Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Awal dari pemikiran filsafat pada dasarnya adalah pengetahuan, rasa ingin
tahu sehinga lahirlah para pemikir-pemikir seperti imam Al-Ghazali sebagai salah
satu tokoh filsafat. Sehingga lahirlah beberapa kajian ilmu termasuk salah satunya
adalah Aksiologi Hukum Islam.

Pada dasarnya Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang


mempertanyakan tentang bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Jadi ada hal
yang ingin dicapai dalam kajian aksiologi ini salah satunya terkait hakikat dan
manfaat yang terdapat dalam sebuah ilmu pengetahuan.

Yang menjadi persoalan atau pokok bahasan di dalam makalah ini adalah
tidak membahas aksiologi sebagai cabang ilmu filsafat secara umum akan tetapi
membahas tentang aksiologi hukum islam sehingga akan ada perbedaan pada makna
atau pengertian.

Seperti yang diketahui hukum islam bersumber dari Al-Quran dan As-
Shunnah yang mencakup berbagai aspek dalam pengkajian termasuk salah satunya
adalah aksiologi hukum islam. Sehingga pemahaman kita tentang hukum islam akan
terarah sesuai aspek yang menjadi topik pembahasan.

B. Rumusan masalah
1. pengertian aksiologi hukum Islam?
2. Macam-macam aksiologi?
3. Nilai-nilai aksieologi hukum Islam?
4. Fungsi aksiologi hukum Islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AKSIOLOGI
Aksiologi berasal dari kata Yunani yaitu: axios berarti sesuai atau wajar,
sedangkan logos berarti ilmu, yang berarti studi filosofis yang menyangkut teori umum tentang
nilai atau studi tentang hakekat nilai-nilai.
Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian
filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, social dan agama. Sistem
mempunyai rancangan bagaimana tatanan, rancangan dan aturan sebagai satu bentuk
pengendalian terhadap satu institusi agar dapat terwujud.
Istilah etika berasal dari kata ethos (Yunani) yang berarti adat kebiasaan. Dalam istilah
lain, para ahli yang bergerak dalam bidang etika menyubutkan dengan moral, berasal dari bahasa
Yunani, juga berarti kebiasaan. Etika merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis
tentang nilai, ilmu kesusilaan yang memuat dasar untuk berbuat susila.
Antara ilmu (pendidikan) dan etika memiliki hubungan erat. Masalah moral tidak bisa
dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan
kebenaran dan terlebih untuk mempertahankan kebenaran, diperlukan keberanian moral. Sangat
sulit membayangkan perkembangan iptek tanpa adanya kendali dari nilai-nilai etika agama.
Untuk itulah kemudian ada rumusan pendekatan konseptual yang dapat dipergunakan sebagai
jalan pemecahannya, yakni dengan menggunakan pendekatan etik-moral, dimana setiap
persoalan pendidikan Islam coba dilihat dari perspektif yang mengikut sertakan kepentingan
masing-masing pihak, baik itu siswa, guru, pemerintah, pendidik serta masyarakat luas. Ini
berarti pendidikan Islam diorientasikan pada upaya menciptakan suatu kepribadian yang mantap
dan dinamis, mandiri dan kreatif. Tidak hanya pada siswa melainkan pada seluruh komponen
yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan Islam.
Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan pengalaman-
pengalaman kita yang berhubungan dengan seni. Hasil-hasil ciptaan seni didasarkan atas prinsip-
prinsip yang dapat dikelompokkan sebagai rekayasa, pola, bentuk dan sebagainya. Filsafat
Pendidikan Islam dan Estetika Pendidikan.
Menurut Richard Bender: Suatu nilai adalah sebuah pengalaman yang memberikan suatu
pemuasan kebutuhan yang diakui bertalian dengan pemuasan kebutuhan yang diakui
bertalian atau berhubungan. Dengan demikian kehidupan yang bermanfaat ialah pencapaian dan
sejumlah pengalaman nilai yang senantiasa bertambah.
Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, pada umumnya ditinjau
dari sudut pandangan kefilsafatan. Didunia ini terdapat banyak cabang pengetahuan yang
bersangkutan dengan masalah-masalah nilai yang khusus seperti epistimologis, etika dan
estetika. Epistimologi bersangkutan dengan masalah kebenaran, Etika bersangkutan dengan
masalah kebaikan, dan Estetika bersangkutan dengan masalah keindahan.
Secara historis, istilah yang lebih umum dipakai adalah etika (ethics) atau moral (morals).
Tetapi dewasa ini, istilah axios (nilai) dan logos (teori) lebih akrab dipakai dalam dialog
filosofis. Jadi, aksiologi bisa disebut sebagai the theory of value (teori nilai). Bagian dari filsafat
yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and
wrong), serta tentang cara dan tujuan (means and ends). Aksiologi mencoba merumuskan suatu
teori yang konsisten untuk perilaku etis, bertanya seperti apa itu baik (what is good?). Tatkala
yang baik teridentifikasi, maka memungkinkan seseorang untuk berbicara tentang moralitas,
yakni memakai kata-kata atau konsep-konsep semacam seharusnya atau sepatutnya (ought /
should). Kesimpulan dari Aksiologi itu terdiri dari analisis tentang kepercayaan, keputusan, dan
konsep-konsep moral dalam rangka menciptakan atau menemukan suatu teori nilai.

B. MACAM-MACAM AKSIOLOGI
Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian :
1. Moral Conduct, yaitu tindakan moral, dan melahirkan disiplin khusus yaitu etika.

2. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan

3. Socio-politcal life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat social politik.

Dalam Encyslopedia of philosophy dijelaskan aksiologi disamakan dengan value and valuation :
1. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian yang lebih sempit seperti baik,
menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan
segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian.

2. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai.
Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia.

3. Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai atau dinilai.

Dari definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama adalah mengenai
nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai.Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada
masalah etika dan estetika.

C. JENIS NILAI

Aksiologi sebagai cabang filsafat dapat kita bedakan menjadi 2 yaitu:


a) Etika dan Pendidikan
· Etika
Jadi, etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan perbutan manusia. Cara
memandangnya dari sudut baik dan tidak baik, etika merupakan filsafat tentang perilaku
manusia.Filsafat Pendidikan Islam dan Etika Pendidikan
Terwujudnya kondisi mental-moral dan spritual religius menjadi target arah
pengembangan sistem pendidikan Islam. Oleh sebab itu -berdasarkan pada pendekatan etik
moral- pendidikan Islam harus berbentuk proses pengarahan perkembangan kehidupan dan
keberagamaan ke arah idealitas kehidupan Islami, dengan tetap memperhatikan dan
memperlakukan sesuai dengan potensi dasar yang dimiliki serta latar belakang sosio budaya
masing-masing.
b). Estetika dan Pendidikan
· Estetika
Adapun yang mendasari hubungan antara filsafat pendidikan Islam dan estetika pendidikan
adalah lebih menitik beratkan kepada predikat keindahan yang diberikan pada hasil seni. Dalam
dunia pendidikan sebagaimana diungkapkan oleh Randall dan Buchler mengemukakan ada tiga
interpretasi tentang hakikat seni:
1. Seni sebagai penembusan terhadap realitas, selain pengalaman.
2. Seni sebagai alat kesenangan.
3. Seni sebagai ekspresi yang sebenarnya tentang pengalaman.
Namun, lebih jauh dari itu, maka dalam dunia pendidikan hendaklah nilai estetika menjadi
patokan penting dalam proses pengembagan pendidikan yakni dengan menggunakan pendekatan
estetis-moral, dimana setiap persoalan pendidikan Islam coba dilihat dari perspektif yang
mengikut sertakan kepentingan masing-masing pihak, baik itu siswa, guru, pemerintah, pendidik
serta masyarakat luas. Ini berarti pendidikan Islam diorientasikan pada upaya menciptakan suatu
kepribadian yang kreatif, berseni (sesuai dengan Islam).

D. FUNGSI AKSIOLOGI
Berkaitan dengan ilmu ushul fiqh, maka aksiologi fungsinya adalah untuk membimbing
manusia dalam menangkap maksud Tuhan secara benar. Artinya dengan mempelajari kaidah dan
teori ushul (al-qawa'id al-ushuliyah), salah seorang dapat menangkap makna yang terkandung
dalam teks-teks al-Qur'an dan al-sunnah, sehingga selaras dengan yang dikehendaki oleh Tuhan.
Dengan adanya pemahaman yang benar tentang maksud Tuhan dalam teks-teks agama
tersebut, diharapkan seseorang akan mencapai suatu kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia, dan
juga di akhirat. Wahbah al-Zuhaiyli, secara detail dan sistematis mengemukakan beberapa
kegunaan atau manfaat (aksiologi) ilmu ushul fiqh yaitu:
1. Secara historis yaitu mengetahui kaidah-kaidah dan cara-cara yang digunakan mujtahid dalam
memperoleh hukum melalui metode ijtihad yang mereka susun.
2. Manfaat ilmiah dan amaliah, yaitu memberikan gambaran mengenai syarat-syarat yang harus
dimiliki seorang mujtahid, sehingga dapat menggali hokum-hukum syara' dari nash dengan tepat.
3. Manfaat dalam ijtihad, yaitu menentukan hukum melalui berbagai metode yang di kembangkan
para mujtahid, sehingga berbagai persoalan baru yang secara gamblang belum ada dalam nash,
dan belum ada ketetapan hukumnya dikalangan ulama terdahulu dapat ditentukan hukumnya.
4. Manfaat sebagai perbandingan, yaitu dapat membandingkan cara istinbat dan hasil hukumnya
yang dilakukan oleh para mujtahid, sehingga diketahui mana yang palingkuat diantara pendapat-
pendapat yang ada.
5. Manfaat sosial, yaitu artinya dapat menyusun kaidah-kaidah umum yang dapat diterapkan guna
menetapkan hukum dari berbagai perkara sosial yang terus berkembang.
6. Manfaat secara agama, yaitu dengan memahami maksud yang dikehendaki Allah, dapat
mengantarkan manusia mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
BAB II
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Aksiologi (Yunani) yaitu: axios - sesuai atau wajar, logos- ilmu, yang berarti studi
filosofis yang menyangkut teori umum tentang nilai atau studi tentang hakekat nilai-nilai.
Macamnya ada tiga, yaitu: Menurut Bramel 1. Moral Conduct: tindakan moral, yang melahirkan
disiplin khusus yaitu etika; 2. Estetic expression: ekspresi keindahan, melahirkan keindahan;
3. Socio-politcal life: kehidupan social politik, yang akan melahirkan filsafat social politik.
Jenis nilai aksiologi itu ada dua: 1. Etika dan pendidikan; 2. Estetika dan pendidikan,
sedangkan menurut fungsinya aksiologi itu adalah bagaimana membantu manusia menangkap
maksud Tuhan secara benar baik dilihat dari berbagai sisi, sehingga manusia bisa hidup selaras.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Roy, ushul fiqih mazhab Aristoteles, Safiria Insani Press, Yogyakarta. 2004.
Paulus Wahana, Nilai Etika Aksiologis Max Scheler, kanisius, Yogyakarta, 2004.
Louis O. Kattsoff. Pengantar Filsafat. Alih Bahasa Soejono Soemargono, Penerbit Tiara,
Yogyakarta, 1996.

Anda mungkin juga menyukai