“MASLAHAH MURSALAH”
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas kelpmpok Semester 3
Mata Kuliah usul fiqh III
Dosen Pengampu : Reza Zulkifli Syakir, S.H., M.H
Disusun Oleh :
Nafil Haikal Fajri (2112.2337)
Iwan Gunawan (2112,2325)
M. Rafli Alfarizki (2112,2327)
Haydar Nawawi (2112,2322)
SEMESTER TIGA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-MASTHURIAH
SUKABUMI
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT .sholawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW berkat limpahan dan rahmatnya penyusun mampu
menyelesaikan tugasdengan membuat makalah dengan judul Maslahah
AlMursalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua,
temanteman, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikkiran kepada pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kepada dosen
pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah di
masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................2
C. TUJUAN..................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. PENGERTIAN MASLAHAH MURSALAH..........................................................3
B. JENIS-JENIS MASLAHAH...................................................................................4
C. PERBEDAAN ULAMA AKAN KEABSAHAN MASLAHAH MURSALAH
SEBAGAI SUMBER HUKUM...................................................................................7
D. RELEVANSI MASLAHAH MURSALAH DENGAN SUMBER HUKUM
ISLAM LAINNYA.....................................................................................................10
E. CONTOH PENERAPAN MASLAHAH MURSALAH DALAM EKONOMI
ISLAM........................................................................................................................12
BAB III............................................................................................................................18
PENUTUP.......................................................................................................................18
A. KESIMPULAN.....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................20
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seluruh hukum Islam yang ditetapkan Allah Swt atas hamba-Nya
dalam bentuk perintah atau larangan mengandung mashlahah atau manfaat.
Seluruh perintah Allah Swt pada manusia mengandung manfaat. Manfaat
tersebut terkadang langsung dapat dirasakan saat itu juga, namun ada juga
yang dapat dirasakan sesudahnya. Salah satu contoh adalah perintah
melakukan puasa, yang di dalamnya terkandung banyak kemaslahatan bagi
kesehatan jiwa dan raga manusia. Konsep maslahah tumbuh berkembang
sejalan dengan berkembangnya hukum Islam. Secara aplikatif
keberadaannya telah ada sejak periode awal Islam. Pespektif pemikiran
hukum Islam, mashlahah dikaji dalam dua fungsi. Pertama sebagai tujuan
hukum (maqashid al-syari’ah) dan kedua sebagai sumber hukum yang
berdiri sendiri (adillat al-syari’ah). Teori tentang mashlahah sebagai tujuan
hukum telah mengalami kematangan dengan diklasifikasikannya
sektorsektor dan skala prioritasnya. Bermula dari paparan mengenai
mashlahah sebagai tujuan hukum, pembahasan kemudian berkembang
menuju kontroversi tentang mashlahah sebagai dalil atau sumber hukum
Islam.
Menurut Husain Hâmid Hisân, Adanya kontoversi pemikiran di
kalangan ulama klasik termasuk Imam Malik dan Imam Syafi’i mengenai
penggunanan maslahah mursalah sebagai sumber hukum adalah karena
tidak adanya dalil khusus yang menyatakan diterimanya maslahah itu oleh
Syar’i baik secara langsung maupun tidak langsung karena menurut
jumhur ulama’ maslahah itu bisa diaplikasikan kalau ada dukungan dari
Syar’i, meskipun secara tidak langsung. Digunakannya maslahah itu bukan
karena maslahah, tetapi karena adanya dalil syar’i yang mendukungnya.
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
2 Muhammd bin Ali Al-Saukhani, Irshad al-fuhul Ila Tahqiq Al-Haqq min Il i Al-Ushul, Jilid 2
(Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 1999), h. 269.
3 Abdul Aziz Dahlan, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid IV (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2001) h. 1143
3
dalam arti menarik atau menghasilkan, seperti menghasilkan keuntungan
atau kesenangan atau dalam arti menolak atau menghindarkan seperti
menolak kemudaratan atau kerusakan. Jadi, setiap yang mengandung
manafaat patut
4
Begitu pula pada suatu lingkungan terkadang menguntungkan pada
lingkungan tertentu, tetapi mudharat pada lingkungan lain.6
B. JENIS-JENIS MASLAHAH
Menurut teori ushul fiqh, jika ditinjau dari segi ada atau tidaknya
6 Miftahul Arifin, Ushul fiqh Kaidah-Kaidah Penerapan Hukum Islam (Surabaya, Citra Media,
1997), h. 143.
7 Rizal Fahlevi, “Implementasi Maslahah Dalam Kegiatan Ekonomi Syariah”, jurnal ekonomi
syariah, Vol. 14, No. 2, Desember 2015, STAIN Batusangkar.
8 Ibid.
5
hukum yang universal. Sebagaimana contoh, kebijakan hukum
perpajakan yang ditetapkan oleh pemerintah.9
6
3. Maslahah tahsaniyyah (kebutuhan pelengkap), adalah maqasid yang
mengacu pada pengambilan apa yang sesuai dengan adat kebiasaan
terbaik dan menghindari cara-cara yang tidak disukai orang bijak,
seperti menutup aurat dalam ibadah shalat dan larangan menjual
makanan yang mengandung najis.13
Dilihat dari segi kandungan maslahah, para ulama ushul fiqih
membaginya kepada:
12 Muhammad Musthafa al-Syalabi, Ta’lil al-Ahkam, (Mesir: Dar al-Nahdhah al-‘Arabiyah), hlm
281
13 Ibid.
7
2. Kemaslahatan itu bersifat rasional dan pasti, bukan sekedar perkiraan,
sehingga hukum yang ditetapkan melalui maslahah al-mursalah itu
benar-benar menghasilkan manfaatkan dan menghindari atau menolak
kemudharatan.
14 Muksana Pasaribu, “Maslahat dsan Perkembangan Sebagai Dasar Penetapan Hukum Islam”,
jurnal yustisio, Vol. 1 No. 4, Desember 2014, hlm 357
15 Abu Ishak al-Syatibi, “Al-I’tisham”, Jilid II (Baerut: Dar al-Ma’rifah, 1975), h. 39.
8
Pertama, para sahabat Nabi banyak yang menggunakan maslahah
mursalah sebagai dalil hukum. Kedua, menggunakan maslahah
mursalah sama halnya mengaplikasikan tujuan syar’i. Imam maliki
juga memberi kriteria dalam pengaplikasian maslahah mursalah
seperti harus bersifat rasionable dan relevan terhadap kasus hukum
yang telah ditetapkan. Kemudian maslahah mursalah tersebut tidak
bertentangan dengan dalil syara’ yang qat’i.16
2. Pemikiran imam Syafi’i
Sumber hukum Islam madzhab Syafi’i ada empat, yaitu: al-Qur’an,
Sunnah, ijma’ dan Qiyas. Imam Syafi’i tidak menjadikan maslahah
mursalah sebagai dalil hukum berijtihad. Menurut Imam Syafi’i
mashlahah mursalah tidak dapat diterima sebagai metode istinbat
karena mashlahah mursalah itu tidak memiliki standar yang pasti dari
nash maupun qiyas, sedangkan pendirian as-Syafi’i semua hukum
16 Taufiqur Rohman, “Kontroversi Pemikiran Antara Imam Malik dengAn Imam Syafi’i tentang
Maslahah Mursalah Sebagai Sumber Hukum”, international Journal ihya’ ‘ulum Al-din, vol. 19
No. 1, 2017, h. 77-78.
17 Ibid., 79
18 Ibid., 80.
9
3. Imam Al-Ghazali
Menurut teori imam al Ghazali, maslahah adalah: “memelihara
tujuan-tujuan syari’at”. Sedangkan tujuan syari’at meliputi lima dasar
pokok, yaitu: 1) melindungi agama (hifzh al diin); 2) melindungi jiwa
(hifzh al nafs); 3) melindungi akal (hifzh al aql); 4) melindungi
kelestarian manusia (hifzh al nasl); dan 5) melindungi harta benda
(hifzh al mal). Al-Gazali menyebutkan macam-macam maslahat dilihat
dari segi dibenarkan dan tidaknya oleh dalil syarak terbagi menjadi 3
macam, yaitu :
10
diberdasarkan nash atau di sandarkan pada nash sebagai mana qiyas.
Meski demikian hati-hatinya, Imam Syafi’i tidak berarti tidak beranjak
sama sekali dari nash dan qiyas karena Imam Syafi’i pernah
melakukan penelitian yang nyata-nyata tidak dijelaskan sama sekali
oleh al-Qur’an,
sebut saja misalnya ketika ia ditanya tentang batasan darah haid.20
11
dikerjakannya, kedua, ada hukum-hukum syari’at yang dinashkan oleh
syari’ atas suatu peristiwa yang maknanya dapat ditemukan oleh para
mujtahid, ketiga, peristiwa tidak ada nash tersebut memiliki makna yang
sama dengan makna yang terkandung dalam peristiwa yang ada nashnya.22
Untuk itu, jumhur (mayoritas) intelektual Islam berpendapat bahwa
maslahah mursalah dapat dijadikan hujjah dalam melakukan istinbât
hukum selama tidak ditemukan nash (Alquran dan Sunnah) tentang itu,
atau ijmak (konsensus) ulama, qiyâs (analogi) dan istihsân. Artinya, jika
terjadi suatu peristiwa yang menuntut penyelesaian status hukumnya,
pertamatama intelektual hukum Islam harus melacak dan
mengidentifikasinya dalam nash (Alquran dan Sunnah), jika ditemukan
hukumnya maka diamalkan sesuai dengan ketentuan nash tersebut, jika
tidak maka diidentifikasi apakah ada ditemukan konsensus ulama tentang
hal itu. Selanjutnya, jika konsensus ulama tidak ditemukan maka
digunakan qiyâs, dengan menganalogikannya dengan peristiwa yang
sejenis. Jika qiyâs juga tidak mampu menyelesaikan masalah maka
diterapkan metode istihsân. Akhirnya, jika istihsân tidak bisa
menyelesaikannya maka digunakan maslahah mursalah.25
Dapat disimpulkan bahwa sangat banyak persoalan yang
mengandung kemaslahatan dan merupakan kebutuhan manusia dalam
membangun kehidupan mereka. Tetapi setelah diteliti dalam nash
(Alquran
dan Sunnah), tidak ditemukan satu dalil pun yang memberikan legitimasi,
menjustifikasi, ataupun yang menolaknya. Untuk mengatasi persoalan ini
diterapkanlah prinsip kemaslahatan-dalam konteks maslahah mursalah,
sebagaimana yang juga telah diterapkan oleh kalangan ulama klasik
(ortodoks) maupun ulama modern dan kontemporer.
12
E. CONTOH PENERAPAN MASLAHAH MURSALAH DALAM
EKONOMI ISLAM
Sejalan dengan perkembangan kemajuan dan peradaban, maka
permasalahan kehidupan manusia akan semakin kompleks dan beragam
dan memerlukan kepastian hukum. Beberapa perkembangan di bidang
ekonomi Islam yang sebelumnya belum pernah ada, juga memerlukan
kepastian hukum apakah model-model, produk-produk tersebut boleh
diterapkan. Persoalan-persoalan ekonomi kontemporer tersebut misalnya
tidak akan mampu diselesaikan jika hanya mengandalkan pada pendekatan
metode lama yang dipergunakan oleh ulama terdahulu. Kesulitan untuk
mendapatkan nash-nash dalam persoalan-persoalan tertentu sangat
mungkin terjadi sehingga tidak bisa diselesaikan dengan menggunakan
qiyas karena tidak ditemukan padanannya di dalam nash, atau ijma ulama
karena masanya yang sudah terlalu jauh. Dalam kondisi demikian, maka
proses penetapan hukum maslahah mursalah dapat dijadikan sebagai salah
satu alternatif metode penetapan hukum.
13
tetapi dengan pendirian bank, manfaatnya dirasa lebih besar dan
dapat dirasakan banyak orang, disamping hal tersebut manfaatnya
tidak bertentangan dengan hukum yang telah ada.23
2. Intervensi Harga
Jumhur ulama sepakat bahwa harga yang adil adalah harga yang
terbentuk karena interaksi kekuatan penawaran dan permintaan
(mekanisme pasar), bahkan mayoritas ulama sepakat tentang
haramnya campur tangan pemerintah dalam menentukan harga pasar,
karena melindungi kepentingan pembeli sama pentingnya dengan
melindungi penjual. Oleh karena melindungi keduanya sama
perlunya, maka
23 Ahmad Qorib dan Isnani Harahap, “Penerapan Maslahah Mursalah dalam Ekonomi Islam”,
Jurnal Ekonomi Islam Vol. 05, No. 01, 2016, h. 8
24 Rachmat Syafei, MA. Fiqih Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 8
25 Ibn Taimiyah. Public Duties in Islam: The Institution of The Hisba. (United Kingdom: Islamic
Foundation, 1982), h. 52
14
kezaliman. Di samping itu, adanya anggapan bahwa kenaikan harga
adalah sebagai akibat ketidakadilan penjual tidak selamanya benar
karena harga ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran.27
15
Sementara itu tujuan adanya intervensi pasar yang dilakukan oleh
pemerintah menurut Ibnu Qudamah al Maqdisi 1374 M adalah sebagai
berikut:
28 Departemen Pendidikan Nasional, kamus besar Bahasa Indonesia, Cet. I, edidi IV, (Jakarta :
Balai Pustaka), h. 279
16
Dalam hukum Islam, praktek dumping tidak ditemukan ayat
17
Nita Anggraeni, Dumping Dalam Perspektif Hukum Dagang Internasional dan Hukum Islam,
32
Mazahib, Jurnal Pemikiran Hukum Islam. Vol. XIV, No. 2, Desember 2015. h. 10
bahwa dilihat dari segi kemaslahatan saat ini, maka pembagian hasil
usaha pada lembaga keuangan syariah sebaiknya menggunakan
prinsip bagi hasil revenue sharing.
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut ahli ushul fiqh, maslahah al-mursalah ialah kemaslahatan
yang telah disyari’atkan oleh syari’ dalam wujud hukum, di dalam rangka
menciptakan kemaslahatan, di samping tidak terdapatnya dalil yang
membenarkan atau menyalahkan. Karenanya, maslahah al-mursalah itu
disebut mutlak lantaran tidak terdapat dalil yang menyatakan benar dan salah.
19
Tetapi setelah diteliti dalam nash (Alquran dan Sunnah), tidak ditemukan
satu dalil pun yang memberikan legitimasi, menjustifikasi, ataupun yang
menolaknya. Untuk mengatasi persoalan ini diterapkanlah prinsip
kemaslahatan-dalam konteks maslahah mursalah, sebagaimana yang juga
telah diterapkan oleh kalangan ulama klasik (ortodoks) maupun ulama
modern dan kontemporer. Sedangkan contoh penerapan maslahah
mursalah diantaranya adalah pendirian lembaga keuangan syariah, intervensi
harga, larangan dumping dalam penjualan produk, penerapan revenue sharing
pada bagi hasil.
20
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Dahlan, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid IV (Jakarta: PT Ichtiar
Baru Van Hoeve, 2001)
Ahmad Qorib dan Isnani Harahap, Penerapan Maslahah Mursalah dalam Ekonomi
Islam, Jurnal Ekonomi Islam Vol. 05, No. 01, 2016
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqih (Jakarta: Kencana)
Departemen Pendidikan Nasional, kamus besar Bahasa Indonesia, Cet. I, edisi IV,
(Jakarta : Balai Pustaka)
Ibn Taimiyah. Public Duties in Islam: The Institution of The Hisba. (United
Kingdom: Islamic Foundation, 1982)
Muhammd bin Ali Al-Saukhani, Irshad al-fuhul Ila Tahqiq Al-Haqq min Il i Al-
Ushul, Jilid 2 (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 1999)
Muksana Pasaribu, Maslahat dsan Perkembangan Sebagai Dasar Penetapan
Hukum Islam, jurnal yustisio, Vol. 1 No. 4, Desember 2014
21
Nita Anggraeni, Dumping Dalam Perspektif Hukum Dagang Internasional dan
Hukum Islam,
Mazahib, Jurnal Pemikiran Hukum Islam. Vol. XIV, No. 2, Desember 2015
Rachmat Syafei, MA. Fiqih Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2000)
22