Penegtahuan, dari kata dasar ‘tahu’, mendapat awalan dan akhiran pe dan an. Imbuhan
‘pe-an’ berarti menunjukan adanya proses. Jadi menurut susunan perkataanya, pengetahuan
berarti proses mengetahui, dan menghasilkan sesuatu yang disebut pengetahuan.
Jadi, dapatlah dipahami bahwa apa yang dimaksud objek adalah sasaran pokok atau
tujuan penyelidikan keilmuan. Pembicaraan mengenai objek, dikenal ada dua jenis yaitu objek
material (material object) dan objek forma (formal object).
Objek Material adalah sasaran pokok penyelidikan berupa materi atau materi yang dihadirkan
dalam suatu pemikiran atau penelitian.
Objek Formal adalah sasaran pokok penyelidikan berupa materi yang berbeda-beda dan
berjenis-jenis bentuk dan sifatnya. Ada yang karena kajian meterinya berupa hal-hal yang fisis
kebendaan dan ditinjau dari segi-segi pandangan (view point) yang kuantitatif, maka lalu
tergolong kedalam Ilmu Pengetahuan Fisika atau yang sering dikenal sebagai Ilmu Pengetahuan
Alam. Ada pula yang kajian materinya berupa hal-hal yang non-fisis, seperti manusia dan
masyarakat, yang ditinjau dari segi-segi kualitatif, maka ada yang tergolong kedalam Ilmu
Pengetahuan Manusia dan Kebudayaan dan ada yang tergolong kedalam Ilmu Pengetahuan
Sosial. Bahkan ada yang secara khusus mengengkat objek materi Agama (hal-ihwal tentang
ketuhanan), sehingga bidang ini tergolong kedalam Ilmu Pengetahuan Keagamaan atau Teologia.
Maka dapat disimpulkan dan dinilai bahwa objek forma (point of view) mempunyai kedudukan
dan peranan yang mutlak dalam menentukan sesuatu pengetahun menjadi ilmu pengetahuan.
C. Ilmu Alam
Ilmu Alam sering juga disebut dengan ilmu pengetahuan alam atau Natural Sciance
merupaan ilmu pengtahuan yang mengkaji gejala-gejala alam semesta.
Ilmu alam merupakan ilmu hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tidak
henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, obyektif,
bermetode dan berlaku secara universal. Dari pendapat ini dapat kita disimpulkan bahwa ilmu
alam merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan
langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau
observasi yang bersifat umum sehingga akan terus disempurnakan.
Tujuan Ilmu Kealaman Tujuan ilmu kealaman adalah untuk membentuk dan menggunakan
teori dengan mencari kebenaran dan menemukan fakta ilmu kealaman hanya mengemukakan
bukti kebenaran sementara yang berupa teori dan tidak bersifat mutlak (bersifat spekulasi)
Cara Kerja Ilmu Alam di dalam memecahkan suatu masalah kealamiahan, ilmu alam
mempunyai sistematika cara kerja tersendiri yang berbeda dengan ilmu lain pada umumnya.
Pengutamaan akan keadaan yang sistematik ini merupakan ciri-ciri yang menonjol pada segenap
cara kerja serta cara berfikir dalam ilmu alam. Dilihat dari sifat objeknya, cara kerja ilmu alam
dapat dirangkum dalam prinsip-prinsip berikut:
D. ILMU SOSIAL-HUMANIORA
Pengertian Ilmu Sosial-Humaniora Ilmu sosial (social science) atau ilmu pengetahuan
sosial (social studies) atau bisa juga ilmu sosial-humaniora adalah salah satu dari kelompok
disiplin ilmu yang didalamnya mengaji dan mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan
manusia dan lingungan sosialnya. Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat
secara subjektif, inter subjektif, dan objektif atau struktural, sebelmunya dianggap kurang ilmiah
bila dibandingkan dengan ilmu alam. Namun sekarang beberapa bagian dari ilmu sosial telah
banyak menggunakan metode kuantitatif. Demikian pula pendekatan interdisiplin dan lintas
disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan
yang telah mempengaruhinya telah membuat banyak penelitian ilmu alam tertarik pada babarapa
aspek dan metode ilmu sosial. Penggunaan metode kuantitatif dan kualitatif telah banyak
diintergrasikan dalam studi tentang tidakan sera implikasi dan konsekuensinya.
Ilmu-ilmu sosial belum mempunyai kaidah-kaidah dan dalil-dalil tetap yang diterima oleh
bagian besar masyaraat, disebebkan ilmu-ilmu tersebut belum berkembang. Sedangkan yang
menjadi objeknya adalah masyarakat manusia yang berubah-ubah. Oleh karena itu, hingga kini
belum diselidiki dan dianalisis hubungan antara unsur-unsur di dalam masyarakat secara lebih
mendalam.
d. Subjek Pengamat (Peneliti) juga sebagai Bagian Integral dari Objek yang
Diamati
Dalam ilmi-ilmu sosial-humaniora karena subjek yang mengamati dan
yang diamati adalah manusia yang memiliki motif dan tujuan dalam setiap
tingkah lakunya, maka subjek yang mengamati atau peneliti tidak mungkian bisa
mengambil jarak dari objek yang diamati dan menerapkan objektivistik, dan
tampaknya lebih condong kearah subjektivistik. Karena subjek yang mengamati
adalah manusia yang juga memiliki kecenderunag nilai tertentu tentang hidup
maka ia menjadi bagian integral dari objek yang diamati yang juga manusia itu.
e. Memiliki Daya Preditif yang Relatif Lebih Sulit dan tak Terkontrol
Suatu teori sebagai hasil dari pengamatan sosial-humaniora tidak serta
merta bisa dengan mudah untuk memperediksi kejadian sosial-humaniora
berikutnya pasti terjadi. Karena pola-pola perilaku sosial-humaniora yang sama
belum tentu akan mengakibatkan kejadian yang sama. Akan tetapi tidak serta
merta hasil temuan ilmu sosial-humaniora tidak bisa dipakai untuk meramalkan
kejadian sosial, temuan masih bisa dipaai akan tetapi tidak sepasti ilmu alam.
Dalam penerapannya dalam masyarakat, ilmu sosial memiliki beberapa cabang antara
lain, yaitu:
1. Ilmu Hukum
2. Ilmu Ekonomi
3. Ilmu Pendidikan
4. Ilmu Politik
5. Sejarah
6. Psikologi
E. ILMU AGAMA
Pengertian Ilmu Agama adalah sebuah ilmu yang dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan moral dan sepiritual-religius manusia.
e. Memiliki Daya Prediktif yang Relatif Lebih Sulit dan Tidak Terkontrol
Pengamatan ilmu keagamaan terhadap suatu aktivitas-aktivitas keagamaan
tidak bisa secara langsung mudah menggambarkan aktivitas-aktivitas
keagamaan lainnya yang akan terjadi. Hal ini dikarenakan dalam ilmu-ilmu
keagamaan, pola-pola perilaku keagamaan, pola-pola perilaku keagamaan
yang sama belum tentu akan mengakibatkan kejadian-kejadian berikutnya
yang sama.
Dalam ilmu-ilmu keagamaan, berbeda dengan ilmu-ilmu sosial-humaniora
pada umumnya, harus juga dipertimbangkan keragaman pemahaman orang-
orang beragam terhadap ajaran agama mereka, dan hal ini menambah daya
prediktif ilmu-ilmu agama semakin sulit.
1.1 Tabel Cara Kerja Ilmu Pengetahuan
Objek Penelitian Bisa Objek Penelitian Tidak Bisa Objek Penelitian Unik dan
Berulang Berulang Tidak bisa Diulang
Pengamatan Relatif Lebih Pengamatan Relatif Lebih Sulit Pengamatan Sulit dan
Mudah dan Simpel dan Kompleks Kompleks dengan Interprestasi
Teks-teks Suci Keagamaan
Memiliki Daya Prediktif Memiliki Daya Preditif yang Memiliki Daya Prediktif yang
yang Relatif Lebih Mudah Relatif Lebih Sulit dan tak Relatif Lebih Sulit dan Tidak
Dikontrol Terkontrol Terkontrol
F. KESIMPULAN
Dalam setiap disiplin ilmu pengetahuan itu mempunyai cara kerja sendiri-sendiri yang
membedakan disetiap disiplin ilmu. Sebagai contoh mengenai cara kerja ilmu alam itu tidak akan
sama dengan cara kerja ilmu sosial-humaniora, cara kerja sosial-humaniora juga tida sama
dengan cara kerja ilmu agama. Kesemua ilmu tersebut mempunyai ciri khas tersendiri walaupun
dalam beberapa hal cara kerja ada sedikit kesamaan atau sediit bersinggungan antara cara kerja
ilmu yang satu dengan yang lain. Dengan memahami cara kerja suatu ilmu pengetahuan kita bisa
tahu bagaimana cara kita saat ingin memperoleh suatu ilmu dengan cara memahami cara kerja
dan prosedur yang berlaku. Sehingga kita mudah untuk memperoleh atau menghasilkan
pengetahuan baru dari disiplin ilmu yang ingin kita gali.