2020 / 2021
SOAL
1. Beberapa kalangan menganggap bahwa pluralisme, sekularisme, dan liberalisme agama
merupakan paham yang berupaya mereduksi agama-agama dengan sejumlah konsep dan
karakteristiknya.
Apakah yang dimaksud dengan pluralisme, sekularisme, dan liberalisme agama dan sertakan
contohnya dalam penjelasan saudara terkait hal tersebut.
2. Saat ini banyak persepsi negatif yang cenderung mendiskreditkan Islam, sebagai contoh adalah
isu terkait radikalisme dan intoleransi keberagaman.
Menurut pendapat saudara, apakah yang menyebabkan hal ini terjadi? dan bagaimana
pandangan Islam terkait hal tersebut?
3. Peradaban Islam pernah menguasai dunia selama ratusan tahun dari abad 6 sampai dengan abad
19, namun kondisi berbeda terjadi di Eropa pada saat itu. Jelaskan bagaimana kedua kondisi
tersebut dapat terjadi pada rentang waktu yang bersamaan.
4. Islam diturunkan ke dunia dengan konsep yang sempurna dan meliputi berbagai aspek
kehidupan baik duniawi maupun ukhrawi (akhirat). Salah satu aspek yang mendapat perhatian
penting dalam Islam yaitu politik.
Jelaskan pengertian dan konsep politik dalam Islam yang membedakannya dengan konsep selain
Islam.
5. Pada QS. Al Baqarah 275 Allah SWT telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Apakah yang dimaksud dengan riba dan mengapa banyak orang yang saat ini menyamakan
antara riba dengan jual beli.
LEMBAR JAWAB UAS AGAMA ISLAM
NIM : 20.85.0134
berbagai paham agama yang saling berelasi ditengah sengitnya persaingan global. Pada
hakikatnya, agama merupakan pedoman hidup manusia dalam menjalani segala aspek
kehidupan agar terus berjalan di jalan yang benar. Banyaknya godaan dan rintangan yang terus
menghadang, mampu menggoyahkan pendirian setiap insan, maka agama pun dianalogikan
sebagai rambu-rambu bagi setiap insan untuk selalu waspada dan sigap dalam setiap langkah
yang ditempuh. Seiring dengan modernisasi yang ada, maka semakin menjalar berbagai paham
yang sangat berbahaya jika terus saja didiamkan. Negara kita yang merupakan negara
multikultur terdiri dari berbagai agama yang dianut oleh masing-masing pemeluknya. Didalam
islam sendiri terdapat isu isu kontenporer yang berkembang di masyarakat, diantaranya adalah
pluralisme, sekularisme, dan liberalisme agama. MUI membuat ketentuan hukum bahwa
Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme adalah paham yang bertentangan dengan Islam.
Secara sederhana pluralisme dapat diartikan sebagai paham yang menerima adanya
keragaman pemikiran, peradaban, agama, dan budaya. Bukan hanya menoleransi dan
merupakan suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya
kebenaran setiap agama adalah relatif, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa
hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme agama juga
mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga.
Dalam Al Quran Allah menetapkan bahwa barang siapa mencari agama selain agama Islam,
atau tidak mau tunduk kepada ketentuan-ketentuan Allah, maka imannya tidak akan diterima
oleh Allah. Orang yang mencari agama selain Islam untuk menjadi agamanya, di akhirat nanti
termasuk orang yang merugi, sebab ia telah menyia-nyiakan akidah tauhid yang sesuai dengan
fitrah manusia. Firman tersebut terdapat pada surat Al Imran (3) ayat 85, yang bunyinya:
diimbangi dengan sikap toleransi. Selain itu sikap atau perilaku pluralisme dalam kehidupan
sehari hari yaitu tidak memaksakan kehendak orang lain untuk menerima keyakinan yang kita
miliki, serta tidak memaksakan kehendak orang lain untuk memeluk agama yang kita peluk.
Paham sekularisme agama adalah memisahkan urusan dunia dari agama. Agama hanya
digunakan untuk mengatur hubungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan hubungan dengan
sesama manusia diatur hanya dengan berdasakan kesepakatan sosial. Sekularisme berbahaya
karena merupakan asas dari ideologi Kapitalisme yang terbukti bobrok. Inti ide ini adalah
menyingkirkan peran dan fungsi agama dalam menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan.
Kalaupun mau, agama hanya diberi peran yang bersifat moral saja. Sekularisme berbahaya,
khususnya bagi kaum Muslim, karena menihilkan peran dan fungsi Islam untuk mengatur
masyarakat. Dengan asas sekularisme, semua yang berbau syariat Islam akan ditolak. Contoh
budaya sekularisme yang ada di Indonesia saat ini adalah kita mengikuti gaya hidup ala orang
barat, gaya hidup yang jauh dari nilai nilai budaya Indonesia apalagi mengikuti syariat islam.
agama adalah memahami nash-nash agama (Al-Qur’an dan As-Sunnah) dengan menggunakan
akal pikiran yang bebas dan hanya menerima doktrin-doktrin agama yang sesuai dengan akal
pikiran semata. Liberalisme adalah paham pemikiran yang optimis tentang manusia.
Prinsipnya adalah kebebasan dan tanggung jawab. tanpa adanya sikap tanggung jawab maka
Yang harus ditekankan dalam liberalisme adalah tidak ada kebebasan tanpa batas.
untuk mencari solusi terbaik dalam menghadapi masalah-masalah yang tengah dihadapi
(Budhy munawar, 2010). Kebebasan yang dimaksud dalam liberalisme terbatas pada
kebebasan orang lain atau kelompok masyarakat. Liberalisme adalah yang paling menjamin
persamaan hal dalam demokrasi termasuk dalam beragama. Contoh perilaku liberalisme di
Indonesia yaitu kebebasan beragama. Setiap individu bebas memilih suatu agama untuk
dianutnya tanpa ada paksaan dari pihak manampun termasuk pemerintah. Bebas menjalankan
ibadah sesuai agama yang dianutnya. Bebas untuk tidak memilih dan meganut suatu agama.
2. Radikalisme adalah ideologi atau paham seseorang yang menginginkan perubahan pada
sistem sosial dan politik dengan cara kekerasan. Bahkan melakukan dengan cara paksa. Selain
itu, radikalisme merupakan doktrin yang didalamnya berisi sebuah penolakan terhadap kondisi
sosial dan politik yang mereka rasakan. Kelompok radikalisme umumnya menginginkan
perubahan sosial dan politik dengan waktu yang singkat serta bertentangan dengan sistem
sosial yang ada. Radikalisme sejatinya merupakan masalah sosial politik, namun seringkali
dikaitkan dengan agama. Menurut Alissa ada lima tantangan kehidupan beragama, yaitu
intoleransi. Ciri masyarakat yang sudah terpapar paham radikal bisa dideteksi dari empat
indikator. Keempat indikator itu antara lain tingkat intoleransi, fanatisme, eksklusivitas dan
revolusi.
Perlu ditekankan, sebenarnya yang mengaitkan islam dengan radikalisme adalah buah dari
pemikiran segelintir orang saja dan merekalah sendiri sumber radikalisme yang sengaja
menyusup ke tubuh Islam sebagai agama damai. Terbukti bahwa banyak organisasi Islam di
Indonesia seperti NU dan Muhammdiyah sama sekali tidak berfikir islam dikaitkan dengan
radikalisme. Mereka malah meluruskan tidak ada sama sekali ada pihak yang ingin mengaitkan
islam dan radikalisme adalah satu kesatuan. Fitnah itu hanya di hembuskan oleh para radikalis
Ciri sikap intoleran dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat fakta di lapangan bahwa masih
adanya orang yang merasa paling benar, berjasa, dan berwenang. Berdasarkan survei yang
dilakukan Wahid Institute pada tahun 2020 menjelaskan bahwa tren intoleransi dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama kontestasi politik, ceramah atau pidato bermuatan
Aktor-aktor radikal dalam Islam tersebut merupakan oknum dengan membawa misi dan
kepentingan tertentu, tetapi pada akhirnya menjadi klaim dan image negatif yang melekat pada
Islam dan kaum muslim pada umumnya. Maka, dalam rangka menangkal radikalisme yang
sering dikaitkan dengan Islam, umat Islam perlu menunjukkan bahwa Islam tidaklah sama
dengan yang dipersepsikan masyarakat sebagai agama yang keras dan menyukai peperangan.
Maka, perlu berbagai pendekatan dari berbagai perspektif untuk memaknai Islam yang
melalui penelusuran sejarah, umat Islam akan semakin memahami antara teks dan konteks,
3. Islam pernah menguasai dunia selama ratusan tahun, dari abad 6 sampai dengan abad 19,
sejarah peradaban Islam dibagi menjadi tiga periode yaitu, periode klasik, periode pertengahan
(jatuhnya Baghdad sampai ke penghujung abad ke-17 M), dan periode modern. Beberapa hal
• Hal pertama adalah ketika khalifah pertama Dinasti Umayyah yaitu Mu’awiyah ibn
Abu Sufyan (setelah para khalifah Rashidun: Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali’)
melakukan invasi ke daerah Transjordania dan Syiria sampai dia menemukan banyak
untuk membuat bikin pondasi peradaban Islam yang berdasarkan ilmu pengetahuan.
• Pemicu yang kedua, adalah karena pada saat yang bersamaan kekhalifahan Ummayyah
Mu’awiyah juga menyewa tenaga ilmuwan-ilmuwan dari Yunani dan Romawi untuk
• Pemicu ketiga adalah ketika dinasti Ummayah beralih menjadi dinasti Abbasiyah yang
Yunani dan Romawi, lalu ketika di Baghdad dapat tambahan pengaruh lagi dari
• Pemicu yang keempat adalah pengaruh 2 orang khalifah besar, yaitu Harun Al Rasyid
dan anaknya, Al Ma’mun yang punya cita-cita mulia untuk membangun peradaban
Islam yang menjunjung tinggi perkembangan sains, logika, rasionalitas, serta menjaga
kemajuan ilmu pengetahuan serta meneruskan perkembangan ilmu yang telah diraih
Sedangkan kehidupan bangsa eropa sebelum adanya pengaruh islam mengalami masa kelam,
masa kelam yang dimaksud adalah zaman ketika masyarakat eropa mengalami kemunduran
intelek dan ilmu pengetahuan. Ketika islam sudah menikmati kemajuan ilmu pengetahuan
yang amat pesat, sangat berbanding terbalik dengan dunia belahan eropa yang masih diselimuti
4. Al Maidah ayat 3 menegaskan bahwa Islam adalah agama yang sempurna, maka Islam pasti
mengatur urusan politik. Namun sayang, sebagian umat Islam masih banyak yang tidak tepat
memahami politik. Seolah politik itu hanya perebutan kekuasaan, kecurangan, sesuatu yang
buruk sehingga harus dihindari bahkan dijauhi. Padahal politik di dalam Islam lebih dari
sekedar kekuasaan, tapi sebagai bentuk ketaatan dan takwa kepada Allah Swt. Karena ada
perintah dan larangan Allah yang tidak bisa dilakukan kecuali dengan adanya institusi penegak
syariat Islam, semisal pengaturan ekonomi, hukum potong tangan bagi pencuri dll. Politik
adalah suatu proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat, yang dapat
berwujud berupa proses pembuatan keputusan khususnya dalam bernegara. Selain itu, politik
dapat diartikan sebagai seni untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun non
konstitusional.
Politik dalam islam sangat dianjurkan bahkan diwajibkan untuk sesuai dengan syariat islam
dan bertujuan untuk memperbaiki ahlaq manusia dengan cara memperkenalkan agama dalam
politik, atau lebih tepatnya bukan berdasarkan pada konsep sekulerisasi seperti konsep yang
ditawarkan Barat. Di dalam Islam pun, politik mendapat kedudukan dan tempat yang
hukumnya bisa menjadi wajib. Para ulama kita terdahulu telah memaparkan nilai dan
keutamaan politik. Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa Dunia merupakan
ladang akhirat. Agama tidak akan menjadi sempurna kecuali dengan dunia. memperjuangkan
nilai kebaikan agama itu takkan efektif kalau tak punya kekuasaan politik. Memperjuangkan
agama adalah saudara kembar dari memperjuangkan kekuasaan politik (al-din wa al-sulthan
agama dan mempunyai kekuasaan politik (penguasa) adalah saudara kembar. Agama adalah
Perjuangan yang tak didasari (prinsip) agama akan runtuh, dan perjuangan agama yang tak
dikawal akan sia-sia”.[5] Dari pandangan Al-Ghazali itu bisa disimpulkan bahwa berpolitik
itu wajib karena berpolitik merupakan prasyarat dari beragama dengan baik dan nyaman.
5. Orang-orang kafir menganggap sama antara jual-beli dengan riba. Mereka –sebagaimana
Allah sebutkan di dalam Al-Qur’an– mengatakan: Sesungguhnya jual-beli adalah sama dengan
riba. (Q.S. Al-Baqarah: 275). Maksudnya mereka meyakini bahwa tambahan suku bunga
untuk transaksi tidak tunai, dan ini adalah riba nasi’ah, adalah sama dengan harga pokok pada
saat aqad awal. Ini adalah menjungkir balikkan fakta, sebab ada perbedaan yang sangat besar
• Jual-beli adalah dihalalkan oleh Allah ta’alaa, sedangkan riba jelas telah diharamkan-
Nya, dan wajib atas setiap hamba untuk menerimanaya secara mutlak.
keadaannya, tidak perlu keseriusan dan kesungguhan, tidak perlu kepandaian tertentu.
• Jual-beli pasti di dalamnya ada pertukaran barang dan keuntungan diperoleh oleh
kedua belah pihak (penjual dan pembeli), namun riba hanya memberi keuntungan
kepada satu pihak saja yaitu penjual. Sayyid Rasyid Ridha mengatakan dalam tafsir
Al-Manar: Mayoritas ahli tafsir menjadikan ayat ini (Dan Allah telah menghalalkan
jual-beli dan mengharamkan riba) untuk membantah analogi ini (analogi: jual-beli
adalah sama dengan riba); janganlah kalian menyamakan hutang-piutang dengan jual-
beli, dan Allah telah melarang kalian dari melakukan analogi yang demikian.
• Allah menjadikan cara bermuamalah interpersonal dan mencari harta adalah dengan
cara setiap orang bisa saling mengambil keuntungan satu sama lain dengan cara
bekerja. Dan tidak boleh seseorang bisa memiliki hak atas orang lain tanpa bekerja,
sebab cara ini adalah bathil. Maka, dengan cara inilah lalu Allah menghalalkan jual-
beli, sebab dalam jual-beli ada pertukaran. Dan Allah mengharamkan riba sebab
didalamnya tidak ada esensi pertukaran atau saling menguntungkan satu sama lain.
• Dan makna analogi orang kafir yang menyamakan jual-beli dengan riba, adalah analogi
yang rusak/batal. Hal ini karena dalam jual-beli ada keuntungan yang bisa diperoleh
bersama-sama, dan cara ini adalah halal. Sedangkan dalam riba banyak hal-hal yang
merugikan pihak lainnya, dan ini adalah haram/tidak boleh. Jika terjadi jual-beli, maka
Adapun riba, maka sesungguhnya riba adalah sesungguhnya adalah memberikan uang
waktu-waktu berikutnya. Maka, kelebihan uang yang ia ambil dari konsumen ini bukan
didasarkan kepada manfaat yang diperoleh kedua belah pihak ataupun karena ia
bekerja.
• Uang adalah alat yang digunakan untuk menilai harga suatu barang yang dibeli oleh
konsumen. Jika prinsip ini diubah sehingga uang menjadi maksud inti, maka hal ini
dan peredaran tersebut hanya ada pada sekelompok orang yang berharta; lalu
Menurut syariat, riba dan jual beli adalah kedua hal yang berbeda. Jika disampaikan di awal
transaksi jual beli, maka ini adalah keuntungan dan hukumnya adalah halal. Jika disampaikan
di akhir masa jatuh tempo pelunasan yang diakibatkan adanya penundaan lagi maka ini tidak
sah dan masuk kategori riba. Oleh karena itu, Allah subhanahu wata’ala membantah dengan
ayat:
Artinya: “Allah menghalalkan jual beli, dan mengharamkan riba.” (QS. Al-Baqarah: 275)