Anda di halaman 1dari 10

CARA KERJA ILMU PENGETAHUAN

“ILMU ALAM, SOSIAL-HUMANIORA DAN ILMU AGAMA”

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan

Penegtahuan, dari kata dasar ‘tahu’, mendapat awalan dan akhiran pe dan an. Imbuhan
‘pe-an’ berarti menunjukan adanya proses. Jadi menurut susunan perkataanya, pengetahuan
berarti proses mengetahui, dan menghasilkan sesuatu yang disebut pengetahuan.

B. Objek Ilmu Pengetahuan

Di dalam Wabster’s New Collegiate Dictionsry dijelaskan mengenai objek ilmu


pengetahuan yang mana di dalamnya ada penekanan mengenai objek, seperti sesuatu yang dapat
dilihat, disentuh dan diindra; sesuatu yang dapat disadari secara fisis maupun mental; suatu
tujuan akhir dari kegiatan atau usaha; dan suatu hal yang menjadi masalah pokok suatu
penyelidikan.

Jadi, dapatlah dipahami bahwa apa yang dimaksud objek adalah sasaran pokok atau
tujuan penyelidikan keilmuan. Pembicaraan mengenai objek, dikenal ada dua jenis yaitu objek
material (material object) dan objek forma (formal object).

Objek Material adalah sasaran pokok penyelidikan berupa materi atau materi yang dihadirkan
dalam suatu pemikiran atau penelitian.

Objek Formal adalah sasaran pokok penyelidikan berupa materi yang berbeda-beda dan
berjenis-jenis bentuk dan sifatnya. Ada yang karena kajian meterinya berupa hal-hal yang fisis
kebendaan dan ditinjau dari segi-segi pandangan (view point) yang kuantitatif, maka lalu
tergolong kedalam Ilmu Pengetahuan Fisika atau yang sering dikenal sebagai Ilmu Pengetahuan
Alam. Ada pula yang kajian materinya berupa hal-hal yang non-fisis, seperti manusia dan
masyarakat, yang ditinjau dari segi-segi kualitatif, maka ada yang tergolong kedalam Ilmu
Pengetahuan Manusia dan Kebudayaan dan ada yang tergolong kedalam Ilmu Pengetahuan
Sosial. Bahkan ada yang secara khusus mengengkat objek materi Agama (hal-ihwal tentang
ketuhanan), sehingga bidang ini tergolong kedalam Ilmu Pengetahuan Keagamaan atau Teologia.
Maka dapat disimpulkan dan dinilai bahwa objek forma (point of view) mempunyai kedudukan
dan peranan yang mutlak dalam menentukan sesuatu pengetahun menjadi ilmu pengetahuan.

C. Ilmu Alam

Ilmu Alam sering juga disebut dengan ilmu pengetahuan alam atau Natural Sciance
merupaan ilmu pengtahuan yang mengkaji gejala-gejala alam semesta.

Ilmu alam merupakan ilmu hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tidak
henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, obyektif,
bermetode dan berlaku secara universal. Dari pendapat ini dapat kita disimpulkan bahwa ilmu
alam merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan
langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau
observasi yang bersifat umum sehingga akan terus disempurnakan.

Tujuan Ilmu Kealaman Tujuan ilmu kealaman adalah untuk membentuk dan menggunakan
teori dengan mencari kebenaran dan menemukan fakta ilmu kealaman hanya mengemukakan
bukti kebenaran sementara yang berupa teori dan tidak bersifat mutlak (bersifat spekulasi)

Cara Kerja Ilmu Alam di dalam memecahkan suatu masalah kealamiahan, ilmu alam
mempunyai sistematika cara kerja tersendiri yang berbeda dengan ilmu lain pada umumnya.
Pengutamaan akan keadaan yang sistematik ini merupakan ciri-ciri yang menonjol pada segenap
cara kerja serta cara berfikir dalam ilmu alam. Dilihat dari sifat objeknya, cara kerja ilmu alam
dapat dirangkum dalam prinsip-prinsip berikut:

a. Gejala Alam Bersifat Fisik dan Statis


Ahli ilmu-ilmu alam berhubungan dengan gejala-gejala alam yang sifatnya
fisik yang teramati dan terukur. Dari sifatnya yang fiskal, teramati dan
terukur, gejala-gejala alam memiliki sifat statis atau tetap dari waktu ke
waktu. Karena statis jumlah variable dari gejala alam sebagai objek yang
diamati juga relatif lebih sederhana dan sedikit.
Contohnya misalnya ada seorang ahli ilmu alam ingin menjelaskan suatu
eksposi kimiawi, dia hanya perlu mempelajari sifat-sifat bahan kimiawi yang
bisa meledak dan mudah diamati. Jadi faktornya sederhana untuk bisa
menjelaskan eksplosi kimiawi

b. Objek Penelitian Bisa Berulang


Karena gejala-gejala alam itu sifatnya fisikal-statis, sehingga dalam
penelitiannya tidak mengalami perubahan atau tetap. Maka dari itu, objek
penelitian dalam ilmu alam bisa diamati secara berulang-ulang oleh pengamat
atau peneliti.
Contohnya seorang ingin meneliti tentang penemuan gravitasi oleh Isac
Newton, maka seorang peneliti tadi akan mengalami gejala-gejala alam yang
seragam sebagaimana yang dialami di jaman Isac Newton.

c. Pengamatan Relatif Lebih Mudah dan Simpel


Untuk melakukan pengamatan berkaitan ilmu alam dapat dilakukan
dengan mudah karena bisa dilakukan secara langsung dan dapat diulang
kapanpun. Tetapi untuk suatu ilmu yang belum terdaftar maka peneliti perlu
memberikan informasi tentang lingungan, peralatan, serta cara yang
digunakan oleh peneliti/pengamat, ini dilakukan supaya memudahkan apabila
ada orang lain ingin menguji hasil pengamatannya.
Contohnya pada zaman dahulu ahli-ahli ilmu apabila ingin mempelajari
sifat-sifat besi yang bisa leleh oleh panas, maka mereka tinggal memanasi besi
dengan api pada suhu tertentu maka besi akan meleleh. Maka apabila ahli-ahli
ilmu alam jaman searang ingin melaukannya, maka mereka tinggal
mengulangi proses yang telah dilakukan ahli-ahli ilmu terdahulu.

d. Subjek Pengamat (Peneliti) Lebih sebagai Penonton


Prinsip pengamatan dalam ilmu-ilmu alam adalah prinsip objektif, yang
artinya sebuah kebenaran yang disampaikan berdasarkan pada objek yang
diamati. Ilmuan alam adalah penonton alam, dia hanya mengamati alam dan
kemudian memperlihatkan kepada orang lain hasil pengamatannya, dimana
sedikitpun ia tidak melibatkan subjektivitasnya, tetapi sekedar menunjukan
hasil pengamatannya.

e. Memiliki Daya Prediktif yang Relatif Lebih Mudah Dikontrol


Di dalam ilmu-ilmu alam tidak sekadar mengamati kejadian-kejadian alam
yang selanjutnya disusun sebagai teori-teori saja, akan tetapi dari teori tadi
dapat digunakan untuk mempredisi kejadian-kejadian apa yang akan terjadi
apabila gejala-gejala yang diamati itu terjadi.
Contohnya Manusia mempelajari tekstur lempeng-lempeng dalam bumi,
termasuk gerakannya, karaternya, serta apa yang menyebabkan terjadinya
gerakan lempeng tadi. Maka dari pengamatan tadi bisa diketahui ada keajekan
bahwa tiap seratus tahun terjadi patahan-patahan lempeng bumi sehingga bisa
dijadian acuan prediksi, jika terjadi di dasar laut maka akan menimbulkan
gelombang laut yang sangat besar.

D. ILMU SOSIAL-HUMANIORA

Pengertian Ilmu Sosial-Humaniora Ilmu sosial (social science) atau ilmu pengetahuan
sosial (social studies) atau bisa juga ilmu sosial-humaniora adalah salah satu dari kelompok
disiplin ilmu yang didalamnya mengaji dan mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan
manusia dan lingungan sosialnya. Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat
secara subjektif, inter subjektif, dan objektif atau struktural, sebelmunya dianggap kurang ilmiah
bila dibandingkan dengan ilmu alam. Namun sekarang beberapa bagian dari ilmu sosial telah
banyak menggunakan metode kuantitatif. Demikian pula pendekatan interdisiplin dan lintas
disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan
yang telah mempengaruhinya telah membuat banyak penelitian ilmu alam tertarik pada babarapa
aspek dan metode ilmu sosial. Penggunaan metode kuantitatif dan kualitatif telah banyak
diintergrasikan dalam studi tentang tidakan sera implikasi dan konsekuensinya.

Ilmu-ilmu sosial belum mempunyai kaidah-kaidah dan dalil-dalil tetap yang diterima oleh
bagian besar masyaraat, disebebkan ilmu-ilmu tersebut belum berkembang. Sedangkan yang
menjadi objeknya adalah masyarakat manusia yang berubah-ubah. Oleh karena itu, hingga kini
belum diselidiki dan dianalisis hubungan antara unsur-unsur di dalam masyarakat secara lebih
mendalam.

CARA KERJA ILMU SOSIAL-HUMANIORA

a. Gejala Sosial-Humaniora Bersifat Non Fisik, Hidup, dan Dinamis


Ilmu sosial-humaniora mempelajari gejala-gejala yang bersifat hidup dan
bergerak secara dinamis. Objek studi ilmu-ilmu sosial-humaniora adalah manusia
yang lebih spesifiklagi pada aspek sebelah dalam atau innerworldnyadan bukan
outworldnyayang menjadi ciri-ciri ilmu alam.

b. Objek Penelitian Tidak Bisa Berulang


Gejala-gejala sosial-humaniora memiliki keunikan-keunikan dan
memungkinkan bergerak dan berubahnya sangat besar, karena meraka tidak
stagnan dan tidak statis. Kejadian sosial mungkin yang dulu pernah terjadi
barangkali secara mirip bisa terulang dalam masa sekarang atau nanti, tetapi tetap
secara kesluruhan tak pernah bisa sama.
Contohnya misalkan penelitian tentang perilaku kerusuhan orang-orang
di Surakarta, ilmuan sosial sekarang mencoba meneliti kerusuhan itu kembali,
maka data yang akan diperoleh atau gejala-gejala sosial-humaniora yang bisa
ditangkap meskipun dari informasi yang sama tadak akan pernah mungkin bisa
sama, karena ada faktor sikap, emosi, dan pengetahuan informasi yang
berkembang bahkan perubahan konteks sosio-budaya-politik.

c. Pengamatan Relatif Lebih Sulit dan Kompleks


Mengingat sifat gejala-gejala sosial-humaniora yang bergerak bahkan
berubah maka bisa dibayangkan ilmuan sosial humaniora dalam mengamati
mereka sudah barang tentu lebih sulit dan kompleks. Area yang diamati oleh
ilmu-ilmu sosial adalah apa yang dibalik penampakan fisik dari manusia dan
bentuk-bentu hubungan sosial mereka
Contohnya seseorang yang tersenyum pada orang lain, maka di dalam ilmu
sosial-humaniora senyuman tadi bisa bermakna banyak, bisa karena dia senang
dengan orang yang dilihatnya, bisa karena agar dilihat sebagai orang yang baik,
atau bisa jadi ia meliah sesuatu yang lucu atau aneh.

d. Subjek Pengamat (Peneliti) juga sebagai Bagian Integral dari Objek yang
Diamati
Dalam ilmi-ilmu sosial-humaniora karena subjek yang mengamati dan
yang diamati adalah manusia yang memiliki motif dan tujuan dalam setiap
tingkah lakunya, maka subjek yang mengamati atau peneliti tidak mungkian bisa
mengambil jarak dari objek yang diamati dan menerapkan objektivistik, dan
tampaknya lebih condong kearah subjektivistik. Karena subjek yang mengamati
adalah manusia yang juga memiliki kecenderunag nilai tertentu tentang hidup
maka ia menjadi bagian integral dari objek yang diamati yang juga manusia itu.

e. Memiliki Daya Preditif yang Relatif Lebih Sulit dan tak Terkontrol
Suatu teori sebagai hasil dari pengamatan sosial-humaniora tidak serta
merta bisa dengan mudah untuk memperediksi kejadian sosial-humaniora
berikutnya pasti terjadi. Karena pola-pola perilaku sosial-humaniora yang sama
belum tentu akan mengakibatkan kejadian yang sama. Akan tetapi tidak serta
merta hasil temuan ilmu sosial-humaniora tidak bisa dipakai untuk meramalkan
kejadian sosial, temuan masih bisa dipaai akan tetapi tidak sepasti ilmu alam.

CABANG-CABANG ILMU SOSIL-HUMANIORA

Dalam penerapannya dalam masyarakat, ilmu sosial memiliki beberapa cabang antara
lain, yaitu:

1. Ilmu Hukum
2. Ilmu Ekonomi
3. Ilmu Pendidikan
4. Ilmu Politik
5. Sejarah
6. Psikologi
E. ILMU AGAMA

Pengertian Ilmu Agama adalah sebuah ilmu yang dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan moral dan sepiritual-religius manusia.

CARA KERJA ILMU AGAMA

a. Gerakan Keagamaan sebagai Ekspresi Keimanan dan Pemahaman atas


Teks Suci
Gejala keagamaan dapat dilihat dari perilaku-perilaku keagamaan
seseorang yang beragama, dan juga pada karya-karya seni dan budaya yang
semua itu mencerminkan tentang ekspresi dan penghayatan dalam menjalani
ritual keagamaan bagi orang yang beragama. Suatu gejala keagamaan dalam
masalah agama itu bersifat terus berembang dan bergerak, atau dalam kata
lain tidak statis. Gejala-gejala keagamaan ini sekaligus menginduksi suatu
dinamika keimanan sebagai hasil dari pengalaman dan pemahaman atas teks-
teks suci keagamaan yang diyakini. Karena prinsip dasar dari gejala ilmu
keagamaan merupakan sebuah ekspresi daripada keimanan dan pemahaman
keagamaan.

b. Objek Penelitian Unik dan Tidak bisa Diulang


Dikatakan sebagai objek penelitian yang unik karena masalah yang diteliti
adalah tentang sebuah keyakinan keagamaan. Bereda dengan ilmu sosial-
humaniora yang mengamati perilaku orang dan masyarakat religius
memandang keyakinan keagamaan hanya sebagai hasil pengamatan. Dalam
ilmu keagamaan, keyainan dijadikan sebagai fokus utama sumber pengamatan
mengenai mengapa muncul perilaku sosial orang tertentu yang beragam.
Ini berarti yang menjadi onbjek penelitian ilmu-ilmu keagamaan adalah
menyangkut perilaku orang yang beragamnya dan juga teks-teks suci
keagamaan yang diyakini orang beragam. Ilmu-ilmu keagamaan juga bersifat
tidak bisa diulang-ulang karena masyarakat yang manjalankan kegiataan
keagamaan setiap generasi tidak bisa sama persis dengan generasi
sebelumnya.
c. Pengamatan Sulit dan Kompleks dengan Interprestasi Teks-teks Suci
Keagamaan
Karena Ilmu-ilmu keagamaan melihat dan memaknai apa yang ada di
balik kegiatan dan perilaku fisik dan empiris manusia yang beragam maka
ilmu keagamaan disebut ilmu yang sulit dan kompleks. Perilaku-perilaku
keagamaan ketika diamati jelas bermuatan multiinterpretasi baikterhadap
gejala-gejala yang ditangkap maupun dari segi penafsiran teks-teks suci.

d. Subjek Pengamtan (Peneliti) juga sebagai Bagian Integral dari Objek


yang Diamati
Prinsipnya adalah sama seperti dalam ilmu-ilmu sosial-humaniora,
pengamatan atau peneliti dalam ilmu-ilmu keagamaan juga tidak bisa
dilepaskan dan merupakan bagian integral dari objek yang diamati, apalagi
yang diamati adalah perilaku sosial humaniora manusia beragam atau
aktivitas-aktivitas keagamaan. Bahkan ketika mengkaji teks-teks suci, seorang
pengamat pasti juga terlibat secara emosional dan rasio9nal dlam memahami
dan menyimpulkan makna mereka.

e. Memiliki Daya Prediktif yang Relatif Lebih Sulit dan Tidak Terkontrol
Pengamatan ilmu keagamaan terhadap suatu aktivitas-aktivitas keagamaan
tidak bisa secara langsung mudah menggambarkan aktivitas-aktivitas
keagamaan lainnya yang akan terjadi. Hal ini dikarenakan dalam ilmu-ilmu
keagamaan, pola-pola perilaku keagamaan, pola-pola perilaku keagamaan
yang sama belum tentu akan mengakibatkan kejadian-kejadian berikutnya
yang sama.
Dalam ilmu-ilmu keagamaan, berbeda dengan ilmu-ilmu sosial-humaniora
pada umumnya, harus juga dipertimbangkan keragaman pemahaman orang-
orang beragam terhadap ajaran agama mereka, dan hal ini menambah daya
prediktif ilmu-ilmu agama semakin sulit.
1.1 Tabel Cara Kerja Ilmu Pengetahuan

Ilmu Alam Ilmu Sosial-Humaniora Ilmu Agama

Gejala Alam Bersifat Fisik Gejala Sosial-Humaniora Gerakan Keagamaan sebagai


dan Statis Bersifat Non Fisik, Hidup, dan Ekspresi Keimanan dan
Dinamis Pemahaman atas Teks Suci

Objek Penelitian Bisa Objek Penelitian Tidak Bisa Objek Penelitian Unik dan
Berulang Berulang Tidak bisa Diulang

Pengamatan Relatif Lebih Pengamatan Relatif Lebih Sulit Pengamatan Sulit dan
Mudah dan Simpel dan Kompleks Kompleks dengan Interprestasi
Teks-teks Suci Keagamaan

Subjek Pengamat (Peneliti) Subjek Pengamat (Peneliti) Subjek Pengamatan (Peneliti)


Lebih sebagai Penonton juga sebagai Bagian Integral juga sebagai Bagian Integral
dari Objek yang Diamati dari Objek yang Diamati

Memiliki Daya Prediktif Memiliki Daya Preditif yang Memiliki Daya Prediktif yang
yang Relatif Lebih Mudah Relatif Lebih Sulit dan tak Relatif Lebih Sulit dan Tidak
Dikontrol Terkontrol Terkontrol

F. KESIMPULAN

Dalam setiap disiplin ilmu pengetahuan itu mempunyai cara kerja sendiri-sendiri yang
membedakan disetiap disiplin ilmu. Sebagai contoh mengenai cara kerja ilmu alam itu tidak akan
sama dengan cara kerja ilmu sosial-humaniora, cara kerja sosial-humaniora juga tida sama
dengan cara kerja ilmu agama. Kesemua ilmu tersebut mempunyai ciri khas tersendiri walaupun
dalam beberapa hal cara kerja ada sedikit kesamaan atau sediit bersinggungan antara cara kerja
ilmu yang satu dengan yang lain. Dengan memahami cara kerja suatu ilmu pengetahuan kita bisa
tahu bagaimana cara kita saat ingin memperoleh suatu ilmu dengan cara memahami cara kerja
dan prosedur yang berlaku. Sehingga kita mudah untuk memperoleh atau menghasilkan
pengetahuan baru dari disiplin ilmu yang ingin kita gali.

Anda mungkin juga menyukai