Anda di halaman 1dari 13

RADIKALISME BERAGAMA

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Studi Islam

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Munardji, M.Ag.

Disusun oleh:

KELOMPOK 9
1. Novi Dwi Adi Aria Santi (1860204222134)
2. M. Ilham Abdul Nur R. (1860204222135)

TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
MEI 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan karunianya


kepada kita semuanya, sehinga penulis mampu menyelesaikan penyusunan
makalah dengan judul “RADIKALISME BERAGAMA” tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad
SAW. yang telah menuntun manusia menuju jalan yang benar, semoga kita
mendapat syafaatnya kelak di hari kiamat nanti.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas
dari doa, dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
terselesaikannya penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini
sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya atas ketidaksempurnaan dari makalah ini. Dengan demikian penulis
mengundang para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun, sehingga penyusunan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dan
semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan kesehatan bagi kita
semua. Amin ya robbal’alamin.

Tulungagung, 01 Mei 2023

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................I


DAFTAR ISI .......................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................2
C. Tujuan .......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Radikalisme Agama ...............................................................3
B. Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Radikalisme Agama ........4
C. Upaya Pencegahan Paham Radikalisme Beragama di Indonesia .............6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................10

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam hidup beragama sudah pasti akan merasa bahwa aliran atau paham
yang dia anut adalah yang paling benar. Karena hal itu mendorong beberapa
kecil kelompok manusia untuk melakukan penolakan atau pemberontakan
terhadap paham lain yang tidak sesuai dengan alirannya, hal inilah yang
menjadikan timbulnya paham radikalisme. Paham radikalisme merasa bahwa
dirinya lah yang paling benar sementara paham atau aliran lain salah dan
menyimpang dari ajaran.
Radikalisme sendiri memiliki arti sebuah jalan untuk menghancurkan
sesuatu hingga keakarnya secara keseluruhan. Istilah radikalisme identik
dengan orang-orang barat, namun seiring waktu radikalisme di sangkut
pautkan dengan agama, sehingga munculnya sebuah gerakan di Timur
Tengah yang menolak aliran lain yang tidak sepaham dengannya. Di
Indonesia sendiri sudah banyak orang yang menganut paham ini.
Orang-orang yang mengikuti aliran ini terkadang adalah orang yang
dikucilkan dalam masyarakat, kurangnya ilmu agama yang ia pelajari, dan
didikan yang salah dari orang tuanya. Paham radikalisme di Indonesia mulai
berkembang semenjak runtuhnya era orde baru yang menandai kebebasan
berpandangan secara publik, sehingga memunculkan berbagai aliran yang
bisa dibilang sesat. Karena paham ini menyakini dirinyalah paling benar dan
menganggap dengan melakukan bom bunuh diri sebagai jihad fisabilillah.
Radikalisme yang tampak semenjak runtuhnya orde baru di Indonesia
adalah pengeboman di Bali pada tahun 2002 yang ditargetkan pada orang-
orang bali yang tidak beragama Islam. Hal ini tentu sangatlah salah, karena
Nabi mengajarkan agar bersikap toleran terhadapa agama lain selain agama
Islam. Dalam pencegahan hal tersebut, maka perlu diadakannya pengajaran
agama yang baik yang sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah nabi yang baik
di setiap institusi pendidikan dan disetiap elemen masyarakat dalam upaya
pencegahan penyebaran paham radikalisme beragama ini.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan radikalisme beragama?
2. Faktor-faktor penyebab munculnya radikalisme beragama?
3. Apa saja upaya dalam menangani radikalisme beragama?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui yang dimaksud radikalisme beragama
2. Mengetahui pengaruh-pengaruh dari radikalisme beragama
3. Cara menanggulangi paham radikalisme beragama
4. Mengetahui dampak dari adanya paham radikalisme agama bagi nusa dan
bangsa

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Radikalisme Agama


Istilah radikalisme berasal dari Bahasa latin “radix” yang artinya akar,
pangkal, bagian bawah, atau bisa juga berarti menyeluruh, habis-habisan
dan amat keras untuk menuntut perubahan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) radikalisme berarti (1) paham atau aliran yang radikal
dalam politik, (2) paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau
pembaharuan social dan politik dengan cara kekerasan atau drastic, (3)
sikap ekstrim dalam aliran politik1.
Dari pengertian diatas, menurut Abdul Munip setidaknya radikalisme
bisa dibedakan ke dalam 2 level, yaitu level pemikiran dan level tindakan.
Pada level pemikiran radikalisme masih berupa wacana, konsep dan
gagasan yang masih diperbincangkan, yang intinya mendukung penggunaan
cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuan. Adapun pada level tindakan
radikalisme berada pada ranah sosial-politik dan agama2.
Lebih detil, Rubaidi menguraikan lima ciri gerakan radikalisme.
Pertama, menjadikan Islam sebagai ideologi final dalam mengatur
kehidupan individual dan juga politik ketata negaraan. Kedua, nilai-nilai
Islam yang dianut mengadopsi sumbernya di Timur Tengah secara apa
adanya tanpa mempertimbangkan perkembangan sosial dan politik ketika
Al-Quran dan hadits hadir di muka bumi ini, dengan realitas lokal kekinian.
Ketiga, karena perhatian lebih terfokus pada teks Al-Qur‟an dan hadist,
maka purifikasi ini sangat berhati-hati untuk menerima segala budaya non
asal Islam (budaya Timur Tengah) termasuk berhati-hati menerima tradisi
lokal karena khawatir mencampuri Islam dengan bid‟ah. Keempat, menolak
ideologi Non-Timur Tengah termasuk ideologi Barat, seperti demokrasi,
sekularisme dan liberalisme. Sekali lagi, segala peraturan yang ditetapkan
harus merujuk pada Al-Qur‟an dan hadist. Kelima, gerakan kelompok ini

1
Pusat Bahasa Depdiknas RI, Kaum Bahasa Indonesia, hlm. 1151-1152
2
Abdul Munip, Menangkal Radikalisme Agama di Sekolah, “Jurnal Pendidikan Islam, Vol.1 No.2
Desember 2012/1434” (Yokyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2012), hlm.162

3
sering berseberangan dengan masyarakat luas termasuk pemerintah. Oleh
karena itu, terkadang terjadi gesekan ideologis bahkan fisik dengan
kelompok lain, termasuk pemerintah3.
Dalam bidang keagamaan, fenomena radikalisme agama tercermin dari
tindakan-tindakan destruktif-anarkis atas nama agama dari sekelompok
orang terhadap kelompok pemeluk agama lain (eksternal) atau kelompok
seagama (internal) yang berbeda dan dianggap sesat. Termasuk dalam
tindakan radikalisme agama adalah aktifitas untuk memaksakan pendapat,
keinginan, dan cita-cita keagamaan dengan jalan kekerasan. Radikalisme
agama bisa menjangkiti semua pemeluk agama, tidak terkecuali di kalangan
pemeluk Islam.
B. Faktor-faktor yang Menyebabkan Timbulnya Radikalisme Agama
Peningkatan radikalisme keagamaan banyak berakar pada kenyataan
kian merebaknya berbagai penafsiran, pemahaman, aliran, bahkan sekte di
dalam (intra) satu agama tertentu. Menurut Azyumardi Azra, dalam Abdul
Munip menjelaskan, bahwa di kalangan Islam, radikalisme keagamaan itu
banyak bersumber dari :
1. Pemahaman keagamaan yang literal, sepotong-sepotong terhadap ayat-
ayat Al-Qur‟an. Pemahaman seperti itu hampir tidak memberikan
ruang bagi akomodasi dan kompromi dengan kelompok-kelompok
muslim lain yang umumnya moderat, karena itu menjadi arus utama
(mainstream) umat.
2. Bacaan yang salah terhadap sejarah Islam yang dikombinasikan dengan
idealisasi berlebihan terhadap Islam pada masa tertentu. Ini terlihat
dalam pandangan dan gerakan Salafi, khususnya pada spektrum sangat
radikal seperti Wahabiyah yang timbul di Semenanjung Arabia pada
akhir abad 18 awal sampai dengan abad 19 dan terus merebak sampai
sekarang ini.
3. Deprivasi politik, sosial dan ekonomi yang masih bertahan dalam
masyarakat. Pada saat yang sama, disorientasi dan dislokasi sosial
budaya,ekses globalisasi, dan semacamnya sekaligus merupakan
3
A. Rubaidi, Radikalisme Islam, Nahdlatul Ulama; Masa Depan Moderatisme Islam di Indonesia,
(Yogykarta: Logung Pustaka, 2010), hlm. 63

4
tambahan faktor-faktor penting bagi timbulnya kelompok-kelompok
radikal. Umat Islam mainstream–seperti diwakili NU, Muhammadiyah,
dan banyak organisasi lain berulang kali menyatakan, mereka menolak
cara-cara kekerasan, meski untuk menegakkan kebaikan dan mencegah
kemungkaran sekalipun. Tetapi, seruan organisasi-organisasi
mainstream ini sering tidak efektif apalagi di dalam organisasi-
organisasi ini juga terdapat kelompok garis keras yang terus juga
melakukan tekanan internal terhadap kepemimpinan organisasi masing-
masing.4
Selain dari ketiga faktor tersebut, kemunculan paham radikalisme dan
kelahiran kelompok fundamentalisme juga dipengaruhi 2 faktor penting,
yaitu:5
1. Faktor Internal
Faktor internal yang sangat kuat menjadi dasar gerakan radikalisme
di Indonesia adalah belum terwujudnya negara Islam Internasional,
sehingga untuk melampiaskannya ketidakpuasannya maka terjadilah
pengebomam atau teror bom dengan tujuan perusakan pada fasilitas
publik. Penyebab lain gerakan radikalisme adalah faktor sentimen
keagamaan, termasuk di dalammya adalah solidaritas keagamaan untuk
kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu.
2. Faktor Eksternal
Aspek ekonomi politik, yaitu kekuasaan depostik pemerintah yang
menyeleweng dari nilai-nilai fundamental Islam. Artinya rezim di
negara Islam gagal dalam menjalankan nilai-nilai idealistik Islam.
Selanjutnya, faktor budaya yang menekankan pada budaya barat
yang mendominasi kehidupan saat ini, yaitu budaya sekularisme.
Faktor selanjutnya adalah sosial politik, pemerintah yang kurang tegas
dalam mengendalikan masalah teroris juga dapat jadi satu faktor
semakin banyaknya radikalisme di Indonesia.
4
Azyumardi Azra, “Akar radikalisme keagamaan peran aparat negara, pemimpin agama dan
guru untuk kerukunan umat beragama”, dalam Abdul Munip, Menangkal Radikalisme Agama di
Sekolah, , “Jurnal Pendidikan Islam, Vol.1 No.2 Desember 2012/1434” (Yokyakarta: UIN Sunan
Kalijaga, 2012), hlm. 162-165
5
Syahril, dkk., Literasi Paham Radikalisme di Indonesia, (Bengkulu: CV. Zigie Utama, 2020), hlm.
14-16.

5
C. Upaya Pencegahan Paham Radikalisme Beragama di Indonesia
Pada dasarnya paham radikalisme pada agama Islam tidaklah menjadi
sebuah masalah selama masih sebatas ideologi bagi para pengikutnya.
Namun, apabila ideologi ini telah beralih menjadi sebuah aksi teror bom dan
tindakan kekerasan lainnya yang mengancam keselamatan masyarakat dan
instabilitas negara, maka diperlukan perhatian ekstra terhadap paham
radikalisme ini. Diperlukannya sebuah deradikalisasi yang dilakukan
dengan program jangka panjang, komprehensis, luas, integral, dan integratif
yang melibatkan seluruh elemen masyarakat.6
Penyebaran paham radikalisme di Indonesia semakin masif, sistemik
dan sangat mengkhawatirkan. Penyebarannya menyasar masyarakat umum,
pelajar, mahasiswa, dan kelompok profesional. Masjid, mushola, sekolah,
madrasah, pesantren dan perguruan tinggi yang menjadi garda terdepan
dalam menangkal paham ini sudah tidak steril lagi saat ini. Metode
penyebaran menjadi semakin modern, baik melalui media visual maupun
internet. Semakin berkembangnya media online, terutama media sosial
penyebaran ideologi radikalisme juga semakin pesat dan ajaran-ajaran
radikal itu bisa menyasar siapa saja, di mana saja. Dan kapan saja.
Beragam metode dilakukan dalam menangkal paham radikalisme ini,
langkah-langkah strategis berkelanjutan yang dapat membendungnya.
Tetapi, perlu didesain suatu pendekatan semesta di mana semua
stakeholders bergerak secara bersama-sama, secara efektif, efisien, terukur,
konsisten, terintegrasi, terlembaga, dan berkelanjutan. Berikut pendekatan
yang dilakukan BNPT sabagai acuan penanggulangan penyebaran paham
radikalisme:
1. Hard Approach
Dilaksanakan dengan mendorong aparat penegak hukum (Polri,
Kejaksaan, dan Hakim) dengan didukung oleh TNI untuk
melaksanakan penegakan hukum secara transparan dan profesional.
Terorisme harus ditindak, tetapi dengan tetap menjunjung code of

6
Hannani, Siti Aminah, Firman, Membendung Paham Radikalisme Keagamaan (Respons dan
Metode Dakwah Anregurutta se-Ajatappareng Sulawesi Selatan), (Jakarta: Orit Publishing, 2018),
hlm. 15.

6
conduct ataupun rule of engagement sehingga apapun yang dilakukan
terbebas dari persoalan pro dan kontra sehingga mendapatkan legalitas
dan legitimasi.
2. Soft Approach
Dilaksanakan oleh BNPT dengan melaksanakan program deradikalisasi
dan kontra radikalisasi. Deradikalisasi ditujukan pada kelompok
simpatisan, pendukung, inti dan militan yang dilakukan baik di dalam
maupun diluar lapas. Dengan tujuan agar meninggalkan cara-cara
kekerasan dan teror dalam memperjuangkan misinya.7
Metode tersebut digunakan secara langsung di Indonesia, walaupun
belum begitu efektif. Namun, ada beberapa langkah yang dapat digunakan
untuk menanggulangi paham radikalisme dan ajarannya di media sosial:
1. Memperdalam pendidikan literasi bermedia sosial
Literasi adalah kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan
mendekonstruksi pencitraan media. Permasalahan yang ada adalah
seiring dengan derasnya arus informasi media, sehingga masyarakat
dibuat bingung dan tidak mampu dalam memilah, menyeleksi dan
memanfaatkan informasi yang sudah mereka peroleh. Oleh karena itu
diperlukannya literasi bermedia sosial dengan tidak sekedar belajar cara
yang benar menggunakannya, tetapi justru bagaimana belajar
menggunakan media sosial yang ada saat ini untuk proses penyebaran
informasi yang baik, serta teliti dalam hal-hal yang bersifat tidak benar
ataupun hal-hal yang tidak pasti agar masyarakat bijak dalam
berinternet dengan memperhatikan kebutuhan intelektualnya.
2. Pemblokiran situs radikal dengan tetap berdasarkan pada publik tentang
alasan pemblokiran
Kominfo sebagai lembaga yang berwenang seharusnya memperhatikan
situs-situs internet, youtuber dan lainnya yang terpapar paham
radikalisme yang menyebabkan melemahnya cinta tanah air. Oleh
karena itu sebagai pihak yang berwenang dalam mencegah maraknya

7
Ibid, hlm. 18-19.

7
situs dan akun medsos yang berkonten radikalisme melakukan
pemblokiran situs.
3. Meningkatkan komunikasi budaya lokal dalam beragama
Strategi yang bisa dilakukan adalah pembangunan jati diri bangsa untuk
memperkokoh identitas kebangsaan, pemahaman falsafah budaya
kepada seluruh kalangan masyarakat, penerbitan peraturan daerah yang
melindungi budaya lokal dan memanfaatkan teknologi informasi untuk
mengenalkan budaya lokal ke masyarakat dunia.
4. Kurikulum agama lebih diarahkan pada perwujudan nilai-nilai
hubungan antar manusia dan menggandengkannya dengan Pancasila
Peran strategis pendidikan agama yang berorientasi pada paham nilai-
nilai ketuhanan Yang Maha Esa serta nilai dasar Pancasila menjadi
penting untuk dikembangkan dalam Pendidikan Agama. Pendidikan
(agama) sudah seharusnya seiring dengan pengembangan nasionalisme
kebangsaan agar sejalan dengan Nawacita Presiden untuk memperkuat
karakter bangsa yang berkepribadian Pancasila. Presiden menegaskan
pentingnya penguatan pendidikan karakter Pancasila dalam pendidikan.
5. Kesadaran elit untuk beragama dalam berpolitik dan bukan berpolitik
dalam beragama
Agama adalah perkara privat, sedangkan politik urusan publik. Agama
tidak boleh mempengaruhi politik, sebaliknya politik tidak layak
merecoki agama. Keduanya tidaklah untuk dicampuradukan, begitulah
yang berlaku di dunia Barat sekular. Namun, di dunia Islam, agama
memegang peran amat penting, baik dalam kehidupan privat maupun
publik.8

BAB III

8
Syahril, dkk., op.cit, hlm 6-9.

8
PENUTUP

A. Kesimpulan
Radikalisme beragama adalah sebuah ideologi yang dianut oleh
pengikutnya, namun seiring berjalannya waktu ideologi ini mengancam
kedaulatan Negara Indonesia. Hal ini dikarenakan beberapa faktor baik dari
dalam maupun luar. Faktor-faktor tersebut yang mendorong terbentuknya
terorisme yang mengancam kehidupan masyarakat.
Radikalisme agama terus menyasar semua kalangan masyarakat dari
yang muda hingga yang tua. Sehingga diperlukan beberapa pencegahan agar
terhindar dari paham radikalisme. Penggiatan literasi dalam bersosial media
dan juga peningkatan pendidikan agama dalam kalangan masyarakat
maupun pendidikan sangatlah penting.

DAFTAR PUSTAKA

9
Munip, Abdul. (2012). Menangkal Radikalisme Agama di Sekolah. Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga. Jurnal Pendidikan Islam, Vol.1 No.2 Desember
2012/1434.
Rubaidi, A. (2010). Radikalisme Islam, Nahdlatul Ulama: Masa Depan
Moderatisme Islam di Indonesia. Yogyakarta: Logung Pustaka.
Pusat Bahasa Depdiknas RI, Kaum Bahasa Indonesia.
Azra, Azyumardi. (2012). “Akar Radikalisme Keagamaan Peran Apaarat
Negara, Pemimpin Agama dan Guru untuk Kerukunan Umat Beragama”.
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. Jurnal Pendidikan Islam, Vol.1 No.2
Desember 2012/1434.
Syahril, Abd. Amri Siregar, Abdullah Munir, Deni Febrini, Aisyahnur Nasution,
Anang Mustaqim, Hadisanjaya, Herawati, Iwan Kurniawan ZP, Kurniawan,
Marah Halim, Mirin Ajib, Murni, Saifudin Zuhri, Tison Haryanto,
Zannatun, Noni Witisma. (2020). Literasi Paham Radikalisme di Indonesia.
Bengkulu: CV. Zigie Utama.
Hannani, Siti Aminah, Firman. (2018). Membendung Paham Radikalisme
Keagamaan (Respons dan Metode Dakwah Anregurutta se-Ajatappareng
Sulawesi Selatan). Jakarta: Orbit Publishing.

10

Anda mungkin juga menyukai