Anda di halaman 1dari 21

Perkembangan Islam

dan Globalisasi
Sherli Monicawati (17312244036)
Istri Krismawati (17312244037)
Indah Nurjanah (17312244038)
Rahmitha A. Hablum ((17312249002)
Pengertian Globalisasi
O Globalisasi berasal dari kata “global”. Globalisasi
(globalization) merupakan proses menuju arah
global. Arti global adalah menyeluruh atau menyatu,
dari berbagai unsur menjadi satu.
O Globalisasi adalah era global/modern bahwa
dunia ini terasa seperti kampong kecil. Interaksi
antarnegara, peradaban, dan budaya semakin
mudah dalam melakukannya, proses tersebut saling
mempengaruhi antara satu budaya dengan budaya
lain dengan proses yang cepat, baik budaya itu
positif maupun negatif. Pada akhirnya, globalisasi
menjadi alat untuk saling mempengaruhi antara
peradaban, antarnegara, budaya, dan agama.
Pandangan Islam tentang
Globalisasi
Islam adalah agama global dan universal.
Tujuannya adalah menghadirkan risalah peradaban
islam yang sempurna dan menyeluruh, baik secara
spirit, akhlak maupun materi. Di dalamnya, ada aspek
duniawi dan ukhrowi yang saling melengkapi. Keduanya
adalah satu kesatuan yang utuh dan integral.
Universalitas atau globalitas islam menyerukan kepada
semua manusia, tanpa memandang bangsa, suku
bangsa, warna kulit dan deferensiasi lainnya. Hal ini
dijelaskan Allah SWT. dalam al-Qur’an,
”Al-Qur’an itu hanyalah peringatan bagi seluruh alam”.
(Qs. at Takwir:27)
Karakteristik Globalisasi
Dalam hal-hal yang bersifat duniawi, umat islam diberi
kebebasan seluas-luasnya untuk beradaptasi, berdialog, hidup
berdampingan dengan non islam. Tetapi ia harus mengetahui
prinsip-prinsip islam. globalisasi memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
· Internasionalisasi (dari daerah menuju ke arah wilayah
yang lebih luas).
· Liberalisasi (paham menuju arah serba bebas dan
melepaskan norma-norma yang telah mapan, antaralain
norma-norma agama islam).
· Universalisasi (dunia telah menjadi dalam kesatuan, tetapi
tidak ada wilayah yang melekat antara wilayah stu dengan
wilayah lain sebagai berkah untuk memajukan IPTEK,
terutama teknologi dan informasi.
Lanjutan..
Westernisasi (menyebarkan ideologi-ideologi
menjadikan dunia barat sebagai kiblat yang
bercirikan sekularisme, individualisme,
kapitalisme, liberalisme, dan hedonisme.
· Suprateritoalisme (ruang-ruang sosialitas
mulai tidak ada lagi dari jaraknya dan batas-
batas wilayahnya. Dengan demikian, dunia
adalah satu wilayah).
Karakteristik Islam Globalisasi
Ungkapan “Islam, globalisasi, dan peradaban dunia” berusaha
menjelaskan pada pertentangan, persinggungan, atau
persamaan. Oleh karena itu islam memiliki karakter sebagai
berikut:
a. Menjanjikan keselamatan dunia dan akhirat
b. Penyerahan diri seorang muslim kepada Allah SWT.
c. Penyelamatan yang dijanjikan islam dengan kesempurnaan,
komprensif dan mendetail.
d. Islam sebagai agama yang sempurn
e. Islam menjelaskan segala sesuatu yang semuanya itu
untuk keselamatan manusia.
f. Tidak ada satu pun yang dibiarkan dan tidak diperhatikan di
dalam islam.
g. Tebaran penyelamatan islam mencakup pada seluruh alam
semesta, lebih dari sekadar globalisme.
Eksistensi Islam Di Era
Globalisasi
O Globalisasi membawa visi membangun kehidupan yang
modern, yang akan memberikan kemudahan dalam
kelangsungan hidup manusia. Secara praktis, manusia
dipermudah oleh temuan modernitas, menciptakan
kemungkinan bagi perbaikan taraf hidup manusia,
mengangkat penderitaan fisik, dan meringankan beban
berat manusia. Era globalisasi telah menghilangkan sekat
pemisah bagi manusia disegala penjuru dunia, dimana
setiap individu dapat mengakses secara mudah
perkembagan dan penemuan ilmu pengetahuan yang
bergerak cepat dari hari ke hari.
Arus Globalisasi disertai juga oleh perubahan
sosial yang begitu compleks. Komplekstias
perubahan tersebut meliputi (hampir) seluruh
dimensi kehidupan manusia, yang meliputi
ekonomi-politik, kebudayaan dan juga agama.
O Salah satu persoalan krusial sebagai dampak proses
gloobalisasi yang terkait dengan kehidupan keagamaan
adalah semakin menipisnya ruang “religousitas” dalam
kehidupan manusia.
O Islam adalah kekuatan dinamis masyarakat muslim yang
mengendalikan segala aspek kehidupan, mulai dari cara
berpakaian, pergaulan, budaya, politik, keilmuan dan
seterusnya. Kekuatan dinamis itu akan terus ada sekaligus
menjadi ciri khas bagi mereka. Namun, beberapa persoalan
penting juga muncul bersamaan dengan perkembangan
situasii dan zaman
O Sebagaimana pada era globalisasi ini, dimana muncul
ketegangan baru antara Islam dengan Barat. Keduanya
seolah berhadapan sebagai lawan yang saling
menghancurkan. Apakah demikian?
O ebagai umat islam secara terang-terangan menunjukkan
ketakutan dan kekhawatiran dalam merespon setiap
pemikiran dan aliran baru yang merambah dunia islam,
baik di bidang ekonomi, politik dan lain-lain, yang berasal
dari Timur maupun Barat. Dari kekhawatiran tersebut,
mereka kemudian cendrung bersifat resisten demi
melindungi nilai-nilai luhur agama dan identitas umat
islam dari pengaruh politik negatif berbagai pemikiran
dan aliran baru
Sementara pada saat yang sama, kita melihat
sebagian umat islam yanglain cendrung menerima apa
yang datang dari Timur maupun dari Barat
tanpa reserve. Mereka mengelu-elukan hal itu dan
mengecam orang-orang yang menolaknya sebagai
kelompok yang bodoh, konservatif, dan terbelakang.
Menurut pandangan mereka, segala sesuatu yang
datang dari negara-negara maju merupakan faktor
yang menjamin terselenggaranya kemajuan dan
perkembangan.
O Dalam memandang persoalan tersebut, umat islam harus
lebih kritis dengan menelaah setiap persoalan yang
berkembang dari segala sisinya, bukan malah tergesa-
gesa mendukung atau menolak arus baru yang datang
tanpa disetai kesadaran yang utuh. Oleh karena itu
Mahmud Hamdi Zaqzuq memberikan catatan penting
yang harus digaris-bawahi dengan tegas
O Pertama, bahwa islam sebagai agama – bukan
sebatas aliran pemikiran atau fenomena temporal
belaka – seharusnya tidakperlu mencemaskan aliran-
aliran pemikiran baru dari luar, kareana ia memiliki
basis sejarah yang kokoh dan landasan kuat, yang
tidak dimiliki oleh aliran-aliran baru yang bermunculan
O Kedua, harus disadari bahwa globalisasi merupakan
suatu kenyataan yang tak mungkin ditolak. pada
mulanya, ia merambah lewat jalur ekonomi, kemudian
melebar ke jalur politik dan budaya, sehingga akhirnya
benar-benar menjelma menjadi sebuah fenomena tak
terpungkiri yang muncul di hadapan kita
O Ketiga, kita tak bisa terus berpura-pura tidak
tahu bahwa kita hidup bersama komunitas-
komunitas lain di dunia. Saat ini kita telah
berada di era revolusi komunikasi dan
informasi, revolusi, tekhnologi serta era penuh
keterbukaan yang tak mungkin menyediakan
peluang untuk mengisolasi diri kita.
Dampak Positif bagi Umat
Islam
Dampak positif, misalnya, makin mudahnya kita
memperoleh informasi dari luar sehingga dapat membantu
kita menemukan alternatif-alternatif baru dalam usaha
memecahkan masalah yang kita hadapi. (Misalnya,
melalui internet kini kita dapat mencari informasi dari
seluruh dunia tanpa harus mengeluarkan banyak dana
seperti dulu. Demikian pula, dalam hal tenaga kerja, dana,
maupun barang). Di bidang ekonomi, perdagangan bebas
antar negara berarti makin terbukanya pasar dunia bagi
produk-produk kita, baik yang berupa barang atau jasa
(tenaga kerja).
Dampak Negatif bagi Umat
Islam
Dampak negatif yang paling nyata adalah
perbenturan nilai-nilai asing, yang masuk lewat
berbagai cara, dengan nilai-nilai agama yang dianut
oleh sebagian besar bangsa kita. Mengingat
agama Islam adalah agama yang berdasarkan
hukum (syari’ah), maka perbenturan nilai itu akan
amat terasa di bidang syari’ah ini.
Langkah menghadapi
globalisasi
1. Penguasaan atas referensi keIslaman
Merasionalisasikan pemahaman yang kita yakini
secara terbuka yang dilandasai oleh ‘penguasaan’ atas
ilmu pengetahuan atau kemampuan ‘mendialogkan
islam’ secara global dengan bahasa zamannya. Sehingga
ketika melangkah itu dengan kepastian, ketika bersikap
itu dengan ketegasan tanpa ragu sedikitpun. Dan peran
‘berani tampil’ ini merupakan langkah cerdas yang lebih
kontekstual dengan kondisi manusia saat ini. Karena
tampilannya adalah tampilan yang mengedepankan
kewarasan intelektual dan bukan emosional semata.
2. Penyiapan calon pemimpin
Kaderisasi atau regenerasi dan penyolidan
simpul-simpul umat dan anak bangsa. Yang jelas,
generasi muda mesti menceburkan diri dalam realitas
umat. Generasi muda harus membawa diri ke ruang-
ruang komunitas umat secara langsung.
Sehingga yang terjadi adalah pembentukan pola
pikir, pola tingkah, pola sikap dan seterusnya; dan tidak
berhenti pada komunikasi dan hubungan berdasarkan
kepentingan sesaat.
3. Penguatan diplomasi dan jaringan
Kalau kita membaca sejarah kenabian Muhamad
Saw., maka kita akan mendapatkan catatan penting
bahwa kekuatan jaringan dan masifikasi diplomasi
adalah dua hal yang menyatu dan tak terpisahkan dalam
agenda perjalanan dakwahnya. Dengan dua kekuatan ini
Rasulullah SAW. dan para sahabatnya mampu
membangun sebuah peradaban besar sampai Madinah.
Beliau dan para sahabatnya menjalin hubungan politis,
ekonomis bahkan lintas budaya dengan berbagai suku
dan tokoh-tokoh yang ada. Dari sini bisa kita pahami
bahwa awal penyebaran islam diskenario oleh manusia-
manusia yang sangat unggul dalam diplomasi untuk
membumikan islam.
Syukron ^ ^

Anda mungkin juga menyukai