Disusun oleh :
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
telah memberikan jalan kebenaran berupa ajaran yang sempurna dan anugerah bagi seluruh alam
semesta.
Saya bersyukur telah menyelesaikan ini, adapun maksud dan tujuan dari penyusunan
makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Bpk H. Rahman Afandi M.S.I
selaku dosen pengajar, juga untuk memperluas pengetahuan dan menambah wawasan mahasiswa
khususnya dalam materi ulumul quran. Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Rahman
selaku dosen pengajar yang telah memberikan arahan dan bimbingan, dengan baik dan juga
teman - teman seperjuangan yang telah mendukung saya sehingga dapat terealisasikan makalah
ini dan bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Kami menyadari makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saya
mengaharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca demi penyempurnaan
makalah ini. Kami berharap semoga kedepannya akan lebih baik lagi dalam membuat makalah
dan semoga makalah ini bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan peneliti pada
khususnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN…………….……………………………………………………………….
B. SARAN…………….. ……………………………………………………………………...
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Quran merupakan pedoman pertama dan utama bagi umat Islam. Al-Quran diturunkan
dalam bahasa Arab, namun yang menjadi masalah dan pangkal perbedaan adalah kapasitas
manusia yang sangat terbatas dalam memahami Al-Quran. Karena pada kenyataannya tidak
semua yang pandai bahasa Arab, sekalipun orang Arab sendiri,mampu memahami dan
menangkap pesan Ilahi yang terkandung di dalam al-Quran secara sempurna. Terlebih orang
ajam (non-Arab). Bahkan sebagian para sahabat nabi, dan tabi’in yang tergolong lebih dekat
kepada masa nabi, masih ada yang keliru menangkap pesan al-Quran.
Kesulitan-kesulitan itu menyadarkan para sahabat dan ulama generasi berikutnya akan
kelangsungan dalam memahami al-Quran. Mereka merasa perlu membuat rambu-rambu dalam
memahami al-Quran. Terlebih lagi penyebaran Islam semakin meluas, dan kebutuhan pada
pemahaman al-Quran menjadi sangat mendesak. Hasil jerih payah para ulama itu menghasilkan
cabang ilmu al-Quran yang sangat banyak. Adanya permasalahan tersebut menjadi urgensi dari
ilmuilmu al-Quran sebagai sarana menggali pesan Tuhan, serta untuk mendapat pemahaman
yang benar terhadap al-Quran.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Ulumul Quran ?
2. Apa saja ruang lingkup dan objek bahasan Ulumul Quran ?
3. Metode apa saja yang ada di dalam Ulumul Quran ?
4. Apa tujuan dan manfaat mempelajari Ulumul Quran ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Ulumul Quran
2. Untuk mengetahui ruang lingkup dan objek yang ada dalam Ulumul Quran
3. Untuk mengetahui metode yang ada di dalam Ulumul Quran
4. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat mempelajari Ulumul Quran
BAB II
PEMBAHASAN
Ulumul Quran berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata penyusun, yaitu Ulum
dan al-Quran. Kata ‘Ulum sendiri merupakan bentuk jamak dari kata ‘ilm. ‘Ulum berarti al-
fahmu wa al-ma’rifat (pemahaman dan pengetahuan). Sedangkan, ‘Ilm yang berarti al-fahmu wa
al-idrak (paham dan menguasai). Sebelum melangkah ke pengertian Ulumul Quran, perlu
terlebih dahulu mengetahui apa hakikat dari al-Quran itu sendiri. Kata al-Quran berasal dari
bahasa Arab merupakan akar kata dari qara’a (membaca). Pendapat lain bahwa lafal al-Quran
yang berasal dari akar kata qara'a juga memiliki arti al-jam'u (mengumpulkan dan menghimpun).
Jadi lafal quran dan qira'ah memiliki arti menghimpun dan mengumpulkan sebagian huruf-huruf
dan kata-kata yang satu dengan yang lainnya.
Pengertian al-Qur’an menurut Quraish Shihab secara harfiah berarti bacaan sempurna, al-
Quran berarti bacaan atau yang dibaca. Makna al-Quran sebagai bacaan sesuai dengan firman
Allah Swt. dalam QS. al-Qiyamah/75: 17-18, Terjemahnya: “Sesungguhnya Kami yang akan
membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Apabila Kami telah selesai membacakannya,
maka ikutilah bacaannya itu” Dalam ayat tersebut bacaan merujuk kepada al-Quran. Adapun
secara terminologi, al-Qur’an didefinisikan menurut para ulama yaitu :
1. Menurut Muhammad ‘Abd al-Azim al-Zarqani, al-Qur’an adalah firman Allah Swt,
yang mengandung mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, yang
tertulis dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawatir yang merupakan ibadah bagi
yang membacanya.
2. Imam Jalal al-Din al-Suyuthi mengemukakan definisi al-Qur’an ialah firman Allah
swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai mukjizat, walaupun
hanya dengan satu surah daripadanya.
3. Mardan mendefinisikan al-Qur’an yang lebih luas, ia mendefinisikan alQur’an yaitu
firman Allah swt. yang mengandung mukjizat, yang diturunkan kepada penutup para
nabi dan Rasul dengan perantara malaikat Jibril as., yang tertulis dalam mushaf
1
disampaikan secara mutawatir yang dianggap sebagai ibadah bagi yang membacanya,
yang dimulai dengan surah al-Fatihah dan ditutup dengan surah al-Nas.
Berdasarkan definisi tersebut diperoleh unsur-unsur penting yang tercakup definisi al-
Quran yaitu:
1
Abu bakar, Achmad, La Ode Ismail Ahmad, and Yusuf Assagaf, ‘Ulumul Qur’an : Pisau Analisis Dalam Menafsirkan Al-
Qur’an - Repositori UIN Alauddin Makassar’, Semesta Aksara, 2019
1. Imam al-Zarqani, Sejumlah pembahasan yang berkaitan dengan al-Quran al karim dari
segi turunnya, urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, tafsirnya,
kemukjizatannya, nasikh-mansukhnya, dan penolakan hal-hal yang meragukannya dan
selainnya.
2. Imam al-Suyuthi, Ilmu yang membahas keadaan Kitab al-Quran dari aspek turunnya,
sanadnya, adabnya, lafaz-lafaznya, makna-maknanya yang berkaitan dengan hukum dan
selainnya.
3. Muhammad Abu Syuhbah, Ilmu yang memiliki beberapa pembahasan yang berkaitan
dengan al-Qur’an al-karim dari sisi turunnya, urutannya, penulisannya, pengumpulannya,
qiraatnya, tafsirnya, mukjizatnya, nasikh mansukhnya, muhkam mutasyabihnya dan
pembahasan yang tersebut dalam ilmu ini.
Dalam kitab al-Itqan, al-Syuyuti menguraikan sebanyak 80 cabang ilmu. Dari tiap-tiap
cabang terdapat beberapa macam cabang ilmu lagi. Kemudian al-Suyuti mengutip Abu Bakar
Ibnu al-Araby yang mengatakan bahwa Ulumul Qur’an terdiri dari 77450 ilmu. Sebab, setiap
kata dalam al-Qur’an mengandung makna dzahir, batin, terbatas, dan tidak terbatas. Namun,
menurut Hasbi ash-Shidiqie (1904-1975 M) Menurut Quraish Shihab, materi pembahasan
Ulumul Qur’an dapat dibagi dalam empat komponen yaitu pengenalan terhadap al-Qur’an,
kaidah-kaidah tafsir, metode-metode tafsir, dan kitab-kitab tafsir dan mufassir. Al-Bulqiny,
Hasby al-Shiddieqi berpendapat dari segala macam pembahasan Ulumul Quran itu kembali ke
beberapa pokok pembahasan saja seperti:
1. Nuzul, aspek ini membahas tentang tempat dan waktu turunnya ayat atau surah al-
Quran. Misalnya: makkiyah, madaniyah, safariyah, hadhariah, nahariyah, syita'iyah,
lailiyah, shaifiyah, dan firasyiah. Pembahasan ini juga meliputi hal yang menyangkut
asbab an-nuzul dan sebagainya.
2. Sanad, aspek ini meliputi hal-hal yang membahas sanad yang mutawatir, syadz, ahad,
bentuk-bentuk qira'at (bacaan) Nabi, para penghafal dan periwayat al-Quran, serta cara
tahammul (penerimaan riwayat).
3. Ada’ al-Qira’ah. Aspek ini menyangkut tata cara membaca al-Quran seperti waqaf,
ibtida', madd, imalah, hamzah, takhfif, dan idgham. 2
4. Aspek pembahasan yang berhubungan dengan lafazh al-Quran, yaitu tentang gharib,
mu'rab, musytarak, majaz, muradif, isti'arah, dan tasybih.
5. Aspek pembahasan makna al-Quran yang berhubungan dengan hukum, misalnya ayat
yang bermakna 'amm dan tetap dalam keumumannya, ‘amm yang dimaksudkan
khusus, 'amm yang dikhususkan oleh sunnah, nash, zhahir, mujmal, mufashshal,
mafhum, manthuq, muthlaq, muqayyad, muhkam, mutasyabih, musykil, nasikh
mansukh, mu'akhar, muqaddam, ma'mul pada waktu tertentu, dan ma'mul oleh seorang
saja.
6. Aspek Pembahasan makna al-Quran yang berhubungan dengan lafazh, yaitu fashl,
washl, ithnab, ijaz, musawah, dan gashr.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa secara garis besar pokok bahasan
Ulumul Qur'an terbagi menjadi dua aspek utama, yaitu: Pertama, ilmu yang berhubungan dengan
riwayat semata-mata, seperti ilmu yang mempelajari tentang jenis-jenis bacaan (qira'at), tempat
dan waktu turun ayatayat atau surah al-Qur’an (makkiyah-madaniah), dan sebab-sebab turunnya
alQur’an (asbab an-nuzul). Kedua, yaitu ilmu yang berhubungan dengan dirayah, yakni ilmu
yang diperoleh dengan jalan penelaahan secara mendalam, misalnya pemahaman terhadap lafazh
yang gharib (asing) serta mengetahui makna ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum.
Dalam Ulumul Quran ada beberapa metode untuk menafsirkan al quran yaitu :
Metode ini adalah yang paling tua dan paling sering digunakan. Menurut
Muhammad Baqir ash-Shadr, metode ini disebut sebagai metode tajzi'i, adalah metode
yang mufasir-nya berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Quran dari berbagai
seginya dengan memperhatikan runtutan ayat Al-Quran sebagaimana tercantum dalam Al-
2
Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al Quran: Tafsir Maudhu’i, Cet. VIII (Bandung: Mizan, 1998)
Quran. Tafsir ini dilakukan secara berurutan ayat demi ayat kemudian surat demi surat
dari awal hingga akhir sesuai dengan susunan Al-Quran.
Dia menjelaskan kosakata dan lafazh, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran
yang dituju dan kandungan ayat, yaitu unsur-unsur i’jaz, balaghah, dan keindahan susunan
3
kalimat, menjelaskan apa yang dapat diambil dari ayat yaitu hukum fiqih, dalil syar’i, arti
secara bahasa, norma-norma akhlak dan lain sebagainya. Menurut Malik bin Nabi, tujuan
utama ulama menafsirkan Al-Quran dengan metode ini adalah untuk meletakkan dasar-
dasar rasional bagi pemahaman akan kemukjizatan Al-Quran, sesuatu yang dirasa bukan
menjadi kebutuhan mendesak bagi umat Islam dewasa ini. Karena itu perlu
pengembangan metode penafsiran karena metode ini menghasilkan gagasan yang
beraneka ragam dan terpisah-pisah.
Metode ini adalah berusaha menafsirkan Al-Qur'an secara singkat dan global,
dengan menjelaskan makna yang dimaksud tiap kalimat dengan bahasa yang ringkas
sehingga mudah dipahami. Urutan penafsiran sama dengan metode tahlili namun memiliki
perbedaan dalam hal penjelasan yang singkat dan tidak panjang lebar. Keistimewaan tafsir
ini ada pada kemudahannya sehingga dapat dikonsumsi oleh lapisan dan tingkatan kaum
muslimin secara merata. Sedangkan kelemahannya ada pada penjelasannya yang terlalu
ringkas sehingga tidak dapat menguak makna ayat yang luas dan tidak dapat
menyelesaikan masalah secara tuntas.
3. Metode Muqarin
Metode Tafsir ini menggunakan metode perbandingan antara ayat dengan ayat,
atau ayat dengan hadits, atau antara pendapat-pendapat para ulama tafsir dengan
menonjolkan perbedaan tertentu dari objek yang diperbandingkan itu.
3
Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al Quran: Tafsir Maudhu’i, Cet. VIII (Bandung: Mizan, 1998)
Metode Tafsir ini berdasarkan tema, yaitu memilih satu tema dalam Al-Qur'an
untuk kemudian menghimpun seluruh ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan tema
tersebut baru kemudian ditafsirkan untuk menjelaskan makna tema tersebut. Metode ini
adalah metode tafsir yang berusaha mencari jawaban Al-Qur'an dengan cara
mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an yang mempunyai tujuan satu, yang bersama-sama
membahas topik atau judul tertentu dan menertibkannya sesuai dengan masa turunnya
selaras dengan sebabsebab turunnya, kemudian memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan
penjelasan-penjelasan, keterangan-keterangan dan hubunganhubungannya dengan ayat-
ayat lain kemudian mengambil hukum-hukum darinya.
Tujuan utama Ulumul Qur’an adalah untuk mengetahui arti-arti dari untaian kalimat al-
Qur’an, penjelasan ayat-ayatnya dan keterangan makna-maknanya dan hal-hal yang samar,
mengemukakan hukum-hukumnya dan selanjutnya melaksanakan tuntunannya untuk
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam mempelajari Ulumul Quran ada beberapa
tujuan dan kegunaannya, adapun tujuan mempelajari Ulmul Qur’an dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :
1. Tujuan internal
Yaitu mempelajari Ulumul Quran untuk memahami kalam Allah menurut tuntunan
yang yang dipetik dari Rasulullah SAW berupa keterangan dan penjelasan, serta hal-hal
yang diwakilkan dari sahabat-sahabat dan tabi’in sekitar penafsiran mereka terhadap
ayat-ayat al-Quran, mengenai cara-cara mufasirin berikut kepiawaian mereka dalam
bidang tafsir serta persyaratan-persyaratan mufasir (ahli tafsir) dan lain-lain yang
bertalian dengan ilmu-ilmu ini.
2. Tujuan eksternal
1. Menambah khazanah ilmu pengetahuan yang penting yang berkaitan dengan al-
Quran Al-Karim.4
2. Membantu umat Islam dalam memahami al-Quran dan menarik (istinbath) hukum
dan adab dari al-Qur’an, serta mampu menafsirkan ayat-ayatnya.
3. Mengetahui sejarah kitab al-Quran dari aspek nuzul (turunnya), periodenya, tempat-
tempatnya, cara pewahyuannya, waktu dan kejadian-kejadian yang melatar-
belakangi turunnya al-Quran.
4. Menciptakan kemampuan dan bakat untuk menggali pelajaran, hikmah dan hukum
dari al-Quran al-Karim.
5. Sebagai senjata dan tameng untuk menangkis tuduhan dan keraguan pihak lawan
yang menyesatkan tentang isi dan kandungan dari al-Quran. Letak urgensi dalam
mempelajari Ulumul Qur’an yaitu pemahaman yang baik terhadap Ilmu ini
merupakan neraca yang sangat akurat dan dapat dipergunakan oleh mufassir dalam
memahami firman Allah dan mencegahnya secara umum untuk melakukan
kesalahan dan kedangkalan dalam tafsir al-Quran.5
4
Jalaluddin Al-Suyuthi, Al-Itqan fi Ulumul al-Qur’an, (Mesir: Daar As-Salam, Cet I, 2008), hal. 531-532
Mohammad Aly Ash-Shabuny, Pengantar Study Al-Qur’an (Al-Ma’arif, 1987).
5
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ulumul Quran adalah sejumlah pengetahuan (ilmu) yang berkaitan dengan al-Quran baik
secara umum seperti ilmu-ilmu agama Islam dan bahasa Arab, dan secara khusus adalah kajian
tentang al-Quran seperti sebab turunnya al-Quran, Nuzul al-Quran, nasikh mansukh, I’jaz, Makki
Madani, dan ilmu-ilmu lainnya. Secara garis besar, pokok bahasan Ulumul Quran terbagi
menjadi dua aspek utama, yaitu yang pertama, ilmu yang berhubungan dengan riwayat semata
mata, seperti ilmu yang mempelajari tentang jenis-jenis bacaan (qira'at), tempat dan waktu turun
ayat-ayat atau surah al-Quran (makkiyah-madaniah), dan sebab sebab turunnya al-Quran (asbab
an-nuzul). Kedua, yaitu ilmu yang berhubungan dengan dirayah, yakni ilmu yang diperoleh
dengan jalan penelaahan secara mendalam, misalnya pemahaman terhadap lafazh yang gharib
(asing) serta mengetahui makna ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum.
Metode penafsiran ulumul quran dibedakan menjadi 4 yaitu metode tahlili ( analitik ),
metode ijmali ( global ), metode muqarin ( perbandingan ), dan metode maudhu’i ( tematik ).
Ulumul Qur’an sendiri memiliki tujuan utama yaitu untuk mengetahui arti-arti dari untaian
kalimat al-Qur’an, penjelasan ayat-ayatnya dan keterangan makna-maknanya dan hal-hal yang
samar, mengemukakan hukum hukumnya dan selanjutnya melaksanakan tuntunannya untuk
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Serta dengan kita mempelajari ulumul quran akan sangat bermanfaat yaitu menambah
khazanah ilmu pengetahuan yang penting yang berkaitan dengan al-Quran Al-Karim, membantu
umat Islam dalam memahami al-Quran dan menarik (istinbath) hukum dan adab dari al-Qur’an,
serta mampu menafsirkan ayat-ayatnya, tidak hanya itu kita juga menjadi tahu tentang sejarah
kitab al-Quran dari aspek nuzul (turunnya), periodenya, tempat-tempatnya, cara pewahyuannya,
waktu dan kejadian-kejadian yang melatar-belakangi turunnya al-Quran dan juga sebagai senjata
dan tameng untuk menangkis tuduhan dan keraguan pihak lawan yang menyesatkan tentang isi
dan kandungan dari al-Qur’an.
B. SARAN
Kami sebagai penyusun menyadari kekurangan dari penulisan makalah ini, Untuk itu
saya mengharapkan saran dan kritik dari bapak dosen atau pembaca untuk memperbaiki semua
kekurangan yang ada dalam makalah ini. Kami juga menyadari akan terbatasnya literasi yang
digunakan untuk penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi saya sendiri dan
yang membaca untuk lebih memahami tentang pengertian ulumul quran, ruang lingkup dan
objek ulumul quran, metode tafsir ulumul quran, dan tujuan serta manfaat mempelajari ulumul
quran.
DAFTAR PUSTAKA
Abu bakar, Achmad, La Ode Ismail Ahmad, and Yusuf Assagaf, Ulumul Quran : Pisau Analisis
Dalam Menafsirkan Al-Qur’an - Repositori UIN Alauddin Makassar’, Semesta Aksara, 2019
Jalaluddin Al-Suyuthi, Al-Itqan fi Ulumul al-Qur’an, (Mesir: Daar As-Salam, Cet I, 2008), hal.
531-532
Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al Quran: Tafsir Maudhu’i, Cet. VIII (Bandung: Mizan,
1998)
Khalid, Rusydi, Mengkaji Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Makassar: Alauddin University Press, 2011)
DR. H. Badrudin Ulumul Qur’an prinsip-prinsip dalam pengkajian ilmu tafsir Al-Qur’an,
(Serang; Juli 2020)