapatkan hal yang sama. Mungkin saja suatu waktu, baik
secara kebetulan ataupun karena kemajuan dalam peralatan pengujian, maka kita akan mendapatkan
fakta yang menolak hipotesis yang selama ini kita anggap benar. Ilmu merupakan pengetahuan yang
didapatkan melalui metode ilmiah.

Agama adalah semua sistem religi yang secara resmi diakui oleh negara (koenTJaraninGraT.:
1994) ada pula yang memakai istilah “religi” supaya lebih netral dan sistem religi merupakan suatu
agama hanya bagi penganutnya. Kedua pendapat tersebut sama benarnya namun saya sendiri lebih
setuju dengan pendapat Kuntjaraningrat. Hal ini saya lakukan supaya meluruskan wacana yang akan
saya bahas ini. Dasar agama adalah kepercayaan (iman) manusia kepada agama sebagai kebenaran
mutlak yang harus dipatuhi dengan secara mutlak pula (taqwa). Bertolak dari definisi filsafat sebagai
acuan berfikir maka sistem kebenaran agama dapat diartikan sebagai hasil berfikir secara radikal,
sistematis dan universal. Dasar-dasar agama bisa dipersoalkan dipikirkan menurut logika (teratur dan
disiplin). Misalnya dalam agama Islam kita mengenal rukun iman. Logika dapat berjalan manakala kita
mempertanyakan yakin pada Allah akibat logisnya yakin pula pada malaikat-malaikat Allah dan
seterusnya.

Ada dua bentuk fisafat agama:

1. Filsafat agama pada umumnya dihasilkan oleh pemikiran dasar-dasar agama secara analitik
dan kritik, dengan membebaskan diri dari ajajaran agama tapi tujuannya bukanlah untuk membenarkan
suatu agama.

2. Filsafat suatu agama. Hasil pemikiran dasardasar suatu agama secara analitik dan kritik,
dengan tujuan memberikan alasan-alasan rasional untuk membenarkan agama itu.

Seni merupakan ekspresi diri, yang menggunakan logika imagi citra (dalam seni rupa) sehingga
produknya lebih menyentuh wilayah makna (konotatif), lain halnya dengan ilmu pengetahuan
menggunakan logika konseptual, lebih bersifat verbal (denotatif), berpretensi mengungkap hal-hal
eksternal mengungkap realitas di luar dirinya. Ilmu pengetahuan cenderung menggunakan bahasa yang
univokal sedangkan seni bersifat metaforis dengan menggunakan bahasa yang plurivokal. Titik temu
keduanya merupakan “fusion of horizon” dimana konseptual bagi seniman penting tapi bukan
merupakan bahasa utamanya sebaliknya ilmuwan membutuhkan imajinasi atau intuisi tapi bukan
merupakan bahasa utama ilmuwan.

Anda mungkin juga menyukai