Anda di halaman 1dari 2

BENTUK DAN SUSUNAN PANCASILA

1. Bentuk Pancasila
Bentuk Pancasila diartikan sebagai rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam
alinea IV Pembukaan UUD’45. Pancasila sebagai suatu sistem nilai mempunyai bentuk yang
memiliki ciri-ciri:
a. Merupakan kesatuan yang utuh, maksudnya kelima sila tidak dapat dilepas walaupun
masing-masing sila berdiri sendiri, karena hubungan antar sila merupakan hubungan
yang organis.
b. Setiap unsur pembentuk Pancasila merupakan unsur mutlak yang membentuk kesatuan,
bukan unsur komplementer (pelengkap). Salah satu unsur (sila) kedudukannya tidak
lebih rendah dari sila yang lain.
c. Sebagai satu kesatuan yang mutlak, tidak dapat ditambah atau dikuranngi.
(Rukiyati,dkk,2016:28)

2. Susunan Pancasila

Susunan sila-sila Pancasila merupakan kesatuan yang organis, satu sama lain membentuk
suatu sistem yang disebut dengan istilah majemuk tunggal, artinya Pancasila terdiri dari lima sila
tetapi merupakan satu kesatuan yang berdiri secara utuh. Bentuk dan susunan Pancasila itu
disebut hierarkis-piramidal. Hierarkis artinya tingkat, sedangkan piramidal menggambarkan
hubungan bertingkat dari sila-sila Pancasila. (Notonagoro, 1968: 39)

Setiap sila mempunyai tempatnya sendiri, sehingga tidak dapat digeser-geser atau di
balik-balik. Ditilik dari intinya, urut-urutan lima sila itu menunjukkan rangkaian tingkat dalam
luas dan isi sifatnya. Setiap sila yang dibelakang sila lainnya lebih sempit “luasnya”, tetapi lebih
banyak “isi sifatnya” dan merupakan pengkhususan sila-sila yang dimukanya. (Notonagoro,
1968: 40)

Menurut Rukiyati,dkk (2016:28-29) Pancasila sebagai suatu sistem nilai disusun berdasarkan
urutan logis keberadaan unsur-unsurnya.
a. Sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) ditempatkan pada urutan paling atas, karena
bangsa Indonesia meyakini segala sesuatu itu berasal dari Tuhan, dan akan kembali
kepadaNya. Tuhan dalam Bahasa filsafat disebut sebagai Causa Prima, yaitu Sebab Pertama,
artinya sebab yang tidak disebabkan oleh segala sesuatu yag disebut oleh berbagai agama
dengan “Nama” sesuai masing-masing agama.
b. Sila kedua (kemanusiaan yang adil dan beradab) ditempatkan setelah ketuhanan, karena yang
akan mencapai tujuan atau nilai yang didambakan adalah manusia sebagai pendukung dan
pengemban nilai-nilai ketuhanan.
c. Sila ketiga (persatuan Indonesia) erat kaitannya dengan nasionalisme. Persatuan atau
nasionalisme Indonesia terbentuk bukan atas dasar persamaan suku bangsa, ras, agama,
Bahasa, melainkan dilaterbelakangi oleh pengalaman sejarah (historis) dan tujua-tujuan
moral (etis)
d. Sila keempat merupakan cara-cara yang harus ditempuh ketika suatu negara ingin mengambil
kebijakan. Kekuasaan negara diperoleh dari rakyat yang berdaulat.
e. Sila kelima (keadilan sosial bagi seluruh bangsa Indonesia) ditempatkan paling terakhur
karena sila ini merupakan tujuan dari negara Indonnesia merdeka.
Pancasila sebagai satu kesatuan nilai, membawa implikasi bahwa antara sila yang satu
dengan sila yang lain saling mengkualifikasi, artinya saling memberi kualitas, bobot isi.
Misalnya sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan Yang Maha Esa yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Begitu pula sila selanjutnya. (Rukiyati,dkk,2016:31)

Sumber:
Notonagoro.1968.Pancasila secara Ilmiah Populer. Jakarta:Pantjuan Tujuh.
Rukiyati,dkk.2016.Pancasila.Yogyakarta:UNY Press.

Anda mungkin juga menyukai