Dosen Pengampu :
Ahmad Hariandi, S.Pd.I., M.Ag
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Indah Suprihatin (A1D118068)
Nur Rohayati (A1D118129)
Tria Rapika Wahyuni (A1D118105)
Euis Arissah (A1D118154)
Annisa Fitrah (A1D118178)
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................... 1
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 3
2.1 Sumber Pelengkap Arra’yu..................................................................... 3
2.2 Kerasulan Nabi Muhammad SAW........................................................ 5
2.3 Akhlak dan Fungsi Kenabian Muhammad SAW................................. 7
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 11
3.2 Saran....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 12
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman
syariat islam. Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari
Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah.
Komponen utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan
akhlak) dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk
mengembangkannya.
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap
muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal
pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.
Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan seluruh kemampuan
akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang memenuhi syarat untuk mengkaji
dan memahami wahyu dan sunnah serta mengalirkan ajaran, termasuk ajaran mengenai
hukum (fikih) Islam dari keduanya.
Dalam upaya memahami ajaran Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam perlu
dikaji secara seksama, sehingga dapat menghasilkan pemahaman Islam yang komprehensif.
Hal ini penting dilakukan, karena kualitas pemahaman ke Islaman seseorang akan
mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tindakan ke Islaman yang bersangkutan. Untuk itu
uraian di bawah ini diarahkan untuk mendapatkan pemahaman tentang Islam1.
Pendidikan Agama Islam
1
1.4 Manfaat Penulisan
Bagi penulis dapat menciptakan kreatifitas dalam penulisan karya ilmiah.
Bagi masyarakat luas diharapkaan mampu mengetahui tentang sumber ajaran
agama islam.
Pendidikan Agama islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan Agama Islam
3
musyawarah, hasil dari ijma’ adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan
ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.
b. Qiyaz, yang berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan dengan
meyamakannya. Dengan kata lain qiyaz dapat diartikan pula sebagai suatu upaya
untuk membandingkan suatu perkara dengan perkara lain yang mempunyai pokok
masalah atau sebab akibat yang sama. Contohnya adalah pada surat Al-isra” ayat 23
dikatakan bahwa perkataan”ah”,”cis”atau “hus”. Kepada orang tua tidak
diperbolehkan karena dianggap meremehkan ataumenghina, maka qiyas yang
diambil adalah berkata seperti itu saja tidak diperbolehkan, apalagi sampai memukul
karena sama-sama menyakiti hati orang tua.
c. Istihsan, yang berarti suatu proses perpindahan dari suatu qiyas kepada qiyas
lainnnya yang lebh kuat atau mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima
untuk mencega kemudharatan atau dapat diafrtikan pula menetapkanhukum suatu
perkara yang menurut logika dapat dibenarkan. contohnya, menurut aturan syara’
kita dilarang mengadakan jual beli yang barngnya belum ada saat terjadinya
akad.akan tetapi menurut istihsan, syara’ memberikan rukhsah (kemudahan atau
keringanan) bahwa jual beli diperbolehkan dengan sistem pembayar diawal,
sedangkan baranya dikirimkan kemudian.
d. Mashlah murshalah, menurut bahasa berarti kejesahteraan umum. Adapun meurut
istilah adalah perkara-perkara yang perlu dilakukan demi kemashalatan manusia.
Contohnya, dalam Al-qur’an maupun hadist tidak terdapat dalil yang
memerintahkan untu membukukan ayat-ayat Al-qur’an. Akan tetapi, hal ini
dilakuakan pleh umat islam demi kemashalatan umat
e. Sudutz dzariah, mennurut bahasa berati menutup jalan, sedangkan menurut istilah
adalaah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atuau haram demi
kepetingan umat. Contohnya adalah adanya larangan meminum minuman keras
walaupun hanya seteguk,padahal minum seteguk tidak memabukkan. Laranga
seperti ini untuk menjaga agar jangan sampai orang tersebut minum banyak higga
mabuk bahakan menjadi kebiasaan.
f. Istishaf, yang berarti melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah
ditetapkan dimasa lalu hingga ada dalil yang menggubah kedudukan hukum tersebut.
Contohya, seseorag yag ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu atau belum. Disaat
Pendidikan Agama Islam
4
seperti ini, ia harus berpegan atau byakin pada keadaa sebelum berwudhu sehingaa
ia harus berwudhu kembali karena shalat tidak sah bila tidak berudhu.
g. Urf, berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat) bak berupa perkataan
maupun perbuatan. Contohnya adalah da;am hal jual beli. Si pembeli menyerahkan
uang sebagai pembayaran atas barang yang telah diambilnya tanpa mengatakan ijab
kabul karena harga telah dimaklumi bersama antara pejual dan pembeli.
Ijtihad mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam dan merupakan
sumber hukum islam yang ketiga setelah Al-Qur’an dan hadist. Dengan ijtihad itu umat islam
menyelesaikan persoalan-persoalan yang hukumnya tidak ada dalam hukum Al-Qu’an
maupun Hadist. Setelah Rasulullah SA wafat, tidak ada lagi sosok yang dapat ditanya secara
langsung tentang masalah-masalah islam. Oleh karena itu, ijtihad dijadikan jalan keluar untuk
menyelesaikan masalah tersebut dengan tetap mengacu pada All-Qur’an dan hadist.
Pendidikan Agama Islam Berbasis karakter
5
Malik bin An-Nadr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin
Mudar bin Nizar bin Mu’ad bin Adnan. Dimana Adnan merupakan keturunan laki-laki
ketujuh dari Ismail bin Ibrahim, yaitu keturunan Sam bin Nuh, Muhammad lahir dihari senin,
12 Rabi’ ul awal tahun 571 masehi (lebih dikenal Tahun Gajah).
Kerasulan Nabi Muhammad
Pada usia 40 tahun, yang disebut oleh Al-Qur’an dalam surah Al-Ahqaf ayat 15
sebagai usia kesempurnaan, Muhammad SAW diangkat menjadi nabi. Ditandai dengan
turunnya ahyu pertama iqra’ (bacalah). Sebelumnya beliau tidak pernah menduga akan
mendapat tugas dan kedudukan yang demikian terhormat. Karena itu ditemukan ayat-ayat
AlQur’an yang menguraikan sikap beliau terhadap wahyu dan memberi kesan baha pada
mulanya beliau sendiri “Ragu” dan gelisah mengenai hal yang dialaminya Q.S Yunus/10:94
mengisyaratkan bahwa;
“Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang kami
turunkan kepadamu maka tayakanlah kepada orag yang membaca kitab sebelummu,.
Sungguh, telah datang kebenaran kepadamu dari tuhanmu maka janganlah sekali-
kali engkau termasuk orang yang ragu-ragu”.
Kegelisahan itu bertambah besar setelah wahyu pertama yang beliau terima,
kemudian pada saat wahyu berikutya yang beliau nanti-nantikan tidak kujung datang, hingga
menurut beberapa riwayat beliau sangat gelisah. Rupanya Allah SWT bermaksud menjadikan
beliau lebih merindukan lagi “sang kekasih dan firman-firman-Nya” agar semakin mantap
cinta beliau kepada-Nya surat Adh-Dhuha menyatakan sekelumit hal itu,sekaligus sekilas
kedudukan beliau disisi Allah SWT.
Surat ini turun berkenaan dengan kegelisaha nabi Muhammad SAW karena
ketidakhadiran malaikat jibril membawa wahyu yang kesekian kali sebelumnya datang.
“Demi adh-dhuha dan malam apbila bening tuhanmu tidak meninggalkan kamu dan tidak
pula membenci siapapun”, mengapa ad-dhuha yaki “matahari ketika naik sepenggalan” yang
dipilih berkaitan dengan wahyu-wahyu yang diterima oleh nabi Muhammad SAW, atau
apakah adh-dhuha ada kaitannya dengan ketidakhadiran wahyu-wahyu ilahi? Ketika matahri
itu sepenggalah, cahayanya tidak terlalu terik, sehingga tidak menyebabkan gangguan
sedikitpun, bahkan panasnya memberikan kesegaran, kenyamanan, dan kesehatan.
Pendidikan Agama Islam berbasis karakter
6
Dapat juga dikatakan baha kterketidakhadiran wahyu justru pada saat nabi
Muhammad SAW menanti-nantikannya, membuktikan bahwa wahyu adalah wewenang
Tuhan sendiri. Walaupun keingian nabi Muhammad SAW meluap-luap menantikan
kehadirannya namun jika tuhan tidak menghendaki, wahyu tidak akan datang. Ini
membuktika baha wahyu bukan merupakan hasil renungan atau bisikan jiwa Kenabian
muhammad SAW bukan merupakan hal yang baru bagi umat manusia, nabi Muhammad
SAW secara tegas diperintahkan untuk menyatakan hal itu, sebagaiman Firman Allah SWT:
7
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada diatas akhlak yang agung” (QS.Al-
Qalam/68:4)
Kata “di atas” tentu mempunyai makna yang sangat dalam, melebihi kata lain,
misalnya, pada tahap/dalam keadaan akhlak mulia seperti dikemukan di atas, Al-Qur’an surat
Al’An’am ayat 90 menyebutkan dalam rangkaian ayat-ayatnya 18 nama Nabi/Rasul, setelah
kedelapan belas nama disebut, Allah SWT berpesan kepada Nabi Muhammad SAW.,
“mereka itulah yang telah memperoleh petunjuk dari Allah, maka hendaknya kamu
meneladani petunjuk yang mereka peroleh”
Ulama–ulama tafsir menyatakan bahwa nabi SAW pasti memperhatikan benar pesan
ini. Hal itu terbukti antara lain, ketika salah seorang pengikutnya mengecam kebijaksanan
beliau saat membagi harta rampasan perang, beliau menahan amarahnya dan menyabarkan
diri dengan berkata, “Semoga Allah SWT merahmati Nabi Musa AS”. Dia telah diganggu
melebihi ganguan yang kualam ini dan dia bersabar.” Karena itu pula sebagian ulama tafsir
menyimpulkan, bahwa pastilah Nabi Muhammad SAW telah meneladani sifat-sifat terpuji
para nabi sebelum beliau.
Nabi Nuh AS dikenal sebagai seorang yang gigih dan tabah dalam berdakwah. Nabi
Ibrahim AS dikenal sebagai seorang yang amat pemurah, sert amat tekun bermujahadah
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Nabi Daud dikenal sebagai nabi yang amat menaruh
rasa syukur serta penghargaannya terhadap nikmat Allah SWT. Nabi Zakaria AS, Nabi
Yahya AS, dan Nabi Isa AS, adalah nabi-nabi yang berupaya menghindari kenikmatan dunia
demi mendekatkan diri kepada Allah SWT, Nabi Yusuf AS terkenal gagah, dan amat
bersyukur dalam nikmat dan bersabar menahan cobaan. Nabi Yunus AS diketahui sebagai
nabi yang sangat khusu’ ketika berdo’a. Nabi Musa AS terbukti sebagai nabi yang berani dan
memiliki ketegasan. Nabi Harun AS sebalikya, adalah nabi yang penuh dengan kelembut-
lembutan. Demikian seterusnya, dan Nabi Muhammad SAW meneladani semua
keistimewaan para Nabi tersebut
Pendidikan Agama Islam berbasis karakter
8
Ada beberapa sifat Nabi Muhammad SAW yang ditekankan oleh Al-Qur,an Antara
lain;
“Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang rasul dari kaum kalian sendiri, berat
terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (keamanan dan keselamatan) bagi
kalian, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka
Berpaling (dari keimanan) maka katakanlah ‘Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain
Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arasy yang
agung.” (At-Taubah ayat 128-129)
Begitu besar perhatiannya kepada umat manusia, sehingga hampir-hampir saja ia
mencelakakan diri demi mengajak menjadi beriman (baca QS asy-syu’ara/26;3) begitu luas
rahmat dan kasih sayang yang dibawanya, sehingga menyentuh manusia, binatang, tumbuh-
tumbuhan, dan makhluk tak bernyawa.
Sebelum Eropa memperkenalkan Organisasi pecinta binatang, Nabi Muhammad
SAW telah mengajarkan, bertakwalah kepada Allah dalm memperlakukan terhadap binatang-
binatang, kendarailah dan makanlah dengan baik.” Seorang wanita terjerumus kedalam
neraka karena seekor kucing yang dikurungnya” “seorang wanita yang bergelimang dosa
diampuni tuhan karena memberi minum seekor anjing yang kehausan” rahmat dan kasih
sayang yang dicurahkannya sampai pula pada benda-benda tak bernyawa.
Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang lahir seperti manusia yang lain dalam
naluri, fungsi fisik dan kebutuhannya, tetapi bukan dalam sifatnya dan keagungannya karena
beliau mendapat bimbingan tuhan dan kedudukan istimewa di sisi-Nya, sedang yang lain
tidak demikian seperti halnya permata adalah jenis batu yang sama jenisnya dengan batu
yang ada di jalan, tetapi ia memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh batu-batu lain.
Atas dasar sifat-sifat yang agung dan meyeluruh itu, Allah SWT menjadikan beliau
teladan yang baik sekaligus sebagi pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan
Pendidikan Agama Islam berbasis karakter
9
ٰ ْ ّٰللاَ َو ْاليَ ْو َم
اْل ِخ َر و َ ّٰللاِ أ ُ ْس َوة ٌ َح
سنَةٌ ِلِّ َم ْن َكانَ يَ ْر ُجو ه ُ ّٰللاَََلَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َر
س ْو ِل ه ذَ َك َر ه
٢١ۗ َك ِثي ًْرا
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak
mengingat Allah. (QS Al-Ahzab/33;21)
Keteladan tersebut dapat dilakukan oleh setiap manusia, karena beliau telah memiliki
semua sifat terpuji yang dapat dimiliki oleh semua manusia. dalam konteks ini, Abban Al-
Aqqad, seorang pakar Muslim Komtemporer menguraikan bahwa manusia dapat
diklasifikasikan kedalam empat tipe: seniman, pemikir, pekerja, dan yang tekun beribadah.
Sejarah hidup nabi Muhammad SAW membuktikan bahwa beliau menghimpun dan mecapai
puncak keempat macam klasifikasi manusia ini. Karya-karyanya, ibadahnya, seni bahasa
yang dikuasainya, serta pemikiran–pemikirannya sungguh megagumkan setiap orang yang
bersikap objektif. Karena itu pada seorang Muslim akan kagum berganda kepada beliau ,
sekali pada saat memandanginya melalui kacamata ilmu dan kemanusiaan, dan kedua kali
pada saat memandaginya dengan kacamata iman dan agama.
Banyak fungsi yang ditetapkan Allah SWT bagi Nabi Muhammad SAW, antara lain
sebagai syahid (pembawa berita gembira dan pemberi peringatan) (QS. Al-Fath/48; 8), yang
pada akhirnya bermuara pada penyebarluasan rahmat bagi alam semesta.
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan
agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi
saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu
(sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan
siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi
orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan
imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia (QS,
Al-Baqarah/2:143)
Pendidikan Agama Islam berbasis karakter
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sumber islam merupakan hal yang penting bagi kita,karna sumber islam merupakan
petunjuk kita untuk menjalani hidup. Ada pun yang dinamakan dengan sumber hukum islam
yaitu segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan
yang bersifat engikat yang apabila di langgar akan menmbulkan sangsi yang tegas dan nyata
sumber ajaran islam dirumuskan dengan jelas oleh Rasululah SAW, yakni terdiri dari 3
sumber, yaitu kitabuallah(Al-Quran), As-Sunnah ( Hadis) dan Ra’yu atau akal fikiran
manusia yang memenuhi syarat untuk berijtihad.
3.2 Saran
Saran dari penulis adalah marilah kita mengamalkan dan menjadikan Al-Qur’an dan
Al-Sunnah sebagai pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari yang merupakan sumber dari
hukum agama islam dan sekaligus dapat membuat kita bahagia baik itu di dunia maupun di
akhirat nanti.
Pendidikan Agama Islam berbasis karakter
11
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim
Abbas, Arifin, 1997), ilmu tasawuf, cet.l, Jakarta, pustaka Aman press
Ahmadi, Abu dan Noor Salimi (2004), Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT
bumi Aksara.
Al-A’jam, Rafiq, (1983), ushul Islamiyah Manhajuha wa ab’aduha, Beirut, Dar al-ilmi
Alfandi, Safuan, (2006), Wejangan Penyejuk Iman Syekh Abdul Qodir Jaelani Pembebasan
Manusia Dari Bahaya Syirik, Solo, sendang Ilmu
12