Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH DAKWAH DAN FENOMENA RADIKALISME BERAGAMA

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata kuliah : Dakwah Kontemporer

Dosen pengampu : Dra Anisah Andriati M.Si

Disusun oleh :

Zulia Khoirun Nisya

20102010048

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS


DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN
KALIJAGA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada saya sehingga saya diberikan kemudahan dan kesempatan untuk membuat dan
meyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada
junjungan Nabi agung Muhammad SAW dengan harapan kelak kita dapat merasakan syafa’at
beliau.

Makalah berjudul Dakwah dan Fenomena Radikalisme Beragama disusun guna


memenuhi tugas pada mata kuliah Dakwah Kontemporer dengan dosen pengampu Ibu Dra
Anisah Indriati M.Si. Melalui makalah ini kami mencoba memaparkan Fenomena
radikalisme beragama dan meminimalisir gerakan radikal dengan proses dakwah. Hal ini
perlu dipaparkan agar kedepannya dapat menjadi bekal saya dan pembaca makalah ini.

Ucapan terima kasih kepada Ibu Anisah Indriati M.Si yang telah memberikan tugas
ini dan juga terimakasih kepada narasumber-narasumber yang saya kutip karya dan
pendapatnya dalam rangka menaikkan kredabilitas makalah ini.

Saya menyadarai makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan saran
dari pembaca sangat diharapkan.
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada hakikatnya dakwah merupakan sebuah proses penyampaian ajaran agama islam baik
lisan maupun tulisan. Dakwah dapat dilakukan dimana saja dan kapanpun. Melihat di
Indonesia sendiri mayoritas warganya beragama islam maka tidak menutup kemungkinan
banyak orang yang salah dalam menerima pesan dakwah. Banyak orang yang menelan pesan
dakwah secara mentah tanpa melihat kebenarannya, hal ini yang memicu penyebaran paham
radikalisme semakin luas.

Radikalisme merupakan istilah yang digunakan pada akhir abad ke-18 untuk pendukung
gerakan radikal. Istilah ini berasal dari kata latin Radix yang memiliki arti akar. Maksud dari
hal tersebut ialah berpikir mendalam sampai ke akar-akarnya. Paham radikal dapat dipahami
sebagai paham yang sangat menginginkan perubahan total terhadap suatu system dengan cara
menghancurkan yang ada dan mengganti dengan system yang baru. Tentu saja hal tersebut
dilakukan secara cepat dan cenderung menggunakan tindakan kekerasan.

Belakangan ini kekerasan atas nama agama sering kita jumpai di berbagai media sosial.
Banyak alasan yang melatar belakangi kasus kasus radikalisme di media sosial. Ada yang
dipicu oleh persoalan politik, seperti pilkada, pelaksanaan hukum syariah di dalam bernegara,
ada yang berlandaskan oleh persoalan sosial beragama seperti merebaknya interaksi antar
umat beragama, pluralisme dan hubungan lintas agama, dan ada yang disebabkan oleh
persoalan ekonomi seperti kapitalisme yang semua itu cenderung di tanggapi dengan
kekerasan. Dan dikarenakan pengguna media sosial sangat beragam secara umur ataupun
agama maka tidak sedikit para pengguna yang menelan radikalisme secara mentah-mentah
dan menyebarkannya lalu timbul lah hoax yang memecah belah umat beragama.

Untuk mengetahui bagaimana tindakan yang seharusnya pengguna media sosial lakukan
demi mencegah adanya radikalisme. Peneliti bermaksud mengkaji bagaimana peranan
dakwah dalam mengatasi radikalisme dan mencari solusi yang tepat dalam mengatasi
radikalisme di media sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Radikalisme beragama?
2. Apa hubungan radikalisme dengan dakwah?
3. Bagaimana cara mencegah terjadinya radikalisme beragama?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dakwah

Secara etimologi, kata dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu da’a, yad’u, da’watan, yang
berarti memanggil, menyeru, mengundang, atau mengajak1. Dakwah biasa di definisikan
sebagai seruan yang berisi pesan atau ajaran agama islam. Sedangkan secara istilah, oleh
para ulama mendefinisikan dakwah berbagai macam, diantaranya adalah :

1. Syech Ali Mahfudh dalam kitabnya “Hidayatul Mursyidin” mengatakan dakwah


adalah : Mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk
(agama), menyeru merka pada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan munkar
agar mereka memperoleh kebahagiaan dunia akhirat.
2. Prof. Dr. H. Aboebakar Atjeh dalam bukunya “beberapa Catatan Mengenai Dakwah
Islam’ mengatakan : Dakwah adalah seruan kepada semua manusia untuk kembali
dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar, 10 dilakukan dengan penuh
kebijaksanaan dan nasehat yang baik.
3. Drs. H. Masdar Helmi mengatakan bahwa dakwah adalah : Mengajak dan
menggerakkan manusia agar mentaati ajaran-ajaran Allah (Islam) termasuk amar
ma’ruf nahyi munkar untuk memperoleh kebahagiaan didunia dan di akhirat2.

Dari beberapa definisi dakwah diatas dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah suatu
proses penyampaian pesan yang berisi ajakan kebaikan untuk mengikuti petunjuk agama
islam. Media yang digunakan dalam berdakwah dapat berupa lisan maupun tulisan dan dapat
dilakukan kapanpun dimanapun. Dapat dikatakan bahwa seluruh alat komunikasi dapat
dijadikan media dakwah. Maka dari itu peranan dakwah dalam menangkal radikalisme di
kalangan masyarakat sangatlah penting. Baik dari Dai, Mad’u dan pesan dakwahnya harus
berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.

B. Pengertian Radikalisme Beragama

Radikalisme menurut bahasa berarti paham atau aliran yang menginginkan perubahan
atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan. Namun, dalam artian lain, esensi

1
Andy Darmawan, Ibda’I Bi Nafsika : Tafsir Baru Keilmuwan Dakwah,(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), h. 35
2
Mohammad Hasan : Metodologi Pengembangan Ilmu Dakwah,(Surabaya: CV Salsabila Putra Pratama, 2013),
h.10
radikalisme adalah konsep sikap jiwa dalam mengusung perubahan3. Pada dasarnya agama
mengajarkan kepada manusia kedamaian dan kesetiakawanan satu sama lain, saling hormat
menghormati, membangun kesetiakawanan baik dalam seagama maupun penganut agama di
luar agama yang dianutnya. Namun dalam keseharian kita, tidak sedikit menemukan
kekerasan oleh seseorang yang menganut suatu agama, baik terhadap seagama maupun
kepada orang yang lain yang menganut agama yang berbeda.

Tidak dapat dipungkiri dengan kebebasan beragama yang diberikan oleh negara,
muncullah kelompok-kelompok radikalisme agama. Kelompok ini menginginkan system di
suatu kenegaraan sesuai dengan syariat islam. Dan mereka cenderung melakukan kekerasan
untuk mencapai hal tersebut. contohnya saat itu banyak terjadi pengeboman oleh teroris yang
mengatas namakan agama islam.

C. Hubungan Dakwah Dengan Radikalisme

Dakwah saat ini sudak banyak disalah gunakan oleh paham-paham radikal, contohnya
banyak sekali hadits-hadits dhoif yang terdapat dalam media sosial, hadits-hadits tersebut
digunakan oleh para oknum radikal sebagai umpan dalam perekrutan anggota-anggota baru
melalui media sosial. Menkominfo bahkan menemukan ratusan akun media sosial yang
teridentifikasi menyebarkan konten radikalisme.

Para oknum radikal ini kerap kali menyebarkan dakwah-dakwah yang berisi ajakan untuk
mati syahid, jihad yang bertujuan masuk surga dengan jalan pintas. Rata-rata yang menjadi
incaran adalah para remaja yang masih belum menemukan jati diri. Menurut Menkominfo
mayoritas pengguna media sosial merupakan remaja. Tentu saja hal ini merupakan
kesempatan yang bagus untuk para oknum radikal mencari pengikut paham mereka.

Hakikatnya Jihad berarti usaha sungguh-sungguh di jalan Allah atau dalam definisi
hukumnya, menyerahkan atau menyediakan sesuatu yang dimiliki untuk kepentingan Agama,
termasuk harta, ilmu, jiwa, waktu dan lainnya. Definisi tersebut dilukiskan oleh Fakhruddin
Al Turayhi,salah seorang ‘Ulama Islam pada abad ke-11 4. Hal ini di dukung dengan adanya
dalil dalam Al-Qur’an yang berbunyi “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah
orangorang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak
ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.
Mereka itulah orang-orang yang benar” (QS al-Hujuraat [49] : 15).

3
Prof. Dr. H. Sirajuddin.M.MH.,M.Ag : Literasi Paham Radikalisme Di Indonesia,(Bengkulu: CV. Zigie Utama) h.3
4
M. Isfironi, M. Bisri Djalil : Dakwah Islam Dan Radikalisme Agama,(Academia jurnal: 2019),h.7
Namun tidak sedikit yang salah mengartikannya atau menganggap jihad idientik dengan
kekerasan dan pertumpahan darah. Jihad dalam arti perang/Pertumpahan darah dalam Islam
adalah berkenaan dengan upaya menegakkan kalimat Allah (li i’la ‘i kalimatillah) dan
membela agama Allah, bukan berorientasi pada keduniaan. Itulah makna jihad yang
sesungguhnya. Namun sangat disayangkan perilaku sebagian kelompok umat Islam dalam
berdakwah banyak yang memaknai jihad adalah perang dengan angkat senjata. Itu lah
mengapa kelompok radikalisme agama tidak segan-segan meneror bahkan membunuh orang
yang tidak bersalah.

D. Pencegahan radikalisme di media sosial

Media sosial adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan
secara online yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang
dan waktu5. Pengguna media sosial saat ini sangatlah beragam, dari anak-anak hingga
dewasa. Hal ini dikarenakan teknologi yang semakin maju dan kebutuhan bersosialisasi yang
memaksa untuk menggunakan media sosial.

Media sosial juga menyediakan fitur-fitur yang memudahkan para penggunanya dalam
bersosialisasi. Tidak hanya itu, para pengguna media sosial juga bebas dalam
mengekspresikan dirinya dan dengan mudah mendapatkan informasi-informasi dari berbagai
belahan dunia. Tentu saja hal ini menandakan bahwa dalam media sosial tidak hanya
informasi-informasi benar yang bisa kita akses, tidak sedkit informasi yang kita temukan
merupakan informasi hoaks dan konten-konten radikalisme.

Para pengguna media sosial diharapkan dapat memilah dengan baik informasi yang
didapat. Berikut ini ada beberapa cara pencegahan radikalisme di media sosial yang penulis
ingin sampaikan, yaitu :

1. Para pengguna media sosial dapat memperdalam Pendidikan literasi bermedia sosial

Literasi disini bertujuan agar pengguna media sosial dapat lebih memfilter informasi yang
diterima. Terlebih lagi media sosial tidak sekedar belajar cara yang benar mengunakannya
tetapi justru seharusnya bagaimana belajar menggunakan media sosial yang ada saat ini untuk
proses penyebaran informasi yang baik, serta teliti dalam hal-hal yang bersifat tidak benar
ataupun Hal-hal yang tidak pasti agar masyarakat bijak dalam berinternet.

5
Prof. Dr. H. Sirajuddin.M.MH.,M.Ag : Literasi Paham Radikalisme Di Indonesia,(Bengkulu: CV. Zigie Utama) h.4
2. Pemblokiran situs radikal

Berdasarkan data yang dihimpun dari tirto.id (2019) dan laporan dari Brookings Institute
pada Desember 2014 ada 46.000 akun twitter yang berafiliasi dan mendukung ISIS. Akun
tersebut juga berafiliasi dengan ISIS setiap harinya mengirimkan 90.000 pesan digital di akun
media sosial mereka. Termasuk twitter, video di youtube, postingan di facebook, blog dan
sejenisnya. Sungguh miris melihat kenyataan ini, akan tetapi kabar baiknya data terakhir
yaitu pada  3 April 2021, terdapat 20.543 konten terindikasi terorisme di media sosial. Dan
itu semua sudah di blokir oleh Kemkominfo.

Terlepas dari data diatas, para pengguna media sosial alangkah lebih baik jika
melaporkan secara mandiri akun-akun yang sekiranya berindikasi menyebarkan hal-hal yang
berkaitan dengan radikalisme.

3. Meningkatkan jati diri dalam beragama.

Agar terhindar dari bujukan oknum radikal pengguna media sosial harus mendapatkan
ajaran agama yang kuat. Dan juga memantapkan jati diri agar tidak goyah ketika menemukan
bujukan jihad yang menjanjikan surga dengan cara kekerasan seperti melakukan bom bunuh
diri atau semacamnya.

4. Peranan keluarga dalam pembelajaran agama.

Pembelajaran agama sejak dini penting dan seharusnya dalam pembelajaran agama juga
seiringan dengan pengebangan jiwa nasionalisme. Jika hal itu terlaksana dengan baik maka
generasi muda akan kuat jiwa nasionalismenya dan memiliki pemikiran yang matang akan
kemanusiaan dan dalam beragama.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Radikalisme beragama di lakukan oleh orang-orang yang salah paham mengenai konteks
Jihad sesungguhnya. Karena Indonesi mayoritas beragama islam, Mereka ( para pengikut
kelompok islam radikal ) menginginkan adanya perubahan secara drastis dalam bernegara
yaitu menjadikan Indonesia sebagai negara islam. Untuk mewujudkan hal tersebut mereka
menggukan media sosial sebagai media perekrutan anggota. Mereka berkoar mengenai jihad
dan mengganggap bahwa tindakan bom bunuh diri yang kerap kita temukan itu merupakan
bentuk dari jihad. Penulis disini menyimpulkan bagaimana saja bentuk pencegahan di media
sosial agar tidak terjerumus kedalam kelompok radikal. Pertama, kita sebagai pengguna
sosial media dapat lebih teliti lagi dalam menerima suatu informasi. Tidak mentah-mentah
menerima informasi lalu menyebarkannya. Kedua, Melaporkan situs yang berindikasi
menyebarkan hal-hal berbau radikalisme. Ketiga, sebagai pengguna media sosial, kita harus
menegaskan jati diri agar tidak mudah terhasut iming-iming para pengikut kelompok radikal.
Keempat, peranan keluarga juga penting dalam mengawasi proses belajar anak. Pembelajaran
agama yang di dapatkan anak harus sejalan dengan kebenaran dan juga pembelajaran
mengenai nasionalisme yang membuat anak lebih matang dalam pemikirannya mengenai
negara, agama dan juga rasa kemanusiaan.

DAFTAR PUSTAKA
Andy Darmawan, Ibda’I Bi Nafsika : Tafsir Baru Keilmuwan Dakwah,(Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2005)
Mohammad Hasan : Metodologi Pengembangan Ilmu Dakwah,(Surabaya: CV Salsabila Putra
Pratama, 2013)
Prof. Dr. H. Sirajuddin.M.MH.,M.Ag : Literasi Paham Radikalisme Di Indonesia,(Bengkulu:
CV. Zigie Utama)
M. Isfironi, M. Bisri Djalil : Dakwah Islam Dan Radikalisme Agama,(Academia jurnal,
2019)

Anda mungkin juga menyukai