Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ISNAD

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Ma’ani


Dosen Pengampu : Ust. Dul Ahmad Bachtiar, M.Pd.

Disusun Oleh :
Abdurrohman
Bilal Rizki Mubarok
Haikal Fikri Muztaba
Ibadurrohman Haqqony

STIQ AL-MULTAZAM
PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
Desa Linggajati Kec. Cilimus Kab. Kuningan 45554
Jawa Barat
KATA PENGANTAR

Bersyukur kepada Allah ‫ ﷻ‬yang telah memberikan segala macam nikmat


dan yang terutama nikmat Iman dan Islam, yang tak ada seorang pun yang mampu
menghitung nikmat-nikmat yang telah Allah ‫ ﷻ‬berikan.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda panutan
alam Rasulullah Muhammad ‫ ﷺ‬yang mudah-mudahan sampai juga kepada
keluarga beliau, shahabat-shahabat beliau, para ulama pengikut beliau dan
umatnya hingga akhir zaman, dan mudah-mudahan kita mendapat syafa’at dari
beliau.
Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayahnya penulis bisa menyelesaikan
tugas makalah ini yang berjudul “Isnad”.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Ma’ani. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah sedikit wawasan
pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Ustadz Dul Achmad Bachtiar, M.Pd.
sebagai dosen mata kuliah Ilmu Ma’ani yang telah banyak menransfer ilmunya
kepada penulis dan telah memberikan tugas pembuatan makalah ini sehingga
dapat menambah wawasan penulis di bidang ini. Terima kasih juga kepada
berbagai pihak yang telah membantu secara tidak langsung, sehingga penulis bisa
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
maka dari itu kritik dan saran yang baik akan penulis nantikan untuk menjadi
bahan evaluasi untuk pembuatan makalah berikutnya.

Kuningan, 02 Juni 2022,

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Pengertian Isnad.........................................................................................3
B. Pengertian Isnad Hakikat Aqly dan Pembagiannya...............................3
C. Pengertian Isnad Majazi Aqly dan Pembagiannya.................................5
D. Pengertian Isnad Khabari..........................................................................9
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................11
A. Kesimpulan................................................................................................11
B. Saran..........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬sebagai pedoman hidup umat manusia di muka bumi
ini. Namun Al-Qur’an diturunkan dengan berbahasa Arab yang mana tidak
semua umat manusia memahami bahasa tersebut. Maka untuk memahami
isi Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, sudah sepatutnya setiap manusia
harus juga memahami bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an.
Dalam studi bahasa Arab, terdapat beberapa cabang ilmu yang
harus dipelajari yaitu Ilmu Nahwu, Ilmu Sharaf dan Ilmu Balaghah. Ilmu
Nahwu mempelajari penentuan harakat akhir dalam setiap kata, Ilmu
Sharaf mempelajari terkait perubahan suatu kata sedangkan Ilmu Balaghah
mempelajari tentang keindahan lafadz.
Cabang ilmu Ma’ani dalam bahasa Arab termasuk dalam
pembahasan Ilmu Balaghah selain Ilmu Bayan dan Ilmu Badi’. Ilmu
Ma’ani yaitu ilmu untuk mengetahui hal ihwal lafadz yang sesuai dengan
tuntutan situasi dan kondisi. Dalam ilmu Ma’ani terdapat banyak sub bab
pembahasan salahsatunya ialah pembahasan tentang Isnad.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang Isnad, pembagiannya
serta contoh-contohnya, yang mana pembahasan terkait Isnad ini sangat
penting untuk memahami pembahasan-pembahasan yang lain di bab Ilmu
Ma’ani.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Isnad?
2. Apa pengertian Isnad Hakikat Aqly dan pembagiannya?
3. Apa pengertian Isnad Majaz Aqly serta pembagian ‘Alaqah dan
Qarinah?
4. Apa pengertian Isnad Khabari?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Isnad.
2. Untuk meahami pengertian Isnad Hakikat Aqly dan pembagiannya.

1
2

3. Untuk meahami pengertian Isnad Majaz Aqly serta pembagian


‘Alaqah dan Qarinahnya.
4. Untuk mengetahui pengertian Isnad Khabari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Isnad
Terhimpunnya satu kata yang berstatus sebagai musnad dan kata
yang lainnya sebagai musnad ilaih, atas dasar memberikan faedah hukum
antar satu sama lainnya baik menggunakan kalimat positif atau negative,
kalimat mentapkan atau meniadakan.
Unsur-unsur pokok Isnad ada 2 (dua) yaitu Musnad Ilaih (‫)مسند إليه‬
yaitu lafadz atau perkara yang ditetapi hukum baik hukum ada atau tidak
ada atau yang ditetapi tuntutan. Dalam Jumlah Ismiyyah yang menjadi
Musnad Ilaih adalah Mubtada' atau isim dari 'Amil Nawasikh. Sedangkan
dalam Jumlah Fi'liyyah yang menjadi Musnad Ilaih adalah Fa'il atau
Naibul Fa'il.
Musnad (‫ ) ُمــ ْسنَد‬yaitu lafadz atau perkara yang ditetapkan atau
ditiadakan dari Musnad Ilaih atau tuntutan yang dibebankan kepada
perkara lain. Dalam Jumlah Ismiyyah yang menjadi Musnad adalah
Khobar Mubatada atau Khobar dari 'Amil Nawasikh. Sedangakan dalam
Jumlah Fi'liyyah yang menjadi Musnad adalah Fi'il.
Isnad terbagi atas hakikat dan majaz
Hakikat berarti makna yang diinginkan sama dengan lafadznya, sedangkan
Majaz berarti bisa jadi makna dan lafadznya berbeda tapi masih ada
keterkaitan. Karena masih disandarkan berdasarkan akal maka disebut
Isnad Hakikat Aqly dan Isnad Majaz Aqly.
B. Pengertian Isnad Hakikat Aqly dan Pembagiannya
Definisi dari Isnad 'Aqli Haqiqi adalah menyandarkan fi'il atau
yang menyerupainya (Mashdar, Isim Fa'il, Isim Maf'ul, Shifat
Musyabbihat, Isim Tafdlil, dan Dharaf) kepada ma'mul (lafadz) yang
semestinya menurut kehendak mutakallim. Misalnya penyandaran fi'il
mabni ma'lum (kata kerja aktif) kepada fa'il (pelaku/subjek) dan
penyandaran fi'il mabni majhul (kata kerja pasif) kepada naibul fa'il
(pengganti pelaku/subjek)

3
4

Pembagian Isnad 'Aqli Haqiqi dilihat dari keyakinan mutakallim dan


kenyataannya, terbagi menjadi empat macam, yaitu :
1. Sesuai keyakinan mutakallim dan kenyataannya.
ِ ‫" َأ ْنبَتَ هللاُ النَبَا‬Allah yang telah
Seperti ucapan seorang mu’min: ‫ت‬
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan". Ucapan ini cocok dengan keyakinan
seorang mukmin dan juga cocok dengan kenyataan, bahwa Allah-lah yang
telah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Contoh lain adalah ucapan orang
Islam ‫“ هللاُ أ َحـ ٌد‬Allah itu satu”
2. Sesuai keyakinan mutakallim tapi tidak sesuai dengan kenyataannya.
seperti ucapan orang kafir: (‫" )َأ ْنبَتَ ال َّربِ ْي ُع ْالبَقَ َل‬Musim semi telah
menumbuhkan sayur-sayuran". Bagi orang yang tidak mempercayai Allah,
ucapan ini cocok dengan keyakinannya, tapi tidak cocok dengan kenyataan
yang ada, bahwa Allah-lah yang telah menumbuhkan tanaman. Contoh
ُ ِ‫( "هللاُ ثَـال‬Allah itu tuhan ketiga
lain adalah : Ucapan orang kafir : "‫ث ثَـاَل ثَ ٍة‬
dari 3 tuhan).
3. Hanya sesuai kenyataannya namun tidak pada keyakinan mutakallim.
seperti kata orang mu‘tazilah : (‫ق هللاُ اَأْل ْف َعا َل ُكلَّهَا‬
َ َ‫“ )خَ ل‬semua perbuatan
diciptakan oleh Allah”. Ucapan orang Mu'tazilah ini tidak cocok dengan
keyakinannya yang meyakini bahwa manusia menciptakan perbuatannya
sendiri, tapi cocok dengan kenyataan bahwa Allah-lah yang menciptakan
pekerjaan manusia.
Contoh lain adalah ucapan orang kafir : "‫( "هللاُ َأ َحـ ٌد‬Allah itu satu)
4. Tidak sesuai kenyataannya dan tidak pada keyakinan mutakallim.
Seperti: (‫" )قَا َم ُم َح َّم ٌد‬Muḥammad telah berdiri " Padahal kamu tahu bahwa
Muḥammad itu belum berdiri. Contoh lain adalah ucapan orang Islam
ُ ِ‫( "هللاُ ثَـال‬Allah itu tuhan ketiga dari 3 tuhan). Ucapan orang Islam
"‫ث ثَـاَل ثَ ٍة‬
ini tidak sesuai dengan keyakinannya dan kenyataan.

Isnad 'Aqli Haqiqi apabila dilihat dari kedua unsur pokoknya, yaitu
musnad dan musnad ilaih juga terbagi atas empat macam yaitu :
5

1. Musnad dan Musnad ilaih berupa hakikat lughawy (menggunakan


lafadz dan makna aslinya).
َ ْ‫ت َو اَأْلر‬
seperti contoh : ‫ض‬ َ َ‫( خَ ل‬Allah-lah yang telah
ِ ‫ق هللاُ السَّم َوا‬
َ َ‫ َخل‬menggunakan
menciptakan Langit dan bumi). Musnad-nya adalah ‫ق‬
makna asalnya yaitu menciptakan dan Musnad Iliah-nya adalah ُ‫هللا‬
juga menggunakan makna asalnya yaitu Allah.
2. Musnad dan Musnad ilaih berupa majaz lughawy (tidak menggunakan
makna asalnya)
seperti (‫( )َأحْ يَا ْالبَحْ ُر زَ ْيدًا‬Orang yang dermawan telah memberi kepada
Zaid), dengan menggunakan majāz isti‘ārah sebagaimana yang akan
diterangkan pada ilmu bayan. Lafaz (‫ )َأحْ يَا‬adalah Musnad yang
menggunakan arti lafadz (‫ َأ ْعطَى‬- memberi). dan Lafadz (ُ‫)البَحْ ر‬
ْ adalah
ْ orang dermawan).
Musnad Ilaih yang menggunakan arti lafadz (‫ال َك ِر ْي ُم‬-
3. Musnad ilaih menggunakan arti ḥakiki, sedangkan musnad
menggunakan arti majaz.
Seperti: "‫( "َأحْ يَا اِإْل لهُ ْالبَقَ َل‬Tuhan telah menumbuhkan tanaman). Lafaz (
‫ )َأحْ يَا‬yang menjadi Musnad makna aslinya adalah menghidupkan
berubah menjadi menumbuhkan ( َ‫)َأ ْنبَت‬.
4. Musnad ilaih dengan arti majaz, musnad dengan arti hakiki.
seperti: ‫" َجا َء زَ ْي ٌد‬Pelayan Zaid telah datang.” Lafadz ‫ َجا َء‬yang menjadi
Musnad menggunakan makna asalnya yaitu "datang", sedangkan ‫َز ْي ٌد‬
yang menjadi Musnad Ilaih menggunakan makna yang diinginkan
mutakallim yaitu "Pelayan Zaid" dengan membuang mudlof yaitu
lafadz ‫( ُغـاَل ُم‬Pelayan).
C. Pengertian Isnad Majazi Aqly dan Pembagiannya
Majaz aqli atau disebut juga isnad majazi adalah menyandarkan
perbuatan (aktivitas) atau yang semakna kepada sesuatu yang bukan
aslinya karena adanya ‘alaqah serta qarinah (susunan kalimat) yang
mencegah terjadinya penyandaran makna ke lafaz tersebut. Dalam majaz
aqli hubungan makna yang asli dengan majaz bukan karena hubungan
musyabbahah seperti pada pembahasan tasybih. Dinamakan aqli, karena
6

majaz jenis ini bisa diketahui penunjukan maknanya dengan


menggunakan akal.
Ada beberapa ‘Alaqah dalam Majaz Aqly, yaitu :
1. As-Sababiyah (‫)السببية‬
Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada penyebab langsung
(pelaku).
Contoh :
ِ
‫اب‬
َ َ‫َأسب‬
ْ )٣٦( ‫اب‬ ْ ‫ص ْر ًحا لَ َعلِّي َْأبلُ ُغ‬
َ َ‫اَأْلسب‬ َ ‫َوقَ َال فْر َع ْو ُن يَا َه َاما ُن ابْ ِن يِل‬
ِِ ِ ِ ِ ‫َّ ِ ِ ِإ ِإ‬
َ ‫وسى َوِإيِّن َأَلظُنُّهُ َكاذبًا َو َك َذل‬
ُ‫ك ُزيِّ َن لف ْر َع ْو َن ُسوء‬ َ ‫الس َم َاوات فََأطَّل َع ىَل لَه ُم‬
ٍ ‫السبِ ِيل وما َكْي ُد فِر َعو َن ِإاَّل يِف َتب‬ ِِ
٣٧( ‫اب‬َ ْ ْ َ َ َّ ‫ص َّد َع ِن‬
ُ ‫َع َمله َو‬
Artinya: “Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku
sebuah bangunan yang Tinggi supaya Aku sampai ke pintu-pintu,
(yaitu) pintu-pintu langit, supaya Aku dapat melihat Tuhan Musa
dan Sesungguhnya Aku memandangnya seorang pendusta".
Demikianlah dijadikan Fir'aun memandang baik perbuatan yang
buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya
Fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.” (QS. Ghafir
[40]: 36-37).
Pada ayat ini disebutkan bahwa perbuatan (aktivitas) membangun
gedung yang menjulang disandarkan kepada seorang bernama
Haman padahal ia bukan pelaku sebenarnya. Yang membangun itu
adalah para pekerja, tetapi Haman bertindak sebagai pengawas
proses pembangunan itu.
2. Az-Zamaniyah (‫)الزمانية‬
Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada masa/waktu terjadinya.
Contoh :
َ ‫نَهَا ُر ْالـ ُمْؤ ِم ِن‬
‫صاِئ ٌم ولَ ْيلُهُ قَاِئ ٌم‬
Artinya: "Siangnya orang mukmin itu berpuasa dan malamnya
bangun (untuk ibadah).”
7

Pada contoh ini disebutkan bahwa perbuatan (aktivitas) puasa


disandarkan kepada masa/waktu yaitu “siang” padahal “siang” itu
bukan pelaku sebenarnya, tetapi yang melakukan puasa itu adalah
seorang mukmin pada waktu siang hari.
3. Al-Makaniyah (‫)المكانية‬
Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada tempat terjadinya.
Contoh :

‫ين فِ َيها َو َم َساكِ َن‬ ِِ ِ ِ ٍ ِ ِ


َ ‫ني َوالْ ُمْؤ منَات َجنَّات جَتْ ِري م ْن حَتْت َها اَأْلْن َه ُار َخالد‬
ِِ
َ ‫َو َع َد اللَّهُ الْ ُمْؤ من‬
ِ ِ ِ ‫طَيِّبةً يِف جن‬
)٧٢( ‫يم‬ َ ‫ض َوا ٌن ِم َن اللَّ ِه َأ ْكَبُر ذَل‬
ُ ‫ك ُه َو الْ َف ْو ُز الْ َعظ‬ ْ ‫َّات َع ْد ٍن َو ِر‬ َ َ
Artinya: “Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki
dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir
sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-
tempat yang bagus di surga 'Adn. dan keridhaan Allah adalah lebih
besar; itu adalah keberuntungan yang besar.” (QS. at-Taubah [9]:
72)
Pada ayat ini disebutkan bahwa perbuatan (aktivitas) mengalir
disandarkan kepada sungai-sungai padahal sungai-sungai itu
bukan pelaku sebenarnya, tetapi yang mengalir itu adalah air-air
yang bertempat di sungai-sungai.
4. Al-Mashdariyah (‫)المصدرية‬
Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada mashdarnya (kata
dasar/asal).
Contoh :
‫ َوفِي اللَّ ْيلَ ِة الظَّ ْل َما ِء يُ ْفتَقَ ُد البَ ْد ُر‬# ‫َسيَ ْذ ُك ُرنِي قَوْ ِم ْي ِإ َذا َج َّد ِج ُّدهُ ْم‬
Artinya: “Kaumku akan teringat kepadaku apabila mereka
menghadapi kesulitan. Pada malam yang gelap bulan purnama baru
dirindukan (dicari-cari)”
Pada syair ini disebutkan bahwa aktivitas menghadapi kesusahan
disandarkan kepada mashdar (kata dasar) yaitu kata (‫ ) ِج ُّد‬padahal
8

mashdar itu bukan pelaku sebenarnya, tetapi yang mengalami


kesusahan adalah orang-orang yang susah.
5. Al-Fa’iliyyah (‫)الفاعلية‬
Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada fa’ilnya padahal yang
dimaksud maf’ulnya.
Contoh :

‫اضيَ ٍة‬
ِ ‫يش ٍة َّر‬
َ ‫َف ُه َو يِف ِع‬
Artinya: “Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai.”
(Al-Haqqah: 21)
Kata (‫اضيَ ٍة‬
ِ ‫ ) َر‬bermakna meridhai atau semakna dengan bina
ِ ْ‫ ) َمر‬yang artinya yang
ma’lum dan yang dimaksud adalah (‫ضيَّ ٍة‬
diridhai.
6. Al-Maf’uliyyah (‫)المفعولية‬
Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada maf’ulnya padahal
yang dimaksud fa’ilnya.

‫ك َو َبنْي َ الَّ ِذيْ َن الَ يُْؤ ِمُن ْو َن بِاآْل ِخَر ِة ِح َجابًا َم ْسُت ْو ًرا‬ َ ‫َوِإذَا َقَرْأ‬
َ َ‫ت الْ ُق ْرآ َن َج َع ْلنَا َبْين‬
Artinya: “Dan apabila kamu membaca Al Quran niscaya Kami
adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada
kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup.” (Al-Isra: 45)
Kata (‫ ) َم ْستُوْ رًا‬bermakna tertutup atau semakna dengan bina majhul
dan yang dimaksud adalah (‫ ) َساتِرًا‬yang artinya yang menutupi.

Selain memiliki ‘Alaqah, Isnad Majaz Aqly juga wajib memiliki


Qarinah atau tanda-tanda bahwa lafadz tersebut adalah lafadz majaz.
Qarinah adalah Sesuatu yang menunjukan bahwa kalam tersebut terdapat
lafadz majaz atau tanda tanda pengalihan makna dari hakiki menjadi
majazi. Adapun macam-macam Qarinah Isnad Majaz Aqly yaitu :
1. Qarinah Lafdziyyah
9

ِ َ‫“ هَزَ َم اَأل ِميرُال ُجنُ َد َوهُ َوفِي ق‬Raja mengalahkan musuh,
Contoh : ‫صر ِه‬
sedangkan raja berada di istana”
ِ َ‫ َوهُ َوفِي ق‬maksudnya yang
Qarinahnya adalah lafadz ‫صر ِه‬
mengalahkan adalah prajuritnya.
2. Qarinah Maknawiyah
Contoh : ‫ك‬ ْ ‫ك َجا َء‬
َ ‫ت بِي ِإلَي‬ َ ُ‫“ َم َحبَّت‬kecintaanku padamu telah
mengantarkan aku padamu”
Contoh diatas mustahil terjadi karena yang mendatangkan
seseorang sesungguhnya adalah kaki
3. Qarinah ‘Adiyah (Adat/Kebiasaan)
Contoh : ‫“ هَ َز َم اَأل ِميرُال ُجنُ َد‬Raja telah mengalahkan musuh”
Contoh diatas menunjukan kemustahilan tentang pengusiran bala
tentara dengan sang raja sendirian. Jadi maksudnya bersama bala
tentaranya.
D. Pengertian Isnad Khabari
Pembahasan terkait pengertian Isnad telah diterangkan diatas,
adapun pengertian Khabar adalah kalam atau perkataan yang mengandung
unsur benar atau salah.
Pengertian Isnad Khabari adalah sebuah kalimat yang menetapkan
sebuah hukum dengan Salab (negatif/meniadakan) atau dengan Ijab
(positif/menetapkan). Contoh hukum Ijab atau menetapkan seperti: ( ‫َعلِ َم‬
َ ‫ زَ ْي ٌد لَي‬،‫َما َعلِ َم زَ ْي ٌد‬
‫ َز ْي ٌد َعلِ َم‬،‫)زَ ْي ٌد‬. Contoh hukum Salab atau meniadakan : ( ‫ْس‬
‫)بِ َعالِ ٍم‬.
Tujuan seseorang memberi Informasi (khabar)
1. Faidatul Khabar : memberi informasi karena mukhattab (lawan
ِ ‫هللاُ َعلِ ْي ٌم بِ َذا‬
Bicara) dianggap belum mengetahui. Contoh ‫ت الصُّ ُدوْ ر‬
2. Lazimul Khabar : memberi informasi untuk meyakinkan
mukhattab bahwa mutakallim mengetahui hal yang dibicarakan.
Contoh : ‫( نجحت في اإلمتحان‬engkau lulus ujian).
10

3. Tajahulul Khabar : menganggap lawan bicara seseorang yang


bodoh karena tidak mengamalkan ilmunya. Contoh : ‫الصلوات الخمس‬
‫( واجبة‬Shalat lima waktu itu hukumnya wajib).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Isnad adalah terhimpunnya suatu kata yang terdiri dari musnad dan
musnad ilaih. Isnad terbagi menjadi hakikat dan majaz. Hakikat yaitu
menyandarkan fi'il atau yang menyerupainya kepada ma'mul (lafadz) yang
semestinya menurut kehendak mutakallim. Yang mana terdapat empat
macam pembagian dilihat dari keyakinan pembicara dan kenyataannya,
dan terbagi 4 macam juga jika dilihat dari kedua unsur pokonya yaitu
musnad dan musnad ilaih.
Sedangkan majaz ialah menyandarkan perbuatan (aktivitas) atau
yang semakna kepada sesuatu yang bukan aslinya karena adanya ‘alaqah
serta qarinah (susunan kalimat). Terdapat enam ‘Alaqah dan tiga Qarinah
yang menjadikan pengalihan makna dari hakiki menuju makna majazi.
B. Saran
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
katasempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan
didalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya nantinya dapat bermanfaat bagi penulis dan
juga sebagai salhsatu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengalaman.

11
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Nailul & M. Zamroji. Balaghoh Praktis, Kajian dan Terjemah Nadzom
Jauharul Maknun. Kediri : Santri Salaf Press. 2017.

https://blogtriger.blogspot.com/2018/12/05-kitab-jauharul-maknun-tentang-
isnad.html

https://hatisenang.com/tata-bahasa-arab/bab-keadaan-isnad-khabari/

Kajian Ilmu Balaghah bab Isnad Aqly Channel Youtube “Usman jmb”

12

Anda mungkin juga menyukai