Anda di halaman 1dari 12

AL-QUR’AN DAN HADIST

Oleh :
Kelas PAI 5C

Kelompok I

Rijal Ramadhan Wisran 2102010081


Putry Jaatsiya Lufty 2102010094
Astri 2102010078
Andi Rahmadani 2102010084

Dosen Pengampu:
Drs. H. M. Ali Nurdin, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena limpahan
rahmat serta anugerah darinya sehingga penulis mampu untuk merampungkan
makalah dengan judul “Al-Qur’an dan Hadist” ini. Sholawat dan salam selalu
penulis ucapkan dan curahkan untuk junjungan nabi agung kita, Nabi Muhammad
SAW yang sudah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua, sebuah
petunjuk paling benar yakni syariah agama Islam yang sempurna dan satu satunya
karunia paling besar kepada seluruh alam semesta.
Penulis benar-benar berterima kasih sebab mampu menyelesaikan makalah
dari tugas mata kuliah Pembelajaran Al-Qur’an Hadist di Madrasah. Selain itu,
penulis menyampaikan terima kasih yang banyak kepada Ustadz Drs. H. M. Ali
Nurdin, M.Pd.I selaku Dosen Mata Kuliah ini, serta ucapan terima kasih terhadap
seluruh pihak yang sudah membantu penulis selama berlangsungnya penyelesaian
makalah ini sampai bisa terselesaikan dengan tepat waktu.
Begitulah yang bisa penulis haturkan, penulis berharap agar makalah ini
bisa berguna kepada setiap pembaca. Penulis memohon kritik dan saran untuk
makalah ini agar selanjutnya penulis bisa membuat makalah-makalah yang lebih
relavan lagi.

Palopo, 24 September 2023

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1

C. Tujuan Pembahasan .................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Al-Qur’an

1. Pengertian Al-Qur’an ....................................................................................... 2

2. Sejarah Al-Qur’an ............................................................................................ 2

3. Kedudukan dan Fungsi Al-Qur’an ................................................................... 3

B. Hadist

1. Pengertian Hadist ........................................................................................... 4

2. Sejarah Hadist ................................................................................................. 5

3. Kedudukan dan Fungsi Hadist ....................................................................... 6

4. Macam-macam Hadist .................................................................................... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 8

B. Saran.......................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an dan Hadist adalah bagian dari mata pelajaran pendidikan agama
islam yang diberikan untuk memahami dan mengamalkan Al-Qur’an sehingga
mampu membaca dengan fasih, menerjemahkan, menyimpulkan isi kandungan,
menyalin dan menghafal ayat-ayat yang terpilih serta memahami dan
mengamalkan hadis-hadis pilihan sebagai pendalaman dan perluasan kajian dari
pelajaran Al-Qur’an Hadis dari Madrasah Ibtidaiyah dan sebagai bekal untuk
mengikuti jenjang pendidikan berikutnya.
Mempelajari Al-Qur’an Hadis bertujuan agar peserta didik gemar
membaca Al-Qur’an dan Hadis dengan benar, serta mempelajarinya, memahami,
meyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung
didalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupan.
Dengan demikian pembelajaran Al-Qur’an Hadis memiiki fungsi lebih istimewa
dibanding dengan yang lain dalam hal mempelajari Al-Qur’an.
Al-Qur’an amat dicintai oleh kaum muslimin, karena fashahah serta
balaqhahnya dan sebagai sumber petunjuk kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat. Hal ini terbukti dengan perhatian yang amat besar terhadap
pemeliharaannya semenjak turunnya di masa Rasulullah SAW sampai
tersusunnya mushhaf sampai akhir zaman.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Al-Qur’an dan Hadist?
2. Bagaimana sejarah Al-Qur’an dan Hadits?
3. Bagaimana kedudukan dan fungsi Al-Qur’an dan Hadist?
4. Apa saja macam- macam Hadist?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian Al-Qur’an dan Hadist?
2. Dapat mengetahui sejarah Al-Qur’an dan Hadits?
3. Dapat mengetahui kedudukan dan fungsi Al-Qur’an dan Hadist?
4. Dapat mengetahui pembagian Hadist

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Al-Qur’an
1. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an secara bahasa diambil dari kata: ‫ ا قر‬- ‫يقرا‬- ‫قراة‬- ‫ وقرانا‬yang
berarti sesuatu yang dibaca. Arti ini mempunyai makna anjuran kepada umat
Islam untuk membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an juga bentuk mashdar dari ‫ القراة‬yang
berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dikatakan demikian sebab seolah-olah
Al-Qur’an menghimpun beberapa huruf, kata, dan kalimat secara tertib sehingga
tersusun rapi dan benar. Oleh karena itu Al-Qur’an harus dibaca dengan benar
sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat hurufnya, juga dipahami, diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari dengan tujuan apa yang dialami masyarakat untuk
menghidupkan Al-Qur’an baik secara teks, lisan ataupun budaya. Sedangkan,
Al-Qur’an menurut istilah adalah firman Allah SWT. Yang disampaikan oleh
Malaikat Jibril dengan redaksi langsung dari Allah SWT. Kepada Nabi
Muhammad SAW, dan yang diterima oleh umat Islam dari generasi ke generasi
tanpa ada perubahan.1
2. Sejarah Al-Qur’an
Al-Qur’an diturunkan melalui perantara malaikat Jibril yang
menyampaikan langsung kepada Rasulullah SAW. Proses turunnya Al-Qur’an
secara bertahap atau mutawatir selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Para sebagian
ulama membagi periode turunnya Al-Qur’an dalam dua periode. Periode
Mekkah sebelum hijrah, surat-surat yang turun pada waktu ini disebut (ayat-ayat
makkiyyah) yang berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah SAW
dengan jumlah 86 surat. Lalu, periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa
hijrah hingga sesudah hijrah. Surat-surat yang turun pada waktu ini disebut
(ayat-ayat madaniyyah), berlangsung selama 10 tahun dengan jumlah 28 surat.
Pada permulaan turunnya wahyu yang pertama adalah surat Al-Alaq ayat
1-5 bertempat di Gua Hira saat Nabi Muhammad SAW sedang menyendiri
bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan dan sebelum Nabi hijrah sekitar tahun
610 M pada tanggal 6 Agustus.

1
Meningkatkan Kemampuan and Baca Al-quran Di, “Penggunaan Metode Al-Basith Dalam” 8, no. 2
(2019).
2
Saat itu Nabi Muhammad SAW belum diangkat menjadi Rasul, hanya
berperan sebagai Nabi biasa yang belum ditugaskan untuk menyampaikan
wahyu yang diterimanya. Sampai pada turunnya wahyu yang kedua barulah
Nabi Muhammad diperintahkan untuk menyampaikan wahyu yang diterimanya,
dengan adanya firman Allah yang artinya:
“Wahai yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah
peringatan.”
(QS. Al-Muddassir (74):1-2). Adapun Wahyu terakhir yaitu surat Al-Maidah
ayat 3 yang di turunkan di Jabal Rahmah pada saat Haji Wa’da bertepatan pada
tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 H atau 27 Oktober 632 M.
Sejarah pembukuan Al Qur’an dibagi ke dalam tiga fase, yaitu di masa
Rasulullah, masa khalifah Abu Bakar, dan masa Utsman bin Affan. Ketiga masa
memiliki perkembangan masing-masing agar Al Qur’an semakin mudah dibaca
dan didapatkan oleh umat Islam.2
3. Kedudukan dan fungsi Al-Qur’an
Kedudukan Al-Quran adalah sebagai pedoman utama bagi umat Islam.
Dijelaskan dalam buku Pendidikan Agama Islam yang disusun oleh Bachrul
Ilmy, maksud dari pedoman utama ini adalah tidak boleh ada satu aturan pun
yang bertentangan dengan Al-Qur'an. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. An-
Nisa ayat 105:
١٠٥ ۙ ‫ّٰللاُ َۗو ََل تَك ُْن ِل ْل َخ ۤاىنِ ْينَ َخ ِص ْي ًما‬ َ ‫اِنَّا ٓ ا َ ْن َز ْلنَا ٓ اِلَ ْيكَ ا ْل ِك ٰت‬
ِ ‫ب بِا ْلح‬
ِ َّ‫َق ِلت َ ْحكُ َم بَ ْينَ الن‬
‫اس بِ َما ٓ ا َ ٰرىكَ ه‬

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu


(Nabi Muhammad) dengan hak agar kamu memutuskan (perkara) di antara
manusia dengan apa yang telah Allah ajarkan kepadamu. Janganlah engkau
menjadi penentang (orang yang tidak bersalah) karena (membela) para
pengkhianat."3
Adapun fungsi dari Al-Qur’an yaitu :
a. Petunjuk bagi manusia
b. Sumber pokok ajaran Islam
c. Peringatan dan pengajaran umat manusia4

2
Abu Haif, “Alquran Sebagai Nasehat Sejarah,” Jurnal Rihlah V, no. 2 (2016): 75–91.
3
Hoirul Anam, Mochamad Aris Yusuf, and Siti Saada, “Kedudukan Al-Quran Dan Hadis Sebagai Dasar
Pendidikan Islam,” Al-Tarbawi Al-Haditsah: Jurnal Pendidikan Islam 7, no. 2 (2022): 15.
4
Agus Salim Syukran Agus Salim Syukran, “Fungsi Al-Qur’an Bagi Manusia,” Al-I’jaz : Jurnal Studi Al-
3
B. Hadist
1. Pengertian Hadist
Secara terminologis, hadist dimaknai sebagai ucapan dan segala perbuatan
yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Sedangkan secara bahasa, hadits berarti
perkataan, percakapan, berbicara. Definisi hadist dikategorikan menjadi tiga,
yaitu perkataan nabi (qauliyah), perbuatan nabi (fi'liyah), dan segala keadaan
nabi (ahwaliyah). Umat muslim meyakini bahwa hadits merupakan kata-kata,
dan juga perbuatan serta persetujuan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad.
Ketika hadist-hadist ini terkumpul, maka muncul gambaran yang lebih besar
atau disebut dengan sunnah. Hadist ini diterima oleh umat muslim sebagai
sumber hukum agama dan pedoman moral setelah Al-Qur’an. Hadist atau
sunnah ini bisa didefinisikan sebagai biografi Nabi Muhammad yang diabadikan
oleh ingatan para sahabat-sahabatnya. Perkembangan hadist adalah elemen
paling penting selama tiga abad pertama dalam sejarah islam.5
Hadist juga disebut sebagai tulang punggung dalam peradaban islam dan
di dalam agama islam otoritas hadits sebagai sumber hukum agama dan
pedoman hidup menempati urutan kedua setelah kitab suci Al-Quran. Otoritas
hadits berasal dari Al-Qur’an yang memerintahkan umat islam untuk mentaati
dan mengikuti ucapan Nabi Muhammad. Hal ini tertera dalam surat An-nur ayat
54 yang berbunyi,

َ ‫علَ ْيكُ ْم َّما ُح ِم ْلت ُ ۗ ْم َوا ِْن تُطِ ْيعُ ْوهُ ت َ ْهتَد ُْو ۗا َو َما‬
‫علَى‬ َ ‫ّٰللا َواَطِ ْيعُوا ال َّرسُ ْو َۚ َل فَا ِْن ت َ َولَّ ْوا فَ ِانَّ َما‬
َ ‫علَ ْي ِه َما ُح ِم َل َو‬ َ ‫قُ ْل اَطِ ْيعُوا ه‬
ُ‫ال َّرسُ ْو ِل ا ََِّل ا ْلبَ ٰل ُغ ا ْل ُمبِ ْين‬

“Katakanlah, “Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul; jika kamu
berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rasul (Muhammad) itu hanyalah apa
yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu hanyalah apa yang
dibebankan kepadamu. Jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat
petunjuk. Kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan
jelas.”

Qur’an, Falsafah dan Keislaman 1, no. 2 (2019): 90–108.


5
Maftah Rozami, “Hadist Ditinjau Dari Kualitas Sanad Dalam Proses Istimbath Hukum,” Samawat 03, no.
02 (2019): 73–82, http://www.jurnal.staiba.ac.id/index.php/samawat/article/view/242/232.
4
2. Sejarah Hadist
Sebagai sumber kedua ajaran agama Islam, hadits telah melewati proses
sejarah yang sangat panjang. Alfiah, Fitriadi, dan Suja'I dalam bukunya yang
berjudul Studi Ilmu Hadis, menjelaskan bahwa para ahli menyebut hadits telah
melewati sedikitnya tujuh periode perkembangan sebagai berikut:
a) Periode Pertama, yaitu Ashr al-Wahy Wa al-Tadwin (Masa Turunnya Wahyu
dan Pembentukan Hukum serta Dasar-dasarnya)
Hal ini dimulai semenjak kerasulan dari tahun 13 sebelum Hijriyah hingga 1
Hijriyah. Pada masa ini, Rasulullah SAW memerintahkan pada sahabat
untuk menulis wahyu yang turun.
b) Periode Kedua, yaitu Al-Tsabbut Wa Al-Iqbal Min Al-Riwayah (Periode
Membatasi Hadits Menyedikit Riwayat)
Yaitu pada masa Khulafa al-Rasyiddin (Abu Bakar Umar Ibnu Al-Khatab,
Usman Ibn Affan, dan Ali bin Abi Thalib). Pada masa ini keadaan masih
belum banyak berubah.
c) Periode Ketiga, zaman Intisayar al-Riwayah lla Al-Amsar (Periode
Penyebaran Riwayat-riwayat ke Kota-kota).
Pada periode ini telah belangsung pada sahabat dan tabiin yang besar.
Periode ini ditandai dengan aktifnya tabiin yang mencari dan menyerap
hadits-hadits dari generasi sahabat yang masih hidup. Pada masa ini juga
telah popular sahabat-sahabat yang dijuluki sebagai endaharawan hadits,
yaitu mereka yang meriwayatkan lebih dari 1000 hadits. Salah satunya
adalah Abu Hurairah yang telah meriwayatkan 5.374 hadits.
d) Periode Keempat, yaitu Al-Asyr Al-Kitabah Wa Al-Tadwin (Periode
Penulisan dan Kodifikasi Resmi)
Pada periode ini berlangsung dari masa khalifah Umar Ibn Abd Al-'Aziz (99-
102 H). Khalidah Umar mengambil langkah dan kebijaksanaan terhadap
hadis yang belum pernah dilakukan oleh sebuah khalifah sebelumnya. Ciri-
ciri hadits yang didewankan pada abad ini adalah tidak dihriaukannya atau
tidak diseleksinya apakah mereka didewankan hadits-hadits Nabi semata-
mata atau di dalamnya termasuk fatwa-fatwa sahabat tabiin.
Bahkan, lebih jauh dari itu, mereka belum membuat pengelompokan
kandungan-kandungan nash atau teks hadits menurut kelompoknya. Oleh
sebab itu, karya ulama pada zaman ini masih bercampur antara hadits-hadits
5
Nabi dan fatwa-fatwa sahabat dan tabiin.
e) Periode Kelima, yaitu Al-Asyral Al-Tajrid wa Al-Tashhih Wa Al-Tankih
(Periode Pemurnian, Penyehatan, dan Penyempurnaan)
Periode ini dimulai dari awal abad ketiga Hijriyah sampai akhir abad ketiga
Hijriyah. Periode ini penanggung dan mencarikan pemecahan terhadap
masalah-masalah hadits yang muncul dan belum diselesaikan pada periode
sebelumnya. Di masa ini juga, muncul ulama hadits yang telah menyusun
hadits yang berkualitas berdasarkan pada kriteria penulisannya. Misalnya
ialah Imam Al-Bukhari.
f) Periode Keenam, yaitu Asyr al-Tahzib wa al-Tartib al Istidrak wa al-Jami'
(Periode Pemeliharaan, Penertiban, Penambahan, dan Penghimpunan)
Periode ini dimulai pada abad keempat Hijriyah sampai jatuhnya kota
Baqdad (656 H). Para ulama pada periode ini berusaha untuk memperbaiki
susunan kitab, mengumpulkan hadits, dan mengumpulkan hadits yang
disusun dalam bagian-bagian yang sistematis. Dalam periode ini juga telah
muncul kitab syarah atau kitab-kitab yang mengomentari kitab-kitab hadits
tertentu.
g) Periode Ketujuh, Ahd Al-Syarh wa al-Jamu' wa Takhrij (Periode
Pensyarahan, Penghimpunan, Pentakhrijan, dan Pembahasan)
Sejak jatuhnya kota Baghdad pada abad keempat Hijriyah hingga sekarang,
periode ini masih meneruskan kegiatan masa sebelumnya. Kegiatan umum
pada periode ini ialah mempelajari kitab-kitab yang telah ada dan
mengembangkannya, pembuat pembahasannya dan membuat ringkasan
terhadap kitab hadits yang telah ada.6
3. Kedudukan dan Fungsi Hadist
Dalam kedudukannya sebagai penjelas, hadits kadang-kadang memperluas
hukum dalam Al-Qur’an atau menetapkan sendiri hukum di luar apa yang
ditentukan Allah dalam Al-Quran. Kedudukan Hadits sebagai bayani atau
menjalankan fungsi yang menjelaskan hukum Al-Quran, tidak diragukan lagi dan
dapat di terima oleh semua pihak, karena memang untuk itulah Nabi di tugaskan
Allah SWT. Jumhur ulama berpendapat bahwa Hadits berkedudukan sebagai
sumber atau dalil kedua setelah Al-Qur’an dan mempunyai kekuatan untuk ditaati

6
Asep dan Izzatul Sholihah Sulhadi, “Sejarah Perkembangan Hadits Pra Kodifikasi,” Jurnal hikmah 4, no.
1 (2020): 79–88, http://e-jurnal.staisumatera-medan.ac.id/index.php/hikmah/article/view/42.
6
serta mengikat untuk semua umat Islam.7
Adapun fungsi Hadist yaitu :
1. Menguatkan dan mengaskan hukum-hukum yang tersebut dalam Al-Qur’an
atau disebut fungsi ta’kid dan taqrir. Dalam bentuk ini Hadits hanya seperti
mengulangi apa-apa yang tersebut dalam Al-Qur’an. Umpanya Firman Allah
dalam surat Al-Baqarah :110 yang artinya :
“ Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat “ ayat itu dikuatkan oleh sabda
Nabi yang artinya :
Islam itu didirikan dengan lima pondasi : kesaksian bahwa tidak ada tuhan
selain Allah dan muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat.
2. Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksud dalam Al-Qur’an
3. Menjelaskan arti yang masih samar dalam Al-Qur’an
4. Merinci apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secari garis besar.
5. Membatasi apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secara umum
6. Memperluas maksud dari sesuatu yang tersebut dalam Al-Qur’an8
4. Macam-macam Hadist
Ada tiga macam hadits yang digolongkan oleh para ulama sebagai berikut:
a) Hadits Qauli, yaitu hadits-hadits yang yang diucapkan Nabi SAW dalam
berbagai bidang.
b) Hadits Fi'li, perbuatan-perbuatan Nabi SAW yang sampai kepada kita melalui
penukilan sahabat. Seperti pekerjaan melakukan shalat lima waktu dengan
tata caranya dan rukun-rukunnya, pekerjaan menunaikan ibadah hajinya dan
pekerjaannya mengadili dengan satu saksi dan sumpah dari pihak penuduh.
c) Hadis Taqriri, keadaan Nabi saw yang mendiamkan, tidak berkomentar dan
tidak menyanggah serta menyetujui apa yang dilakukan para sahabatnya.9

7
Abdul Wahab Syakhrani and Hidayah Hidayah, “Kedudukan Hadist Dalam Pembentukan Hukum,”
MUSHAF JOURNAL: Jurnal Ilmu Al Quran dan Hadis 3, no. 1 (2022): 24–31.
8
Abdul Wahab Syakhrani and Ahmad Fahri, “Fungsi, Kedudukan Dan Perbandingan Hadits Dengan Al-
Qur’an,” MUSHAF JOURNAL: Jurnal Ilmu Al Quran dan Hadis 3, no. 1 (2022): 51–58.
9
Rozami, “Hadist Ditinjau Dari Kualitas Sanad Dalam Proses Istimbath Hukum.”
7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Al- Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad
SAW dalam bahasa arab yang diriwayatkan secara mutawatir dan membacanya
adalah ibadah. Hadist merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur’an.
Sedangkan, Hadist ialah sesuatu yang berasal dari Rasulullah SAW, baik berupa
perkataan, perbuatan, maupun penetapan pengakuan. Sedangkan Sehingga hadits
memiliki berbagai fungsi, yaitu sebagai bayan taqrir, bayan tafsir, bayan tasyri’,
juga bayan nasakh.
Meskipun demikian, hadist dan al-Qur’an memiliki beberapa
perbandingan.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
baik dari segi penulisan maupun cara penyampaiannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Agus Salim Syukran, Agus Salim Syukran. “Fungsi Al-Qur’an Bagi Manusia.” Al-I’jaz :
Jurnal Studi Al-Qur’an, Falsafah dan Keislaman 1, no. 2 (2019): 90–108.
Anam, Hoirul, Mochamad Aris Yusuf, and Siti Saada. “Kedudukan Al-Quran Dan Hadis
Sebagai Dasar Pendidikan Islam.” Al-Tarbawi Al-Haditsah: Jurnal Pendidikan
Islam 7, no. 2 (2022): 15.
Haif, Abu. “Alquran Sebagai Nasehat Sejarah.” Jurnal Rihlah V, no. 2 (2016): 75–91.
Kemampuan, Meningkatkan, and Baca Al-quran Di. “Penggunaan Metode Al-Basith
Dalam” 8, no. 2 (2019).
Rozami, Maftah. “Hadist Ditinjau Dari Kualitas Sanad Dalam Proses Istimbath Hukum.”
Samawat 03, no. 02 (2019): 73–82.
http://www.jurnal.staiba.ac.id/index.php/samawat/article/view/242/232.
Sulhadi, Asep dan Izzatul Sholihah. “Sejarah Perkembangan Hadits Pra Kodifikasi.”
Jurnal hikmah 4, no. 1 (2020): 79–88. http://e-jurnal.staisumatera-
medan.ac.id/index.php/hikmah/article/view/42.
Wahab Syakhrani, Abdul, and Ahmad Fahri. “Fungsi, Kedudukan Dan Perbandingan
Hadits Dengan Al- Qur’an.” MUSHAF JOURNAL: Jurnal Ilmu Al Quran dan Hadis
3, no. 1 (2022): 51–58.
Wahab Syakhrani, Abdul, and Hidayah Hidayah. “Kedudukan Hadist Dalam
Pembentukan Hukum.” MUSHAF JOURNAL: Jurnal Ilmu Al Quran dan Hadis 3,
no. 1 (2022): 24–31.

Anda mungkin juga menyukai