Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

ISLAM DAN TANTANGAN RADIKALISME

DISUSUN OLEH :
Muhammad Rizky Guntur Pratama
Muhammad Xavier Yusa

TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2019/2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Islam dan Tantagan Radikalisme” tepat
pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Agus selaku dosen Pendidikan
Agama Islam atas bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis
dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka
dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Malang, 20 Oktober 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang majemuk yang mana terlihat dari berbagai macam
ras,suku, budaya dan agama maka indonesia dikatakan negara multikultural. Setiap golongan
masyarakat mempunyai pemikiran,sudut pandang, serta latar belakang yang berbeda-beda,
sehingga karena hal tersebut munculah sebuah pertikaian seperti menimbulkan paham
radikalisme.Radikalisme sendiri muncul karna sebuah ketidak pahaman masyarakat akan suatu
hal yang rancu, seperti halnya radikalisme pada islam yang terjadi karena masyarakat kurang
bisa memahami jihad yang mana jihad diasumsikan ke hal radikal.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pandangan Islam mengenai Radikalisme?


2. Apa saja faktor penyebab terjadinya Radikalisme?
3. Bagaimana upaya pencegahan Radikalismei?
4. Apa peran mahasiswa dalam gerakan anti radikalisme ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:


1. Mengetahui pandangan Islam mengenai Radikalisme
2. Mengetahui faktor penyebab terjadinya Radikalisme
3. Mengetahui upaya pencegahan radikalisme
4. Mengetahui peran mahasiswa dalam gerakan anti Radikalisme

1.4 Manfaat Penulisan

1. Dapat mengetahui pandangan Islam mengenai Radikalisme


2. Dapat mengetahui faktor penyebab terjadinya Radikalisme
3. Dapat mengetahui upaya pencegahan Radikalisme
4. Dapat mengetahui peran mahasiswa dalam gerakan anti Radikalisme
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pandangan Islam Mengenai Radikalisme

Radikalisme dalam artian bahasa berarti paham atau aliran yang mengingikan perubahan
atau pembaharuan social dan politikdengan cara kekerasan atau drastis1. Namun, dalam artian
lain, esensi radikalisme adalah konsep sikap jiwa dalam mengusung perubahan. Sementara itu
radikalisme menurut pengertian lain adalah inti dari perubahan itu cenderung menggunakan
kekerasan

Yang dimaksud radikalisme adalah gerakan yang berpandangan kolot dan sering
menggunakan kekerasan dalam mengajarkan keyakinan mereka. Sementara Islam merupakan
agama kedamaian yang mengajarkan sikap berdamai dan mencari perdamaian4. Islam tidak
pernah membenarkan praktek penggunaan kekerasan dalam menyebarkan agama, paham
keagamaan serta paham politik.

Munculnya isu-isu politis mengenai radikalisme Islam merupakan tantangan baru bagi
umat Islam untuk menjawabnya. Isu radikalismeIslam ini sebenarnya sudah lama mencuat di
permukaan wacana internasional. Radikalisme Islam sebagai fenomena historis-sosiologis
merupakan masalah yang banyak dibicarakan dalam wacana politik dan peradaban global akibat
kekuatan media yang memiliki potensi besar dalam menciptakan persepsi masyarakat dunia.
Banyak label label yang diberikan oleh kalangan Eropa Barat dan Amerika Serikat untuk
menyebut gerakan Islam radikal, dari sebutan kelompok garis keras, ekstrimis, militan, Islam
kanan, fundamentalisme sampai terrorisme. Bahkan di negara-negara Barat pasca hancurnya
ideology komunisme (pasca perang dingin) memandang Islam sebagai sebuah gerakan dari
peradaban yang menakutkan. Tidak ada gejolak politik yang lebih ditakuti melebihi bangkitnya
gerakan Islam yang diberinya label sebagai radikalisme Islam. Tuduhan-tudujan dan propaganda
Barat atas Islam sebagai agama yang menopang gerakan radikalisme telah menjadi retorika
internasional.

Label radikalisme bagi gerakan Islam yang menentang Barat dan sekutu-sekutunya
dengan sengaja dijadikan komoditi politik. Gerakan perlawanan rakyat Palestina, Revolusi Islam
Iran, Partai FIS Al-Jazair, perilaku anti-AS yang dipertunjukkan Mu’ammar Ghadafi ataupun
Saddam Hussein, gerakan Islam di Mindanao Selatan, gerakan masyarakat Muslim Sudan yang
anti-AS, merebaknya solidaritas Muslim Indonesia terhadap saudara-saudara yang tertindas dan
sebagainya, adalah fenomena yang dijadikan media Barat dalam mengkapanyekan label
radikalisme Islam.Tetapi memang tidak bisa dibantah bahwa dalam perjalanan sejarahnya
terdapat kelompok-kelompok Islam tertentu yang menggunakan jalan kekerasan untuk mencapai
tujuan politis atau mempertahankan paham keagamaannya secara kaku yang dalam bahasa
peradaban global sering disebut kaum radikalisme Islam.
Dilihat dari sudut pandang keagamaan, radikalisme agama dapat diartikan sebagai paham
keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat mendasar dengan fanatisme
keagamaan yang sangat tinggi, sehingga tidak jarang penganut dari paham atau aliran tersebut
menggunakan kekerasan kepada orang yang berbeda paham atau aliran untuk
mengaktualisasikan paham keagamaan yang dianut dan dipercayainya untuk diterima secara
paksa.

Berdasarkan pengertian radikalisme tersebut, maka tak dapat dihindari adanya kesan
negatif dari gerakan radikalisme, yaitu adanya unsur paksaan dan mungkin juga tindakan
kekerasan dalam upaya mengaktualisasikannya. Dalam kontek ini, barangkali dapat dikatakan
bahwa sebenarnya tidak ada agama apa pun yang mengajarkan radikalisme. Islam sendiri adalah
agama yang mengajarkan kasih sayang, bersikap lembut, berbuat baik dan adil serta membangun
sikap toleransi. Bahkan dalam al-Qur’an, Allah menegaskan Islam sebagai Rahmatan lil
‘alamin (pembawa rahmat bagi seluruh alam). Allah SWT berfirman:

َ‫س ْلنَاكَ إِالَّ َرحْ َمةً ِل ْلعَالَ ِمين‬


َ ‫َو َما أ َ ْر‬

“Dan tiadalah Kami utus engkau (ya Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh
alam” (QS. Al-Anbiya, 107).

Pada dasarnya Al-Qur'an itu diturunkan sebagai pedoman hidup manusia untuk
mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Perdamaian itu masuk kedalam kategori kebaikan.
Jadi sudah jelas Al-Qur'an akan mengajarkan kebaikan dan melarang perbuatan yang buruk.
“Rahmat” itu sebuah kata yang berasal dari bahasa arab yang maknanya ialah kelembutan,
pengampunan dan kasih sayang . Sedangkan dalam bahasa Indonesia, kata “rahmat” maknanya
ialah kurnia, kebajikan, dan belas kasih.
2.3 Faktor Penyebab terjadinya Radikalisme

1. Faktor Pemikiran

Pada masa sekarang muncul dua pemikiran yang menjadi trend, yang pertama yaitu
mereka menentang terhadap keadaan alam yang tidak dapat ditolerir lagi, seakan alam ini tidak
mendapat keberkahan lagi dari Allah SWT lagi, penuh dengan penyimpangan. Sehingga satu-
satunya jalan adalah dengan mengembalikannya kepada agama. Namun jalan yang mereka
tempuh untuk mengembalikan keagama itu ditempuh dengan jalan yang keras dan kaku. Padahal
nabi Muhammad SAW selalu memperingatkan kita agar tidak terjebak pada tindakan
ekstremisme (at-tatharuf al-diniy), berlebihan (ghuluw), berpaham sempit (dhayyiq), kaku
(tanathu’/rigid), dan keras (tasyaddud).

Pemikiran yang kedua yaitu bahwa agama adalah penyebab kemunduran umat Islam,
sehingga jika mereka ingin unggul maka mereka harus meninggalkan agama yang mereka miliki
saat ini. Pemikiran ini merupakan hasil dari pemikiran sekularisme, yaitu dimana paham atau
pandangan filsafat yang berpendirian bahwa moralitas tidak perlu didasarkan atas pada ajaran
agama.

Kedua pemikiran tersebut sangat berlawanan, dimana yang pertama mengajak kembali
kepada agama dengan jalan yang kaku dan keras, dan yang satunya lagi menentang agama. Hal
itu juga bertentangan dengan misi diciptakannya manusia oleh Allah Swt di semesta ini sebagai
mahluk yang seharusnya mendatangkan kemakmuran dunia.

2. Faktor Ekonomi

Kemiskinan, pengangguran dan problematika ekonomi yang lain dapat merubah sifat
seseorang yang baik menjadi orang yang kejam. Karena dalam keadaan terdesak atau himpitan
ekonomi, apapun bisa mereka lakukan, bisa saja mereka juga melakukan teror.

3. Faktor Politik

Memiliki pemimpin yang adil, memihak kepada rakyat, dan tidak hanya sekedar
menjanjikan kemakmuran kepada rakyatnya adalah impian semua warga masyarakat.

4. Faktor Sosial

Ekonomi masyarakat yang sangat rendah membuat mereka berfikir sempit, dan akhirnya
mereka mencari perlindungan kepada ulama yang radikal, kerena mereka berasumsi akan
mendapat perubahan perekonomian yang lebih baik. Dimulai dari situ masyarakat sudah bercerai
berai, banyak golongan-golongan Islam yang radikal. Sehingga citra Islam yang seharusnya
sebagai agama penyejuk dan lembut itu hilang.

5. Faktor Psikologis
Pengalaman seseorang yang mengalami kepahitan dalam hidupnya, seperti kegagalan
dalam karier, permasalahan keluarga, tekanan batin, kebencian dan dendam. Hal-hal tersebut
dapat mendorong seseorang untuk berbuat penyimpangan dan anarkis.

6. Faktor Pendidikan

Radikalisme dapat terjadi dikarenakan melalui pendidikan yang salah. Terutama adalah
pendidikan agama yang sangat sensitif, kerena pendidikan agama. Justru orang-orang yang
terlibat dalam aksi terorisme malah berasal dari kalangan yang memiliki latar belakang
pendidikan umum, seperti dokter, insinyur, ahli teknik, ahli sains, namun hanya mempelajari
agama sedikit dari luar sekolah, yang kebenaran pemahamananya belum tentu dapat
dipertanggungjawabkan. Mereka dididik oleh kelompok Islam yang keras dan memiliki
pemahaman agama yang serabutan.

2.6 Upaya Pencegahan Radikalisme


Pencegahan radikalisme merupakan seluruh upaya yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya perilaku radikal. Pencegahan juga sering disebut sebagai kegiatan Anti Radikalisme
yang sifatnya preventif.
1. Memperkenalkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar
Hal pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah paham radikalisme dan tindak
terorisme ialah memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pengenalan tentang
ilmu pengetahuan ini harusnya sangat ditekankan kepada siapapun, terutama kepada para
generasi muda. Hal ini disebabkan pemikiran para generasi muda yang masih mengembara
karena rasa keingintahuannya, apalagi terkait suatu hal yang baru seperti sebuah pemahaman
terhadap suatu masalah dan dampak pengaruh globalisasi.
Dalam hal ini, memperkenalkan ilmu pengetahuan bukan hanya sebatas ilmu umum saja,
tetapi juga ilmu agama yang merupakan pondasi penting terkait perilaku, sikap, dan juga
keyakinannya kepada Tuhan. Kedua ilmu ini harus diperkenalkan secara baik dan benar, dalam
artian haruslah seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama. Sedemikian sehingga dapat tercipta
kerangka pemikiran yang seimbang dalam diri.

2. Memahamkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar


Hal kedua yang dapat dilakukan untuk mencegah pemahaman radikalisme dan tindak
terorisme ialah memahamkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Setelah
memperkenalkan ilmu pengetahuan dilakukan dengan baik dan benar, langkah berikutnya ialah
tentang bagaimana cara untuk memahamkan ilmu pengetahuan tersebut. Karena tentunya tidak
hanya sebatas mengenal, pemahaman terhadap yang dikenal juga diperlukan. Sedemikian
sehingga apabila pemahaman akan ilmu pengetahuan, baik ilmu umum dan ilmu agama sudah
tercapai, maka kekokohan pemikiran yang dimiliki akan semakin kuat. Dengan demikian, maka
tidak akan mudah goyah dan terpengaruh terhadap pemahaman radikalisme sekaligus tindakan
terorisme dan tidak menjadi penyebab lunturnya Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan
Indonesia.
3. Meminimalisir Kesenjangan Sosial
Kesenjangan sosial yang terjadi juga dapat memicu munculnya pemahaman radikalisme
dan tindakan terorisme. Sedemikian sehingga agar kedua hal tersebut tidak terjadi, maka
kesenjangan sosial haruslah diminimalisir. Apabila tingkat pemahaman radikalisme dan tindakan
terorisme tidak ingin terjadi pada suatu Negara termasuk Indonesia, maka kesenjangan antara
pemerintah dan rakyat haruslah diminimalisir. Caranya ialah pemerintah harus mampu
merangkul pihak media yang menjadi perantaranya dengan rakyat sekaligus melakukan aksi
nyata secara langsung kepada rakyat. Begitu pula dengan rakyat, mereka harusnya juga selalu
memberikan dukungan dan kepercayaan kepada pihak pemerintah bahwa pemerintah akan
mampu menjalankan tugasnya dengan baik sebagai pengayom rakyat dan pemegang kendali
pemerintahan Negara.
4. Menjaga Persatuan Dan Kesatuan
Menjaga persatuan dan kesatuan juga bisa dilakukan sebagai upaya untuk mencegah
pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme di kalangan masyarakat, terbelih di tingkat
Negara. Sebagaimana kita sadari bahwa dalam sebuah masyarakat pasti terdapat keberagaman
atau kemajemukan, terlebih dalam sebuah Negara yang merupakan gabungan dari berbagai
masyarakat. Oleh karena itu, menjaga persatuan dan kesatuan dengan adanya kemajemukan
tersebut sangat perlu dilakukan untuk mencegah masalah radikalisme dan terorisme. Salah satu
yang bisa dilakukan dalam kasus Indonesia ialah memahami dan penjalankan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila, sebagaimana semboyan yang tertera di sana ialah Bhineka Tunggal
Ika.
5. Mendukung Aksi Perdamaian
Aksi perdamaian mungkin secara khusus dilakukan untuk mencegah tindakan terorisme
agar tidak terjadi. Kalau pun sudah terjadi, maka aksi ini dilakukan sebagai usaha agar tindakan
tersebut tidak semakin meluas dan dapat dihentikan. Namun apabila kita tinjau lebih dalam
bahwa munculnya tindakan terorisme dapat berawal dari muncul pemahaman radikalisme yang
sifatnya baru, berbeda, dan cenderung menyimpang sehingga menimbulkan pertentangan dan
konflik. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mencegah agar hal tersebut (pemahaman
radikalisme dan tindakan terorisme) tidak terjadi ialah dengan cara memberikan dukungan
terhadap aksi perdamaian yang dilakukan, baik oleh Negara (pemerintah), organisasi/ormas
maupun perseorangan.
6. Berperan Aktif Dalam Melaporkan Radikalisme
Peranan yang dilakukan di sini ialah ditekankan pada aksi melaporkan kepada pihak-
pihak yang memiliki kewenangan apabila muncul pemahaman radikalisme dan tindakan
terorisme, entah itu kecil maupun besar. Contohnya apabila muncul pemahaman baru tentang
keagamaan di masyarakat yang menimbulkan keresahan, maka hal pertama yang bisa dilakukan
agar pemahaman radikalisme tindak berkembang hingga menyebabkan tindakan terorisme yang
berbau kekerasan dan konflik ialah melaporkan atau berkonsultasi kepada tokoh agama dan
tokok masyarakat yang ada di lingkungan tersebut. Dengan demikian, pihak tokoh-tokoh dalam
mengambil tindakan pencegahan awal, seperti melakukan diskusi tentang pemahaman baru yang
muncul di masyarakat tersebut dengan pihak yang bersangkutan.
7. Meningkatkan Pemahaman Akan Hidup Kebersamaan
Meningkatkan pemahaman tentang hidup kebersamaan juga harus dilakukan untuk
mencegah munculnya pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme. Meningkatkan
pemahaman ini ialah terus mempelajari dan memahami tentang artinya hidup bersama-sama
dalam bermasyarakat bahkan bernegara yang penuh akan keberagaman, termasuk Indonesia
sendiri. Sehingga sikap toleransi dan solidaritas perlu diberlakukan, di samping menaati semua
ketentuan dan peraturan yang sudah berlaku di masyarakat dan Negara. Dengan demikian, pasti
tidak akan ada pihak-pihak yang merasa dirugikan karena kita sudah paham menjalan hidup
secara bersama-sama berdasarkan ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan di tengah-tengah
masyarakat dan Negara.
8. Menyaring Informasi Yang Didapatkan
Menyaring informasi yang didapatkan juga merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mencegah pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme. Hal ini dikarenakan
informasi yang didapatkan tidak selamanya benar dan harus diikuti, terlebih dengan adanya
kemajuan teknologi seperti sekarang ini, di mana informasi bisa datang dari mana saja. Sehingga
penyaringan terhadap informasi tersebut harus dilakukan agar tidak menimbulkan
kesalahpahaman, di mana informasi yang benar menjadi tidak benar dan informasi yang tidak
benar menjadi benar. Oleh karena itu, kita harus bisa menyaring informasi yang didapat sehingga
tidak sembarangan membenarkan, menyalahkan, dan terpengaruh untuk langsung mengikuti
informasi tersebut.
9. Ikut Aktif Mensosialisasikan Radikalisme
Mensosialisasikan di sini bukan berarti kita mengajak untuk menyebarkan pemahaman
radikalisme dan melakukan tindakan terorisme, namun kita mensosialisasikan tentang apa itu
sebenarnya radikalisme dan terorisme. Sehingga nantinya akan banyak orang yang mengerti
tentang arti sebenarnya dari radikalisme dan terorisme tersebut, di mana kedua hal tersebut
sangatlah berbahaya bagi kehidupan, terutama kehidupan yang dijalani secara bersama-sama
dalam dasar kemajemukan atau keberagaman. Jangan lupa pula untuk mensosialisasikan tentang
bahaya, dampak, serta cara-cara untuk bisa menghindari pengaruh pemahaman radikalisme dan
tindakan terorisme

2.7 Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti Korupsi


Meningkatnya kasus radikalisme saat ini tak lepas dari lemahnya sikap pemerintah
dalam mengatasi tumbuhnya kelompok atau perseorangan yang menyimpang dari komitmen
NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika.
Tak adanya sikap tegas pemerintah membuat TNI/Polri ragu bertindak. Masyarakat juga
kurang peduli terhadap masalah ini. Kondisi ini bisa berkembang di lingkungan masyarakat
luas. Padahal, melawan radikalisme atau teroris paling efektif adalah adanya partisipasi warga
masyarakat membantu aparat keamanan.
Kampus yang selama ini dikenal sebagai tempat persemaian manusia berpandangan
kritis, terbuka, dan intelek, ternyata tidak bisa imun terhadap pengaruh ideologi radikalisme.
Radikalisme menyeruak menginfiltrasi kalangan mahasiswa di berbagai kampus. Dari masa ke
masa di lingkungan kampus hampir selalu ada kelompok radikal baik ekstrem kanan maupun
ekstrem kiri.
Mahasiswa sebagai agen perubahan memiliki peran penting dalam mencegah radikalisme. Yang
tidak kurang kalah penting adalah revitalisasi lembaga, badan, dan organisasi kemahasiswaan
intra maupun ekstra kampus. Organisasi-organisasi yang ada di kampus memegang peranan
penting untuk mencegah berkembangnya paham radikalisme ini melalui pemahaman keagamaan
dan kebangsaan yang komprehensif dan kaya makna. Disini peran mahasiswa dalam mencegah
paham radikal berkembang.
Keanggotaan dan aktivisme organisasi merupakan faktor penting untuk mencegah
terjerumusnya seseorang ke dalam gerakan radikal yang ekstrem. Sebaliknya terdapat gejala kuat
para mahasiswa yang non aktivis dan kutu buku sangat mudah terkesima sehingga segera dapat
mengalami cuci otak dan indoktrinasi pemikiran radikal dan ekstrem. Mereka cenderung naïf dan
polos karena tidak terbiasa berpikir analitis, kritis, seperti lazimnya dalam kehidupan dunia
aktivis.
Menggalakkan propaganda anti radikalisme seharusnya menjadi salah satu agenda utama
untuk memerangi gerakan radikalisme dari dalam kampus. Peran itu menjadi semakin penting
karena organisasi mempunyai banyak jaringan dan pengikut sehingga akan memudahkan
propaganda-propaganda kepada kader-kadernya. Jika ini dilaksanakan dengan konsisten, maka
pelan tapi pasti gerakan radikalisme bisa dicegah tanpa harus menggunakan tindakan represif
yang akan banyak memakan korban dan biaya.
Perlu langkah strategis, inovatif, terpadu, sistematis, serius, dan komprehensif. Yang diperlukan
bukan hanya pendekatan keamanan dan ideologi, tetapi juga memerhatikan jaringan, modus
operandi, dan raison d’entre gerakan ini. Perlu perpaduan langkah ideologis, program
deradikalisasi melalui masyarakat sipil, serta pendekatan ekonomi dan sosial. Ini guna mencegah
para mantan aktivis gerakan radikal dan teroris agar tak kembali pada komunitas lamanya.
Program ”memanusiakan” ini, juga jadi salah salah satu prasyarat mencegah meluasnya aksi
radikalisme dan terorisme (Noorhaidi Hasan, 2010).
Untuk menjalankan langkah itu, pemerintah harus berdiri di garda depan sebagai pihak yang
paling bertanggung jawab terhadap keamanan warga negaranya. Ketegasan dan keseriusan
negara dalam melindungi warganya, menciptakan rasa aman, serta mencegah aksi kekerasan
akibat radikalisme keagamaan ini menjadi amanah konstitusi yang mendesak dilakukan. Dalam
hal ini, pemahaman kembali Pancasila sebagai pilar bangsa dan pilihan terhadap paham
keagamaan yang toleran dan moderat harus menjadi agenda yang dipertimbangkan. Ketegasan
negara dan dukungan masyarakat tentu akan jadi kekuatan strategis guna membendung
proliferasi radikalisme keagamaan ini.
BAB III

PENUTUP
1.1 Kesimpulan

Korupsi adalah tindakan seseorang yang menyalahgunakan kepercayaan dalam suatu


masalah atau organisasi untuk mendapatkan keuntungan. Tindakan korupsi ini terjadi karena
beberapa faktor faktor yang terjadi di dalam kalangan masyarakat.

Terdapat berbagai macam bentuk-bentuk tindakan yang termasuk korupsi, faktor penyebab
terjadinya perilaku korupsi, dampak destruktif dari korupsi, upaya pencegahan korupsi.

Peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi adalah sangat penting supaya mahasiswa dapat
menjadi motor penggerak perubahan bangsa Indonesia.

1.2 Saran

Tindakan korupsi sangat merugikan orang lain dan diri sendiri. Oleh karena itu, kita harus
saling mengingatkan mengenai bahayanya tindakan korupsi dan menumbuhkan etika anti korupsi
dalam diri kita masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Luth, Thohir dkk. 2019. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Malang: Pusat Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai