Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MENEGASKAN IDENTITAS SEBAGAI MUSLIM DI ERA GLOBAL

Dosen Pengampu :

Dr. Ali Yusuf S,Ag, M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok X

1. Hidayatul Husnah 22080554065

2. Yurika Vindi Aksari 22080554075

3. Novita Sari Dwi Fatmawati 22080554082

4. Aldora Intania Wulansari 22080554092

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dibuatnya makalah dengan judul “Menegaskan Identitas Sebagai Muslim di
Era Global” ini adalah sebagai pemenuhan tugas dan tambahan untuk menyongsong
presentasi mata kuliah Pendidikan Agama Islam kelompok sepuluh kelas 2022A Prodi
Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Surabaya.

Pada kesempatan ini kami tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Terima kasih kepada :

1. Dr. Ali Yusuf S,Ag, M.Pd.


2. Orang tua kami yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu,
kami selalu menantikan kritik dan saran yang membangun demi menyempurnakan makalah
yang akan kami buat di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat digunakan sesuai
mestinya dan berguna bagi kami khususnya dan bermanfaat untuk semua orang.

Surabaya, 03 April 2023


BAB I

PENDUHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Ustadz Fahmi Salim, selaku Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan
Ulama Muda Indonesia (MIUMI) mengatakan bahwa liberalisasi dalam hal perilaku
dan budaya sangatlah masif di masyarakat. Sehingga proyek liberalisasi budaya yang
diusung Barat bisa terbilang sukses, karena banyak dari kalangan masyarakat yang
tidak mengenal ide-ide dan pemikiran yang datang Barat. Sehingga pintu liberalisasi
melalui budaya sangatlah mudah untuk masuk di Indonesia. Kemunculan dan
penyebaran budaya liberal di tanah air bukanlah proses yang berlangsung alami, tetapi
merupakan hasil dari proses liberalisasi budaya yang dijalankan secara sistematis dan
terorganisir. Liberalisasi budaya juga tidak jauh-jauh dari rekayasa Barat. Budaya
liberal atau budaya bebas itu bukanlah berasal dari ajaran Islam. Budaya Barat yang
mengusung nilai-nilai liberal yang dimasukkan secara paksa ke tengah-tengah
masyarakat yang mayoritasnya Muslim. Jadi, berkembangnya budaya liberal di tanah
air itu tidak lepas dari konspirasi Barat. Akibatnya, nilai-nilai Islam sangat mudah
dirobohkan melalui konsep yang mereka sebarkan.
Di era sekarang juga tidak terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan dan juga
teknologi, perkembangan IPTEK yang saat ini harus dibarengi dengan penggunaan
sosial media yang harus tepat sesuai porsinya. Perkembangan globalisasi berpengaruh
terhadap pemenuhan gaya hidup pada masyarakat saat ini. Gaya hidup yang
berkembang pada masyarakat saat ini salah satunya adalah gaya hidup hedonisme.
Gaya hidup hedonisme yang terjadi pada masyarakat saat ini adalah pola atau tingkah
laku seseorang yang hanya mementingkan terpenuhinya hawa nafsu belaka dan hal
tersebut dijadikan sebagai tujuan utama ia hidup. Pengaruh globalisasi berdampak
pada pemenuhan gaya hidup masyarakat pada saat ini. Gaya hidup itu sendiri ialah
pola hidup seseorang yang diidentifikasikan dengan bagaimana seseorang
mengahabiskan waktu (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam
kehidupannya (minat) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia di sekitar mereka
Oleh karena itu untuk membentengi nilai-nilai keislaman dari pengaruh
budaya Barat, maka perlu ditanamkan kesadaran kepada kaum muslimin tentang
pentingnya berkiblat pada budaya dan peradaban Islam yang telah dibawa oleh
Rasulullah saw. dan para sahabatnya. Selain itu, perlu juga ditunjukkan kepada
mereka bahwa paham-paham liberalisme yang saat ini yang diusung oleh Barat tidak
sesuai dan bertentangan dengan pandangan hidup Islam. Maka dari itu, kita sebagai
umat Islam harus waspada akan derasnya arus liberalisasi yang dibawa oleh Barat,
agar tidak ada nilai-nilai Islam yang didiskreditkan.

1.2 Tujuan
1. Memahami cara pandang islam dalam mensikapi modernitas
2.

1.3 Manfaat
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Islam di Tengah Arus Lieralisasi


Mulanya paham liberalism dilahirkan dan dikembangkan di Eropa untuk
membebaskan manusia dari penindasan manusia lainnya. Kemudia dikembangkan
menjadi paham yang memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada manusia,
termasuk untuk mendustai ajaran agamanya.
Liberalisme secara etimologi berasal dari bahasa latin “Liber” yang berarti
bebas atau merdeka. Hingga akhir abad ke-18 Masehi. Istilah ini masih
terkait dengan konsep manusia merdeka sejak lahir, ataupun setelah dibebaskan dari
perbudakan. Liberalisme adalah satu paket menggunakan ideologi kapitalisme.
Liberalisme sendiri muncul dari asal rakyat sakit Eropa abad kegelapan.
Belenggu dominasi para raja yg mengatasnamakan Tuhan mengancam perkembangan,
sains dan teknologi. Raja pun berkolaborasi dengan para agamawan untuk menindas
rakyat . Penyelesaiannya, belenggu ini harus dihilangkan dengan memberikan
manusia kebebasan, sebebas-bebasnya.
Kapitalisme menawarkan konsep sekularisme, yaitu pemisahan agama dari
kehidupan dunia. Agama hanya ada di wilayah ibadah vertikal (hubungan Khaliq
dengan makhluq), seperti sholat, puasa, haji, umroh, dan lainnya. Sedangkan urusan
dunia terkait muamalah, politik, ekonomi, sosial menjadi urusan manusia atas dasar
kebebasan (liberal).
Liberalisasi adalah sebuah konsep yang mengacu pada kebebasan individu
dalam melakukan aktivitas ekonomi atau politik tanpa adanya campur tangan dari
pihak luar. Dalam konteks sosial, liberalisasi seringkali diartikan sebagai kebebasan
dalam berpikir dan bertindak sesuai dengan kehendak sendiri. Namun, liberalisasi
juga memiliki dampak negatif seperti meningkatnya individualisme, materialisme,
dan hedonisme. Hal ini bisa berdampak buruk bagi keberlangsungan agama Islam di
tengah-tengah masyarakat yang semakin terpengaruh oleh nilai-nilai barat.
Liberalisme Islam di Indonesia akan berkembang cukup pesat, Hal ini
didasarkan pada beberapa asumsi berikut. Pertama, warga Indonesia (termasuk umat
islam)semakinrasional dan objektif dalam menyahuti beragam perkembangan
fenomena keagamaan. kedua, proses modernisasi dan rasionalisasi umumnya berjalan
seiring menggunakan perkembangan fenomena keagamaan yang semakin sekularistik.
Ketiga bersamaan dengan hal tersebut, beragam pemikiran dan gerakan sekuler yang
dilancarkan oleh beberapa tokoh atau institusi keagamaan yang berhaluan liberal
sebenarnya ialah respons atas perkembangan peradaban humanisme itu sendiri.
Keempat, semua agama (termasuk islam) harus ditafsirkan secara lebih substantif,
kontekstual, serta rasionalagar motilitas laju agama tak tergusur sang dinamika ilmu
pengetahuan dan peradaban terbaru,atau agar agama tak disebut mengganggu
dinamika ilmu pengetahuan yang intinya juga dari berasal sumber yang satu: akal
insan atau manusia sebagai karunia tertinggi dari tuhan.
Tantangan terbesar yang dihadapi oleh Islam di era liberalisasi adalah
penyebaran nilai-nilai barat yang bertentangan dengan ajaran Islam. Hal ini bisa
membuat masyarakat muslim semakin menjauh dari agamanya dan cenderung
mengikuti gaya hidup barat yang lebih individualis dan hedonis. Contohnya seperti
LGBT, SSM (Same Sex Marriage), freesex. Dari liberalisasi contoh tersebut sangat
bertentangan dengan ajaran agama islam maupun norma-norma yang ada. Berikut
adalah dalil-dalil yang menentangnya :
 ‫َو اَل َتْقَر ُبوا الِّز ٰن ٓى ِاَّنٗه َك اَن َفاِح َش ًةۗ َو َس ۤا َء َس ِبْيًل‬
“Dan janganlah kamu mendekati zina. Sungguh zina itu suatu perbuatan keji
dan suatu jalan yang buruk" (QS. Al-Isra: 32)
 ‫ِإَّنُك ْم َلَتْأُتوَن ٱلِّر َج اَل َشْه َو ًة ِّم ن ُدوِن ٱلِّنَس ٓاِء ۚ َبْل َأنُتْم َقْو ٌم ُّم ْس ِر ُفوَن‬
"Sungguh kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesame lelaki bukan
kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melampui batas" (QS. Al-
A'raf 81)

Tujuan pokok ajaran islam (Maqasid al-Syari’ah) adalah terwujudnya al-dharuriyat


al-Khoms (lima hak asasi) yaitu :
1. Menjaga agama (Hifd al-Dien)
2. Melindungi jiwa (Hifd al-Nafs)
3. Melindungi akal (Hifd al-Aql)
4. Melindungi keturunan (Hifd al-Nasl)
5. Melindungi harta (Hifd al-Maal)

Meskipun banyak tantangan yang dihadapi, Islam juga memiliki peluang


untuk berkembang di era liberalisasi. Salah satunya adalah melalui pendidikan yang
lebih baik dan terarah. Dengan pendidikan yang baik, masyarakat muslim dapat
memahami ajaran Islam dengan lebih baik dan mampu mengambil manfaat dari nilai-
nilai yang terkandung di dalamnya. Selain itu, kemajuan teknologi juga memberikan
peluang bagi Islam untuk lebih mudah disebarkan ke seluruh dunia. Dengan adanya
media sosial dan platform digital lainnya, dakwah Islam dapat dilakukan dengan lebih
luas dan efektif. Hal ini dapat membantu umat muslim dalam menghadapi tantangan
liberalisasi yang semakin kuat.

2.2 Islam di Tengah Arus IT


Media dan teknologi komunikasi memiliki fungsi utama sebagaisarana untuk
melakukan aktivitas komunikasi. Utamanya adalah komunikasi massa. Melalui media,
pesan yang disampaikan akan dapatdengan cepat diterima oleh khalayak,
sebagaimana yang dijelaskan oleh Djalaluddin Rakhmat bahwa komunikasi massa
diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang
tersebar,heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan
yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Pengertian komunikasi massa di atas mengindikasikan
bahwa pemanfaatan teknologi komunikasi terutama elektronik memiliki satu
kelebihan, yakni efektifitas waktu. Hal itu disebabkan karena kecanggihanteknologi
komunikasi yang telah berhasil menghapus ruang geografis dalam kehidupan
manusia. Sehingga keberadaannya kini menjadi sangat urgen bagi kehidupan manusia
di dunia.
Kemajuan teknologi juga memberikan peluang bagi Islam untuk lebih mudah
disebarkan ke seluruh dunia. Dengan adanya media sosial dan platform digital
lainnya, dakwah Islam dapat dilakukan dengan lebih luas dan efektif. Hal ini dapat
membantu umat muslim dalam menghadapi tantangan liberalisasi yang semakin kuat.
Di era post modern ini, media sosial telah menjadi kebutuhan pokok bagi
sebagian orang. Media sosial bagaikan candu baru yang mampu menghipnotis para
netizen. Beragam media jejaring sosial yang disediakan di perangkat smartphone
antara lain: whatsapp, facebook, Instagram, line, twitter, linkedin, dan lain-lain.
Islam di tengah Arus IT bukanlah sekadar sebuah pandangan pesimistis
tentang pengaruh teknologi pada umat Muslim. Sebaliknya, kita dapat menyambut
masa depan dengan optimisme dan keyakinan bahwa teknologi dapat menjadi alat
yang berguna dalam memperkuat keislaman kita. Dengan pemahaman yang tepat
tentang peran teknologi dalam Islam, serta kesadaran akan risiko dan tantangan yang
terkait, umat Muslim dapat menggunakan teknologi dengan bijak dan efektif,
sehingga dapat mencapai kemajuan dan kesejahteraan dalam berbagai aspek
kehidupan.
Islam Ditengah Arus IT harus dapat mempertahankan karakter keislaman yang
baik di tengah gempuran informasi dan budaya populer yang seringkali bertentangan
dengan nilai-nilai Islam. Selain itu, Islam Ditengah Arus IT juga harus bisa
mengembangkan bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan untuk memperkuat
karakter keislaman, seperti melalui platform edukasi Islam online, game edukatif, dan
aplikasi doa harian.

2.3 Optimalisasi Literasi Digital dalam Perspektif Islam


Istilah literasi digital mengacu pada praktik membaca, menulis, dan komunikasi yang
dimungkinkan melalui media digital (Hafner, 2015). Komunikasi yang dilakukan melalui
media digital bukanlah komunikasi biasa. Melainkan melibatkan cara berpikir yang dapat
melihat secara objektif baik informasi yang diperoleh maupun informasi yang
dikomunikasikan kepada khalayak. Hal ini dikemukakan oleh (Eshet, 2004) yang menekankan
bahwa literasi digital seharusnya lebih dari sekedar kemampuan menggunakan berbagai
sumber digital secara efektif, namun demikian istilah literasi digital juga merupakan sebentuk
cara berpikir tertentu.
Literasi digital merupakan suatu dampak dari terjadinya revolusi industri 4.0 dan
perkembangan teknologi. Gagasan revolusi industry sebagaimana yang di rancang oleh
negara-negara barat berorientasi pada smart factories, industrial internet of things, smart
industry, dan advance manufacturing. (prasetyo dan Sutopo, 2018:18). Sehingga tidak dapat
dipungkiri bahwa peran literasi digital sangat urgen di era revolusi industry 4.0 karena
dengan adanya budaya literasi yang tinggi menunjukan kemampuan bangsa tersebut untuk
berpikir secara kritis, berkolaborasi, kreatif, dan komunikatif di era global.
Sebagai muslim yang baik yang berkembang dalam perkembangan teknologi tidak
dapat ditolak, meski begitu di satu sisi juga tidak secara utuh dan menyeluruh dalam
menerimannya. Hal ini dilandasi oleh sebuah istilah al muhafadzah’alal qadimi al-shalih wa
al-akhdzu bi al-jadidi al-ashlah yang artinya mempertahankan nilai lama yang baik dan
mengambil nilai baru yang lebih baik.
Literasi digital adalah ketertatikan, sikap, dan kemampuan individu dalam
menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi untuk mengakses,
mengelola,menganalisis, mengintegrasukan dan mengevaluasi setiap informasi baru untuk
tujuan mengembangkan pengetahuan baru. Literasi digital terdapat tiga unsur yang saling
berkaitan dan saling mempengaruhi yaitu :
1. Pribadi atau pengguna literasi digital, berkaitan dengan upaya bagaiman
individu dapat memilih dan memilah jenis dan substansi literasi digital yang
akan digunakan untuk berbagai tujuan. Maka individu sebagai pengguna
literasi digital harus memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai
berbagai jenis literasi digital supaya dapat menggunakan jenis literasi digital
tersebut.
2. Jenis dan kevalidan, berkaitan dengan jenis literasi digital serta tingkat
keakuratan informasi digital tersebut. Sehingga tidak hanya cukup mengenali
literasi digital tersebut, namun juga perlu untuk melihat tingkat kevalidan dan
keakuratan dari informasi digital tersebut. Biasanya dilakukan checking
terhadap kebenaran suatu informasi digital dengan metode check and recheck.
(Juliswara, 2017:145). Sehingga informasi yang didapatkan valid dan dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Cara penyampaian, seorang individu menyampaikan informasi melalui suatu
media literasi digital makai a harus tahu etika dalam menyampaikan informasi,
format penyampaian, ataupun gaya selingkung dalam literasi digital tersebut.

Adapun tahapan menuju budaya literasi digital :

a. Biasakan berdiskusi secara digital


Diskusi digital menjadi salah satu hal yang sering dilakukan oleh mahasiswa
milenial, diantaranya melalui seminar online, diskusi di grup WhatsApp, dan
berbagai media digital lainnya. Hal ini jika dilaksaknakan secara optimal dapat
memperkuat budaya literasi serta meningkatkan peran teknologi untuk terus
memberikan dampak positif bagi penggunanya.
b. Membaca dan mengkritisi tulisan di media digital
Setelah berdiskusi, maka langkah selanjutnya adalah dengan membaca dan
mengkritisi tulisan media digital baik itu berupa e-book, jurnal ilmiah,
maupun opini0opini di media digital. Dengan membudayakan membaca dan
mengkritisi tulisan di media digital diharapkan tumbuh gagasan yang
progresif, evaluative, dan konstruktif untuk kemudian dapat berpartisipasi
memberikan gagasan maupun sekedar pilihan kedua dalam literasi digital yang
sudah ada.
c. Berpartisipasi menulis dan menjadi informan di media digital,
berpartisipasi sebagai subjek atau informan ddalam litersi digital dapat
dilakukan sengan peran mahasiswa untuk menpaikan daya kritis dan
solutifnya melalui tulisan di jurnal ilmiah atau pun opini lepas di media online.
Dengan demikian dapat diharapkan bahwa mahasiswa milenial muslim dapat
berpartisipasi dan menjadi subjek dalam literasi digital, sehingga bidaya
literasi digital dapat terbentuk untuk meningkatkan kualitas dan kapabilitas
kampus.

2.4 Gaya Hidup (Lifestyle) Muslim di Tengah Arus Hedonisme


Globalisasi telah merubah life style masyarakat. Glibalisasi menjadikan jarak
antarnegara sangat dekat, saling bergantung dan tidak ada satupun warga negara yang
dapat hidup sendiri tanpa bantuan negara lain. Sedangkan westernisasi merupakan
proses peniruan budaya barat dan promosi budaya barat ke seluruh dunia.
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi
bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari
perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa
kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. (Torbjorn
Tannsjo , 2007, hlm. 81).
Gaya hidup yang hedonis berbasis peradaban barat menjadi kiblat di seluruh
mancanegara. Produk yang dihasilkan oleh peradaban modern membuat masyarakat
mengagumi dan meniru gaya hidup barat tanpa disaring dan dibarengi dengan sikap yang
kritis terhadap segala dampak negative dan krisis multidimensional yang diakibatkannya.
Berikut fakta-fakta gaya hidup yang terjadi di tengah masyarakat :
a. Food
Food atau makanan merupakan gejala yang sangat terlihat pada era
saat ini. Dahulu orang-orang terbiasa makan-makan hasil daerah rumah
mereka masing-masing, tetapi setelah berjalannya waktu yang terus-menerus
berkembang kebuiasaan tersebut semakin lama menghilang, sebab adanya
makanan cepat saji contohnya fried chicken.
Dalam konsep islam, tujuan hidup untuk beribadah kepada Allah.
Dalam pemenuhan kebutuhan hidup, seperti sandang, pangan, papan, dan
hiburan lainnya, seorang hamba tidak bisa berbuat sesuka hati, tetapi berpijak
pada aturan islam. Allah memerintahkan manusia untuk memakan makanan
yang halal lagi baik. Allah berfirman yang artinya :
‫َٰٓيَأُّيَها ٱلَّناُس ُك ُلو۟ا ِمَّم ا ِفى ٱَأْلْر ِض َح َٰل اًل َطِّيًبا َو اَل َتَّتِبُعو۟ا ُخ ُطَٰو ِت ٱلَّشْيَٰط ِن ۚ ِإَّن ۥُه َلُك ْم َع ُد ٌّو ُّم ِبيٌن‬
“wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan!,
sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagi kamu” (Q.S Al Baqarah:168)
b. Performa
Seorang Wanita yang ingin berpenampilan cantik melakukan berbagai
macam perawatan dan menggunakan berbagai kosmetik. Dahulu para Wanita
berhias secara sederhana dengan bahan yang alami dengan senantiasa
bersyukur atas pemberian Allah. Namun seiring adanya modernisasi yang
dikembangkan adanya berbagai macam produk kosmetik untuk mempercantik
diri. Fenomena di era saat ini adalah memfiller atau mempermak bagian wajah
yang dianggap kurang proposional dan melakukan tindakan operasi-operasi
wajah.
c. Fashion
Saat ini, Indoensia telah menjadi kiblat fashion muslim dunia. Seiring
dengan munculnya kreatifitas dari desainer-desainer muda Indonesua yang
menampilkan rancangan busana dengan berbagai inspirasi, warna, dan tema
sehingga busana muslim sudah tidak dianggap kuno. Di tengah arus kesadaran
berbusana muslim, muncul fenomena jilboobs (berkerudung namun
menonjolkan lekuk bagian tubuh dengan kaos ketat, celana jeans ketat, dan
kerudung yang tidak menutupi dada).
Aurat prempuan dihadapan laki-laki bukan muhrim adalah seluruh
tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. Selain menutup aurat busana
muslim dianjurkan longgar dan tidak transparan. Allah berfirman :

‫َي ا َأُّي َه ا الَّن ِبُّي ُقْل َأِلْز َو اِج َك َو َب َن اِتَك َو ِنَس اِء اْلُم ْؤ ِمِنيَن ُي ْد ِنيَن َع َلْي ِه َّن ِم ْن َج اَل ِبيِبِه َّن َذ ِل َك‬
‫َأْد َن ى َأْن ُيْع َر ْف َن َفاَل ُيْؤ َذ ْي َن َو َك اَن ُهَّللا َغ ُفوًر ا َر ِحيًما‬
"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan
istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali,
sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang." (Q.S Al Ahzab: 59)
d. Fun
Masyarakat sekarang dimanjakan dengan berbagai macam hiburan yang
mudah dinimati oleh para lapisan usia mulai dari hiburan berbasis interner,
seperti game online hingga karaoke, dan diskotik. Tempat hiburan seperti
karaoke atau club atau diskotik ini menjadi basis beredarnya obat-obat
terlarang, minum-minuman berakohol. Yang dimana perbuatan tersebut sangat
diharamkan oleh esagama islam.
2.5 Strategi Meneguhkan Identitas Mudlim di Tengah Arus Global
Globalisasi
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

https://uia.e-journal.id/Tahdzib/article/view/1586/932
https://media.neliti.com/media/publications/326632-perilaku-konsumen-hedonisme-
dalam-perspe-266f9dc9.pdf

Anda mungkin juga menyukai