OLEH:
ABDI TRI NUGRAHA 2020203874235035
NUR ARFIKA 2020203874235034
i
KATA PENGANTAR
Dalam penyusunan tugas dan materi, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, sehingga masalah yang penulis hadapi dapat teratasi.
Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi kami tentunya bertujuan
untuk menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini, sesuai dengan
pengetahuan yang kami peroleh, baik dari buku maupun sumber-sumber yang
lain. Semoga semuanya memberikan manfaat bagi kita. Bila ada kesalahan tulisan
atau kata-kata di dalam makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN..................................................................................... 13
B. SARAN................................................................................................. 13
BIOGRAFI....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sumber ajaran Islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau
pedoman syariat Islam. Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam.
Agama Islam bersumber dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-
Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen utama agama Islam atau
unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan akhlak) dikembangkan
dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk
mengembangkannya.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Al-Qur’an?
2. Apa itu Hadist?
3. Apa itu Ijtihad?
4. Mengapa ajaran Islam satu sumber, tetapi terbagi menjadi beberapa
golongan seperti NU dan MUHAMMADIYAH
5. Apa yang membedakan NU dan MUHAMMADIYAH?
C. TUJUAN MASALAH
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Alquran turun secara berangsur-angsur dalam tengang waktu lebih
kurang 23 tahun, yaitu sejak diangkatnya Nabi Muhammad sebagai Nabi
dan Rasul Allah hingga beliau wafat. Ayat-ayat yang turun ditulis dan
dihafal oleh sejumlah sahabat Nabi dan hasil pencatatan mereka
diserahkan kepada Rasullullah. Rasul menyimpan catatan ayat-ayat
Alquran itu di rumahnya dan ada pula yang disimpan oleh penulisnya
sendiri. Tidak berapa lama setelah rasul wafat, Khalifah Abu Bakar
membentuk tim untuk mengkodifikasi Alquran. Berdasarkan cek silang
antara satu penulis dengan penulis yang lain serta konfirmasi langsung
kepada banyak saksi hidup dan para penghapal Alquran, tim berhasil
mengkodifikasi ayat-ayat Alquran ke dalam satu mushaf Alquran.
Selain kedua sumber di atas terdapat pula sumber yang lain yakni
ijtihad. Ijtihad adalah penggunaan akal untuk merumuskan hukum yang
tidak tersurat dalam Alquran dan Sunnah dengan cara istinbat kepada dua
sumber tersebut.
2. Kandungan Alquran
Alquran terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6.236 ayat. Ayat-ayat
Alquran yang turun pada periode Mekah (Ayat Makiyah) sebanyak 4.780
ayat yang tercakup dalam 86 surat, dan pada periode Madinah (Ayat
Madaniyah) sebanyak 1.456 ayat yang tercakup dalam 28 surat. Ayat-ayat
Makiyah pada umumnya mengandung nuansa sastra yang kental karena itu
ayat-ayatnya pendek-pendek. Isinya banyak mengedepankan prinsip-
4
prinsip dasar kepercayaan dan meletakkan kaidah-kaidah umum syariah
(peraturan) dan akhlak. Adapun ayat Madaniyah menerangkan aspek
syariah baik menyangkut peraturan tentang ibadah maupun muamalah dan
akhlak.
3. Alquran : Mukjizat Nabi Muhammad
Secara umum Alquran membawa dua fungsi utama, yaitu sebagai
mukjizat dan pedoman dasar ajaran islam. Mukjizat menurut bahasa
berarti melemahkan. Alquran sebagai mukjizat menjadi bukti kebenaran
Muhammad selaku utusan Allah yang membawa misi universal, risalah
akhir, dan syariah yang sempurna bagi manusia. Untuk itu Allah
menurunkan Alquran dengan susunan bahasa, kandungan makna, hukum
dan pengetahuan yang terkandung di dalamnya unsur-unsur mukjizat. Ia
menjadi dalil atau argumentasi yang mampu melemahkan segala argumen
dan mematahkan segala dalil yang dibuat manusia untuk mengingkari
kebenaran Muhammad selaku Rasulullah.
Allah telah memerintahkan Rasul supaya menantang kaum yang
ingkar sehingga tampak jelas kelemahan mereka dan sempurnalah dalil-
dalil yang menundukkan mereka. Dalam kaita ini Allah berfirman :
5
Keistimewaan bahasa Alquran terletak pada gaya
pengungkapannya, antara lain kelembutan dalam jalinan huruf dan kata
dengan lainnya. Susunan huruf-huruf dan kata-kata Alquran terajut
secara teratur sehingga menjelma menjadi ayat-ayat yang indah untuk
dibaca dan diucapkan. Keindahan bahasa Alquran ini menjadikannya
sebagai mukjizat sehingga apabila ada kata-kata manusia yang
disisipkan ke dalamnya, maka rusaklah keindahannya. Karena itu
upaya-upaya untuk memalsukan ayat-ayat Alquran tidak pernah
berhasil.
Keistimewaan lainnya dari segi bahasa adalah keserasian bahasa
Alquran dengan akal dan perasaan manusia. Alquran menggabungkan
kebenaran dan keindahan sehingga menyentuh akal dan hati manusia
sekaligus. Misalnya Alquran mengemukakan dalil-dalil yang rasional
mengenai kebangkitan manusia dari alam kubur yang ditunjukan untuk
orang-orang yang mengingkarinya untuk ini Alquran membawakan
dalil-dalil dengan mengetuk hati dan menyenangkan perasaan manusia
sehingga dapat memuaskan dan menyejukkan hati.
b. Aspek sejarah
Kedudukan, peran, proses perjuangan, dan ketabahan para rosul
Allah mulai dari Adam hingga Isa serta kondisi umat dihadapi mereka
dikisahkan dalam Alquran.
c. Isyarat tentang ilmu pengetahuan
Alquran berbicara mengenai hukum-hukum alam; diterangkannya
persoalan-persoalan biologi, farmasi, astronomi dan geografi. Misalnya
tentang kejadian alam (Al-Anbiyaa’ 21:30), kemungkinan manusia
dapat menembus langit (Al-An’aam, 6:125). Isyarat demi isyarat yang
ditunjukkan Alquran mengenai sains, sebagian nya telah terbukti sahih
menurut ilmu pengetahuan yang obyektif.
d. Konsistensi ajaran selama proses penurunan yang panjang
Alquran diturunkan secara bertahap selama kurun waktu kurang
lebih 23 tahun. Rentang waktu itu bukanlah waktu yang pendek dan ini
6
menjadi bukti tersendiri akan kebenaran Muhammad selaku Rasulullah.
Sekiranya Alquran merupakan produk pikiran nabi maka norma-norma
yang dikandung Alquran pastilah saling bertentangan. Bukankah
manusia sering berubah-ubah dalam soal pandangan, gagasan, cita-cita,
harapan dan keinginannya? Tidak demikian dengan Alquran. Dari awal
hingga akhir membawa nilai-nilai dan hukum-hukum bagai cerita
bersambung. Tidak ada pada Alquran nilai-nilai dan hukum yang saling
berlawanan, karena ia datang dari Allah. Demikianlah konsistensi nilai-
nilai Alquran selama proses penurunannya menjadi dalil yang
meneguhkan keberadaan Muhammad selaku Rasulullah dan kebenaran
risalah yang dibawanya. Dalam kaitan ini Allah berfirman :
e. Nabi Muhammad yang Ummi
Muhammad saw. adalah seorang yang ummi (umi) yaitu tidak
pandai membaca dan menulis. Masa remajanya habis dengan
menggembala domba dan masa dewasanya di medan niaga. Ia tidak
pernah mengenyam pendidikan, tidak sempat belajar menulis dan
membaca, apalagi untuk menyelami filsafat. Namun demikian ia
dikenal oleh masyarakat luas karena pribadi nya yang mulia sehingga
menjadi daya tarik yang amat luar biasa. Ia menjadi seorang yang
populer dengan kejujurannya, dan pada sisi lain, juga populer dari segi
keumiannya. Popularitas pribadinya itu setingkat dengan kemashyuran
umminya. Itulah Muhammad seorang masyur karena ummi namun
berpribadi menawan hati.
4. Alquran hidayah sempurna
Alquran adalah sumber hidayah dan petunjuk, sumber syariah dan
hukum-hukum. Yang wajib dijadikan pedoman dan diikuti oleh manusia.
Supaya memperoleh kedamaian, ketentraman, dan kebahagiaan hidup di
dunia dan keselamatan di akhirat.
5. Komitmen terhadap Alquran
Ada empat sikap yang menunjukkan komitmen muslim terhadap
Alquran. Pertama, mengimani Alquran, yaitu meyakini bahwa Alquran
7
adalah kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Kedua,
mempelajari Alquran. Mempelajarinya berarti membuka pintu rahmat
Allah. Mempelajari Alquran adalah modal dasar mengarungi kehidupan
dunia untuk memperoleh keuntungan. Ketiga, mengamalkan Alquran.
Meyakini kebenaran dan keagungan Alquran serta memahami dan
mengamalkannya merupakan garansi bagi kebahagiaan dan keselamatan
hidup manusia di dunia dan akhirat. Keempat, mendakwahkan Alquran,
yaitu mensosialisakan nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran kepada
orang lain dari mulai lingkungan keluarga hingga masyarakat pada
umumnya.
A. Hadis sebagai Sumber Ajaran
1. Pengertian Hadits
a. Struktur Hadits
1. Sanad (Rantai Penutur/Perawi /Periwayat Hadits).
Sanad terdiri atas seluruh penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut
dalam bukunya (kitab hadits) hingga mencapai Rasulullah. Sanad memberikan
gambaran keaslian suatu riwayat.
Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam mamahami
hadits ialah Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi
Muhammad atau bukan. Matan hadits itu sendiri dalam hubungannya dengan
hadits lain yang lebih kuat sanadnya (apakah ada yang melemahkan atau
menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al Quran (apakah ada yang
bertolak belakang).
8
I. Klasifikasi Hadits Menurut Jumlah perawi
1. Mutawattir; adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang
dari beberapa sanad dan tidak terdapat kemungkinan bahwa mereka semua
sepakat untuk berdusta bersama akan hal itu. Jadi hadits mutawatir
memiliki beberapa sanad dan jumlah penutur pada tiap lapisan (thaqabah)
berimbang.
2. Hadits Ahad, hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun
tidak mencapai tingkatan mutawatir. Hadits ahad kemudian dibedakan atas
tiga jenis antara lain :
Hadits Shahih yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadits.
Hadits shahih memenuhi persyaratan sebagai berikut: Sanadnya
bersambung. Diriwayatkan oleh penutur/perawi yg adil, memiliki sifat
istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga muruah (kehormatan)-nya,
dan kuat ingatannya. Matannya tidak mengandung
kejanggalan/bertentangan (syadz) serta tidak ada sebab tersembunyi atau
tidak nyata yg mencacatkan hadits.
Hadits Hasan bila hadits yang tersebut sanadnya bersambung,
diriwayatkan oleh rawi yg adil namun tidak sempurna ingatannya, serta
matannya tidak syadz serta cacat.
Hadits Dha’if (lemah), ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung
(dapat berupa mursal, mu’allaq, mudallas, munqati’ atau mu’dal) dan
diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya,
mengandung kejanggalan atau cacat.
II. Klasifikasi Hadits Menurut Macam Periwayatannya
1. Hadits yang bersambung sanadnya.
Yaitu hadits yang bersambung sanadnya hingga Nabi saw. Hadits ini disebut
hadits marfu' atau Maushul.
9
pencatat hadits mengatakan, telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah
mengatakan...." tanpa ia menjelaskan sanad antara dirinya hingga
Rasulullah).
2. Hadits Mursal (Hadits yang dikirim);Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh
para tabi'in dari Nabi saw.tanpa menyebutkan sahabat penerima hadits
tersebut. Atau Bila sanad putus pada salah satu penutur yakni penutur 4
atau 3.
3. Hadits Mudallas; (Yang ditutup-tutupi): disebut juga hadits yang
disembunyikan cacatnya karena diriwayatkan melalui sanad yang
memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya, padahal sebenarnya
ada, baik dalam sanad atau pada gurunya. Jadi, hadits Mudallas ini ialah
hadits yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya.
4. Hadits Munqati (Hadits yang terputus); Yaitu hadits yang hilang seorang
atau dua orang perawi selain sahabat dan tabi'in. Bila penutur 1 tidak
dijumpai atau dengan kata lain seorang tabi'in menisbatkan langsung
kepada Rasulullah SAW (contoh: seorang tabi'in (penutur 2) mengatakan
"Rasulullah berkata" tanpa ia menjelaskan adanya sahabat yang
menuturkan kepadanya).
5. Hadits Mu'dhal (Terputus sanadnya); Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh
para tabi'it dan tabi'in dari Nabi saw. atau dari sahabat tanpa menyebutkan
tabi'in yang menjadi sanadnya. Atau bila sanad terputus pada dua generasi
penutur berturut-turut.
10
3. Hadits Mungkar; yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang
perawi yang lemah yang bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan
oleh perawi yang tepercaya/jujur.
4. Hadits Mu'allal (yang sakit atau cacat): Yaitu hadits yang di dalamnya
terdapat cacat yang tersembunyi. Menurut Ibnu Hajar, hadits Mu'allal ialah
hadits yang nampaknya baik tetapi setelah diselidiki ternyata ada cacatnya.
Hadits ini biasa juga disebut hadits Ma'lul (yang dicacati) dan disebut
hadits Mu'tal (hadits sakit atau cacat).
5. Hadits Mudlthorib (yang kacau): Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh
seorang perawi dari beberapa sanad dengan matan (isi) kacau atau tidak
sama dan kontradiksi dengan yang dikompromikan.
6. Hadits Maqlub ( yang terbalik): Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh
perawi yang dalamnya tertukar dengan mendahulukan yang belakang atau
sebaliknya baik berupa sanad (silsilah) maupun matan (isi).
7. Hadits Munqalib (yang terbalik): Yaitu hadits yang terbalik sebagian
lafalnya hingga pengertiannya berubah.
8. Hadits Mudraj; yaitu hadits yang mengalami penambahan isi oleh
perawinya.
9. Hadits Syad (yang jarang): Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi
yang tsiqah (terpercaya) yang bertentangan dengan hadits lain yang
diriwayatkan dari perawi-perawi (periwayat/pembawa) yang terpercaya
pula. Hadits syad jarang dihafal para ulama hadits, beda dengan hadits
Mahfudz yang banyak dihafal.
IV. Klasifikasi Hadits Berdasarkan ujung sanad
1. Hadits Maqtu' adalah hadits yang sanadnya berujung pada para Tabi’in
(penerus).
2. Hadits Mauquf adalah hadits yang sanadnya terhenti pada para sahabat.
3. Hadits Marfu' adalah hadits yang sanadnya berujung langsung pada Nabi
Muhammad saw.
11
Berikut adalah sanad (persambungan) beberapa perawi hadits dengan Nabi saw.
12
5. Hadits Mashur, bila terdapat lebih dari dua jalur sanad (tiga atau lebih
penutur pada salah satu lapisan) namun tidak mencapai derajat mutawatir.
6. Muttafaq 'alaih: Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Muslim dari sumber sahabat yang sama, atau dikenal juga dengan Hadits
Bukhari-Muslim.
7. As-Sab'ah: Yaitu 7 perawi hadits termasyhur: Imam Ahmad, Bukhari,
Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasi'i dan Ibnu Majah.
8. Perawi: Yaitu orang yang meriwayatkan hadits.
3. Ijtihad
A. Arti dan kedudukan Ijtihad
Ijtihad dipandang sebagai aktivitas penelitian ilmiah karena itu bersifat relatif.
Relativitas ijtihad ini menjadikannya sebagai sumber nilai yang bersifat dinamis.
B. Metode Ijtihad
13
Misalnua, seseorang mesti memilih satu dari dua alternatif perbuatan yang
sama-sama buruk. Maka ia mengambil salah satu yang diyakini paling
ringan keburukannya.
c) Masalihul mursalah, yaitu menetepkan hukum berdasarkan tinjauan
kegunaan atau kemanfaatannya sesuai dengan tujuan syariat.
Perbedaannya dengan istihsan adalah jika istihsan menggunakan
konsiderasi hukum-hukum universal dari Alquran dan Al-Hadist atay
menggunakan dalil-dalil umum dari kedua sumber tersebut, sedangkan
massahhul mursalah menitikberatkan kepada kemanfaatan perbuatan dan
kaitannya dengan tujuan universal syariat Islam.
4. Mengapa dalam islam padalah Sumber nya sama, tetapi terpecah
menjadi beberapa golongan?
Setiap kelompok mengaku dalilnya Quran dan Hadist tapi mengapa bisa berbeda,
umat Islam berpecah belah? Umar juga mempertanyakan Hal Ini. Lalu Umar
berdiskusi dengan Abdullah bin Abbas
Umar bertanya :
Wahai Abdullah bin Abbas mengapa umat Islam Ini berpecah belah?
Wahai amirul mukminin setelah kita meninggal maka Akan lahirlah generasi
selanjutnya, mereka membaca quran tapi tidak memahami apa yg dimaksud, apa
tafsir yang benar, ketika mereka tidak paham maka mulailah keluar pemahaman-
pemahaman yang menurut pemikiran mereka sendiri.
14
Apabila setiap kelompok sudah berani mentafsirkan alquran menurut pemahaman
masing-masing maka umat Islam akan berpecah belah.
Dalam hal ibadah, bisa kita lihat perbedaan yang kentara antara NU dan
Muhammadiyah. Pertama, pada bulan Ramadlan, warga Nahdliyin tarawih dengan
jumlah rakaat sebanyak dua puluh dengan tiga rakaat witir. Sedangkan warga
15
muhammadiyah jumlah rakaatnya adalah delapan dengan tiga rakaat witir. Kedua,
bagi warga NU malam jum’at adalah malam yang sakral. Pada malam ini masjid
diramaikan dengan bacaan maulid nabi, tahlil, yasin, manaqib syaikh abdul Qadir
al-Jaelani, barzanji dan sebagainya sedangkan tidak demikian yang dilakukan
warga Muhammadiyah. Ketiga, khutbah sholat Ied dilakukan sebanyak dua kali
oleh warga NU sedangkan warga Muhammadiyah khutbah sebanyak sekali.
Keempat, kalimat “allahu akbar” dalam takbiran hari raya diucapkan sebanyak
tiga kali untuk warga NU sedangkan warga Muhammadiyah melafaldkannya
sebanyak dua kali, kalimat qad qamat as-sholat dalam iqomat dibaca sebanyak
dua kali untuk warga nahdliyin dan sekali untuk warga Muhammadiyah. Yang
terakhir adalah itsbat penentuan jatuhnya hari raya, NU memakai dasar rukyah
sedangkan Muhammadiyah memakai hilal sebagai dasarnya.
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Saran:
Saran dari penulis adalah marilah kita mengamalkan dan menjadikan Al-
Quran dan Hadist sebagai pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari yang dapat
membuat kita bahagiabaik itu di dunia maupun di akhirat nanti.
17
BIOGRAFI SINGKAT PENULIS MAKALAH
NPM : 0217048651
Alamat : Degayu-Pekalongan
NPM : 0217048681
Alamat : Ulujami-Pekalongan
NPM : 0217048691
NPM : 0217048701
18
Alamat : Perumahan Griya Permai B.40, Kebulen
NPM : 0217048711
NPM : 0217048721
19
Nama : Ilvan Romadhon
NPM : 0217048671
NPM : 0217048731
Alamat : Wiradesa-Pekalongan
20
DAFTAR PUSTAKA:
http://inspiring.id/sumber-ajaran-islam/
https://aslibumiayu.net/7666-kenapa-umat-islam-terpecah-menjadi-73-golongan-
padahal-alquran-mereka-satu.html
http://www.jadipintar.com/2013/03/Pengertian-Hadits-dan-Jenis-Jenisnya.html
21