Disusun Oleh ;
1. Yayando Saputra
2. Iin Trilia
Dosen Pengampu :
H. Rusmin, M. Pd. I
1
KATA PENGANTAR
Dalam kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terima kasih Bapak
H. Rusmin, M. Pd. I selaku dosen mata kuliah Metodologi Studi Islam yang telah
membimbing dalam proses belajar mengajar.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ........................................................................................17
B. Saran ...................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Islam Al-Qur’an merupakan sumber agama yang
diperuntukkan untuk umat islam tanpa terkecuali. Al-Qur’an sebagai
sumber segala aspek kehidupan haruslah di jalani dan di pahami setiap apa
yang ada di dalamnya kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Begitu banyak fungsi dari Al-Qur’an sebagai sumber agama Islam.
Al-Qur’an yang berisi firman-firman Allah SWT., merupakan
datangnya dari Allah bukan di buat-buat oleh tangan manusia
terdahulunya. Dan apa yang terkandung di setiap firman-firman Allah
SWT., meliputi segala aspek dalam kehidupan yang tidak terikat zaman.
Al-Qur’an yang dikumpulkan satu persatu sebelum menjadi satu kesatuan
yang lengkap juga membutuhkan proses. Hingga sampai saat ini dan nanti
Al-Qur’an akan menjadi sumber agama Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Fungsi Al-Qur'an?
2. Bagaimana Al-Qur’an Sebagai Kalamullah?
3. Apa ‘Ulum Al-Qur’an Dan Tafsir?
4. Bagaimana Metode-metode Tafsir?
C. Tujuan
1. Mengetahui Apa Fungsi Al-Qur'an
2. Mengetahui Bagaimana Al-Qur’an Sebagai Kalamullah
3. Mengetahui Apa ‘Ulum Al-Qur’an Dan Tafsir
4. Mengetahui Bagaimana Metode-metode Tafsir
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Sidi Gazalba, Asas Ajaran Islam, (Cet. 2; Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hal. 54.
3
2
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Jakarta: Mizan, 1992), hal. 27 dan 40
4
3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-
Qur‟an, 2006), hal. 35.
4
Ibid, hal. 2
5
Ibid, hal. 85
6
Ibid, hal. 690
7
Ibid, hal. 289
5
11
Moh. Nurhakim, Metodologi Studi Islam, (Malang: UMM Press, 2005), hal. 70.
8
penuh dengan ilmu yang terbebas dari keraguan (Q.S al-Baqarah [2]: 2),
kecurangan (Q.S al-Naml [27]: 1), pertentangan (Q.S an-Nisa [4] 82),
kejahilan (Q.S al-Syu’ara [26] : 210). Ia juga merupakan penjelmaan dari
kebenaran, keseimbangan pemikiran dan karunia (Q.S al-An’am [6]: 155).
Sebagai wahyu, Al-Qur’an bukan pikiran dan ciptaan Nabi
Muhammad Saw. oleh karena itu, mereka yang mengatakan bahwa Al-
Qur’an itu pikiran dan ciptaan Nabi Muhammad Saw, tidak benar dan
tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Perdebatan sekitar otentisitas Al-Qur’an sebagai firman Allah,
telah terjadi ketika Al-Qur’an diturunkan. Oleh karena itu, Allah
menantang kepada para penentang Al-Qur’an untuk membuat satu surat
yang semisal dengan Al-Qur’an. Allah berfirman, “Dan jika kamu (tetap)
dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba
Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu
dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu memang
orang-orang yang memang benar.”(Q.S al-Baqarah [2]: 23).
Tantangan tersebut disertai pula dengan ancaman berupa kepastian
bahwa manusia tidak akan mampu menciptakan Al-Qur’an. Allah
berfirman, “Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu
tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu yang disediakan bagi orang-
orang kafir.”(Q.S al-Baqarah [2]: 24).
Setelah perdebatan itu terjadi, terdapat pola orang yang meragukan
otentisitas Al-Qur’an karena dianggap telah diintervensi oleh manusia,
terutama umat Islam generasi pertama yang kita kenal sebagai sahabat
Nabi Muhammad Saw. Allah menjamin bahwa Al-Qur’an dipelihara
dengan sebaik-baiknya. Ia berfirman “Sesungguhnya Kami-lah yang
menurunkan Al-Qur’an dan Sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.” (Q.S al-Hijr [15]: 9).
9
tulisan di atas Palapa daun kurma, lempengan batu dan kepingan tulang, di
samping terpelihara dalam hafalan para sahabat. Al-Qur’an setelah Nabi
Muhammad Saw wafat Al-Qur’an kemudian dikumpulkan kembali dari
bentuk-bentuk tulisan tadi dan juga dikumpulkan dari pemeliharaan dalam
hafalan para sahabat. Pengumpulan Al-Qur’an dilakukan pada dua zaman,
yaitu pada zaman Abu Bakar Kemudian pada zaman Umar Bin Khattab.
12
Muhammad Husaein al-Dzahabi, Al-Tafsir wa al-Mufassirun. Dari al-Kutub, 1976, hal. 13.
11
14
Ibid, hal. 31
15
Ibid, hal 65
13
16
Ibid, hal 151
14
17
Ibid, hal 152-170
15
Penjelasan tentang tata bahasa dan aspek lain dari bahasa Arab
yang ada sekarang dan kemudian merupakan suatu keniscayaan dan
keharusan. Tafsir ini terlepas dari berdebatan teologis yang demikian
menonjol pada masanya. Sehingga di dalamnya terdapat kritik terhadap
Qadariyah dan Jabariyah. Pembahasan mengenai fikih di dalamnya sangat
menarik dan berharga. Dia mengemukakan pendapat hukum secara
independen, bahkan boleh jadi isinya terdapat pertentangan dengan
mazhab empat yang terkenal itu, ia juga berbeda dengan mazhab Hambali.
18
18
Dr. H. Muh. Arif, Metodologi studi Islam, (Sumatera Barat,2020), hal 61-62
16
19
Ibid, hal 62-63
17
Salah satu dari keempat judul di atas yaitu memelihara anak yatim.
Judul ini dibagi menjadi beberapa subbagian. Pertama, pembahasan
tentang ayat-ayat periode Makkah lengkap dengan gambaran selintas
tentang kondisi kota itu. Kedua, pembahasan tentang ayat-ayat periode
Madinah lengkap dengan gambaran kondisi kota itu. Ketiga, penjelasan
dan analisis tentang kandungan ayat-ayat yang terhimpun ke dalam dua
fase Mekah dan Madinah sebagai yang telah dijelaskan di kedua bagian
sebelumnya.
Dalam bagian pertama penjelasan atas empat ayat periode Mekah,
yang menurut penulis dapat disimpulkan, bahwa pada periode ini perhatian
Al-Qur‟an terhadap anak yatim lebih tertuju pada pemeliharaan diri anak
itu sendiri dari pada pemeliharaan terhadap harta bendanya, kalaupun ada
larangan mendekati hartanya-bukan dalam arti literal, tetapi larangan
bertindak jahat atas harta itu. Sementara itu dalam bagian kedua, penulis
menjelaskan sejumlah ayat-ayat periode Madinah yang menurutnya tertuju
pada upaya-upaya memecahkan masalah-masalah anak yatim, serta cara-
cara memelihara diri anak yatim dan mengurus hartanya. Sedangkan pada
bagian ketiga, penulis melakukan penjelasan komprehensif sekaligus
melakukan analisis kandungan ayat-ayat di atas. Analisis ini dibatasi pada
tiga hal; pertama, pembinaan moral dan pendidikan anak-anak yatim;
kedua, perihal harta anak yatim; dan ketiga; perintah menyantuni dan
menyayangi anak yatim. 20
20
Ibid, hal 64-65
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
dan Ibn Katsir, Tafsir bi al-Ra‟y: al-Razi, Tafsir Ijmali: Jalalain, Tafsir
Tahlili: al-Manar, dan Maudhu‟i: al-Farmawi.
B. Saran
Di sarankan kepada pembaca, supaya menambahkan beberapa Refrensi
lain selain dari makalah ini. Karena makalah ini jauh dari kata sempurna untuk
dijadikan sebuah pedoman untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an.
Abd, Atang, dkk, 2017, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Al-Dzahabi, Muhammad Husaein, 1976, Al-Tafsir waal-Mufassirun. Dari al-
Kutub.
Muhaimin, dkk. 1994. Dimensi-Dimensi Studi Islam. Surabaya: Karya
Abitama.
Ridwan, Fath, 1975, Min Falsafatal-Tasyri’ al-Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru
Van Hove.