Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BALAGHATUL QUR’AN

Prodi : Ilmu Al-Qur’an & Tafsir


Mata Kuliah : Balaghatul Qur’an
Dosen Pengampu : Ali Zaenal Arifin S.Ud, M.Ag.

Disusun Oleh :
1. Abdurrohman
2. Ibadurrahman Haqqony

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN


AL MULTAZAM
KATA PENGANTAR

         
          Puji syukur Kehadhirat Allah SWT atas segala perkenaannya sehingga penyusunan
Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah balaghatul Qur’an..
Makalah ini merupakan laporan yang dibuat sebagai bagian dalam memenuhi
kriteria mata kuliah. Salawat dan salam kami kirimkan kepada junjungan kita tercinta
Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya serta seluruh kaum muslimin yang
tetap teguh dalam ajaran beliau.
          Penulis mengharapkan semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,
baik dikalangan Mahasiswa maupun dikalangan masyarakat nantinya yang diajukan
sebagai bahan diskusi pada perkuliahan.         
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan Makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
khususnya kepada Dosen pembimbing guna untuk menyempurnakan Makalah ini dan pada
akhirnya bisa bermanfaat bagi semua pembaca.

Kuningan, 4 September 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………………1
Daftar Isi…………………………………………………………………………………..2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................4

BAB II

PEMBAHASAN

A. UNSUR-UNSUR POKOK ISNAD……………….…………………......................5


B. PENGERTIAN ISNAD 'AQLI HAQIQI DAN PEMBAGIANNYA….…..…………....5
C. PENGERTIAN ISNAD ‘AQLI MAJAZI DAN PEMBAGIANNYA…………………….7
D. PENGERTIAN ISNAD KHABARI………………………………………………………9

BAB III

PENUTUP

A. kesimpulan...............................................................................................................11
B. Saran........................................................................................................................11

Daftar Pustaka......................................................................................................................12

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Isnad yang dinisbatkan kepada Aqal itu ada dua yaitu: Haqiqat dan Majaz"
Adapun Isnad yang pertama (Isnad 'Aqli Haqiqi/Haqiqat 'Aqliyyah) adalah
menyandarkan fi‘il atau lafadz yang serupa dengan fi‘il kepada ma‘mulnya, seperti
lafadz: ( ‫از َمنْ َت َبتَّاَل‬
َ ‫ ) َف‬Berbahagia orang yang memutuskan hubungan hatinya dengan
makhluk.”

"Pembagian Isnad 'Aqli Haqiqi/Haqiqat 'Aqliyyah dilihat dari kesesuaian dengan i'tiqad
dan kenyataan di bagi menjadi 4 macam"
Definisi Isnad 'Aqli
Isnad adalah menetapkan satu perkara kepada perkara lain atau menafikan satu
perkara dari perkara lain atau menuntut satu perkara dari perkara lain.

Contoh menetapkan satu perkara kepada perkara lain adalah ‫( َو َطنِيْ َج ِم ْي ٌل‬Tanah airku
Indah). Menetapkan "Indah" kepada "Tanah airku"

Contoh Menafikan satu perkara dari perkara lain adalah ‫ــجـ ُح ْال َكــس ُْو ُل‬
َ ‫( اَل َي ْن‬Orang yang
Malas tidak akan sukses/berhasil). Menafikan/meniadakan kesuksesan dari orang
yang malas.

Contoh menuntut satu perkara dari perkara lain adalah ucapan kamu kepada temanmu
" ْ‫( "اَل َت ْكذِب‬Janganlah Kamu berbohong). Dalam ucapan ini kamu Menuntut dari
temanmu untuk tidak berbohong.

Disebut dengan Isnad 'Aqli karena penyandaran yang terjadi seperti pada contoh-
contoh diatas, semuanya bisa diketahui dengan menggunakan akal. Bila dijelaskan
lebih lanjut, Menetapkan, Menafikan dan Menuntut sesuatu dari sesuatu yang lain
baik hakiki atau majazi itu semua bisa diketahui melalui akal.

3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana unsur-unsur Pokok Isnad?
2. Bagaimana pengertian Isnad 'Aqli Haqiqi dan Pembagiannya?
3. Bagaimana pengertian Isnad 'Aqli Majazi dan Pembagiannya?
4. Bagaimana pengertian Isnad Khabari?

C. Tujuan Penulisan
1. Memberi sumbangan pemikiran berupa khazanah keilmuan Balaghatul Qur’an.
2. Menambah reverensi hukum yang dapat di gunakan sebagai acuan di masa yang
akan mendatang.
3. Dapat mengetahui Isnad Dalam Balghatul Qur’an.
4. Memberitahukan tentang salah satu materi dalam ilmu balaghatul Qur.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Unsur-unsur pokok isnad


Unsur-unsur pokok Isnad ada 2 (dua) yaitu Musnad Ilaih (‫ )مسند إليه‬yaitu lafadz atau
perkara yang ditetapi hukum baik hukum ada atau tidak ada atau yang ditetapi tuntutan.
Dalam Jumlah Ismiyyah yang menjadi Musnad Ilaih adalah Mubtada' atau isim dari
'Amil Nawasikh. Sedangkan dalam Jumlah Fi'liyyah yang menjadi Musnad Ilaih adalah
Fa'il atau Naibul Fa'il.

4
Musnad (‫ ) ُمــ ْسنَد‬yaitu lafadz atau perkara yang ditetapkan atau ditiadakan dari Musnad
Ilaih atau tuntutan yang dibebankan kepada perkara lain. Dalam Jumlah Ismiyyah yang
menjadi Musnad adalah Khobar Mubatada atau Khobar dari 'Amil Nawasikh.
Sedangakan dalam Jumlah Fi'liyyah yang menjadi Musnad adalah Fi'il.

B. Pengertian isnad ‘Aqli Haqiqi dan pembagiannya


Definisi dari Isnad 'Aqli Haqiqi adalah menyandarkan fi'il atau yang menyerupainya
(Mashdar, Isim Fa'il, Isim Maf'ul, Shifat Musyabbihat, Isim Tafdlil, dan Dharaf)
kepada ma'mul (lafadz) yang semestinya menurut kehendak mutakallim. Misalnya
penyandaran fi'il mabni ma'lum (kata kerja aktif) kepada fa'il (pelaku/subjek), contoh :
‫ ( تَ َعلَّ َم زَ ْي ٌد‬Zaid Belajar) dan penyandaran fi'il mabni majhul (kata kerja pasif) kepada
naibul fa'il (pengganti pelaku/subjek),

Pembagian Isnad 'Aqli Haqiqi dilihat dari keyakinan mutakallim dan kenyataannya,
terbagi menjadi empat macam, yaitu :
1. sesuai keyakinan mutakallim dan kenyataannya.
ِ ‫" )َأ ْنبَتَ هللاُ النَبَا‬Allah yang telah menumbuhkan
seperti ucapan seorang mu’min: (‫ت‬
tumbuh-tumbuhan". Ucapan ini cocok dengan keyakinan seorang mukmin dan juga
cocok dengan kenyataan, bahwa Allah-lah yang telah menumbuhkan tumbuh-
tumbuhan. Contoh lain adalah ucapan orang Islam "‫( "هللاُ أ َحـ ٌد‬Allah itu satu).

2. sesuai keyakinan mutakallim namun tidak sesuai dengan kenyataannya.


seperti ucapan orang kafir: (‫" )َأ ْنبَتَ ال َّربِ ْي ُع ْالبَقَ َل‬Musim semi telah menumbuhkan sayur-
sayuran". Bagi orang yang tidak mempercayai Allah, ucapan ini cocok dengan
keyakinannya, tapi tidak cocok dengan kenyataan yang ada, bahwa Allah-lah yang
ُ ِ‫"هللاُ ثَـال‬
telah menumbuhkan tanaman. Contoh lain adalah : Ucapan orang kafir : "‫ث ثَـاَل ثَ ٍة‬
(Allah itu tuhan ketiga dari 3 tuhan).

3. hanya sesuai kenyataannya namun tidak pada keyakinan mutakallim.


seperti kata orang mu‘tazilah : (‫ق هللاُ اَأْل ْف َعا َل ُكلَّهَا‬
َ َ‫“ )خَ ل‬semua perbuatan diciptakan oleh
Allah”. Ucapan orang Mu'tazilah ini tidak cocok dengan keyakinannya yang meyakini

5
bahwa manusia menciptakan perbuatannya sendiri, tapi cocok dengan kenyataan
bahwa Allah-lah yang menciptakan pekerjaan manusia.
Contoh lain adalah ucapan orang kafir : "‫( "هللاُ َأ َحـ ٌد‬Allah itu satu)

4. tidak sesuai kenyataannya dan tidak pada keyakinan mutakallim.


seperti: (‫" )قَا َم ُم َح َّم ٌد‬Muḥammad telah berdiri " Padahal kamu tahu bahwa Muḥammad itu
ُ ِ‫( "هللاُ ثَـال‬Allah itu tuhan
belum berdiri. Contoh lain adalah ucapan orang Islam "‫ث ثَـاَل ثَ ٍة‬
ketiga dari 3 tuhan). Ucapan orang Islam ini tidak sesuai dengan keyakinannya dan
kenyataan.

Isnad 'Aqli Haqiqi itu bila dilihat dari kedua unsur pokoknya, yaitu musnad dan
musnad ilaih juga terbagi atas empat macam yaitu:

1. Musnad dan Musnad ilaih berupa hakikat lughawy (menggunakan lafadz dan makna
aslinya)
َ ْ‫ت َو اَأْلر‬
seperti contoh : ‫ض‬ َ َ‫( َخل‬Allah-lah yang telah menciptakan Langit dan
ِ ‫ق هللاُ السَّم َوا‬
َ َ‫ َخل‬menggunakan makna asalnya yaitu menciptakan dan
bumi). Musnad-nya adalah ‫ق‬
Musnad Iliah-nya adalah ُ‫ هللا‬juga menggunakan makna asalnya yaitu Allah.

2. Musnad dan Musnad ilaih berupa majaz lughawy (tidak menggunakan makna
asalnya)
seperti (‫( )َأحْ يَا ْالبَحْ ُر زَ ْيدًا‬Orang yang dermawan telah memberi kepada Zaid), dengan
menggunakan majāz isti‘ārah sebagaimana yang akan diterangkan pada ilmu bayan.
Lafaz (‫ )َأحْ يَا‬adalah Musnad yang menggunakan arti lafadz (‫ َأ ْعطَى‬- memberi). dan
ْ adalah Musnad Ilaih yang menggunakan arti lafadz (‫ال َك ِر ْي ُم‬-
Lafadz (ُ‫)البَحْ ر‬ ْ orang
dermawan).

3. Musnad ilaih menggunakan arti ḥakiki, sedangkan musnad menggunakan arti majaz

6
seperti: "‫( "َأحْ يَا اِإْل لهُ ْالبَقَ َل‬Tuhan telah menumbuhkan tanaman). Lafaz (‫ )َأحْ يَا‬yang menjadi
Musnad makna aslinya adalah menghidupkan berubah menjadi menumbuhkan ( َ‫)َأ ْنبَت‬.

4. Musnad ilaih dengan arti majaz, musnad dengan arti hakiki


seperti: ‫" َجا َء َز ْي ٌد‬Pelayan Zaid telah datang.” Lafadz ‫ َجا َء‬yang menjadi Musnad
menggunakan makna asalnya yaitu "datang", sedangkan ‫ َز ْي ٌد‬yang menjadi Musnad Ilaih
menggunakan makna yang diinginkan mutakallim yaitu "Pelayan Zaid" dengan
membuang mudlof yaitu lafadz ‫( ُغـاَل ُم‬Pelayan).

C. Pengertian Isnad ‘Aqli Majazi dan Pembagiannya

‫ازي هُ َو ِإ ْسنَا ُد ْالفِ ْع ِل َأوْ َما فِي َم ْعنَاهُ ِإلَى َغي ِْر ِه َما ه َُو لَهُ لِ َعاَل قَ ٍة َم َع قَ ِر ْينَ ٍة َمانِ َع ٍة‬
ِ ‫اَ ْل َم َجا ُز ْال َع ْقلِ ُّي َأوْ يُ َس َّمى بِاِإْل ْسنَا ِد ْال َم َج‬
ِ ‫ِم ْن ِإدَا َر ِة ْال َحقِي‬
‫ْق‬
Majaz aqli atau disebut juga isnad majazi adalah menyandarkan perbuatan (aktivitas)
atau yang semakna kepada sesuatu yang bukan aslinya karena adanya ‘alaqah serta
qarinah (susunan kalimat) yang mencegah terjadinya penyandaran makna ke lafaz
tersebut. Dalam majaz aqli hubungan makna yang asli dengan majaz bukan karena
hubungan musyabbahah seperti pada pembahasan tasybih. Dinamakan aqli, karena
majaz jenis ini bisa diketahui penunjukan maknanya dengan menggunakan akal.

Alaqah Majaz Aqli


Ada beberapa ‘alaqah yang terdapat dalam majaz aqli.
1. As-sababiyah (‫)السببية‬
Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada penyebab langsung (pelaku).
Contohnya:

7
ِ ‫) َأسباب َّ ِ ِ ِإ ِإ‬٣٦( ‫وقَ َال فِرعو ُن يا هاما ُن اب ِن يِل صرحا لَعلِّي َأبلُ ُغ اَأْلسباب‬
َ ‫الس َم َاوات فََأطَّل َع ىَل لَه ُم‬
‫وسى‬ َ َْ َ َْ ْ َ ً َْ ْ َ َ َ َْ ْ َ
ٍ ‫السبِ ِيل وما َكْي ُد فِر َعو َن ِإاَّل يِف َتب‬ ِِ ِِ ِ ِ
َ ‫َوِإيِّن َأَلظُنُّهُ َكاذبًا َو َك َذل‬
( ‫اب‬ َ ْ ْ َ َ َّ ‫ص َّد َع ِن‬
ُ ‫ك ُزيِّ َن لف ْر َع ْو َن ُسوءُ َع َمله َو‬
)٣٧
Artinya: “Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan
yang Tinggi supaya Aku sampai ke pintu-pintu,(yaitu) pintu-pintu langit, supaya Aku
dapat melihat Tuhan Musa dan Sesungguhnya Aku memandangnya seorang pendusta".
Demikianlah dijadikan Fir'aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia
dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain hanyalah
membawa kerugian.” (QS. Ghafir [40]: 36-37)
Pada ayat ini disebutkan bahwa perbuatan (aktivitas) membangun gedung yang
menjulang disandarkan kepada seorang bernama Haman padahal ia bukan pelaku
sebenarnya. Yang membangun itu adalah para pekerja, tetapi Haman bertindak sebagai
pengawas proses pembangunan itu.
2. Az-zamaniyah (‫)الزمانية‬
Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada masa/waktu terjadinya.
Contohnya:
َ ‫نَهَا ُر ْالـ ُمْؤ ِم ِن‬
‫صاِئ ٌم ولَ ْيلُهُ قَاِئ ٌم‬
Artinya: "Siangnya orang mukmin itu berpuasa dan malamnya bangun (untuk ibadah).”
Pada contoh ini disebutkan bahwa perbuatan (aktivitas) puasa disandarkan kepada
masa/waktu yaitu “siang” padahal “siang” itu bukan pelaku sebenarnya, tetapi yang
melakukan puasa itu adalah seorang mukmin pada waktu siang hari.
3. Al-Makaniyah (‫)المكانية‬
Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada tempat terjadinya.
Contohnya:
ِ ‫ت تَجْ ِري ِم ْن تَحْ تِهَا اَأْل ْنهَا ُر خَالِ ِدينَ فِيهَا َو َم َسا ِكنَ طَيِّبَةً فِي َجنَّا‬
ٌ ‫ت َع ْد ٍن َو ِرضْ َو‬
‫ان‬ ِ ‫َو َع َد هَّللا ُ ْال ُمْؤ ِمنِينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا‬
ٍ ‫ت َجنَّا‬
)٧٢( ‫ِمنَ هَّللا ِ َأ ْكبَ ُر َذلِكَ هُ َو ْالفَوْ ُز ْال َع ِظي ُم‬
Artinya: “Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan,
(akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di

8
dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. dan keridhaan
Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.” (QS. at-Taubah [9]:
72)
Pada ayat ini disebutkan bahwa perbuatan (aktivitas) mengalir disandarkan kepada
sungai-sungai padahal sungai-sungai itu bukan pelaku sebenarnya, tetapi yang
mengalir itu adalah air-air yang bertempat di sungai-sungai.
5. Al-Mashdariyah (‫)المصدرية‬
Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada mashdarnya (kata dasar/asal).
Contohnya:
‫ َوفِي اللَّ ْيلَ ِة الظَّ ْل َما ِء يُ ْفتَقَ ُد البَ ْد ُر‬# ‫َسيَ ْذ ُك ُرنِي قَوْ ِم ْي ِإ َذا َج َّد ِج ُّدهُ ْم‬
Artinya: “Kaumku akan teringat kepadaku apabila mereka menghadapi kesulitan. Pada
malam yang gelap bulan purnama baru dirindukan (dicari-cari)”
Pada syair ini disebutkan bahwa aktivitas menghadapi kesusahan disandarkan kepada
mashdar (kata dasar) yaitu kata (‫ ) ِج ُّد‬padahal mashdar itu bukan pelaku sebenarnya,
tetapi yang mengalami kesusahan adalah orang-orang yang susah.
5. Al-Fa’iliyyah (‫)الفاعلية‬
Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada fa’ilnya padahal yang dimaksud maf’ulnya.
Contoh:

ِ ‫فَهُ َو فِي ِعي َش ٍة رَّا‬


‫ضيَ ٍة‬

Artinya: “Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai.” (Al-Haqqah: 21)

Kata (‫اضيَ ٍة‬


ِ ‫)ر‬
َ bermakna meridhai atau semakna dengan bina ma’lum dan yang
ِ ْ‫ ) َمر‬yang artinya yang diridhai.
dimaksud adalah (‫ضيَّ ٍة‬

9
6. Al-Maf’uliyyah (‫)المفعولية‬
Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada maf’ulnya padahal yang dimaksud fa’ilnya.

‫َوِإ َذا قَ َرْأتَ ْالقُرْ آنَ َج َع ْلنَا بَ ْينَكَ َوبَ ْينَ الَّ ِذ ْينَ الَ يُْؤ ِمنُوْ نَ بِاآْل ِخ َر ِة ِح َجابًا َم ْستُوْ رًا َساتِرًا‬

Artinya: “Dan apabila kamu membaca Al Quran niscaya Kami adakan antara kamu dan
orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang
tertutup.” (Al-Isra: 45)

Kata (‫ ) َم ْستُوْ رًا‬bermakna tertutup atau semakna dengan bina majhul dan yang dimaksud
adalah (‫ ) َساتِرًا‬yang artinya yang menutupi.

D. Pengertian Isnad Khabari

‫ب َأ ِو اِإْل ْي َجا ِد‬ِ ‫ب ْال ُح ْك ُم بِالس َّْل‬


ِ ‫ِإ ْسنَا ُدهُ ْم َو قَصْ ُد ِذي ْال ِخطَا‬
‫س ْال ُح ْك ِم‬َ ‫ ِإفَا َدةُ السَّا ِم ِع نَ ْف‬.‫َأوْ َكوْ نَ ُم ْخبِ ٍر بِ ِه َذا ِع ْل ٍم‬
Artinya:

“Isnād khabarī menurut ulama ahli balāghah, ialah menghukumi dengan salab (nafi)
atau ījād (itsbāt). Adapun tujuan mukhāthib ialah memberi faedah kepada pendengar
akan zat hukum atau memberitahu bahwa pembicarapun mengetahui.”

Contoh:

1. Ījād (itsbāt), seperti: (‫ـ زَ ْي ٌد َعلِ َم‬،‫) َعلِ َم زَ ْي ٌد‬.

َ ‫ زَ ْي ٌد لَي‬،‫) َما َعلِ َم َز ْي ٌد‬.


2. Salab (nafi), seperti: (‫ْس بِ َعالِ ٍم‬

3. Memberi tahu kepada orang yang tahu atau memberi tahu bahwa mutakallim
ِ ‫هللاُ َعلِ ْي ٌم بِ َذا‬
mengetahui, seperti : ‫ت الصُّ ُدوْ ر‬

10
‫َان فََأ َّو ٌل فَاِئ َدةٌ َو الثَّانِ ْي‬
ِ ‫اَل ِز ُمهَا ِع ْن َد َذ ِوي اَأْل ْذه‬
Artinya:

“Maka yang pertama itu fā’idat-ul-khabar (hukum yang sengaja diterangkan oleh
orang yang membawa berita/pembicara) dan yang kedua lāzimat-ul-khabar (pembawa
berita/pembicara mengetahui pada hukum) menurut orang-orang yang berakal.”

َ ‫ ُم َخاطَبٌ ِإ ْن َكانَ َغ ْي َر عَا ِم ِل َو ُربَّ َما ُأجْ ِر‬.


‫ي َمجْ َرى ْال َجا ِه ِل‬
Artinya:

“Dan kadang-kadang diperlakukan seperti orang bodoh, yaitu mukhathab (yang


mengerti) jika ia tidak mengamalkannya.”

‫ب ْال َحضْ َر ِة َكقَوْ لِنَا لِ َعالِ ِم ِذيْ َغ ْفلَ ٍة‬


ِ ‫ال ِّذ ْك ُر ِم ْفتَا ُح ِلبَا‬
Artinya:

“Seperti kata kita kepada orang ‘alim yang lupa (mengingat Tuhan/dzikrullah): Zikir
itu kunci pembuka pintu ke hadhirat Allah.”

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Isnad 'Aqli Haqiqi adalah menyandarkan fi'il atau yang menyerupainya (Mashdar, Isim
Fa'il, Isim Maf'ul, Shifat Musyabbihat, Isim Tafdlil, dan Dharaf) kepada ma'mul (lafadz)
yang semestinya. Misalnya penyandaran fi'il mabni ma'lum (kata kerja aktif) kepada fa'il
(pelaku/subjek).
 Majaz aqli atau disebut juga isnad majazi adalah menyandarkan perbuatan
(aktivitas) atau yang semakna kepada sesuatu yang bukan aslinya karena adanya
‘alaqah serta qarinah (susunan kalimat) yang mencegah terjadinya penyandaran
makna ke lafaz tersebut. Dalam majaz aqli hubungan makna yang asli dengan majaz
bukan karena hubungan musyabbahah seperti pada pembahasan tasybih. Dinamakan
aqli, karena majaz jenis ini bisa diketahui penunjukan maknanya dengan
menggunakan akal.
 Isnād khabarī menurut ulama ahli balāghah, ialah menghukumi dengan salab (nafi)
atau ījād (itsbāt). Adapun tujuan mukhāthib ialah memberi faedah kepada pendengar
akan zat hukum atau memberitahu bahwa pembicarapun mengetahui.”
 Unsur-unsur pokok Isnad ada 2 (dua) yaitu Musnad Ilaih (‫ )مسند إليه‬dan Musnad (
‫)مُــسْ َند‬

B. Saran

12
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari katasempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat bermanfaat bagi penulis dan juga
sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca untuk menambah
wawasan dan pengalaman, sehingga nantinya penulis dapat
memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Daftar Pustaka

 Ichwan, Mohammad Nor (2007). Studi Ilmu Hadis. Semarang: Rasail Media


Group
 Abdurrahman, Mifdhol (2008). Pengantar Studi Ilmu Hadits. jakarta: Pustaka
Al-Kautsar
 Saleh, Faisal (2008). Mutiara Ilmu Atsar. Jakarta: Akbar Media
 Rofiah, Khusniati (2010). .Ponorogo: STAIN PO Press
 https://blogtriger.blogspot.com/2018/12/05-kitab-jauharul-maknun-tentang-
isnad.html
 https://hatisenang.com/tata-bahasa-arab/bab-keadaan-isnad-khabari/

13

Anda mungkin juga menyukai