Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SUMBER DAN KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM

“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam.”

Dosen pengampu: Syafrudin, M. Pd.I

Disusun Oleh: Kelompok 7

Aulia Rahmawati : (22.11.19.01.000)


Dwi Alfiansyah : (22.11.19.01.005)

Erfan Wahyudi : (22.11.19.01.021)

Lusi Apriyanti .H : (22.11.19.01.021)

SEMESTER 3A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN
TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-HAUDL


KETAPANG
TAHUN AKADEMIK 2023\2024
KATA PENGANTAR

Pertama dan yang paling utama puja-puji syukur senantiasa patut kita

haturkan kepada Allah Swt, yang telah memberikan rahmat yang kian tiada terhitung, nikmat
besar hingga nikmat terkecilpun dapat kita rasakan hingga detik ini. Sholawat dan salam
kita haturkan kepada nabi besar Muhammad Swt, yang telah membawa kita pada
nikmatnya kehidupan yakni dengan adanya islam wal iman. Kami sebagai pemakalah
SUMBER DAN KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM ini mengucapkan terimakasih
banyak kepada dosen pengampu mata kuliah ” METODOLOGI STUDI ISLAM “, yang
mana telah mengarahkan serta membimbing kami dan teman-teman yang saling
mendorong dan saling memotivasi kami ucapkan terima kasih

Semoga makalah yang kami susun dapat bermanfaat bagi teman-teman (pembaca)
dan apa bila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini kami memomohon maaf
sebesar-besarnya karena kami adalah seorang insan yang tidak luputdari kesalahan.

Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh...

Ketapang, 26 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
................................................................................................................................................. iii
BAB I .........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................1
1.3 Tujuan ...............................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................2
A. Sumber Ajaran Islam Primer Dan Sekunder ......................................................................2
B. Sifat Dasar Ajaran Islam ...................................................................................................3
C. Normativitas dan Historisitas dalam Studi Islam ...............................................................5
D. Moralitas Islam Dalam Ibadah, Pendidikan, Ilmu, Dan Sosial ...........................................6
E. Islam dan wacana pembaharuan hukum Islam ..................................................................8
BAB III .................................................................................................................................... 10
PENUTUP ............................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 10
B. Saran .............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam lahir sebagai Agama yang menyempurnakan agama-agama terdahulu yang
sudah banyak dikotori oleh campur tangan pemeluknya sendiri. Islam mempunyai sumber
ajaran utama yaitu al-Qur’an yang mutlak benarnya karena bersumber langsung dari Allah
SWT, yang kedua yaitu Hadits sebagai sumber kedua setelah al-Qur’an. Di dalam Islam juga
dikenal adanya Ra’yu atau akal pikiran (ijtihad) yang digunakan sebagai sumber pendukung
untuk mendapatkan hukum bila di dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ditemui. Islam juga
mempunyai berbagai karakteristik yang sangat luwes dan toleran, sehingga Islam menjadi
sangat menarik bagi pemeluknya.
Islam juga memiliki moralitas yang tangguh dan kuat yang di dalamnya mencakup
aspek-aspek dalam berbagai segi kehidupan. Di dalam Islam juga dikenal pembaharuan atau
modernisitas yang semuanya itu adalah untuk mencapai kekuatan dan kemajuan Islam.
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa saja sumber ajaran Islam primer dan sekunder?
B. Apa saja sifat dasar ajaran Islam?
C. Bagaimana karakter antara normativitas dan historisitas dalam Islam?
D. Bagaimana moralitas dalam ibadah, pendidikan, ilmu, dan sosial Islam?
E. Bagaimana Islam dan wacana pembaharuan Islam?
1.3 Tujuan
A. Mengetahui sumber ajaran Islam primer dan sekunder
B. Memahami dasar-dasar ajaran Islam.
C. Memahami karakteristik antara normativitas dan historisitas dalam Islam
D. Memahami moralitas dalam ibadah, pendidikan, ilmu, dan sosial Islam
E. Memahami Islam dan wacana pembaharuan Islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sumber Ajaran Islam Primer Dan Sekunder

Menurut Harun Nasution Islam merupakan agama yang ajaran-ajarannya


diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Secara Istilah
adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT,
bukan berasal dari manusia dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad SAW. Kemudian
kalangan ulama’ sepakat bahwa sumber ajaran Islam yang utama adalah Al-Qur’an dan Al-
Sunnah, sedangkan penalaran atau akal pikiran sebagai alat untuk memahami Al-Qur’an dan
Al-Sunnah. Ketentuan ini sesuai dengan agama Islam itu sendiri sebagai wahyu yang berasal
dari Allah SWT.

1. Sumber Ajaran Islam Primer.


a. Al-Qur’an
Menurut pendapat yang paling kuat, seperti yang dikemukakan oleh Subni Shalih,
Al-Qur’an berarti bacaan. Kemudian secara istilah Al-Qur’an adalah firman Allah yang
diturunkan kepada hati Rasulullah, melalui jibril dengan menggunakan bahasa Arab dan
maknanya yang benar, agar ia menjadikan hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar
Rosulullah, menjadi undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan
menjadi sarana untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan
membacanya. Ia terhimpun dalam mushaf, dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan
surat Al-Nas, disampaikan kepada kita secara mutawatir dari generasi ke generasi baik secara
lisan maupun tulisan serta terjaga dari perubahan dan penggantian.
b. Al-Hadis
Al-Hadis berkedudukan sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-
qur’an. Selain didasarkan pada keterangan-keterangan ayat-ayat Alqur’an dan Hadis juga
didasarkan kepada pendapat kesepakatan para sahabat. Yakni seluruh sahabat sepakat

2
untuk menetapkan tentang wajib mengikuti hadis, baik pada masa Rasulullah masih hidup
maupun setelah beliau wafat.

Dalam literatur hadis dijumpai beberapa istilah lain yang menunjukkan


penyebutan al-hadits, seperti al-sunnah, al-khabar, dan al-atsar. Dalam arti terminologi,
ketiga istilah tersebut kebanyakan ulama’ hadis adalah sama dengan terminologi al-
hadits meskipun ulama’ lain ada yang membedakannya.

2. Ijtihad sebagai Sumber Ajaran Islam Sekunder


a) Pengertian Ijtihad
Secara bahasa, ijtihad berasal dari kata jahada. Kata ini beserta seluruh
variasinya menunjukkan pekerjaan yang dilakukan lebih dari biasa, sulit dilaksanakan atau
yang tidak disenangi. Menurut Abu Zahra, secara istilah, arti ijtihad ialah:

‫ﺒﺬﻝ ﺍﻟﻔﻗﻴﻪ ﻮﺴﻌﻪ ﻔﻰ ﺍﺴﺘﻨﺑﺎﻂ ﺍﻻﺤﻜﺎﻡ ﺍﻟﻌﻤﻟﻴﺔ ﻤﻦ ﺍﺩ ﻟﺘﻬﺎ ﺍﻟﺘﻔﺼﻴﻟﻴﺔ‬

Upaya seorang ahli fiqh dengan kemampuannya dalam mewujudkan hukum-


hukum amaliyah yang diambil dari dalil-dalil yang rinci. Sebagian lagi menggunakan
metode ma’quli (berdasarkan ra’yi dan akal). Secara harfiah ra’yi berarti pendapat dan
pertimbangan. Tetapi orang-orang arab telah mempergunakannya bagi pendapat dan
keahlian yang dipertimbangkan dengan baik dalam menangani urusan yang dihadapi.

B. Sifat Dasar Ajaran Islam


Ali Anwar Yusuf menyebutkan bahwa karakteristik ajaran Islam tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Komprehensif
Walaupun umat Islam itu berbeda-beda bangsa dan berlainan suku, dalam
menghadapi asas-asas yang umum, umat Islam bersatu padu untuk mengamalkan asas-asas
tersebut.
2. Moderat
Islam memenuhi jalan tengah, jalan yang imbang, tidak berat ke kanan untuk
mementingkan kejiwaan (rohani) dan tidak berat ke kiri untuk mementingkan

3
kebendaan (jasmani). Inilah yang diistilahkan dengan teori wasathaniyah,
menyelaraskan antara kenyataan dan fakta dengan ideal dan cita-cita.

3. Dinamis
Ajaran Islam mempunyai kemampuan bergerak dan berkembang, mempunyai
daya hidup, dapat membentuk diri sesuai dengan perkembangan dan kemajuan ajaran Islam
terpencar dari sumber yang luar dan dalam, yaitu Islam yang memberikan sejumlah hukum
positif yang dapat dipergunakan untuk segenap masa dan tempat.
4. Universal
Ajaran Islam tidak ditujukan kepada suatu kelompok atau suatu bangsa
tertentu, melainkan sebagai rahmatan lil alamin, sesuai dengan misi yang diemban oleh
Rasulullah SAW. Ajaran Islam diturunkan untuk dijadikan pedoman hidup seluruh
manusia untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dengan demikian, hukum Islam
bersifat universal , untuk seluruh umat manusia di muka bumi dan dapat diberlakukan di
setiap bangsa dan negara.
5. Elastis dan Fleksibel
Ajaran Islam berisi disiplin-disiplin yang dibebankan kepada setiap
individu. Disiplin tersebut wajib ditunaikan dan orang yang melanggarnya akan
berdosa. Meskipun jalurnya sudah jelas membentang, dalam keadaan tertentu terdapat
kelonggaran (rukhsah). Kelonggaran-kelonggaran tersebut menunjukkan bahwa ajaran
Islam bersifat elastis, luwes, dan manusiawi. Demikian pula, adanya qiyas, ijtihad,
istihsan, dan mashlahih mursalah, merupakan salah satu jalan keluar dari kesempitan.

6. Tidak Memberatkan
Ajaran Islam tidak pernah membebani seseorang sampai melampaui kadar
kemampuannya karena Islam mempunyai misi sebagai rahmat bagi manusia. Islam datang
untuk membebaskan manusia dari segala sesuatu yang memberatkannya.
7. Graduasi (berangsur-angsur)
Ajaran-ajaran Islam yang diberikan kepada manusia secara psikologis sesuai
dengan fitrahnya sendiri. Apabila ajaran-ajaran tersebut diturunkan sekaligus, sangat sulit
bagi manusia untuk menjalankannya. Oleh karena itu, Allah menurunkan ajaran Islam
secara berangsur-angsur, agar manusia melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.

4
8. Sesuai dengan fitrah manusia
Ajaran Islam sesuai dengan fitrah manusia, dalam arti sesuai dengan watak
hakiki dan asli yang dimiliki oleh manusia. Dengan demikian, ajaran Islam yangs sesuai
dengan fitrah manusia memberikan keterangan yang pasti tentang kepercayaan asli dan
hakiki yang ada dalam manusia. Artinya, kondisi awal ciptaan manusia memiliki potensi
untuk selalu mengetahui dan cenderung pada kebenaran, yang dalam Al-Quran disebut
dengan hanif.

C. Normativitas dan Historisitas dalam Studi Islam


A. Pengertian Normativitas

Kata normatif berasal dari bahasa Inggris norm yang berarti norma ajaran,
acuan, ketentuan tentang masalah yang baik dan buruk yang boleh dilakukan dan yang
tidak boleh dilakukan. Pada aspek normativitas, studi Islam agaknya masih banyak
terbebeni oleh misi keagamaan yang bersifat memihak sehingga kadar muatan analisis,
kritis, metodologis, historis, empiris terutama dalam menelaah teks-teks atau naskah
keagamaan produk sejarah terdahulu kurang begitu ditonjolkan, kecuali dalam
lingkungan peneliti tertentu yang masih sangat terbatas.

B. Pengertian Historisitas

Dalam kamus umum bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadaminta mengatakan


sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau
peristiwa penting yang benar-benar terjadi. Definisi tersebut terlihat menekankan
kepada materi peristiwanya tanpa mengaitka dengan aspek lainnya. Sedangkan dalam
pengartian yang lebih komprehensif suatu peristiwa sejarah perlu juga di lihat siapa yang
melakukan peristiwa tersebut, dimana, kapan, dan mengapa peristiwa tersebut terjadi.

Dari pengertian demikian kita dapat mengatakan bahwa yang dimaksud


dengan sejarah Islam adalah peristiwa atau kejadian yang sungguh-sungguh terjadi yang
sluruhnya berkaitan dengan ajaran Islam diantara cakupannya itu ada yang berkaitan

5
dengan sejarah proses pertumbuhan, perkembangan dan penyebarannya,
tokoh-tokoh yang melakukan pengembangan dan penyebaran agama Islam tersebut,
sejarah kemajuan dan kemunduran yang di capai umat Islam dalam berbagai
bidang,seperti dalam bidang pengetauan agama dan umum, kebudayaan, arsitektur,
politik, pemerintahan, peperangan, pendidikan, ekonomi dan lain sebagainya.

D. Moralitas Islam Dalam Ibadah, Pendidikan, Ilmu, Dan Sosial

Moral, diambil dari bahasa Latin mos (jamak, mores) yang berarti kebiasaan,
adat. Sementara moralitas secara lughowi juga berasal dari kata mos bahasa Latin (jamak,
mores) yang berarti kebiasaan, adat istiadat. Kata bermoral mengacu pada bagaimana suatu
masyarakat yang berbudaya berperilaku. Dan kata moralitas juga merupakan sifat latin
moralis, mempunyai arti sama dengan moral hanya ada nada lebih abstrak. Kata moral dan
moralitas memiliki arti yang sama, maka dalam pengertiannya lebih ditekankan pada
penggunaan moralitas, karena sifatnya yang abstrak.

Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan
dengan baik dan buruk. Senada dengan pengertian tersebut, W. Poespoprodjo
mendefinisikan moralitas sebagai kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukkan
bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup tentang baik
buruknya perbuatan manusia. Moralitas islam ditinjau dari berbagai bidang :

1. Dalam Bidang Ibadah

Secara harfiah ibadah berarti bakti manusia kepada Allah SWT, karena
didorong dan dibangkitkan oleh akidah tauhid. Ibadah adalah sebagai upaya
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mentaati segala perintahNya dan menjauhi
semua laranganNya. Ibadah ada yang umum ada yang khusus. Yang umum ialah segala
amalan yang diizinkan oleh Allah SWT, sedangkan yang khusus adalah yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT akan perincian-perinciannya, tingkat, dan cara-caranya yang
tertentu.

Ibadah yang akan kita bahas saat ini ialah ibadah yang khusus. Dalam Islam
diterangkan bahwa dalam beribadah dilarang yang namanya "kreatifitas", sebab
mengkreasi atau membentuk suatu ibadah dalam agama Islam dinilai sebagai bid'ah

6
yang dikutuk Nabi sebagai kesesatan. Bilangan shalat lima waktu beserta tata
cara mengerjakannya atau pun ketentuan ibadah haji dan tata cara mengerjakannya
misalkan adalah ibadah yang sudah ditetapkan oleh Allah ketentuan-ketentuan dan
segalanya, maka sebagai manusia atau penganutnya tidak boleh ikut campur bahkan
mengubahnya.

Ketentuan ajaran Islam yang begitulah yamembuat akal tidak boleh ikut
campur tangan, bahkan hak dan otoritas Tuhan sepenuhnya. Dan itulah yang membawa
seorang hamba menjadi hamba yang sholeh, mempunyai jiwa yang tenang, rendah hati,
menyandarkan diri kepada amal sholeh dan ibadah, dan tidak kepada nasab keturunan,
semuanya itu adalah gejala kedamaian dan keamanan sebagai pengalaman dari ibadah.
Sedangkan ibadah yang berarti umum akan dibahas di selanjutnya, karena lebih
mengarah kemu'amalah sebagai sesama makhluk hidup.

2. Dalam Bidang Pendidikan

Sejalan dengan bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan, Islam juga


memiliki ajaran yang khas dalam pendidikan. Islam memandang bahwa pendidikan
adalah hak bagi setiap orang, laki-laki maupun perempuan, dan berlangsung sepanjang
hayat. Seperti yang terkutip di hadist Rasul. "Menuntut ilmu itu adalah wajib bagi orang
Islam laki-laki dan perempuan. Tuntutlah ilmu mulai dari buaian hingga keliang lahat".

Di dalam Islam banyak diketahui metode-metode pembelajaran seperti:


ceramah, tanya jawab, diskusi, demontrasi, penugasan, teladan, pembiasaan, kary
awisata, cerita, hukuman, nasihat, dan sebagainya.

3. Dalam Bidang Sosial

Ajaran Islam dalam bidang social adalah yang paling menonnjol karena
seluruh bidang ajaran Islam adalah untuk kesejahteraan manusia. Islam menjunjung
tinggi tolong menolong, saling menasehati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan,
kerukunan antar tetangga, tenggang rasa dan kebersamaan. Menurut penelitian yang
dilakukan Jalaluddin Rahmat, Islam ternyata agama yang menekankan urusan
muamalah lebih besar daripada urusan ibadah.

7
Islam ternyata banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial dari aspek
kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat
mengabdi pada Allah SWT.

Muamalah jauh lebih luas dari pada ibadah (dalam arti khusus). Dalam
hadistnya, Rasulullah SAW mengingatkan imam supaya memperpendek shalatnya bila
di tengah jamaah ada yang sakit, orang lemah, orang tua, atau orang yang mempunyai
keperluan. Istri Rasulullah SAW Siti Aisyah, mengisahkan: Rasulullah SAW shalat di
rumah dan pintu terkunci. Lalu aku datang (dalam riwayat lain aku minta dibukakan
pintu), maka Rasulullah SAW berjalan membuka pintu, kemudian kembali ke tempat
shalatnya.

Hadist ini diriwayatkan oleh lima orang perawi, kecuali Ibnu Majah. Lalu
Islam sangat menilai bahwa ibadah berjamaah atau bersama-bersama dengan orang lain
lebih tinggi dari pada yang dilakukan secara perorangan, dengan perbandingan 27
derajat. Dari sini kita mengetahui betapa Islam dan ajarannya menjunjung tinggi nilai-
nilai social.

E. Islam dan wacana pembaharuan hukum Islam

Pembaharuan hukum Islam terdiri dari dua kata, yaitu: pembaharuan yang berarti
modernisasi, atau suatu upaya yang dilakukan untuk mengadakan atau menciptakan suatu
yang baru, dan hukum Islam, yakni kumpulan atau koleksi daya upaya para fukaha dalam
bentuk hasil pemikiran untuk menerapkan syariat berdasarkan kebutuhan masyarakat,
dalam hal ini hukum Islam sama dengan fiqh, bukan syariat.

Hukum Islam itu hidup dan berkembang dalam pergumulan sejarah dan sosial
secara responsif, adaptif dan dinamis. Karakteristik ini memungkinkannya melakukan
reformasi atau pembaharuan. Jika pembaruan itu dibawa ke dalam konteks hukum Islam,
maka yang dimaksud pembaruan hukum Islam adalah upaya untuk memberikan jawaban-
jawaban ajaran Islam di bidang hukum terhadap kemajuan modern. Berikut cara kita
melakukan pembaharuan hukum Islam:

8
A. Pemahaman baru terhadap Kitabullah
Untuk mengadakan pembaharuan hukum Islam ini, kita dapat melakukannya
dengan cara merekonstruksi atau mengartikan al-quran dalam konteks dan jiwanya.
pemahaman melalui konteks berarti mengetahui asbab an-nusul. Sedangkan
pemahaman melalui jiwanya berarti memperhatikan makna atau substansi ayat tersebut.
B. Pemahaman baru terhadap Sunnah
Dilakukan cara mengklasifikasikan sunnah, mana yang dilakkan Rasulullah
dalam rangka Tasyri Al-Ahkam (penetapan hukum) dan mana pula yang dilakukannya
selaku manusia biasa sebagai sifat basyariyyah (kemanusiaan). dengan Sunnah baru
dapat dijadikan pegangan wajib apabila dilakukan dalam rangkaTasyri Al- Ahkam.
Sedangkan yang dilakukannya sebagai manusia biasa tidak wajib diikuti, seperti
kesukaaan Rosulullah SAW kepada makanan yang manis, pakaian yang berwarna hijau
dan sebagainnya. Disamping itu sebagaimana aal-Quran, Sunnah juga harus dipahami
dari segi jiwa dan semangat atau substansi yang terkandung didalamnya.
C. Pendekatan taaqquli (rasional)
Ulama terdahulu memahami rukun Islam dilakukan dengan Taabbudi yaitu
menerima apa adanya tanpa komentar, sehingga kwalitas illat hukum dan tinjauan
filosofisnya banyakk tidak terungkap. Oleh karena itu pendekatan taaquli harus
ditekankan dalam rangka pembaharuan hukum Islam (taabadi dan taaqquli). Dengan
pendekatan ini illat hukum hikmahat-tashih dapat dicerna umat Islam terutama dalam
masalah kemasyarakatan.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sumber ajaran Islam yang utama berasal dari Al-Quran dan Sunnah. Sumber
ajaran Islam primer berupa Al-Quran dan hadist. Al-Quran adalah firman Allah yang
diturunkan kepada hati Rasulullah, Muhammad bin Abdullah, melalui jibril dengan
menggunakan bahasa Arab dan maknanya yang benar, agar ia menjadikan hujjah bagi
Rasul, bahwa ia benar-benar Rosulullah, menjadi undang-undang bagi manusia, memberi
petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah
kepada Allah dengan membacanya. Ijtihad sebagai sumber ajaran Islam sekunder.
Ali Anwar Yusuf menyebutkan bahwa karakteristik ajaran Islam meliputi :
komprehensif, moderat, dinamis, universal, elastis dan fleksibel, tidak memberatkan,
graduasi (berangsur-angsur), sesuai dengan fitrah manusia, dan argumentatif filosofis.
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik
dan buruk. Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai
nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.
Moralitas islam ditinjau dari berbagai bidang, meliputi :
a. Dalam bidang ibadah, ibadah yang sudah ditetapkan oleh Allah ketentuan-
ketentuan dan segalanya, maka sebagai manusia atau penganutnya tidak boleh ikut
campur bahkan mengubahnya.
b. Dalam bidang pendidikan, Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi
setiap orang, laki-laki maupun perempuan, dan berlangsung sepanjang hayat.
c. Dalam bidang sosial, Islam menjunjung tinggi tolong menolong, saling menasehati
tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, kerukunan antar tetangga, tenggang
rasa dan kebersamaan .
Jika pembaruan itu dibawa ke dalam konteks hukum Islam, maka yang
dimaksud “pembaruan hukum Islam” adalah “upaya untuk memberikan jawaban-jawaban
ajaran Islam di bidang hukum terhadap kemajuan modern”.

10
B. Saran
Diharapkan pembaca dapat memahami sumber dan karakteristik ajaran islam
itu sendiri dalam supaya dapat menerapkan paduan dalam kehidupan sehari-hari

11
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad Daud. 2004. Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Islam Di
Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo persada.
Nata, Abuddin. 1998. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ibid.

Syukur, Amin. 2006. Pengantar Studi Islam. Semarang : CV. Bima Sejati.

12

Anda mungkin juga menyukai