Anda di halaman 1dari 29

BAB I

KONSEP DASAR LOGIKA

1. Pengertian Logika
Logika merupakan bagian dari filsafat yang memperbicangkan hakikat
ketepatan, cara meyusun pikiran yang dapat menggambarkan
ketepatan pengetahuan. Logika tidak mempersoalkan kebenaran
sesuatu yang dipikirkan tetapi membatasai diri pada ketetapan susunan
berpikir menyangkut pengetahuan. Jadi, Logika mempersyaratkan
kebenaran, bukan wacana kebenarannya. Dan bidang perhatian dan
tugas logika adalah menyelidiki penalaran yang tepat, lurus, dan
semestinya sehingga dapat dibedakan dari penalaran yang tidak tepat
· Berfikir : Kegiatan untuk menentukan dan mengambil suatu
keputusan.
· Bernalar : Berfikir logis untuk menarik kesimpulan dari fakta-fakta
yang ada.
· Ilmu : Pengetahuan tentang suatu hal.
· Pengetahuan : Informasiyang diketahui atau disadari oleh
seseorang (hasil dari aktivitas mengetahui), tersingkapnya suatu
kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.
Secara etimologi Logika berasal dari Bahasa Yunani Logos yang berarti
“kata” atau “pikiran yang benar”
Logika berasal dari bahasa Latin yakni kata Logos yang berarti
“perkataan” atau “sabda”
2. Obyek Logika
Ø Logika material mempelajari langsung pekerjaan akal serta menilai
hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan praktis
sesungguhnya..
Ø Logika formal adalah mempelajari asas aturan atau hukum-hukum
berfikir yang harus ditaati agar orang dapat berfikir dengan benar
mencapai kebenaran.
3. Macam-macam Logika
Logika dapat dibedakan atas dua macam. Meskipun demikian keduanya
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua macam logika itu ialah
logika kodratiah dan logika ilmiah.
1. Logika Alamiah/Kodratiah adalah logika yang dibawa oleh manusia
dari sejak lahir, berdasarkan akal sehat saja.
2. Logika ilmiah adalah logika yang mampu membekali manusia
dengan prinsip dan norma agar ketepatan penalaran dapat
dipertanggungjawabkan. Logika ini membantu logika kodratiah. Logika
ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Berkat
pertolongan logika ini dapatlah akal budi bekerja dengan lebih tepat,
lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman.

4. Sejarah Logika
1. Yunani kuno
Penemuan sebenarnya terjadi oleh aristoteles, theoraparus, dan kaum
Syoa. Aristoteles meninggalakan 6 buah buku yang oleh murid-
muridnya diberi nama to Organon. Keenam buku itu adalah Catorigae
(tentang pengertian-pengertian), De Interpretatione (tentang
keputusan-keputusan), Analytica Posteriora 9tentang pembuktian),
Topica (tentang metode berdebat) dan De Sophistic Elencis (tentang
kesalahan-kesalahn berpikir).
Theopratus mempertimbangkan logika aristoteles ini. Sedangkan
kaum Stoa, terutama Chryppus mengajukan bentuk-bentuk berpikir
sistematis.
2. Abad Pertengahan (abad IX-XVI)
Pada masa itu masih dipakai buku-buku, seperti De Interpretatione dan
Categoriae (aristoteles), Eisagoge (porphyus) dan Boethius ( abad XII-
XIII). Ada usaha untuk mengadakan sistematisasi dan komentar-
komentar.
3. Eropa modern (abad XVII-XVIII/XX)
Masa ini juga disebut masa penemuan-penemuan yang baru. Francis
Bacon megembangkan metode induktif. Ini terutama dinyatakannya
dalam bukunya Novum Organum Scientiarum. W. Leibnitz menyusun
logika aljabar.
4. India
Logika lahir karena Sri Gautama sering berdebat dengan golongan
hindu fanatic yang menentang ajaran kesusilaannya. Dalam Nyaya Sutra
logika diuraikan secara sistematis. Ini mendapat komentar dari
Prasastapada. Kemudian logika terus diakui sebagai metode berdebat.
5. Indonesia
Di Indonesia pada mulanya logika tidak pernah menjadi mata pelajaran
pada perguruan-perguruan umum. Pelajaran logika hanya dijumpai
pada pesantren-pesantren Islam dan perguruan-perguruan Islam
dengan mempergunakan buku-buku berbahasa Arab.
5. Manfaat Logika
· Logika menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip-
prinsip abstrak yang dapat dipakai dalam semua lapangan ilmu
pengetahuan (bahkan seluruh lapangan kehidupan).
· Logika menambah daya berpikir abstrak dan dengan demikian
melatih dan mengembangkan daya pemikiran dan menimbulkan
disiplin intelektual.
· Logika mencegah kita tersesat oleh segala sesuatu kita peroleh
berdasarkan autoritas, emosi, dan prasangka.
· Logika di masa yang sekarang dikenal sebagai “era of reason’”–
membantu kita untuk mampu berpikir sendiri dan tahu memberakan
yang benar dari yang palsu.
· Logika membantu orang untuk dapat berpikir lurus, tepat dan
teratur karena dengan berpikir demikian ia dapat memperoleh
kebenaran dan menghindari kesesatan.
BAB II
LANDASAN POKOK PENALARAN
1. Logika dan bahasa
Jan Hendrik Rapar, (2003 : 16), mengungkapkan “... setiap orang yang
menalar selalu menggunakan bahasa, baik bahasa yang digunakan
dalam pikiran, bahasa yang diucapkan dengan mulut, maupun bahasa
tertulis. Dengan demikian, jelas bahwa bahasa adalah alat berpikir.
Bahasa adalah alat bernalar”.
Bahasa juga sangat berkaitan dengan logika. Logika membahas
mengenai proses dari suatu penalaran dan diungkapkan melalui bahasa
demi kebenaran dari proses penalaran.
Ø Hubungan Bahasa dan Logika
Dapat dijelaskan bahwa hasil yang diperoleh dari mempergunakan
suatu teknik (logika), akan tergantung dari baik-buruknya alat bahasa
yang digunakan.
Penggunaan bahasa sebagai alat dari logika masih memiliki kekurangan.
Contohnya puisi yang diubah ke dalam bentuk prosa. Puisi tadi akan
kehilangan nilai puisi-nya, pikiran yang tadi muncul didalam puisi
dengan indahnya tidak lagi menghantarkan maknanya kepada si
pembaca. Hakekat kesusastraan berada di atas hubungan dan batas-
batas logika, bahkan keindahana dalam puisi bertentangan syarat-
syarat logika.
Bahasa juga sangat berkaitan dengan logika. Logika membahas
mengenai proses dari suatu penalaran dan diungkapkan melalui bahasa
demi kebenaran dari proses penalaran.
2. Materi dan Bentuk Pikiran
Menurut Aristoteles, Semua benda terdiri dari materi (hyle) dan bentuk
(morfe). Tiada benda yang hanya mempunyai bentu saja atau materi
saja.
Pikiran juga mempunyai materi dan bentuk, bentuk pikiran itu
menyusun materi atau isi dan pikiran, kalau kita sudah mempunyai
materi pikiran, dengan sendirinya sudah ada bentuknya.
3. Hukum Dasar Logika
Jan Hendrik Rapar, (2003 : 18), menerangkan 4 hukum dasar logika atau
yang dikenal dengan sebutan “Postulat Universal Penalaran” (Universal
Postulates of All Reasonings) oleh John Stuart Miller (1806 – 1873) atau
“Aksioma Inferensi” (Axioms of Inference) oleh Friedrich Uberweg
(1826 – 1871), tiga yang pertama dirumuskan oleh Aristoteles dan yang
keempat oleh Gottfried Wilhelm Leibniz, yaitu:
1) Principium Identitatis (Law of Identity)
Yang berarti hukum kesamaan, adalah kaidah pemikiran yang
menyatakan bahwa sesuatu hanya sama dengan “sesuatu itu sendiri”.
2) Principium Contradictionis (Law of contradiction)
Yang berarti hukum kontradiksi, adalah kaidah pemikiran yang
menyatakan bahwa tidak mungkin sesuatu pada waktu yang sama
adalah “sesuatu itu dan bukan sesuatu itu”. Yang dimaksudkan adalah
mustahil ada sesuatu hal yang pada waktu yang bersamaan saling
bertentangan. Sir William Hamilton (1788 – 1856) menyebut hukum ini
sebagai “hukum tanpa pertentangan” (Law of No Contradiction) karena
kaidah itu menegaskan bahwa tidak boleh ada sesuatu yang pada
waktu yang sama saling bertentangan.
3) Principium Exclusi Tertii (Law of Excluded Midlle)
Yang berarti hukum penyisihan jalan tengah, adalah kaidah yang
menjelaskan bahwa sesuatu adalah hal itu sendiri tidak ada
kemungkinan ketiga sebagai jalan tengah.
4) Principium Rationis Sufficientis (Law of Sufficient Reason)
Yang berarti hukum cukup alasan, ialah kaidah yang melengkapi hukum
kesamaan (Principium Identitatis). Hukum cukup alasan menyatakan
bahwa jika perubahan terjadi pada sesuatu, maka perubahan haruslah
memliki alasan yang cukup. Hal itu berarti bahwa tidak ada perubahan
yang terjadi begitu saja tanpa alasan rasional yang memadai sebagai
penyebab perubahan itu.
4. Classification (Penggolongan)
Klasifikasi merupakan proses pengelompokan sifat, hubungan, maupun
peranan masing-masing unsur yang terpisah dalam suatu keseluruhan
untuk memahami sesuatu konsep universal .
Yang menjadi pedoman untuk mengadakan penggolongan itu adalah :
1. Sifat bahan yang digolongkan
2. Tujuan dan orang yang mengadakan penggolongan itu
Penggolongan terbagi menjadi:
1. Natural Classification
Penggolongan berdasarkan sifat yang melekat pada hal yang
digolongkan itu
Artifical Classification
Penggolongan yang ditentukan oleh sesuatu maksud yang praktis dari
seseorang, seperti untuk mempermudah penanganannya dan untuk
menghemat waktu serta tenaga.

Diagnostik Classification
Merupakan gabungan yang tidak sepenuhnya natural dan juga tidak
sepenuhnya artifical, yang corakya mungkin dapat dijumpai dalam
suatu bidang yang baru atau yang untuk sebagian berkembang seperti
ilmu-ilmu sosial. Klasifikasi ini disebut juga klasifikasi perantara.

5. Predicable
Predicable itu sendiri tidak lain daripada predikat yang diterapkan
untuk memahami subjek yang hendak diuraikan. Subjek tersebut dalam
definisi adalah yang disebut definiendum. Ada banyak predikat yang
dapat diterapkan untuk membuat subjek lebih dapat dipahami.
Aristoteles memiliki pembagian yang cukup lengkap mengenai predikat
apa saja yang harus ada dalam mengurai penjelasan atas suatu subjek.
Menurut Aristoteles ada 4 pembagian predicable :
Genus dan Species.
Genus, adalah himpunan golongan yang menunjuka hakikat yang
berbeda bentuk, tetapi terpadu oleh persamaan sifat. Misalnya
golongan manusia, kera, kerbau, genusnya adalah hewan. Golongan
logika, etika, estetika, metafisika, epistemoloi, genusnya adalah cabang
filsafat.
Species, himpunan sesuatu yang menunjukkan hakikat bersamaan
bentuk maupun sifatnya, sehingga dapat memisahkan dari golongan
lain. Denotasi species merupakan bagian dari denotasi genus. Misalkan
term manusia dan term hewan. Disini manusia merupakan spesies dari
genus hewan. Genus itu spesiesnya dapat berupa ekonomi, politik,
hukum, kimia, matematika, dan sebagainya.
Differentia.
Diferensia, adalah sifat pembeda yang menunjukkan hakikat suatu
golongan sehingga terwujud kelompok diri. Misalnya term manusia,
diferensianya adalah berakal karena spesies dari kuda sapi, cicak, dan
sebagainya tidak berakal. Term api, diferensianya adalah panas. Term
kursi diferensianya digunakan untuk duduk.
Proprium.
Propium adalah sifat khusus sebagai predikat yang niscaya terekat pada
hakikat Sesuatu diri sehingga dimiliki oleh seluruh anggota golongan.
Sifat khusus ini merupakan kelanjutan dari sifat pembeda yang diluar
hakikat, tetapi selalu berhubungan. Misalnya berpolitik, berkehendak
bebas, bersifat social.

4. Accident
Aksiden ini berasal dari kata accidit yang berarti “apa yang terjadi”.
Aksidens adalah sifat kebetulan sebagai predikat yang tidak bertalian
dengan hakikat sehingga tidak dimiliki oleh seluruh anggota golongan.
Misalnya berambut pirang, berkulit putih, bergolongan darah O, gemuk
untuk term manusia.
6. Definisi
Definisi adalah penjelasan yang tepat tentang suatu term, tepat artinya
tidak lebih dan tidak kurang. Term yang diberi penjelasan disebut
definiendum, kalimat yang penjelasannya definiendum disebut
definiens.
Jenis jenis definisi :
a) Definisi Nominal
Definisi nominal ialah menjelaskan sebuah kata dengan kata lain yang
lebih umum dimengerti. Jadi,sekadar menjelaskan kata sebagai tanda,
bukan menjelaskan hal yang ditandai. Definisi nominal terutama dipakai
pada permulaan sesuatu pembicaraan atau diskusi. Definisi nominal
ada 6 macam, yaitu definisi sinonim, definisi simbolik, definisi
etimologik, definisi semantik, definisi stipulatif, dan definisi denotatif.
7. Kategori
Manusia berpikir dengan menggunakan kategori. Contohnya, kita
mengenal kursi sebagai perabot, kucing sebagai makhluk hidup, mobil
sebagai kendaraan, dan rumah sebagai tempat tinggal. Perabot,
makhluk hidup, kendaraan, dan tempat tinggal adalah contoh kategori
yang digunakan untuk mengenali dan mengelompokkan benda-benda.
Sejak anak dapat mengenali dunia, kategori digunakan untuk mengenali
obyek-obyek di dunia.
Pada awalnya kategori yang digunakan sangat sederhana dan umum
seperti lebih besar dan lebih kecil, atau lebih jauh dan lebih dekat, atau
lebih keras atau lebih lembut. Kemudian kategori yang lebih kompleks
dikembangkan, seperti makhluk hidup yang bernafas dengan paru-paru,
tempat tinggal yang layak huni dan nyaman, dan sebagainya.
Selain itu, ada hierarki kategori, baik berdasarkan sifat umum atau
khusus, maupun sifat kompleks atau simpleks. Makhluk hidup,
contohnya, merupakan kategori yang lebih umum dari hewan yang
didefinisikan sebagai makhluk hidup yang berindera. Contoh lain, zat
merupakan kategori yang lebih umum dari zat cair dan zat padat.
BAB III
KONSEP DAN TERM-TERM LOGIKA

1. KONSEP
Konsep berasal dari kata Latin: concipere, yang artinya mencakup,
mengandung, mengambil, menyedot, menangkap. Dari kata concipere
muncul kata benda conceptus yang berarti tangkapan.
Dalam keterangan yang lain konsep adalah sebuah kata yang berasal
dari bahasa latinconceptus (kata benda masculinum) yang dibentuk dari
kata conceptum yang berasal dari kata kerja (konjugasi III) concipio.
Kata ini berarti ‘mengambil ke dalam dirinya’ atau ‘menangkap’.Konsep
juga diartikan sebagai gambaran akal budi tentang sesuatu.
Penangkapan ide atau konsep bisa terjadi dengan benar atau tidak
benar, maka aprehensi sederhana juga dapat diragukan atau ditolak.
Apabila ide atau konsep kita tangkap secara tidak sah atau secara tidak
benar, maka hal tersebut akan berakibat pada keputusan yang juga
tidak sah dan tidak benar.

2. Komprehensi dan Ekstensi


Menurut DR.W.Poespoprodjo, S.H., S.S., B.Ph., L.Ph.
§ Komprehensi adalah keseluruhan arti yang tercakup dalam suatu
konsep atau term. Yang dimaksudkan dengan keseluruhan arti adalah
suatu unit (kesatuan) arti-arti yang kompleks yang terdapat pada suatu
konsep.
Contoh : term manusia komprehensinya rasional, beradab, berbudaya,
dsb.
§ Dalam keterangan laim, Komprehensi adalah ciri-ciri atau unsur-
unsur yang mewujudkan konsep yang bersangkutan, jadi unsur-unsur
konstitutif dari objek tersebut. Misalnya ciri-ciri atau unsur-unsur dari
mobil adalah :
Beroda minimal empat
Bermesin 4 tak
Kekuatan mesin 500cc ke atas
Mampu mengangkut penumpang minimal dua orang
Berbahan bakar minyak
§ Ekstensi lebih mengacu pada luas cakupan, kuantitas, bidang,
lingkungan konsep suatu term. Dengan kata lain, ekstensi adalah
keseluruhan luas lingkungan dan bidang serta keseluruhan jumlah dari
suatu konsep yang terkandung dalam suatu term. Contoh: Ekstensi
term manusia ialah semua manusia tanpa terkecuali dan pembatasan
apapun juga
§ Ekstensi adalah sejumlah objek yang tercangkup oleh objek tersebut,
misal konsep “manusia” dapat diterapkan pada manusia Indonesia,
bangsa india, bangsa china, bangsa yahudi dan sebagainya.
Antara konsep komprehensi dan ekstensi berlaku hukum yang
menyatakan timbal balik (Vloemans,1985) dengan empat kemungkinan
:
1. Makin bertambah komprehensi makin berkurang ekstensi
2. Makin berkurang komprehensi makin bertambah ekstensi
3. Makin bertambah ekstensi makin berkurang komprehensi
4. Makin berkurang ekstensi makin bertambah komprehensi
Catatan:
§ Semakin miskin komprehensi, semakin luas ekstensi
contoh: ide atau konsep tentang hewan jika tanpa keterangan yang
lebih lanjut, maka ide tentang hewan tersebut akan mengacu pada
hewan apa saja, bisa saja kucing, ular, anjing dsb.
§ Semakin kaya komprehensi, semakin sempit ekstensi
contoh: ide hewan yang meringkik keterangan yang meringkik
memperkaya komprehensi karenanya maka ekstensinya menjadi
sempit dan hanya kuda yang dapat ditunjuk dengan ide atau konsep
hewan yang meringkik.

3. Term
1. Pengertian Term
Term adalah kata atau beberapa kata yang memiliki satu pengertian
yang membuat konsep atau ide itu menjadi nyata.
2. Jenis-jenis term
a) Jika dilihat dari isi term memiliki dua sifat :

1. Term Kategorimatis
Term yang terdiri atas kata-kata yang memiliki pengertian tertentu
sehingga dapat digunakan sebagai term tanpa bantuan kata-kata yang
lainnya.
Contoh : Filsuf, Guru, Merah, Matahari, dsb.
Term Kategorimatis dapat dibedakan menjadi 3 jenis :
1. Term Kategorimatis Univokal, yaitu term yang dikenakan kepada
beberapa hal atau benda dalam arti yang sama.
Contoh : “Adam adalah manusia”, “Tuti adalah manusia”, “jhon adalah
manusia”. Term “manusia dalam contoh ini digunakan dalam arti yang
sama.
2. Term Kategorimatis Equivokal, yaitu term yang dikenakan kepada
beberapa hal atau benda dalam arti yang berbeda-beda.
Contoh : “kambing itu adalah kambing hitam”, “Hidayat adalah orang
yang sering dijadikan kambing hitam”.
Kambing hitam yang pertama merupakan kambing yang memang
berwarna hitam, sedangkan yang kedua adalah dimaksudkan orang
yang sering dipersalahakan.
3. Term Kategorimatis Analogis, yaitu term yang digunakan kepada
beberapa hal atau benda dalam arti yang berlainan namun dari segi
tertentu memiliki kesamaan.
Contoh : kaki seorang wanita dengan kaki meja.
Term Kategorimatis analogis dapat dibedakan atas 2 macam :
1) Term Kategorimatis analogis attributive, yaitu term yang terutama
digunakan arti sesungguhnya, bisa juga digunakan dengan hal-hal
lainnya karena memiliki hubungan tertentu dengan arti yang
sesungguhnya.
Contoh : kata “sakit” dalam arti sesungguhnya adalah orang yang sakit
(manusia atau binatang) jika kata “sakit” digunakan untuk rumah, maka
menjadi rumah sakit. Itu memiliki arti yang sama berhubungan dengan
orang sakit.
2) Term Kategorimatis analogis proporsional, yaitu term yang
digunakan untuk beberapa hal namun memiliki persamaan yang
sebanding.
Contoh : kata “daun” untuk tumbuhan dan kata “daun” untuk telinga
(daun telinga).

2. Term Sinkategorimatis
Term kata-kata yang terdiri sendiri tanpa bantuan dari kata-kata yang
lain sehingga tidak dapat digunakan sebagai term.
Contoh : kepada, dan, yang, dsb.
b) Term biasanya digunakan atas lima jenis :
1. Term konkret, yaitu term yang mengarah kepada suatu benda
konkret, dalam logika tradisional termasuk pula nama diri (proper
name).
Contoh : Kursi, Meja, Kuda, dsb.
2. Term abstrak, yaitu term yang mengacu pada kualitas, sifat, dan
hubungan dari sesuatu.
Contoh : Kebajikan, Kemanusiaan, Keindahan, Bulatan, Hitam,
Pemarah, dsb.
3. Term tunggal, term yang mengacu kepada satu benda atau
perorangan, atau kepada suatu himpunan yang terdiri atas sebuah
pengertian yang menunjuk kepada suatu diri. Contoh : Kepala SMP
Negeri 30 Jakarta yang kedua, direktur utama Garuda Indonesia yang
ketujuh, dsb.
4. Term kolektif, yaitu term yang mengacu kepada suatu himpunan
atau kelompok dari hal-hal atau benda yang dilihat selaku satu
kesatuan.
Contoh : STISIP, PERSIS, dsb.
5. Term umum, yaitu term yang mengacu kepada suatu himpunan
tanpa pembatasan kuantitas ataupun kualitas (berlaku umum)
Contoh : Manusia, Hewan, dsb.
BAB IV
PROPOSISI

1. Pengertian Proposisi
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti
penuh dan utuh ( subjek, kopula dan predikat).
Contoh : Semua Manusia adalah Fana
Keterangan : Semua = Quantifier
Manusia = Subjek
Adalah = Kopula
Fana = Predikat
2. Jenis-jenis proposisi
Secara garis besar :
1) Berdasarkan Kuantitas
a. Universal : Semua
b. Partikular : Beberapa
2) Berdasarkan Kualitas
a. AffIrmo => Positif
b. nEgO => Negatif
Apabila Kuantitas dan Kualitas di gabungkan, akan diperoleh 4 jenis
proposisi yaitu :
1. Universal afirmatif (A) => Semua S adalah P
2. Universal negatif (E) => Semua S bukan/tidak P
3. Partikular afirmatif (I) => Sebagian S adalah P
4. Partikular negatif (O) => Sebagian S bukan P
3. Distribusi Term dalam Proposisi (DTdP)
Distribusi term dalam proposisi adalah menunjukkan luas cakupan atau
sebaran term dari suatu subyek atau predikat dalam suatu proposisi.
Distribusi Term dalam Proposisi (DTdP) ada dua :
1. Berdistribusi
Term yang menunjukkan luas cakupan atau sebarannya meliputi
keseluran ekstensi term tersebut.
2. Tidak Berdistribusi
Term yang hanya mengacu kepada sebagian kuantitas term, yang
berarti bahwa luas cakupan atau sebaran term tersebut tidak meliputi
ekstensinya.
4. Pertentangan yang terdapat dalam proposisi
1. Kontraris
Kontaris adalah hubungan yang terdapat antara dua proposisi universal
yang mempumyai subjek dan predikat yang sama tetapi beda
kulitasnya, jadi proposisi ini berupa general.
2. Subkontraris
Subkontraris adalah hubungan antara dua proposisi atau individual
yang mempunyai subjek dan predikat yang sama tetapi kulitasnya jadi
proposisi ini berupa individual.
Sifat Subkontrari adalah:
a) Mustahil sama-sama salah
b) Mungkin sama-sama benar

3. Subalternasi
Subalternasi adalah pertentangan proposisi bentuk A dengan I dan E
dengan O. Sifat Subalternasi mengandung berbagai kemungkinan,
mungkinsama-samabenar, mungkinsama-samasalah, dan mungkin pula
benar yang satunya dan lainnya salah.
4. Kontradiksi
Kontradiksi adalah suatu bentuk kaliamat yang selalu bernilai
salah,tidak peduli kebenarannya masing-masing pada kalimat
penyusunnya
BAB V
INDUKSI DAN DEDUKSI
1. Induksi dan Deduksi dalam Pengetahuan Manusia dan Ilmu
Induksi adalah proses pemikiran didalam akal kita dari pengetahuan
tentang kejadian/peristiwa-peristiwa/ hal-hal yang lebih konkret dan
‘khusus’ untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih ‘umum’
Deduksi adalah proses pemikiran didalamnya akal kita dari
pengetahuan yang lebih ‘umum’ untuk menyimmpulkan pengetahuan
yang lebih ‘khusus’
2. Induksi (penalaran induktif)
a) Batasan Induksi
Induksi adalah suatu bentuk penalaran dari particular (kenyataan
pengetahuan yang lebih kongkter dan khusus) ke universal
(pengetahuan yang lebih umum) . Premis-premis yang digunakan dalam
penalaran induktif terdiri atas proposisi-proposisi pertikular, sedangkan
konklusinya adalah proposisi universal. Pada hakikatnya induksi adalah
suatu proses generalisasi, yakni berdasarkan hal-hal particular yang
diteliti, diperoleh konklusi universal.
b) Pentingnya Induksi
Pentingnya induksi karena metode induksi tidak terhingga
nilainya dalam pencarian kebenaran-kebenaran tentang alam semesta,
tentang manusia, dan tentang relasi antar manusia.
c) Ciri-ciri Induksi :
1. Pikiran kita bertolak dari contoh-contoh, fakta-fakta, atau
fenomena-fenomena particular.
2. Berdasarkan hubungan atau kesesuaian diantara contoh-contoh,
fakta-fakta, atau fenomena-fenomena itu pikiran kita menyimpulkan
sesuatu kebenaran umum ( lebih daripada contoh-contoh manapun )
d) Kebenaran Induksi Terletak pada Prinsip Kemungkinan (
Probabilitas )
Tidak seperti kaum skeptic yang menyangsikan kemungkinan
pengetahuan yang pasti, kita menerima generalisasi induktif, seperti
“semua manusia mati” berdasarkan probabilitas pernyataan itu tinggi
karena sejumlah besar orang telah mati pada masa lalu. Kesimpulan
“semua manusia mati” itu valid karena ia ditarik dari sejumlah fakta
pengalaman yang pasti dan dapat diverifikasi.
e) Analogi Sebagai Dasar Induksi
Analogi dalam Bahasa Indonesia ialah “kias” (Arab: gasa=mengukur,
membandingkan). Berbicara tentang Analogi adalah berbicara tentang
dua hal yang berlainan, yang satu bukan yang lain, dan dua hal yang
berlainan itu dibandingkan dengan satu yang lain. Dalam mengadakan
perbandingan, orang mencari persamaan dan perbedaan di antara hal-
hal yang di perbandingkan
3. Deduksi (penalaran deduktif)
Cara kerja untuk mengambil kesimpulan yang merupakan kebalikan
dari induksi ialah deduksi. Jadi deduksi itu jalan pikiran dari putusan
umum kepada putusan khusus. Kalau sudah diketahui bahwa putusan
umum yang menjadi titik tolak jalan pikiran itu benar, sehinngga
berlaku bagi semua dan tiap-tiap individu, yang dapat dimasukan
kedalam wilayah putusan umum itu, maka putusan khusus yang
merupakan kesimpulannya itu akan muncul dengan sendirinya, dan
benar pula.
BAB VI
INFERENSI LANGSUNG
1. Pengertian inferensi dan inferensi langsung
§ Inferensi
Kata inferensi berasal dari bahasa Inggris inference artinya
penyimpulan. Inferensi juga disebut dengan penalaran.
§ Inferensi Langsung
Ialah penarikan kesimpulan (konklusi) hanya dari sebuah premis.
Premis adalah dasar pemikiran yang menjamin terbentuknya
kesimpulan.
Contoh Inferensi
Bu, besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi
saya tidak punya baju baru, kadonya pun belum ada.
Maka inferensi dari ungkapan tersebut , bahwa tidak bisa pergi ke ulang
tahun temannya.
2. Inversi
Inversi merupakan penalaran langsung dengan cara menegasikan
subjek proposisi premis dan menegasikan atau tidak menegasikan
predikat proposisi premis.
a. Inversi Sebagian
Dilakukan dengan menegasikan subyek proposisi premis, sedangkan
predikatnya tidak. Lalu ubah pembilang subjek dari universal menjadi
partikular.
Contoh
A: Semua mahasiswa STISIP Widyapuri belajar Logika.
jadi
I: Sebagian bukan mahasiswa STISIP Widyapuri belajar logika.
b. Inversi Lengkap
Inversi dengan menegasikan baik subyek maupun predikat poposisi
premis.
Contoh : U+S+K+P à Pr + S + K + P
A: Semua mahasiswa STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi belajar
Logika.
jadi
I: Sebagian bukan mahasiswa STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi tidak
belajar Logika.
3. Konversi
Sejenis penarikan konklusi secara langsung, dalam hal ini terjadi
perubahan letak subjek dan predikat, tetapi tidak ada perubahan arti,
kwalitas maupun kwantitas.
a. Konversi Sederhana
Pembalikan sederhana adalah pembalikan di mana subjek dan predikat
ditukar tempatnya tanpa mengurangi ataupun mengubah kuantitas
masing-masing. Proposisi yang dapat mengalami pembalikan semacam
ini hanyalah proposisi E dan I.
Contoh :
· Proposisi E dibalik menjadi proposisi E
Contoh : Semua mahasiswa bukan anak kecil (E)
Konverse : Semua anak kecil bukan mahasiswa (E)
· Proposisi I dibalik menjadi proposisi I
Contoh : Beberapa mahasiswa berlatih karate (I)
Konverse : Beberapa yang berlatih karate adalah mahasiswa (I)
b. Konversi Aksidential
Pembalikan Aksidential/ Pembalikan pembatasan, ialah pembalikan
dimana subyek dan predikat mengalami tukar tempat, namun kuantitas
salah satunya mengalami pengurangan. Berlaku pada proposisi A.
Contoh :
Semua anggota DPR adalah pegawai pemerintah (A)
Konverse : Ada pegawai pemerintah yang disebut DPR. (I)
c. Kaidah Konversi
· Jika proposisi A dikonversikan, menjadi proposisi I
· Jika proposisi E dikonversikan, hasilnya tetap proposisi E
· Jika proposisi I dikonversikan, hasilnya tetap proposisi I
· Proposisi O tidak dapat dikonversikan.

4. Obversi
Penalaran langsung yang konklusinya menunjukkan perubahan kualitas
proposisi walaupun maknanya tetap dan tidak boleh berubah. Adapun
kuantitas proposisi yang menjadi premis dan proposisi yang menjadi
konklusi juga harus tetap sama.
5. Kontraposisi
Jenis penarikan kesimpulan, dengan jalan menukar kedudukan subjek
menjadi predikat dan sebaliknya, kemudian subjek dan predikat itu
dinegasikan.
Kontraposisi merupakan penarikan konklusi secara inversi dan
kemudian konversi.
1. Kontraposisi Sederhana
Penarikan kesimpulan dengan subjek yang bersifat kontradiktoris dari
predikat yang diberikan (kontraponend), tanpa mengubah kuantitasnya
dan kebenaran yang terkandung didalamnya.
Contoh :
Semua patriot adalah pemberani
à Semua yang bukan pemberani adalah bukan patriot.
2. Kontraposisi Aksidental (Parsial)
` Penarikan kesimpulan dengan subjek yang bersifat
kontradiktoris dari predikat yang diberikan (kontraponend), dimana
kuantitas mengalami perubahan, namun tanpa merubah kebenaran
yang terkandung didalamnya.

Contoh :
Semua demonstrasi bukan mahasiswa
àSebagian bukan mahasiswa bukan bukan demonstran
6. Oposisi
Oposisi dalam logika diartikan dengan pertentangan yang terdapat di
antara dua proposisi yang mempunyai subjek dan predikat yang sama
tetapi berbeda dalam kuantitas dan/atau kualitasnya.
1. Oposisi Sederhana
Oposisi yang berupa hubungan logis antara dua pernyataan tunggal
atas dasar term yang sama. Tetapi perbedaan dalam kualitas dan
kuantitas. Term satu-satunya disini merupakan predikat.
a) Oposisi kontraris adalah pertentangan yang terdapat di antara
proposisi-proposisi universal yang berbeda kualitasnya , yaitu yang satu
affirmatif dan yang lain negatif (antara A dan E)
Contoh :
Semua adalah korupsi
Semua tidak ada yang korupsi
b) Oposisi subkontraris adalah pertentangan antara dua propsisi
partikular yang berbeda kualitasnya, yaitu yang satu afirmatif dan yang
lain negatif (antara I dan O)
Contoh
Sebagian adalah sarjana hukum
Sebagian bukan sarjana hukum
c) Oposisi kontradiktoris adalah pertentangan antara dua proposisi
yang berbeda baik kualitas maupun kuantitasnya, yaitu antara propsisi
afirmatif universal A dan proposisi negatif partikular O atau antara
proposisi negatif universal E dan proposisi affirmatif partikular I
Contoh
Semua adalah mahasiswa
Beberapa bukan mahasiswa
d) Oposisi subalternasi adalah pertentangan antara dua premis yang
berbeda kuantitasnya, yaitu yang satu universal dan yang lainnya
partikular (antara A dan I atau antara E dan O)
Contoh
Ada sebagian pemberontak
Semua adalah pemberontak
* Oposisi sederhana
Oposisi yang berupa hubungan logis antara dua pernyataan atas dasar
dua term yang sama sebagai subyek dan predikat, tetapi berbeda
dalam kuantitas atau kualitasnya atau berbeda kedua-duanya atau
pertentangan antara dua proposisi kategoris dengan term yang sama
dan berbeda dalam satu hal.
Ø Oposisi Paralel merupakan hubungan antara dua pernyataan dengan
dua term yang sama tapi berbeda dalam kualitasnya. Yang satu dengan
predikat positif (afirmatif) dan yang lain dengan predikat negatif.
Contoh : Ada sebagian pejabat pemerintah yang korupsi
Ada sebagian pejabat pemerintah yang tidak korupsi
Ø Oposisi kontradiktoris merupakan pertentangan antara dua
pernyataan dengan term yang sama. Namun berbeda kuantitas dan
kualitasnya.
Contoh : Semua Bangsa Indonesia berketuhanan YME
Ada Bangsa Indonesia yang tidak berketuhanan YME
Ø Oposisi eksklusif merupakan pertentangan antara dua pernyatan
yang kualitasnya sama tapi berbeda kuantitas.
Contoh : Semua jaksa adalah sarjana hukum
Sebagian jaksa adalah sarjana hukum

DAFTAR PUSTAKA
Maran, Rafael Raga. 2007. Pengantar Logika. Jakarta : Grasindo.
Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi. Jakarta :
Grasindo.

Rapar, Jan Hendrik. 2003. Pengantar Logika. Yogyakarta : Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai