Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ULUM ALQUR’AN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah “Pengantar

Studi Alquran Dan Hadits”

Dosen Pengampu : Radhiatul Hasnah M., M.Ag

Disusun Oleh:

RANI AMELIA GUCHI (2114080007)

AINUN JARIYAH (2114080008)

PROGRAM STUDI TADRIS-IPA FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, Yang Maha Pengasih lagi

Maha Penyayang, kami ucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga

kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ULUM AL-QUR’AN”.

Sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Dan

kami sangat berterimakasih kepada Ibu Radhiatul Hasnah M., M.Ag selaku

dosen mata kuliah Pengantar Studi Alquran Dan Hadits yang telah

memberikan tugas ini kepada kami. Semoga makalah ini bisa menambah

pengetahuan kepada para pembaca.

Kami menyadari dalam proses pembuatan makalah ini masih terdapat

kekurangan, baik dalam segi kosakata, tata bahasa maupun kekurangan

lainnya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan masukan dan kritikan

serta saran dari teman-teman semua agar makalah ini menjadi lebih

sempurna.

Demikian yang dapat kami sampaikan, kami berharap semoga makalah

ini bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Akhir kata

kami ucapkan terimakasih.

Duri, 12 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1

C. Tujuan Pembahasan ..................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN..................................................................... 3

A. Pengertian ................................................................................... 3

B. Susunan Pancasila yang Bersifat Organis, hierarkis, piramida

dan Saling Mengkualifikas......................................................... 6

BAB III : PENUTUP............................................................................. 10

A. Kesimpulan ................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan sumber utama ajaran Islam, dan juga merupakan
pedoman hidup bagi setiap manusia. Al-Qur’an bukan sekedar memuat
petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur
hubungan manusia dengan sesamanya, bahkan hubungan manusia dengan
alam sekitarnya. Dengan demikian, untuk dapat memahami ajaran Islam
secara sempurna, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah
memahami Al-Qur’an. Al-Qur’an, sebagaimana diketahui, diturunkan dalam
bahasa Arab, baik lafal maupun uslubnya. Namun demikian, tidaklah berarti
bahwa semua orang Arab, atau orang yang mahir dalam bahasa Arab, dapat
memahami Al-Qur’an secara rinci.
Untuk dapat memahami Al-Qur’an dengan sempurna, bahkan untuk
menerjemahkannya, diperlukan sejumlah ilmu pengetahuan yang disebut
dengan ilmu-ilmu Al-Quran, atau didalam istilah bahasa Arab dikenal dengan
istilah ulum Al-Qur`an. Permasalahannya adalah : apakah yang dimaksud
dengan ulum Al-Qur’an itu ? Bagaimana ruang lingkup ulum Al-Qur`an ?
Bagaimana sejarah dan perkembangannya?
Makalah ini mencoba membahas ketiga permasalahan di atas. Dengan kata
lain, makalah ini memiliki tiga tujuan utama, yaitu : pertama, untuk
menjelaskan pengertian ulum Al-Qur`an, kedua, untuk mengetahui ruang
lingkup ulum Al-Qur`an, ketiga, mengungkapkan sejarah dan perkembangan
ulum Qur`an.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ulum Al-Qur’an ?
2. Bagaimana ruang lingkup ulum Al-Qur’an ?
3. Bagaimana sejarah pertumbuhan serta perkembangan ulum Al-Qur’an ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian ulum Al-Qur’an.

1
2. Untuk mengetahui ruang lingkup Al-Qur’an.
3. Untuk mengungkap sejarah pertumbuhan serta perkembangan ulum Al-
Qur’an.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ulum Al-Qur’an


Secara etimologis Ulumul Qur’an merupakan gabungan dari dua kata
bahasa Arab “Ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata ulum bentuk jamak dari ‘ilm
yang merupakan bentuk masdhar dari kata “‘alima”, “ya’lamu” yang berarti
mengetahui. 1Dalam kamus al-Muht kata ‘alima disinonimkan dengan kata
‘arafa (mengetahui, mengenal). 2 Kata ‘ilm semakna dengan ma’rifat yang
berarti “pengetahuan.” Sedangkan ulum berarti sejumlah pengetahuan.

Ungkapan Ulumul Qur’an berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata ulumul
dan Al-Qur’an. Kata ulum merupakan bentuk jamak dari kata ilmu. Ilmu
yang dimaksud disini, sebagaimana didefinisikan Abu Syahbah, adalah
sejumlah materi pembahasan yang dibatasi kesatuan tema atau tujuan.
Adapun Al-Qur’an, sebagaimana didefinisikan ulama Fiqih, dan ulama
bahasa adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi-Nya, Muhammad
SAW. yang lafal-lafalnya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai
nilai ibadah, diturunkan secara mutawatir, dan ditulis pada mushaf, mulai dari
awal surat al-Fatihah (1) sampai An-Nās (114). Dengan demikian, secara
bahasa, Ulumul Qur’an adalah ilmu (pembahasan) yang berkaitan dengan Al-
Qur’an.

Dalam kajian Islam ungkapan Ulumul Qur’an ini telah menjadi nama bagi
suatu disiplin ilmu, dan secara bahasa artinya ilmu-ilmu Al-Qur’an. Di
Indonesia ilmu ini kadang-kadang disebut “Ulum Al-Qur’an” dan kadang-

1
Said Agil Husin al-Munawar, AL-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, hlm.
4., dari Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), Cet. VIII,
hlm. 277
2
Ibid,hlm.4., Lihat juga Mujd al-Din Muhammad bin Ya’qub al-Farizi, al-Qamus
alMuhith, (Mesir: Mustafa al-Baby al-Halaby, 1952/1371 H), Juz. IV, Cet. II hlm. 155

3
kadang pula disebut “Ilmu-ilmu Al-Qur’an”. Hal ini dapat dilihat
umpamanya dalam pada karya Fahd Abdurrahman ar-Rumi Dirasat fi Ulum
Al-Qur’an yang telah diterjemahkan oleh Amirul Hasan dan Muhammad
Halabi dengan diberi judul Ulum Al-Qur’an, Studi Kompleksitas Al-Qur’an,
sedang karya Manna’ alQaththan Mabahits Fi Ulum Al-Qur’an yang telah
diterjemahkan oleh Mudzakkir AS diberi judul Studi ilmu-ilmu Al-Qur’an.3

Secara istilah para ulama telah merumuskan beberapa definisi Ulumul


Qur’an ini. Di antaranya az-Zarqani mengemukakan sebagai berikut:

‫مباحث تتعلق بالقران الكريم من ناحية نزوله وتربيبه وجمعه وكتابته وقرءته‬

‫وتفسيره وإعجازه وناسخه ودفع الشتبه عنه ونحو ذلك‬

“Pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan, Al-Qur’an dari


segi turunnya, urutan-urutannya, pengumpulannya, penulisannya,
bacaannya, penafsirannya, kemu’jizatannya, nasikh mansukhnya, dan
penolakan hal-hal yang menimbulkan keragu-raguan terhadap Al-Qur’an
dan lain sebagainya”.4

Manna al-Qaththan memberikan definisi Ulumul Qur’an:

‫العلم الذى يتناول األبحاث المتعلقه بالقران من حيث معرفة‬


‫أسباب الترول وجمع القران وترتيبه معرفة المكي والمدنى واناسخ‬
‫والمنسوخ والحكم والمتشابه إلى غير ذلك مما له صلة بالقران‬

“Yang dimaksud dengan Ulumul Qur’an ialah pembahasan-pembahasan


yang berhubungan dengan kitab yang mulia ini dari segi turunnya,

3
H.A. Chaerudji Abd. Chalik Ulumul Qur’an, (Serang: Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri "SWIB", 2002), hlm. 1
4
Az-Zarqani, Abd al-Adhim, Manahil al-Irfan fi Ulum Al-Qur’an; al-Arabiyah, Isa al-
Babi al-Halabi wa Syukarah, tt), hlm. 20.

4
pengumpulannya, penertibannya, pembukuannya, mengetahui sebab
turunnya, Makiyah dan Madaniyahnya, nasikh dan mansukhnya, muhkam
dan mutasyabihnya dan lain-lain pembahasan yang berkaitan dengan Al-
Qur’an”.5

Sedangkan Ali ash-Shabuni memberikan definisi Ulumul Qur’an:

‫قصد يعلوم القران اإلبحاث التى تتعلق بـهذا الكتاب المحيد الخالد من‬
‫حيث الترول والجمع والترتيب والندوين ومعروفة أسباب الترول وامكي‬
‫منه والمدني ومعرفة الناسخ والمنسوخ والمحكم والمتشابه وغير ذلك من‬
‫األبحاث الكثيرة التي تتعلق بالقران العظيم‬

“Yang dimaksud dengan Ulumul Qur’an ialah pembahasan-pembahasan


yang berhubungan dengan kitab yang mulia ini dari segi turunnya,
pengumpulannya, penertibannya, pembukuannya, mengetahui sebab
turunnya, Makiyah dan Madaniyahnya, nasikh dan mansukhnya, muhkam
dan mutasyabihnya dan lain-lain pembahasan yang berkaitan dengan Al-
Qur’an”.6

Dari definisi-definisi tersebut jelaslah bahwa Ulumul Qur’an


merupakan gabungan dari sejumlah pembahasan llmu-ilmu yang pada
mulanya berdiri sendiri. Pembahasan ilmu-ilmu hubungan yang erat
dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaannya sebagai Al-Qur’an
maupun dari segi pemahaman kandungannya sebagai pedoman dan
petunjuk hidup bagi manusia. Oleh karena itu dapatlah dikatakan bahwa
Ulumul Qur’an ini mempunyai ruang lingkup pembahasan yang sangat
luas. Sedangkan secara terminologis ulum Al-Qur’an didefenisikan “Ilmu

5
Manna al-Qaththan, Mahabits Fi Ulum Al-Qur’an, (Riyad, Mansyurat al-Ashr alHadits,
1973), hlm. 15-16
6
H.A. Chaerudji Abd. Chalik Ulumul Qur’an, (Serang: Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri "SWIB", 2002), hlm. 3

5
yang mencangkup pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan
Al-Qur’an dari segi sebab turunnya, pengumpulan dan urutan-urutannya,
pengetahuan tentang ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah Nasikh dan
Muhkam dan Mutasyabih, dan hal-hal lain yang terkait dengan Al-
Qur’an.7

B. Ruang Lingkup Ulum Al-Qur’an

Ulumul Qur’an sebagaimana disebutkan di atas mempunyai ruang


lingkup pembahasan yang amat luas, meliputi semua ilmu yang ada
hubungannya dengan Al-Qur’an, baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti
ilmu tafsir maupun ilmu-ilmu bahasa Arab, seperti ilmu Balaghah dan
ilmu I’rab Al-Qur’an adalah bagian dari Ulumul Qur’an. Di samping itu,
banyak lagi ilmu-ilmu yang terangkum di dalamnya. As-Suyuthi dalam
kitab al-Itqan misalnya, menguraikan sebanyak 80 cabang Ulumul Qur’an.
Dari tiap-tiap cabang terdapat beberapa macam cabang ilmu lagi. Bahkan
menurut Abu Bakar Ibn al-Arabi sebagaimana dikutib as-Suyuthi, Ulumul
Qur’an itu terdiri dari 77.450 cabang ilmu. Hal ini didasarkan kepada
jumlah kata yang terdapat dalam Al-Qur’an, dimana tiap kata dikalikan
empat. Sebab, setiap kata dalam Al-Qur’an mengandung makna dzahir,
batin, terbatas, dan tidak terbatas.
Namun, menurut Hasbi ash-Shidiqie (1904-1975 M), berbagai
macam pembahasan Ulumul Qur'an tersebut pada dasarnya dapat
dikembalikan kepada beberapa pokok bahasan saja, antara lain:
1. Nuzul
Aspek ini membahas tentang tempat dan waktu turunnya ayat atau
surah al-Qur’an.
Misalnya: makkiyah, madaniyah, safariyah, hadhariah,
nahariyah, syita'iyah, lailiyah, shaifiyah, dan firasyiah.
7
Said Agil al-Munawar, Al-Qur’an …hlm.,. 6-7., dari Manna’ al-Qattan, Mabahits fi
Ulum al-Qur’an, (Beirut : Syirkah al-Muttahidah li al-Tawai’, 1973),h. 15-16

6
Pembahasan ini juga meliputi hal yang menyangkut asbab an-nuzul
dan sebagainya.
2. Sanad
Aspek ini meliputi hal-hal yang membahas sanad yang mutawatir,
syadz, ahad, bentuk-bentuk qira'at (bacaan) Nabi, para penghapal
dan periwayat Al-Qur’an, serta cara tahammul (penerimaan
riwayat).
3. Ada’ al-Qira'ah
Aspek ini menyangkut tata cara membaca Al-Qur'an seperti waqaf,
ibtida', madd, imalah, hamzah, takhfif, dan idgham.
4. Aspek pembahasan yang berhubungan dengan lafazh Al-
Qur’an, yaitu tentang gharib, mu'rab, musytarak, majaz,
muradif, isti'arah, dan tasybih.
5. Aspek pembahasan makna Al-Qur’an yang berhubungan
dengan hukum, misalnya ayat yang bermakna 'amm dan tetap
dalam keumumannya, ‘amm yang dimaksudkan khusus, 'amm
yang dikhususkan oleh sunnah, nash, zhahir, mujmal,
mufashshal, mafhum, manthuq, muthlaq, muqayyad, muhkam,
mutasyabih, musykil, nasikh mansukh, mu'akhar, muqaddam,
ma'mul pada waktu tertentu, dan ma'mul oleh seorang saja.
6. Aspek Pembahasan makna Al-Qur’an yang berhubungan
dengan lafazh, yaitu fashl, washl, ithnab, ijaz, musawah, dan
gashr. 8
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa secara garis
besar pokok bahasan Ulumul Qur'an terbagi menjadi dua aspek utama,
yaitu: Pertama, ilmu yang berhubungan dengan riwayat semata-mata,
seperti ilmu yang mempelajari tentang jenis-jenis bacaan (qira'at), tempat
dan waktu turun ayat-ayat atau surah Al-Qur’an (makkiah-madaniah), dan
sebab-sebab turunnya Al-Qur’an (asbab an-nuzul). Kedua, yaitu ilmu yang

8
Anshori Lal, ‘Ulumul Qur’an “Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan”’, Jakarta: PT
Raja Grafindo, 2016. h. 4

7
berhubungan dengan dirayah, yakni ilmu yang diperoleh dengan jalan
penelaahan secara mendalam, misalnya pemahaman terhadap lafazh yang
gharib (asing) serta mengetahui makna ayat-ayat yang berkaitan dengan
hukum.

C. Sejarah Pertumbuhan Serta Perkembangan Ulum Al- Qur’an


Ulumul Qur'an tidak lahir sekaligus sebagai ilmu yang terdiri dari
berbagai macam cabang. Ulumul Qur'an menjadi suatu disiplin ilmu
melalui proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan kesempatan
dan kebutuhan untuk membenahi Al-Qur’an dari segi keberadaan dan
pemahamannya. 9 Oleh karena itu, sebagai seorang muslim perlu untuk
mempelajari sejarah ulumul Qur’an dimana az-Zarqani mengklasifikasikan
sejarah Ulumul Qur’an menjadi tiga tahap perjalanan sebagai berikut:
1. Sebelum Masa Kodifikasi
Pada masa Rasulullah Saw. dan para sahabat, Ulumul Qur’an
belum dikenal sebagai suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis.
Para sahabat yang merupakan orang-orang Arab asli pada masa itu dapat
merasakan struktur bahasa Arab yang tinggi dan memahami apa yang
diturunkan kepada Rasul. Apabila mereka menemukan kesulitan dalam
memahami ayat-ayat tertentu, maka mereka menanyakannya langsung
kepada Rasul Saw.
Adapun sebab-sebab mengapa Ulumul Qur’an belum
dikodifikasikan pada masa Nabi dan Sahabat, yaitu antara lain:
a. Pada umumnya para sahabat adalah ummi (tidak dapat menulis dan
membaca), bahkan kurang mengenal adanya bacaan dan tulisan.
b. Terbatasnya alat-alat tulis di kalangan mereka kala itu sehingga mereka
menuangkannya pada pelepah kurma, tulang belulang, kulit binatang, dan
lain sebagainya. Karena itu tidak mudah bagi mereka untuk membukukan
atau mengkodifikasi apa yang mereka dengar dari Rasulullah Saw.

9
Abdul Wahid Ramli, ‘Ulumul Qur‟ An’ (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002). h. 15

8
c. Mereka dilarang menulis sesuatu hal selain daripada Al-Qur’an karena
dikhawatirkan tulisan tersebut akan tercampur aduk dengannya.
Sebagaimana ditegaskan Nabi Saw.: Dari Abu Sa'id al-Khudri, bahwa
Rasul Saw. bersabda: “Janganlah kalian menulis (apa pun) dariku. Dan
barangsiapa menulis selain Al-Qur’an, maka sebaiknya ia menghapusnya.”
(HR. Muslim)
d. Sahabat adalah orang Arab asli sehingga mereka dapat menikmati Al-
Qur’an secara langsung dengan ketulusan jiwa, mereka juga dapat
menerima, menyerap dan menyampaikan Al-Qur’an dengan cepat.
Karena beberapa sebab itulah, Ulumul Qur’an pada masa ini tidak
ditulis. Kondisi seperti ini berlangsung selama dua masa kepemimpinan
khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq dan khalifah Umar bin Khattab.
Meskipun demikian, generasi sahabat tetap merupakan generasi Islam
pertama yang memiliki andil cukup signifikan dalam proses penyebaran
ajaran Islam, termasuk di dalamnya Ulumul Qur’an, baik secara talaqqi
maupun syafawi, bukan secara tadwini dan kitabah (kodifikasi).

2. Permulaan Masa Kodifikasi


Wilayah Islam pada era khalifah Utsman bin Affan semakin
bertambah luas sehingga terjadi perbauran antara masyarakat Arab dan
bangsa-bangsa yang tidak mengetahui bahasa Arab ('ajam). Keadaan
demikian menimbulkan kekhawatiran sebagian dari sahabat akan
tercemarnya keistimewaan bahasa Arab, bahkan lebih dikhawatirkan akan
merusak qira'ah Al-Qur’an yang menjadi standar bacaan masyarakat arab
pada saat itu. Sebagai solusi maka disalinlah dari tulisan-tulisan aslinya
sebuah Al-Qur’an yang kemudian dikenal dengan mushaf imam. Proses
penyalinan Al-Qur’an ini dilakukan dengan model tulisan ar-rasm
alutsmani. Model penulisan Al-Qur’an yang kemudian dikenal sebagai
ilmu ar-rasm al-Utsmani (ilmu rasm Al-Qur’an) yang disinyalir oleh
sebagian ulama sebagai dasar atau tonggak awal munculnya Ulumul
Qur’an.

9
Lalu pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib, lahn (kerancuan)
dalam bahasa dan berbahasa Arab semakin parah. Untuk membentengi
bahasa Arab dan tentunya Al-Qur’an dari berbagai kesalahan bacaan,
maka khalifah Ali memerintahkan Abu al-Aswad ad-Du'ali untuk
membuat kaidah (gramatikal) bahasa Arab. Karena peristiwa ini, sebagian
ahli kemudian menyebut Ali sebagai pencetus ilmu Nahwu (gramatikal)
atau ilmu I'rab al-Qur’an.
Dari uraian di atas, secara garis besar dapat dikatakan bahwa,
perhatian para pembesar sahabat dan tabi'in waktu itu adalah menyebarkan
Ulumul Qur’an secara riwayat dan talqin (dari lisan ke lisan), bukan
dengan tulisan atau tadwin (kodifikasi). Kendati demikian, apa yang
mereka lakukan dapat dikatakan sebagai permulaan proses penulisan atau
kodifikasi Ulumul Qur’an.
Para sahabat yang mempunyai andil besar dalam proses
periwayatan Ulumul Qur’an secara lisan ke lisan adalah empat khalifah
rasyidin, Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Abu Musa al-Asy'ari, Zaid bin Tsabit,
dan Abdullah bin Zubair. Sedangkan dari kalangan tabi'in adalah Mujahid,
'Atha' ‘Ikrimah, Qatadah, Sa'id bin Jubair, al-Hasan al-Bashri, dan Zaid
bin Aslam.
Mereka semua adalah para tokoh peletak batu pertama ilmu tafsir,
ilmu asbabun nuzul, Ilmu nasikh mansukh, ilmu gharib al-Qur’an, dan
sebagainya yang notabene adalah bagian dari disiplin ilmu Ulumul Qur’an.

3. Masa Kodifikasi
Kemudian datanglah masa kodifikasi. Di era ini, berbagai kitab
tentang Ulumul Qur'an pun ditulis dan dikodifikasikan. Namun, poin yang
menjadi prioritas utama para ulama dimasa itu adalah ilmu tafsir, karena
ilmu ini dianggap memiliki fungsi yang sangat vital dalam proses
pemahaman dan penjelasan isi Al-Qur’an. Adapun para penulis pertama
dalam bidang tafsir adalah Syu'bah bin alHajjaj (160 H), Wali bin al-Jarrah
(197 H) dan Sufyan bin Uyainah (198 H). Tafsir-tafsir mereka berisi

10
tentang pandangan dan pendapat para sahabat dan tabi'in. Hal ini
menunjukkan betapa besarnya perhatian dan semangat para ulama untuk
memahami dan menggali makna-makna yang terkandung dalam Al-
Qur’an.10
Kemudian pada abad ke-3 Hijriyah muncul tokoh tafsir pertama
yang membentangkan berbagai pendapat dan mentarjih sebagiannya. Ia
adalah Ibnu Jarir at-Thabari (310 H) dengan kitabnya, Jami' al-Bayan fi
Tafsir Ayi Al-Qur'an. Kemudian proses penulisan tafsir ini terus
berlangsung hingga saat sekarang dengan model dan karakter yang
berbeda-beda antara satu masa dengan masa yang lainnya.

Selanjutnya, cabang-cabang Ulumul Qur’an terus mengalami


perkembangan pesat yang dibuktikan dengan lahirnya tokoh-tokoh yang selalu
memberikan sumbangsih hasil karyanya untuk melengkapi pembahasan-
pembahasan yang berhubungan dengan ilmu-ilmu dari Ulumul Qur’an tersebut.

Di era saat ini, penulisan Ulumul Qur’an sangat gencar dilakukan. Hal ini
terbukti dengan banyaknya kitab Ulumul Qur’an yang terbit. Bahkan hampir
diseluruh perguruan tinggi Islam, Ulumul Qur’an sudah menjadi salah satu mata
kuliah wajib yang menjadi prasyarat kelulusan mahasiswa.

Adapun karya tulis (kitab) yang terkait dengan mata kuliah Ulumul Qur'an
adalah, antara lain: Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an, merupakan karya
Syaikh Muhammad Abdul Azhim az-Zarqani yang isinya terdiri dari dua jilid.
Kitab ini termasuk tulisan yang istimewa dalam bidang kajian Ulumul Qur'an
karena sangat luas uraian dan pembahasannya. Penulis kitab ini sangat antusias
menolak hal-hal yang bersifat syubhat (samar/meragukan) yang terdapat dalam
setiap ilmu, baik yang lama maupun baru. Kitab ini disajikan dengan gaya bahasa
sastra, tak berlebihan bila para pembaca acapkali tersihir dan terpesona, bahkan
terkadang membuat mereka tidak sadar jikalau mereka sedang membaca tulisan
Ulumul Qur’an.

10
Abd Salim, Mardan Mardan, and Achmad Abu Bakar, ‘Metodologi Penelitian Tafsir
Maudu’i’ (Pustaka Arif Jakarta, 2012). h.vi

11
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

12
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Chalik, H.A. Chaerudji. 2002. Ulumul Qur’an. Serang: Sekolah


Tinggi Agama Islam Negeri "SWIB".
Abd Salim, Mardan Mardan, and Achmad Abu Bakar. 2012. Metodologi
Penelitian Tafsir Maudu’i. Jakarta: Pustaka Arif.
Al-Munawar, Said Agil Husin. 1990. AL-Qur’an Membangun Tradisi
Kesalehan Hakiki, Cet. VIII dari Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia.
Jakarta: Hidakarya Agung.
Al-Munawar, Said Agil, Al-Qur’an dari Manna’ al-Qattan.1973. Mabahits
fi Ulum al-Qur’an, Beirut : Syirkah al-Muttahidah li al-Tawai.
Al-Qaththan, Manna. 1973. Mahabits Fi Ulum Al-Qur’an, Riyad,
Mansyurat al-Ashr alHadits
Az-Zarqani, Abd al-Adhim, Manahil al-Irfan fi Ulum Al-Qur’an; al-
Arabiyah, Isa al-Babi al-Halabi wa Syukarah, tt.
Lal, Anshori. 2016. Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman
Tuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Ramli, Abdul Wahid. 2002. Ulumul Qur’An. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

13

Anda mungkin juga menyukai