Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

DAKWAH & PROBLEMATIKA UMAT ISLAM

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Naskah Dakwah

Disusun oleh :

Nama : Faris Ahmad Rasyidi


NIM : 4120220014

PASCASARJANA KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM ASY SYAFI’IYAH
1444 H/ 2023 M

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan taufik dan
rahmatNya, baik yang disadari maupun yang tidak disadari, sehingga manusia dapat
bermuamalah dan beribadah tiap harinya dengan keadaan jiwa dan hati yang sehat.

Selawat serta salam juga tak lupa penulis haturkan kepada Revolusioner Islam yang
gigih meninggikan kalimat Allah dan teguh menjunjung panji Islam hingga akhir hayatnya,
mengajarkan umatnya segala praktik ibadah dan muamalah, begitu pula dengan praktik
ekonomi Islam, yakni Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta yang
mengikutinya dengan benar hingga hari kiamat.

Jakarta, 20 Januari 2023

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2

A. Pengertian Dakwah dan problematika Umat Islam ............................... 2


1. Pengertian Dakwah ................................................................................. 2
2. Pengertian Problematika ......................................................................... 3

3. Pengertian Umat Islam ............................................................................ 3


B. Sebab Munculnya Problematika Umat Islam .......................................... 5

1. Faktor Internal ......................................................................................... 5

2. Faktor Eksternal ...................................................................................... 12


C. Problematika Umat Islam ......................................................................... 15
1. Di Sektor Ekonomi ................................................................................. 15
2. Di Sektor Politik ..................................................................................... 17
3. Di Sektor Budaya .................................................................................... 19
D. Solusi Mengatasi Problematika Umat Islam ............................................ 24
BAB III KESIMPULAN ............................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 33

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Persoalan yang dihadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang semakin hebat,
baik yang bersifat internal maupun eksternal. Tantangan itu muncul dalam berbagai
bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam mendapatkan hiburan
(entertainment), kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin membuka
peluang munculnya kerawanan moral dan etika. Pembangunan di bidang fisik itu tentu
saja membawa dampak positif bagi kehidupan masyarakat seperti berbagai kemudahan-
kemudahan dalam mengakses setiap kebutuhan. Namun demikian berbagai permasalahan
umat juga mengalami perkembangan yang luar biasa baik dari kualitas maupun
kuantitasnya.

Pembangunan di bidang fisik itu tentu saja membawa dampak positif bagi
kehidupan masyarakat seperti berbagai kemudahan-kemudahan dalam mengakses setiap
kebutuhan. Namun demikian berbagai permasalahan umat juga mengalami
perkembangan yang luar biasa baik dari kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini
disebabkan karena pembangunan mental spritual tidak mendapatkan porsi yang seimbang
dengan pembangunan pisik yang justru merupakan hakekat dari pembangunan itu sendiri.

Oleh sebab itu semuanya harus dikelola dengan manajemen dakwah yang
profesional oleh tenaga-tenaga dakwah yang berdedikasi tinggi, mau berkorban dan
ikhlas beramal. Untuk mengubah wajah umat Islam yang suram diperlukan dakwah
islamiyah untuk menyembuhkan penyakit dalam tubuh umat Islam terutama dalam sektor
ekonomi, politik dan budaya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dakwah dan Problematika Umat Islam

1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu da’a, yad’u,
da’watan, yang berarti memanggil, mengundang, mengajak, menyeru, mendorong
ataupun memohon1.

Pengertian dakwah secara terminologi adalah “mengajak” atau


“menyeru” kepada orang lain masuk ke dalam sabil Allah2.
a. Menurut Prof. Toha Yahya Omar, M.A.

Dakwah yaitu mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan


yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk keselamatan dan
kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat3.
b. Menurut Mohammad Natsir

Dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada


perorangan manusia dan seluruh umat manusia konsepsi Islam tentang
pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, dan yang meliputial-amar
bi al-ma’ruf an-nahyu ‘an al-munkar dengan berbagai macam cara dan media
yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengelamannya dalam
perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara4.
c. Menurut Prof. H.M. Arifin, M.Ed.
Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik
dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara
sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara
individual maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu
pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran
agama sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya

1
Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2008)
2
Wahyu Ilaihi,M.A. Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010)
3
Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1979)
4
Mohammad Natsir, “Fungsi Dakwah Perjuangan” dalam Abdul Munir Muklan, Ideologisasi Gerakan
Dakwah, (Yogyakarta: Sipres, 1996)

2
unsur-unsur pemaksaan5.

d. Menurut Dr. M. Quraish Shihab


Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha
mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna,baik terhadap
pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha
peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi
juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus
lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran Islam secara lebih
menyeluruhdalam berbagai aspek6.

2. Pengertian Problematika

Problematika berasal dari bahasa Inggris “problematic” yang berarti masalah


atau persoalan7. Problematika berasal dari kata problem yang dapat diartikan
permasalahan atau masalah. Adapun masalah itu sendiri adalah suatu kendala atau
persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan
antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai hasil yang
maksimal. Terdapat juga di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Problematika
berarti masih menimbulkan masalah; hal-hal yang masih menimbulkan suatu masalah
yang masih belum dapat dipecahkan8.

Jadi, yang dimaksud dengan problematika adalah kendala atau permasalahan


yang masih belum dapat dipecahkan sehingga untuk mencapai suatu tujuan menjadi
terhambat dan tidak maksimal.

3. Pengertian Umat Islam


Umat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan menjadi; para
penganut (pemeluk, pengikut) suatu agama; penganut nabi atau; makhluk manusia.
Sementara Al-Islām secara etimologi berarti Al inqiyad (tunduk9) kata ini merupakan
tsulatsi majid dari kata As Salmu/ As Salamah yang berarti At Ta’ro minal Aafat Azh
Zhohiroh wal Batinah (terbebas dari wabah/cela baik secara lahir maupun bathin)10.

5
Syekh Harish Dimyathi, Khulashoh Tariikh Al-Khulafaa’ Al-Rasyidiin, (Attarmasi Press), hal. 3
6
Syekh Harish Dimyathi, Khulashoh Tariikh Al-Khulafaa’ Al-Rasyidiin, hal. 19
7
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2000), hal. 440
8
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal. 896.
9
Abu Al-Husain Ahmad ibn Faris ibn Zakariya, Mu‟jam Al-Maqâyîs Al-Lughah, (Dâr Al-Fikr: Beirut,
1994), hal. 487
10
Abu Al-Qasim Muhammad ibn Al-raghib Al-ashfahaniy, Al-Mufradat fiy Gharib Al-Qur‟an, (Dar Al-
3
Kata Islam berasal dari: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk
aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Sebagaimana firman
Allah SWT:

ٌ ‫ند َربَ َهۦ َوََل َخ ْو‬


‫ف َعلَْي َه ْم َوََل ه ْم ََْيَزنو َن‬ َ َ‫َجرهۥ ع‬ َ ََ
ْ ‫َسلَ َم َو ْج َههۥ هّلِل َوه َو ُْمس ٌن فَلَهۥ أ‬
ْ ‫بَلَ ٰى َم ْن أ‬
“bahkan barang siapa aslama (berserah diri) kepada Allah, sedang ia berbuat
kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati” (QS. Al Baqarah: 112).
Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam. Pemeluknya disebut Muslim.
Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah dan siap patuh
pada ajaran-Nya.
Menurut Mahmud Syaltout, Islam secara istilah adalah “Agama Allah SWT
yang diwasiatkan dengan ajaran ajarannya sebagaimana terdapat didalam pokok-
pokok dan syari‟atnya kepada Nabi Muhammad SAW dan mewajibkan kepadanya
untuk menyampaikannya kepada seluruh ummat manusia serta mengajak mereka
untuk memeluknya11.
Maka umat Islam adalah para penganut agama yang berserah diri, tunduk dan
patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
4. Pengertian Problematika Umat Islam
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
arti Problematika Umat Islam adalah kendala atau permasalahan yang masih
belum dapat dipecahkan para penganut agama Islam, sehingga untuk mencapai
suatu tujuan menjadi terhambat dan tidak maksimal.

Ma‟rifah: Beirut), hal. 245


11
Mahmud Syaltout, Al-Islam Aqidah Wa Syar‟iah, (Dar alQolam: Mesir, 1996), hal. 9
4
B. Sebab Munculnya Problematika Umat Islam

1. Faktor Internal

a. Jauhnya umat dari Tauhid


Tauhid merupakan kekuatan besar umat Islam, bahkan dahulu
umat Islam bersatu dan dapat menaklukan sepertiga dunia dengan
ketauhidan yang kuat para mujahidin. Namun jika mereka jauh dari
tauhid dan tidak menegakkan hak utama Allah dalam tauhid serta masih
banyak melakukan praktik kesyirikan dan melanggar hak Allah. Maka
meraih kejayaan islam hanya utopia belaka. Syirik akan menghadirkan
rasa takut dalam diri umat Islam, sebagaimana Allah timpakan rasa takut
pada diri orang kafir, Allah Ta’ala berfirman,

‫ب َِبَا أَ ْشَركوا َِب هّلِلَ َما َلْ ي نَ َزْل بَ َه س ْلطَانا‬ َ َ َ


َ ‫الر ْع‬ َ ‫َسن ْلقي َف ق لوب الهذ‬
ُّ ‫ين َك َفروا‬
“Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut/ gentar
(menghadapi orang-orang beriman), disebabkan mereka
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak
menurunkan keterangan tentang itu.” (QS. Ali ‘Imran: 151).
Jika kita melihat sejarah bagaimana kaum muslimin yang mulai
menjauh dari agama mereka. Mereka dikuasai oleh musuh sebagaimana
sejarah jatuhnya kota Baghdad dan Andulusia. Padahal saat itu kaum
muslimin sedang berada dipuncak kejayaan dunia, dari segi kekayaan,
ekonomi dan politik.
Allah menjanjikan kepada kita, jika kita beriman dan beramal
shalih dengan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatupun (tidak
berbuat syirik), Allah akan menjadikan kita berkuasa di muka bumi,
Allah ta’ala berfirman,

5
‫ف‬
َ َ‫استَ ْخل‬ ْ ‫ض َك َما‬ َ ‫ات لَيَ ْستَ ْخلَ َفنهه ْم َف ْاْل َْر‬ َ ‫اِل‬َ ‫اّلِل اله َذين آمنوا َمْنكم وع َملوا ال ه‬
َ ‫ص‬ ََ ْ َ َ ‫َو َع َد ه‬
‫ضى ََل ْم َولَي بَ َدلَنهه ْم َم ْن بَ ْع َد َخ ْوفَ َه ْم‬ َ َ َ
َ َ‫ين َم ْن قَ ْبل َه ْم َولَي َمكَنَ هن ََل ْم دينَ هم الهذي ْارت‬
َ
َ ‫الهذ‬
َ ‫ك هم الْ َف‬ َ
‫اسقو َن‬ َ َ‫ك فَأولَئ‬ َ ‫أ َْمنا يَ ْعبدونََن َل ي ْش َركو َن َب َشْيئا َوَم ْن َك َفَر بَ ْع َد َذل‬
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu
dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia
akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk
mereka, dan Dia benar-benar akan merubah (keadaan) mereka setelah
mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa, mereka senantiasa
menyembah-Ku (samata-mata) dan tidak mempersekutukan-Ku dengan
sesuatu apapun, dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka
mereka itulah orang yang fasik” (QS An Nuur: 55).
Rasa takut muncul karena tidak ada tauhid dan aqidah yang benar
yang ujungnya adalah menimbulkan rasa cinta dunia dan takut akan
kematian. Inilah yang disebutkan dalam hadits dengan “penyakit wahn”.
Kemudian musuh-musuh Islam memanfaatkan penyakit ini dan mereka
bersatu-padu serta berlomba-lomba memerangi kaum muslimin12.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

«:‫ال قَائَ ٌل‬َ ‫ فَ َق‬.»‫ص َعتَ َها‬


ْ َ‫اعى اْلَ َكلَة إَ َل ق‬ َ ‫اعى َعلَْيك ْم َك َما تَ َد‬ َ ‫يوشك اْل َمم أَ ْن تَ َد‬
َ
.‫ «بَ ْل أَنْت ْم يَ ْوَمئَذ َكثَيٌ َولَكَنهك ْم غثَاءٌ َكغثَ َاء ال هسْي َل‬:‫ال‬ َ َ‫َوَم ْن قَلهة ََْنن يَ ْوَمئَذ؟ ق‬
.» ‫اّلِل َف ق لوبَكم الْ َوَه َن‬ ‫اّلِل َم ْن صدوَر َعد َوكم الْ َم َهابَةَ َمْنك ْم َولَيَ ْق َذفَ هن ه‬ ‫َولَيَ ْن َز َع هن ه‬
‫ت‬َ ‫ب الدُّنْيا وَكر َاهية الْمو‬ َ َ‫اّلِلَ َوَما الْ َوَهن ق‬ َ ‫ال قَائَ ٌل َي َرس‬
ْ َ َ َ َ َ ُّ ‫ال « ح‬ ‫ول ه‬ َ ‫» فَ َق‬.

12
https://muslim.or.id/28891-meraih-kejayaan-islam-dengan-tauhid.html

6
“Akan datang suatu masa di mana musuh-musuh (bersatu-padu dan)
berlomba-lomba untuk memerangi kalian. Sebagaimana berebutnya orang-
orang yang sedang menyantap makanan di atas nampan”. Salah seorang
sahabat bertanya, “Apakah karena saat itu jumlah kami sedikit?”. Beliau
menjawab, “Justru saat itu kalian banyak, namun kalian bagaikan buih di
lautan. Allah akan membuang rasa takut mereka kepada kalian, dan akan
memasukkan wahn di dalam hati kalian.

b. Sikap hidup materialistis

Di kota-kota besar di Indonesia, sikap hidup materialistik


menjadi gaya hidup yang seolah telah merasuk ke dalam relung hati
terdalam masyarakat perkotaan. Agama mulai tersingkir dari
pertimbangan-pertimbangan manusia kota dalam membuat keputusan-
keputusan penting dalam kehidupannya. Itu sebabnya, slogan bahwa
masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang relijius tampaknya
menjadi klise dan kehilangan maknanya. Ini dibuktikan dengan
semakin berkembangnya sikap hidup materialis dan permisif (serba
membolehkan) di kota-kota besar di Indonesia. Budaya yang sama
sekali tidak mencerminkan relijiusitas semakin lama semakin
transparan tanpa malu-malu. Seks bebas menjadi gaya hidup baru yang
tidak lagi dipermasalahkan. Jika diperhatikan bagaimana permisifnya
budaya masyarakat kota maka bagaimana bisa masih saja menyebut
masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang religi.
Suatu peradaban dapat runtuh karena timbulnya materialisme,
yaitu kegemaran penguasa dan masyarakat menerapkan gaya hidup malas
yang disertai sikap bermewah-mewah. Sikap ini tidak hanya negatif tapi
juga mendorong tindak korupsi dan dekadensi moral. Lebih jelas Ibn
Khaldun menyatakan:
Tindakan amoral, pelanggaran hukum dan penipuan, demi tujuan
mencari nafkah meningkat di kalangan mereka. Jiwa manusia dikerahkan
untuk berfikir dan mengkaji cara-cara mencari nafkah, dan untuk
menggunakan segala bentuk penipuan untuk tujuan tersebut. Masyarakat

7
lebih suka berbohong, berjudi, menipu, menggelapkan, mencuri,
melanggar sumpah dan memakan riba.
Tindakan-tindakan amoral di atas menunjukkan hilangnya
keadilan di masyarakat yang akibatnya merembes kepada elit penguasa
dan sistem politik. Kerusakan moral dan penguasa dan sistem politik
mengakibatkan berpindahnya Sumber Daya Manusia (SDM) ke negara
lain (braindrain) dan berkurangnya pekerja terampil karena mekanimse
rekrutmen yang terganggu. Semua itu bermuara pada turunnya
produktifitas pekerja dan di sisi lain menurunnya sistem pengembangan
ilmu pengetahuan dan ketrampilan.
Dalam peradaban yang telah hancur, masyarakat hanya
memfokuskan pada pencarian kekayaan yang secepat-cepatnya dengan
cara-cara yang tidak benar. Sikap malas masyarakat yang telah diwarnai
oleh materialisme pada akhirnya mendorong orang mencari harta tanpa
berusaha. Secara gamblang Ibn Khaldun menyatakan, “Mata
pencaharian mereka yang mapan telah hilang, …. jika ini terjadi terus
menerus, maka semua sarana untuk membangun peradaban akan
rusak,dan akhirnya mereka benar-benar akan berhenti berusaha. Ini
semua mengakibatkan destruksi dan kehancuran peradaban”.13

c. Serakah pada harta

Sifat serakah dapat merugikan orang lain, mengambil hak orang


lain dengan korupsi, berhasrat mendapatkan sesuatu dengan cara yang
instan ataupun dengan cara yang dilarang syariat
Manusia bisa jadi lebih serakah dan tamak daripada serigala. Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫ َوََل يَْزَداد ْو َن َم َن للاَ إَهَل ب ْع ادا‬،‫صا‬ َ َ َ


‫اعة َوََل يَْزَداد النهاس َعلَى الدُّنْيَا إَهَل حْر ا‬
َ ‫اقْ َََتبَت ال هس‬
“Hari Kiamat semakin dekat. Tidak bertambah (kemauan) manusia
kepada dunia, melainkan semakin rakus. Dan tidak bertambah

13
http://www.dakta.com/news/10276/faktor-kemunduran-peradaban-islam

8
(kedekatan) mereka kepada Allah, melainkan semakin jauh.” (HR. Al-
Hakim, lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah)
Ketamakan manusia kepada harta memang fakta dan banyak
terjadi, serta memunculkan kerusakan di muka bumi. Karena memang
fitnah (ujian) terbesar umat Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam adalah harta, Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,

‫ َوفَْت نَةَ أ هم َت الْ َمال‬،‫إَ هن لَك َل أ همة فَْت نَةا‬


“Sesungguhnya pada setiap umat ada fitnah (ujiannya). Dan fitnah
umatku adalah harta.” (HR. Bukhari)

d. Dosa yang diperbuat umat Islam


ًۢ َ َٰ َ
‫ضا َِبَا َكانوا يَ ْك َسبو َن‬ َ ‫َوَك َٰذل‬
َ ‫ك ن َوَل بَ ْع‬
َ ‫ض ٱلظهلم‬
‫ي بَ ْع ا‬
“Dan demikianlah, kami jadikan orang yang zalim sebagai pemimpin
bagi orang zalim disebabkan maksiat yang mereka lakukan.” (Qs. Al
An’am: 129)
Ayat ini menunjukkan bahwa penguasa yang zalim hukuman yang
Allah timpakan kepada rakyat yang juga zalim disebabkan dosa-dosa
rakyat. Jika demikian, penguasa yang zalim bukanlah penyakit bahkan
penyakit sebenarnya adalah keadaan rakyat. Bahkan jumlah yang banyak
(mayoritas) tidak menjadi jaminan Islam akan jaya. Allah berfiman,

‫َويَ ْوَم حنَ ْي إَ ْذ أ َْع َجبَ ْتك ْم َكثْ َرتك ْم فَلَ ْم ت ْغ َن َعْنك ْم َشْي ئاا‬
“Dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi
congkak karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu
tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun.” (Qs. At Taubah: 25)
Ayat ini menunjukkan bahwa persatuan dan jumlah yang banyak
tidaklah bermanfaat jika kemaksiatan tersebar di tengah-tengah mereka.
Kita lihat dosa ujub telah menghancurkan faedah dari jumlah yang banyak

9
sehingga para shahabat menuai kekalahan pada saat perang Hunain. Di
antara maksiat adalah menyatukan barisan bersama orang-orang yang
membenci sunnah Nabi karena sikap tepat terhadap mereka adalah
memberikan nasihat, bukan mendiamkan kesalahan. Sikap minimal adalah
mengingkari dengan hati.
Oleh karena itu, identifikasi yang tepat untuk penyakit yang
membinasakan umat dan menjadikan kaum muslimin terbelakang adalah
dosa-dosa kita sendiri14. Banyak dalil dari al Qur’an yang menunjukkan
hal ini. Di antaranya adalah firman Allah,

‫ََّن َه َذا ق ْل ه َو َم ْن عَْن َد أَنْف َسك ْم‬


‫َصْب ت ْم َمثْلَْي َها ق لْت ْم أ ه‬ َ
َ ‫َصابَْتك ْم مصيبَةٌ قَ ْد أ‬
َ ‫أ ََولَ هما أ‬
‫اّلِلَ َعلَى ك َل َش ْيء قَ َد ٌير‬
‫إَ هن ه‬
“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud),
Padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-
musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Dari mana
datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah, “Itu dari (kesalahan) dirimu
sendiri.” Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Qs. Ali
Imran: 165)
e. Fitnah Syahwat

Banyak potensi dalam setiap jiwa manusia bisa menyeretnya ke


jalan kefasikan, misalnya masalah syahwat. Sebenarnya syahwat
merupakan potensi fitrah yang dikaruniakan Allah SWT kepada
manusia, namun ternyata banyak manusia yang terpeleset ke dalam
jurang kehinaan dan kemaksiatan karena menuruti atau
memperturutkan keinginan syahwatnya (Cahyadi, 2010:3)

Bukan hanya manusia, bahkan para pengemban dakwah juga


memiliki peluang terjebak dalam gejolak syahwat. Allah berfirman,

14
Sumber: https://muslim.or.id/885-solusi-problematika-umat-islam.html

10
“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-
apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak
dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah
ladang, itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah tempat
kembali yang baik / surga” (Ali-Imran, 14)

Gejolak kejiwaan dalam hal syahwat ini muncul dengan


sendirinya tanpa mengenal batas usia, meskipun akan tampak lebih
kuat terjadi pada usia muda. Oleh karena itu bagi aktivis dakwah atau
juru dakwah, gejolak ini harus ditanggapi dengan serius, sebab apabila
dibiarkan akan dapat menimbulkan kecendrungan yang bisa
menjerumuskan.

f. Fitnah syubhat dan taqlid

Syaithan merupakan musuh nyata manusia. Dia selalu berusaha


menjerumuskan manusia kedalam jurang kekafiran, kesesatan dan
kemaksiatan. Di dalam menjalankan aksinya itu syaithan memiliki dua
senjata ampuh yang telah banyak makan korban. Dua senjata itu adalah
syubhat dan syahwat. Dua penyakit yang menyerang hati manusia dan
merusakkan perilakunya. Penyakit syubhat ini misalnya: keraguan,
kemunafikan, bid’ah, kekafiran, dan kesesatan lainnya15.

Syubhat artinya samar, kabur, atau tidak jelas. Penyakit syubhat


yang menimpa hati seseorang akan merusakkan ilmu dan
keyakinannya. Sehingga jadilah “perkara ma’ruf menjadi samar
dengan kemungkaran, maka orang tersebut tidak mengenal yang
ma’ruf dan tidak mengingkari kemungkaran. Bahkan kemungkinan
penyakit ini menguasainya sampai dia menyakini yang ma’ruf sebagai
kemungkaran, yang mungkar sebagai yang ma’ruf, yang sunnah
sebagai bid’ah, yang bid’ah sebagai sunnah, al-haq sebagai kebatilan,

15
https://almanhaj.or.id/3091-penyakit-syubhat-dan-syahwat.html

11
dan yang batil sebagai al-haq”.16 Syubhat ini muncul disebabkan
kurangnya ilmu yang dimiliki seseorang, sehingga syaithan akan terus
membisikan keragu-raguan atau kesamaran tentang sesuatu yang telah
Allah tetapkan.

Kurangnya ilmu yang dimiliki juga dapat berakibat taqlid


(mengikuti tanpa tahu ilmunya) pada seseorang. Akibat doktrin manis
yang diberikan seseorang yang dianggap tokoh atau memiliki
kharisma, orang yang tidak berilmu akan mengerjakan suatu praktik
ibadah tanpa tahu dalilnya. Dengan demikian praktik ritual ibadah
yang tidak ada dasarnya dari nabi dapat subur turun temurun dilakukan
masyarakat, bahkan dapat menjerumuskan pada kesyirikan.

g. Gejolak Kedengkian

Terkadang terjadi di lapangan, sebab kedengkian antar dai,


ketika tidak senang melihat dai lain yang diberikan suatu kenikmatan
duniawi (seperti ketenaran, dsb), akhirnya saling menjatuhkan satu
sama lain. Sesama dai saling melempar cibiran di media, sehingga
dapat dilihat mad’unya. Tentu ini memberikan contoh yang tidak
baik, bahkan dapat memecah belah umat. Umat yang fanatik dengan
ustadznya akan ikut saling cibir bahkan terlibat bentrokan fisik.
Fenomena semacam ini akan melemahkan umat dan menjadi kabar
gembira kaum kafir. Sudah sepatutnya para da’i memberikan teladan
bagi umatnya. Hubungan harmonis para da’i dan budaya nasehat-
menasehati dengan cara yang baik dapat menyatukan umat di tengah
perbedaan.17

2. Faktor Eksternal

a. Dampak negatif globalisasi informasi

16
Dr. Ahmad Farid, Tazkiyatun Nafs, Penyucian Jiwa dalam Islam, (Ummul Quro :
Jakarta, 2013), hal. 31
17
Istina Rakhmawati, Paradigma Dakwah Upaya Merespon Problematika Umat
Islam di Era Modern (AT-TABSYIR: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, 2015) Vol. 3

12
Kerawanan moral dan etika itu muncul semakin transparan
dalam bentuk pornografi dan pornoaksi karena didukung oleh
kemajuan alat-alat teknologi informasi seperti televisi, DVD/VCD,
jaringan internet, hand phone dengan pasilitas canggih dan sebagainya.
Demoralisasi itu senantiasa mengalami peningkatan kualitas dan
kuantitas, seperti maraknya perjudian, minum minuman keras, dan
tindakan kriminal, serta menjamurnya tempat-tempat hiburan, siang
atau malam. Akibatnya masyarakat mengalami apa yang disebut
dengan pendangkalan budaya moral dan kehilangan rasa malu.

Terjadinya ledakan informasi dan kemajuan teknologi dalam


berbagai bidang tidak boleh dibiarkan lewat begitu saja. Umat Islam
harus berusaha mencegah dan mengantisipasi dengan memperkuat
aqidah yang berpadukan ilmu dan teknologi. Tidak sedikit umat yang
telah menjadi korban dari efek globalisasi informasi yang membuat
identitas keislamannya mengalami pengaburan dan masa depan
generasi muda semakin suram. Jika umat Islam terlena oleh
kemewahan hidup dengan berbagai pasilitasnya, maka secara perlahan
akan meninggalkan ajaran agama. Dengan demikian akan terjadi
kehampaan rohani yang justru merusak kepribadian setiap umat
manusia. Di samping itu kelemahan dan ketertinggalan umat Islam
dalam mengakses informasi dari waktu ke waktu, pada gilirannya juga
akan membuat langkah-langkah dakwah kita semakin tertinggal.

Pada dasarnya kemajuan arus globalisasi informasi telah


membawa pengaruh yang sangat besar terhadap tatanan kehidupan
masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban modern yang
sudah mengglobal telah memberikan kemudahan bagi umat manusia
dalam menjalani aktivitas kehidupannya. Namun demikian dampak
negatif yang ditimbulkan juga telah membawa berbagai permasalahan
di dalam masyarakat.

13
b. Pengaruh negatif budaya18 kafir

Tanpa disadari kebiasaan-kebiasaan orang kafir telah dianggap


biasa oleh sebagiam kaum muslimin. Mereka merayakan dan
mendukung budaya kafir yang telah menjadi syariatnya seperti
merayakan Natal dan sebagainya. Belum lagi budaya-budaya negatif
yang diimpor dari barat (westernisasi) mengubah cara berpikir,
berpakaian, makan, hingga pola kehidupan umat muslim.
Di zaman globalisasi teknologi ini, banyak hal ikut berkembang
pesat. Pengaruh budaya-budaya asing sangat cepat masuk ke Indonesia.
Karena kemajuan teknologi adalah faktor utama yang menyebabkan
cepatnya budaya-budaya asing masuk ke Indonesia. Remaja sekarang
sangat mudah mengakses internet, baik hal yang positif maupun negatif.
Sebab itu mereka melihat gaya hidup dan kebiasaan orang-orang barat.
Contohnya dalam hal berpenampilan banyak yang mengikuti cara dan
kebiasaan budaya-budaya barat seperti mewarna rambut, memberi warna
pada mata supaya seperti orang-orang barat.

c. Termakan adu domba kaum munafik


Sesudah kekhalifahan Islam jatuh, negara-negara Barat menjajah
negara-negara Islam. Pada tahun 1830 Perancis mendarat di Aljazair,
pada tahun 1881 masuk ke Tunisia. Sedangkan Inggris memasuki Mesir
pada tahun 1882. Akibat dari jatuhnya kekhalifahan Turki Utsmani
sesudah Perang Dunia Pertama, kebanyakan negara-negara Arab berada
dibawah penjajahan Inggris dan Perancis, demikian pula kebanyakan
negara-negara Islam di Asia dan Afrika.

Setelah Perang Dunia Kedua kebanyakan negara-negara Islam


merdeka kembali, namun sisa-sisa kekuasaan kolonialisme masih terus
bercokol. Kolonialis melihat bahwa kekuatan Islam yang selama itu

18
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang,
serta diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya)

14
berhasil mempersatukan berbagai kultur, etnik, ras dan bangsa dapat
dilemahkan. Yaitu dengan cara adu domba dan teknik divide et impera
sehingga konflik intern menjadi tak terhindarkan dan akibatnya negara-
negara Islam terfragmentasi menjadi negeri-negeri kecil19.

C. Problematika Umat Islam

1. Di Sektor Ekonomi

a. Merebaknya praktik riba, maysir dan ghoror


Sebagaimana yang telah diketahui bahwa Globalisasi ekonomi
telah menimbulkan tantangan-tantangan baru bagi aktifitas ekonomi,
salah satunya ialah integrasi keuangan global20. Sehingga praktik riba
(tambahan), maysir (judi) dan ghoror (ketidak jelasan) menjadi tak
terelakan dalam globaliasi ekonomi, utang-piutang dan transaksi bank
yang mengandung riba menjadi salah dua dari contohnya. Padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

‫َح هل ٱ هّلِل ٱلْبَ ْي َع َو َحهرَم ٱ َلربَ ٰوا‬


َ ‫َوأ‬
“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba.” (QS. Al-Baqarah: 275).

b. Terdikte oleh kebijakan-kebijakan ekonomi kapitalis dan kolonialis.

Problematika selanjutnya ialah pendiktean terhadap dunia Islam.


Di setiap zaman bentuk penjajahan, penindasan dan perbudakan yang
paling efektif ialah menjebak melalui utang21. Setelah terjerat oleh
pemilik piutang, umat Islam akan diintimidasi, ditekan untuk
menanggalkan aspek-aspek Islam sejengkal demi sejengkal, hingga
meninggalkan Al Quran dan As Sunnah

19
http://www.dakta.com/news/10276/faktor-kemunduran-peradaban-islam
20
Agus Suprijanto, Dampak Globalisasi ekonomi Terhadap Perekonomian Indonesia,
(Semarang:Universitas PGRI Semarang, 2011), Jurnal Ilmiah CIVIS Vol. 1
21
Frassminggi Kamasa, The Age of Deception : Riba dalam Globalisasi Ekonomi, Politik
Global dan Indonesia, (Jakarta: Gema Insani, 2012). hal. 47

15
‫اعا بَ َذ َراع َح هَّت لَْو َد َخلوا َف‬ َ َ َ َ َ ‫لَت تهبَع هن سنَن اله َذ‬
‫ين م ْن قَ ْبلك ْم ش ْ اْبا بَش ْْب َوذ َر ا‬
َ َ َ َ
َ‫ول ه‬
‫ فَ َم ْن‬: ‫ال‬
َ َ‫هص َارى ق‬
َ ‫ود َوالن‬َ ‫اّلِل آلْيَه‬ َ ‫ج ْح َر‬
َ ‫ ق لْنَا َي َرس‬, ‫ضب َلَتهبَ ْعتموه ْم‬
“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian
sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika
orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit
sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para
sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah
Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR.
Muslim no. 2669).
Salah satu contohnya ialah krisis yang menimpa kekhilafahan
Utsmani pada tahun 1924. Riba telah merambah secara total
kehidupan ekonomi umat Islam. Imperialisme keuangan yang melekat
di dalam riba telah menjerat umat dan mewabah di dunia Islam.
Kekhilafahan Utsmani mulai meminjam uang dengan bunga dari
berbagai bank di Eropa dan Inggris. Saat itu yang menguasaipasar uang
dan Bank Inggris adalah orang-orang Yahudi. Kekhilafahan Utsmani
yang telah tercengkeram hutang riba dan tak mampu melunasi
hutangnya saat jatuh tempo pun ditekan oleh Bankir Yahudi untuk
meninggalkan aspek Islam, seperti menghapus Jizyah (pemungutan
harta dari warga kafir dzimmi)22.

c. Tamak pada uang


Dalam ekonomi Islam, uang adalah alat tukar sehingga
fungsinya untuk mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan. Sedangkan
dalam ekonomi konvensional, uang adalah alat komoditas. Maka
seseorang akan semakin terpacu untuk menggandakan uangnya. Jika
telah memiliki satu gunung emas, ia akan mencari gunung emas

22
Frassminggi Kamasa, The Age of Deception : Riba dalam Globalisasi Ekonomi, Politik
Global dan Indonesia, (Jakarta: Gema Insani, 2012), hal. 46-47

16
lainnya meskipun harus menggunakan cara cara kotor.

d. Terjerumus dalam praktik-praktik maksiat dan kesyirikan

Bagi kaum muslimin yang masih lemah menggenggam prinsip


agamanya, ketika terdampak negatif pada globalisasi ekonomi,
dikhawatirkan terjerumus dalam praktik-praktik maksiat seperti
mencuri, pencucian uang dan kesyirikan seperti meminta pada dukun.
Maka menjadi tugas da’i untuk mengokohkan nilai Islam dan aqidah
kaum muslimin agar tidak terjerumus pada hal tersebut.

2. Di Sektor Politik

a. Merebaknya Praktik Suap


Fenomena Praktik Suap atau kerap disebut “serangan fajar”23 ini
ternyata tak pernah lekang hingga sekarang, bahkan bermetamorfosis
dengan warna dan bentuk yang beraneka rupa. Bagi-bagi uang, barang,
sembako, dan lain-lain menjelang hari pemilu (pencoblosan) biasanya
menjadi gaya politisi 'nakal'. Di tahun 2019 lalu ditemukan 7 kasus
politik uang di sejulah daerah jelang pemilu dengan angka yang sangat
fantastis24.

Salah satu kejahatan politik dan penyimpangan hukum yang


menodai citra pesta demokrasi adalah politik uang (money politics).
Meskipun sudah ada sangsi pidana dan dimasukan dalam perbuatan dosa
atau haram. Namun tak dipungkiri, ryswah atau suap tetap tak bisa
dihindarkan demi kekuasaan dan kepentingan25.

23
Risywah atau perbuatan suap, mengutip Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 23 Tahun 2000
disebutkan sebagai "pemberian yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain (pejabat) dengan maksud
meluluskan suatu perbuatan yang batil (tidak benar menurut syariat) atau membatilkan perbuatan yang
hak". Fatwa MUI tersebut dulunya merespon atas maraknya praktek kotor politik praktis saat pemilu terjadi
yang biasa disebut dengan istilah "serangan fajar".
24
7 Kasus Politik Uang Jelang Pemilu, Uang Rp. 1 Miliar di Mobil hingga Rp. 500 Juta di Lobi
Hotel (https://regional.kompas.com/read/2019/04/16/22190461/7-kasus-politik-uang-jelang-pemilu-uang-
rp-1-miliar-di-mobil-hingga-rp-500?page=all)
25
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mujiono Hafidh Prasetyo, menggunakan Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dilengkapi dengan pendekatan analisis,

17
Praktik suap demi suara atau politik uang ini juga tak hanya
terjadi pada sistem perpolitikan pemilu kita. Tetapi secara fakta, suap
atau ryswah sudah masuk dalam sendi-sendi birokrasi pemerintahan.
Terbukti kasus korupsi yang ditangani oleh aparat penegak hukum
khususnya KPK yang kian hari kian kronis. Dibentuknya Satgas Saber
Pungli pun disebabkan karena pelayanan publik di republik ini masih
dinodai dengan praktek suap, pungli, dan biaya tutup mata.

Selain suap dalam politik, ryswah ini juga sudah mendarah


daging dalam persoalan pelayanan publik. Setiap tahun ada saja keluhan
masyarakat yang masuk untuk melaporkan praktik suap dengan nama
pungli. Banyak yang merasa diperlakukan tak manusiawi karena
perilaku ini. Diskriminatif dan sengaja tidak dilayani apabila tidak
'memberi' kepada petugas26.

Menurut Kepala Keasistenan PVL Ombudsman RI Kalsel,


Muhammad Firhansyah, substansi yang disebut maladministrasi dalam
aspek permintaan uang, imbalan dan jasa ini selalu masuk 7 besar dalam
kategori maladministrasi di Ombudsman. Menurut data sistem
manajemen penyelesaian laporan Ombudsman27 jumlah laporan masuk
terkait permintaan imbalan, barang, dan jasa mulai tahun 2016 sebanyak
587 laporan, 2017 sebanyak 617 laporan, 2018 sebanyak 233 laporan
dan 2019 sebanyak 236 laporan.

konseptual, dan komparatif dengan mengutamakan data sekunder dengan analisis secara kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan penyebab praktik politik uang yang dilakukan oleh elit politik dengan tujuan
membeli suara masyarakat, antara lain: uang menjadi akar problematika dan kerusakan bangunan
pemerintahan dan demokrasi, dan kekuatan praktik suap-menyuap, sudah memasuki pori-pori atau jaringan
terdalam kehidupan masyarakat terbukti, baik untuk memperjuangkan dan menuai nilai-nilai kebaikan,
keadilan, dan harkat kemanusiaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis yuridis praktik politik uang
yang dilakukan oleh elit politik dengan tujuan membeli suara masyarakat dan bentuk perilaku politikus
merusak bangunan pemerintahan. (Mujiono Hafidh Prasetyo Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro,
Semarang, Kejahatan Politik Uang (Money Politics) Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Terhadap
Konstruksi Pemerintahan, Administrative Law & Governance Journal. Volume 3 Issue 3, September 2020)
26
Partisipasi Masyarakat Tinggi, Dari 262 Kasus Politik Uang 197 Laporan Masyarakat
(https://www.bawaslu.go.id/id/berita/partisipasi-masyarakat-tinggi-dari-262-kasus-politik-uang-197-
laporan-masyarakat)
27
https://simpel-v1.ombudsman.go.id/informasistatistik

18
Risywah dalam segmen pungli di republik ini ternyata lebih
ganas daripada Covid-19 sebab ia tak hanya merugikan individu saja,
tetapi membuat rusak sistem keuangan, pemerintahan bahkan
menghilangkan karakter luhur dan jati diri bangsa. Selain itu ia juga
mengundang sistem korupsi dan perbuatan kriminal.

Dalam pandangan Agama Islam yakni Al Quran dan


Hadits Allah juga melarang hambanya untuk memakan harta suap atau
risywah, sebab sama saja memakan harta orang lain dengan batil. Dalam
agama terdapat beberapa ancaman bagi orang-orang yang melakukan
tindakan suap, bahkan Rasulullah mengancam dengan ancaman laknat
bagi para praktisi suap dan masuk klasifikasi dosa besar. Allah pun akan
menghinakan orang yang melakukan praktek suap atau ryswah28.

b. Menghalalkan cara yang haram

Sebagian yang lain ingin menegakkan agama dan membela


kehormatan kaum Muslimin tetapi mereka menempuh cara-cara yang
sangat buruk dengan melancarkan aksi teror, membunuh, mencuri serta
bom bunuh diri.

Dalam urusan dunia, ada yang ingin menggenggam jabatan dan


kedudukan, Namun dengan melegalkan suap, bohong dan tindak
kedzaliman. Kekayaan dan harta melimpah termasuk diantara yang
menyilaukan banyak orang sehingga segala cara untuk meraihnya
ditempuh, tanpa peduli halal dan haram29.

3. Di Sektor Budaya

a. Mengikuti budaya negatif barat


Di zaman yang semakin maju teknologi juga ikut berkembang
pesat. Pengaruh budaya-budaya asing sangat cepat masuk ke Indonesia.

28
https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--risywah-suap-dalam-politik-dan-pelayanan-publik-
29
https://almanhaj.or.id/

19
Karena kemajuan teknologi adalah faktor utama yang menyebabkan
cepatnya budaya-budaya asing masuk ke Indonesia. Remaja sekarang
sangat mudah mengakses internet, baik hal yang positif maupun negatif.
Sebab itu mereka melihat gaya hidup dan kebiasaan orang-orang barat.
Contohnya dalam hal berpenampilan banyak yang mengikuti cara dan
kebiasaan budaya-budaya barat seperti mewarna rambut, memberi warna
pada mata supaya seperti orang-orang barat.
Pengaruh budaya barat sangat merugikan dan meresahkan,
karena dapat merusak moral anak bangsa. Budaya barat juga
berpengaruh besar terhadap akidah Islam seperti dalam hal beretika dan
berperilaku kurang sopan. Remaja di Indonesia sekarang banyak yang
melanggar dan tidak mempunyai aturan mengenai kesopanan
Mereka lebih mengenal artis-artis barat, korea dan sebagainya,
daripada para nabi, sahabat nabi dan tokoh-tokoh Islam. Sangat
disayangkan dan sangat merugikan jika lebih mengenal dunia dari pada
agamanya sendiri.
Di dalam segi berbusana, pengaruh Barat sangat merusak moral
anak bangsa. Yakni dengan cara berbusana yang sangat melanggar
syariat Islam seperti memakai pakaian rok mini, you can see, berjilbab
tapi dengan baju yang ketat, berbusana tapi telanjang, dan semua ini
terlahir dari budaya Barat.
Istilah "budaya Barat" digunakan sangat luas untuk merujuk pada
warisan norma-norma sosial, nilai-nilai etika, adat istiadat, keyakinan
agama, sistem politik, artefak budaya khusus, serta teknologi.
Pengaruh interaksi dengan budaya Barat mewarnai kehidupan
masyarakat Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat
di negara ini, ditambah dengan masalah persediaan bahan pangan, bahan
energi, dan bahan industri strategis yang kian langka, serta kesenjangan
penguasaan teknologi semakin lebar berisiko pada pergeseran perbedaan
dan kepentingan di masyarakat30.

30
https://muslim.or.id/471-budaya-mengekor-yang-mengakar.html

20
Lebih dari itu, kehadiran budaya Barat seakan mendominasi dan
selalu menjadi trend-centre masyarakat. Kebiasaan dan pola hidup orang
barat seakan menjadi cermin moderen. Hal ini jelas mengikis perilaku
dan tindakan seseorang31.

b. Terjerumus pada tradisi kesyirikan


Ritual mempersembahkan tumbal atau sesajen kepada makhuk
halus/jin yang dianggap sebagai penunggu atau penguasa tempat
keramat tertentu adalah kebiasaan syirik (menyekutukan
Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan makhluk) yang sudah berlangsung
turun-temurun di masyarakat kita. Mereka meyakini makhluk halus
tersebut punya kemampuan untuk memberikan kebaikan atau
menimpakan malapetaka kepada siapa saja, sehingga dengan
mempersembahkan tumbal atau sesajen tersebut mereka berharap dapat
meredam kemarahan makhluk halus itu dan agar segala permohonan
mereka dipenuhinya.
Kebiasan ini sudah ada sejak zaman Jahiliyah sebelum
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi
wa sallam untuk menegakkan tauhid (peribadatan/penghambaan diri
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata) dan memerangi syirik
dalam segala bentuknya32. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫اْلَ َن فَ َزادوه ْم َرَه اقا‬


ْ ‫س يَعوذو َن بَ َر َجال َم َن‬ َْ ‫ال َمن‬
َ ْ‫اْلن‬ َ ٌ ‫َوأَنهه َكا َن َر َج‬
“Dan bahwasannya ada beberapa orang dari (kalangan) manusia
meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari (kalangan) jin,
maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (Qs. al-
Jin: 6).
Artinya, orang-orang di zaman Jahiliyah meminta perlindungan
kepada para jin dengan mempersembahkan ibadah dan penghambaan

31
http://www.anneahira.com/pengaruh-budaya-barat-901.htm
32
https://muslim.or.id/4952-tumbal-dan-sesajen-tradisi-syirik-warisan-jahiliyah.html

21
diri kepada para jin tersebut, seperti menyembelih hewan kurban
(sebagai tumbal), bernadzar, meminta pertolongan dan lain-lain33.
Saat ini bahkan sebagian kaum muslimin telah terang-terangan
mendukung dan melakukan kebiasaan-kebiasaan kafir seperti
merayakan hari natal, valentine dan sebagainya dengan dalih toleransi.
Tak hanya mendukung dan merayakan, mereka bahkan mengkritik
muslim yang mengkritiknya.
Budaya syirik ini bisa masuk melalui akulturasi budaya dan
asimilasi budaya. Pencampuran budaya terjadi karena banyak hal,
seperti globalisasi, teknologi, ketertarikan manusia terhadap budaya
lain, dan sebagainya. Selain itu, pencampuran budaya tergolong sangat
cepat sehingga setiap anggota masyarakat harus siap dan mampu untuk
beradaptasi dengan atau menyesuaikan dengan pencampuran budaya.
Pencampuran budaya pada suatu daerah bisa menjadi hal yang
positif atau bisa menjadi hal yang negatif. Oleh karena itu, setiap
anggota masyarakat harus bijak dalam menyikapi pencampuran budaya.
Anggota masyarakat yang bijak dalam menyikapi pencampuran
budaya, maka bisa menjadi hal yang positif.
Contoh akulturasi budaya seperti desain masjid Menara kudus,
Masjid ini merupakan hasil proses akulturasi kebudayaan islam dengan
memadukan dengan budaya hindu melalui desain arsitektur
bangunannya. Namun begitu, masjid menara kudus ini berfungsi
sebagaimana mestinya sebagai tempat ibadah umat islam.
Sementara contoh asimilasi budaya seperti gaya berpakaian tren
budaya lain yang menyebar ke dalam negeri, menyebabkan gaya
berpakaian penduduk pribumi berganti .
Namun pencampuran budaya dapat bersifat negatif jika
melahirkan kebudayaan yang berbau syirik dan bid’ah. Alih-alih ingin
melestarikan suatu ibadah yang dinilai sakral, malah mengorbankan
nilai-nilai syariat yang “mahal”. Contohnya ialah seperti memberi

33
Lihat kitab Tafsir Ibnu Katsir (4/550)

22
makan laut/ sesajen, atau mengubur dan memberikan semacam
penerangan pada ari-ari bayi yang ternyata merupakan akulturasi
budaya hindu pada islam di tanah air.
c. Kreatifitas tokoh agama/ da’i membuat ritual menyimpang
Kreatifitas yang melampaui batas suatu tokoh agama dalam
beribadah dengan membuat ritual-ritual baru yang tidak diajarkan nabi,
justru dapat merusak kemurnian syariat Islam. Padahal Islam telah
memudahkan umatnya dalam beribadah, namun terkadang umatnya
sendirilah yang mempersulitnya. Masih banyak amalan wajib dan
sunnah yang belu dilaksanakan, sudah membuat ibadah sendiri yang
mempersulit. Bahkan jika amalan tersebut dipandang baik menurut
persepsi manusia, tetap tidak boleh membuat ibadah tertentu tanpa
adanya dalil. Sebab ibadah adalah hak Allah, maka regulasinya Allah
yang menentukan. Dalam kaidah fikih disebutkan,

‫اْلصل ف العبادات التحري‬


“Hukum asal ibadah adalah haram (sampai adanya dalil).”

Syaikh Sa’ad bin Nashir Asy Syatsri berkata, “(Dengan kaedah


di atas) tidak boleh seseorang beribadah kepada Allah dengan suatu
ibadah kecuali jika ada dalil dari syari’at yang menunjukkan ibadah
tersebut diperintahkan. Sehingga tidak boleh bagi kita membuat-buat
suatu ibadah baru dengan maksud beribadah pada Allah dengannya.
Bisa jadi ibadah yang direka-reka itu murni baru atau sudah ada tetapi
dibuatlah tata cara yang baru yang tidak dituntunkan dalam Islam, atau
bisa jadi ibadah tersebut dikhususkan pada waktu dan tempat tertentu.
Ini semua tidak dituntunkan dan diharamkan.”34

34
Syarh Al Manzhumah As Sa’diyah fil Qowa’idil Fiqhiyyah, hal. 90

23
Ibnu Hajar Al Asqalani35 juga menyebutkan kaidah ini dalam
Fathul Bari (5: 43),

‫َص َل َف اَلْعَبَ َادةَ اَلت َهوقُّف‬


ْ ‫اَْْل‬

“Hukum asal ibadah adalah tawaqquf (diam sampai datang dalil).”

D. Solusi mengatasi problematika umat Islam


1. Mengembalikan umat pada tauhid
Solusi utamanya adalah mengembalikan umat kepada tauhid untuk
menunaikan hak Allah, kemudian mengembalikan umat Islam ke majelis-
majelis ilmu dan masjid-masjid Allah untuk mempelajari agama dan memupuk
iman mereka. Segala problematika yang terjadi di sektor ekonomi, politik dan
budaya dapat diatasi bermula pada pembenahan tauhid umat Islam. Sejarah
telah membuktikan bahwa Islam berjaya dengan kekuatan Tauhid.
Belum pernah tercatat dalam sejarah dunia, dalam waktu 30 tahun masa
pemerintahan khulafa rasyidin, Islam menguasai hampir sepertiga dunia.
Padahal saat itu sedang ada dua negara adidaya yang berkuasa yaitu Romawi
dan Persia, sedangkan Islam yang berasal dari tanah Arab tidak diperhitungkan
karena miskin, kering dan terbelakang. Ternyata dengan kekuatan tauhid dan
aqidah Islam –atas izin Allah- Islam mampu menunjukkan kejayaannya.
Sebaliknya, jika kita melihat sejarah bagaimana kaum muslimin yang
mulai menjauh dari agama mereka. Mereka dikuasai oleh musuh sebagaimana
sejarah jatuhnya kota Bagdad dan Andulusia. Padahal saat itu kaum muslimin
sedang berada dipuncak kejayaan dunia, dari segi kekayaan, ekonomi dan
politik.

35
Ibnu Hajar al-'Asqalani (773 H/1372 M – 852 H/1449 M) adalah seorang ahli hadits dari mazhab
Syafi'i yang terkemuka. Nama lengkapnya adalah Syihabuddin Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad
bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar, tetapi lebih dikenal sebagai Ibnu Hajar al-
Asqalani dikarenakan kemasyhuran nenek moyangnya yang berasal dari Ashkelon, Palestina. Salah satu
karyanya yang terkenal adalah kitab Fathul Bari (Kemenangan Sang Pencipta), yang merupakan penjelasan
dari kitab shahih milik Imam Bukhari dan disepakati sebagai kitab penjelasan Shahih Bukhari yang paling
detail yang pernah dibuat. (https://id.wikipedia.org/)

24
Para politisi tidak akan membuat kebijakan yang zalim, memakan harta
yang bukan haknya dan menghalalkan yang haram jika memiliki tauhid yang
kuat. Para ekonom dan pelaku ekonomi tidak akan bertransaksi dengan cara
yang haram jika memiliki tauhid yang kuat. Para budayawan dan masyarakat
tidak akan membuat budaya yang menyimpang dari ajaran Islam jika memiliki
tauhid yang kuat
Allah menjanjikan kepada kita, jika kita beriman dan beramal shalih
dengan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatupun (tidak berbuat
syirik), Allah akan menjadikan kita berkuasa di muka bumi.
Allah ta’ala berfirman,

‫ف‬َ َ‫استَ ْخل‬ ْ ‫ض َك َما‬ َ ‫ات لَيَ ْستَ ْخلَ َفنهه ْم َف ْاْل َْر‬ َ ‫اّلِل اله َذين آمنوا َمنْكم وع َملوا ال ه‬
َ ‫اِل‬
َ ‫ص‬ ََ ْ َ َ ‫َو َع َد ه‬
‫ضى ََل ْم َولَي بَ َدلَنهه ْم َم ْن بَ ْع َد َخ ْوفَ َه ْم أ َْمنا‬ َ َ َ
َ َ‫ين َم ْن قَ ْبل َه ْم َولَي َمكَنَ هن ََل ْم دينَهم الهذي ْارت‬
َ
َ ‫الهذ‬
َ ‫ك هم الْ َف‬ َ
‫اسقو َن‬ َ َ‫ك فَأولَئ‬ َ ‫يَ ْعبدونََن َل ي ْش َركو َن َب َشْيئ ا َوَم ْن َك َفَر بَ ْع َد ذَل‬
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu
dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia
akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka,
dan Dia benar-benar akan merubah (keadaan) mereka setelah mereka berada
dalam ketakutan menjadi aman sentosa, mereka senantiasa menyembah-Ku
(samata-mata) dan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang
yang fasik” (QS An Nuur: 55).
Rasa takut muncul karena tidak ada tauhid dan aqidah yang benar yang
ujungnya adalah menimbulkan rasa cinta dunia dan takut akan kematian. Inilah
yang disebutkan dalam hadits dengan “penyakit wahn”. Kemudian musuh-
musuh Islam memanfaatkan penyakit ini dan mereka bersatu-padu serta

25
berlomba-lomba memerangi kaum muslimin. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

:‫ال قَائَ ٌل‬َ ‫ فَ َق‬.‫ص َعتَ َها‬


ْ َ‫اعى اْلَ َكلَة إَ َل ق‬ َ ‫اعى َعلَْيك ْم َك َما تَ َد‬ َ ‫يوشك اْل َمم أَ ْن تَ َد‬
َ
.‫ «بَ ْل أَنْت ْم يَ ْوَمئَذ َكثَيٌ َولَكَنهك ْم غثَاءٌ َكغثَ َاء ال هسْي َل‬:‫ال‬ َ َ‫َوَم ْن قَلهة ََْنن يَ ْوَمئَذ؟ ق‬
.‫اّلِل َف ق لوبَكم الْ َوَه َن‬ ‫اّلِل َم ْن صدوَر َعد َوكم الْ َم َهابَةَ َمْنك ْم َولَيَ ْق َذفَ هن ه‬ ‫َولَيَ ْن َز َع هن ه‬
‫ت‬َ ‫ب الدُّنْيا وَكر َاهية الْمو‬ َ َ‫اّلِلَ َوَما الْ َوَهن ق‬ َ ‫ال قَائَ ٌل َي َرس‬
ْ َ َ َ َ َ ُّ ‫ ح‬: ‫ال‬ ‫ول ه‬ َ ‫فَ َق‬
“Akan datang suatu masa di mana musuh-musuh (bersatu-padu dan)
berlomba-lomba untuk memerangi kalian. Sebagaimana berebutnya orang-
orang yang sedang menyantap makanan di atas nampan”. Salah seorang
sahabat bertanya, “Apakah karena saat itu jumlah kami sedikit?”. Beliau
menjawab, “Justru saat itu kalian banyak, namun kalian bagaikan buih di
lautan. Allah akan membuang rasa takut mereka kepada kalian, dan akan
memasukkan wahn di dalam hati kalian.
Jika kita benar-benar bertakwa kepada Allah maka konspirasi musuh
bukanlah ancaman yang berarti. Sebagaimana sabda Rasulullah

‫صَْبوا َوتَتهقوا ََل يَضُّرك ْم َكْيده ْم َشْي ئاا‬


ْ َ‫َوإَ ْن ت‬
“Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak
mendatangkan kemudharatan kepadamu.” (Qs. Ali Imran: 120)
2. Membersihkan diri dari dosa
Umat harus senantiasa muhasabah dan membersihkan diri dari dosa.
Sedangkan dosa yang paling berbahaya adalah syirik. Demikian pula kita
berusaha dengan penuh kesungguhan untuk mengembalikan umat kepada
panduan hidup mereka yaitu Al Qur’an dan sunnah Rasul. Kita habiskan
umur dan harta kita untuk menegakan bendera tauhid dan sunnah dan
menghancurkan bendera syirik dan bid’ah dengan berbagai sarana dan media
yang dapat dilakukan.

26
3. Urgensi dakwah tentang ekonomi Islam dan bahaya maysir, ghoror dan riba
Edukasi mengenai makna dan aspek-aspek fundamental ekonomi
Islam masih lemah, demikian pula tentang edukasi bahaya riba sudah
semakin urgen. Dengan terjeratnya seorang pada riba, seperti efek domino
maka akan berimplikasi pada hal-hal yang melanggar syariat seperti
mencuri, membunuh, mempercayai dukun dan sebagainya. Maka efek riba
ini selain berdampak secara sosial, namun juga berdampak jangka panjang
pada aqidah seorang muslim. Maka da’i dan lembaga- lembaga keagamaan
diharapkan dapat turut andil dan optimal dalam penyosialisasiannya, agar
masyarakat terlepas dari jerat MAGHRIB, Maysir (judi), Ghoror (tidak Jelas)
dan Riba (tambahan).

4. Melahirkan ekonom dan politisi yang berintegritas


Krisis ekonom atau pelaku ekonomi muslim serta politisi muslim
berintegritas yang mampu berbicara banyak di kancah nasional dan
internasional sehingga dapat mempengaruhi kebijakan dalam ekonomi
global. Maka perlu ekonom-ekonom yang bukan hanya pakar namun
praktisi yang mampu mengejawantahkan Ekonomi Islam dalam aktifitas
ekonomi internasional.
Saat krisis global, ekonomi Islam dipandang sebagai alternatif
bahkan sebagai solusi dari krisis ekonomi. Saat banyak lembaga keuangan
mengalami kebangkrutan, lembaga keuangan yang menerapkan sistem
syariah mampu bertahan, karena ketahanan sistem ekonomi syariah teruji
paling tahan menahan imbas krisis ekonomi. Perbankan di Malaysia,
berkembang lebih cepat karena pemerintahannya lebih komitmen untuk
membangun struktur ekonomi syariah. Bahkan ketika krisis ekonomi tahun
1998 di Indonesia, lembaga keuangan yang masih mempertahankan
ketahanan ekonomi negara adalah bank-bank syariah36.
Sejumlah eksperimen penerapan sistem perekonomian yang didasari
pada prinsip-prinsip syariat Islam telah menunjukkan banyak indikasi

36
http://finance.detik.com/

27
keberhasilan, seperti yang ditunjukkan pada perkembangan Islamic
Development Bank (IDB) yang pesat37.
Umat Islam juga memerlukan politisi yang berintegritas yang dapat
mengejawantahkan aspirasi Islam, membuat kebijakan dengan kacamata
Islam dan memberikan solusi yang maslahat bagi banyak orang. Kerap kita
temui saat ini para politisi yang tidak memperjuangkan hak umat, sehingga
justru memproduksi kebijakan dan aturan yang menzalimi umat. Politisi
yang adil akan menempatkan sesuatu pada tempatnya, ia tahu mana hak dan
kewajibannya. Para birokrat juga akan bekerja melayani umat dengan baik,
sehingga tidak akan memakan uang umat yang berimplikasi pada
kemiskinan umat dan memperkaya para pelaku politik.
5. Dukungan Pemerintah
Dalam mewujudkan pengimplementasian ekonomi Islam dalam
negeri tentu membutuhkan peran pemerintah. Agar sosialisasi dan
pengawasannya dapat sistematis, sehingga dampaknya dapat dirasakan
secara luas.
6. Islamisasi Kehidupan
Perubahan sesuai dengan pola cita Islam disebut juga Islamisasi
(proses pembentukan kebudayaan Islam diatas kebudayaan yang telah ada).
Dalam kebudayaan yang berkembang, harus kita pastikan tidak melewati
pagar-pagar syariat. Hal itu dilakukan dengan cara sosialisasi dan enkulturasi,
dengan tetap mengacu pada prinsip-prinsip yang telah digariskan oleh
alQur’an dan al-Hadis.
Namun secara umum perkembangan budaya kita kenal dilakukan
dengan dua cara yaitu invantion dan acomodation. Invantion adalah menggali
budaya dari luar sedangkan acomodation adalah menerima budaya luar,
terkait penerimaan budaya terdapat tiga cara pula yaitu:

a. Absorption (penyerapan), yaitu penyerapan budaya dan pemikiran dari


luar seperti pemikiran Yunani dan Romawi.

37
Siti Zulaikha, Pengaruh Globalisasi ekonomi Terhadap Hukum Ekonomi Islam di Indonesia,
(Lampung: STAIN Jurai Siwo Metro), Jurnal

28
b. Modification (modifikasi), yaitu penyesuaian budaya luar sehingga
diterima oleh Islam, contoh pembuatan masjid dengan kubah, menara dan
undakan

c. Elimination (penyaringan), yaitu penyaringan budaya antara diterima atau


dikeluarkan apabila bertentangan dengan Islam

Namun hal yang disepakati oleh para ahli terkait kebudayaan Islam
(Muslim) yaitu bahwa berkembangnya kebudayaan menurut Islam bukanlah
value free (bebas nilai), tetapi justru value bound (terikat nilai). Keterikatan
terhadap nilai tersebut bukan hanya terbatas pada wilayah nilai insani, tetapi
menembus pada nilai Ilahi sebagai pusat nilai, yakni keimanan kepada Allah
SWT, dan iman mewarnai semua aspek kehidupan atau memengaruhi nilai-
nilai Islam38.

Berdasarkan uraian tentang Islam dan Kebudayaan, maka dapat


disimpulkan Pertama, Agama (Islam) bersumberkan wahyu dan memiliki
norma-norma sendiri. Karena bersifat normatif, maka cenderung menjadi
permanen. Sedangkan budaya adalah buatan manusia. Oleh sebab itu ia
berkembang sesuai dengan perkembangan. zaman dan cenderung untuk
selalu berubah. Sehingga budaya Islam adalah budaya yang berdasar pada
nilai-nilai Islam yaitu al-Qur’an dan Hadis. Kedua, dalam perkembangannya,
Kebudayaan Islam banyak dipengaruhi oleh kebudayaan lokal disekitar
semenanjung Arab yang telah lebih dulu berkembang, sehingga budaya Islam
sendiri banyak beralkulturasi dengan budaya-budaya lokal tersebut. Namun
perkembangan kebudayaan menurut Islam bukanlah value free (bebas nilai),
tetapi justru value bound (terikat nilai).39

7. Menanamkan sifat qana’ah pada umat

38
Muhaimin, [et al]., 2005, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Cet. I; Jakarta: Kencana. hal. 341
39
Jurnal Al- Ulum Volume. 12, Nomor 1, Juni 2012, ISLAM DAN KEBUDAYAAN Fitriyani
Institut Agama Islam Negeri Ambon

29
Salah satu amalan hati yang patut dimiliki seorang muslim adalah
sifat qana’ah yang berarti ridha (rela) terhadap segala bentuk pemberian
Allah yang telah ditetapkan, tidak dihinggapi ketidakpuasan, tidak pula
perasaan kurang atas apa yang telah diberikan. Allah tidak melarang umatnya
untuk kaya, bahkan beberapa sahabat kaya dan banyak memberikan
kontribusi pada dakwah. Selain itu, banyak amal ibadah yang dapat
dilakukan dengan harta. Segala rezeki telah diatur dan ditetapkan oleh Allah,
sehingga hasil yang akan diperoleh sebagai ‘imbal jasa’ dari usaha yang
dicurahkan tidak akan melebihi apa yang telah ditakdirkan oleh Allah kepada
hamba-Nya. Dia-lah yang menetapkan siapa saja di antara hamba-Nya yang
memiliki kelapangan rezeki, dan siapa diantara mereka yang memiliki
kondisi sebaliknya. Allah ta’ala berfirman,

َ ‫ك ي بسط ال َرْز َق لَمن ي َشاء وي ْق َدر إَنهه َكا َن بَعَب َادهَ خبَيا ب‬
‫ص ايا‬ َ‫َ َ ا‬ ََ َ ْ َ َْ َ ‫إَ هن َربه‬

“Sesungguhnya Rabb-mu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia


kehendaki dan menyempitkannya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi
Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya” (QS al-Israa : 30).

30
BAB III

KESIMPULAN

Problematika umat Islam akan terus berkembang seiring berkembangnya


zaman, namun Allah telah membekali umat Islam dengan syariat yang sempurna dan
menyeluruh. Maka wajib bagi kaum muslimin untuk berpegang pada prinsip-prinsip
yang telah digariskan oleh syariat dan menguatkan tauhid. Tidak menelan mentah-
mentah segala budaya yang masuk, berlaku ekonomi dan politik sesuai yang diajarkan
Nabi Muhammad. Maka diperlukan keilmuan yang kuat oleh seorang muslim sebagai
filter dalam beragama.

Selain itu menjadi tugas dai dan kaum muslimin secara umum untuk
mengedukasi umat terhadap segala penyimpangan yang terjadi di tengah masyarakat,
diharapkan para dai ekonom dan politisi juga dapat menjadi solusi bagi segala
permasalahn yang terjadi, bukan justru menambah masalah baru dan menciptakan
huru-hara di tengah umat. Dalam menjawab problematika ini, umat juga harus bersatu
dan lebih banyak mencari persamaan daripada perbedaan.

31
DAFTAR PUSTAKA

An-Nabiry, Fathul Bahri, Meniti Jalan Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2008)

Dimyathi, Harish, Khulashoh Tariikh Al-Khulafaa’ Al-Rasyidiin, (Attarmasi Press)


Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
2000)
Farid, Ahmad, Tazkiyatun Nafs, Penyucian Jiwa dalam Islam, (Ummul Quro : Jakarta,
2013)
Fitriyani, Islam dan Kebudayaan, (Institut Agama Islam Negeri Ambon: Ambon, 2012,
Jurnal Al- Ulum Volume. 12
Ibn Al-Raghib Al-ashfahaniy, Abu Al-Qasim Muhammad, Al-Mufradat fiy Gharib Al-
Qur’an, (Beirut, Dar Al-Ma‟rifah)
Ibn Zakariya, Abu Al-Husain Ahmad ibn Faris, Mu‟jam Al-Maqâyîs Al-Lughah, (Cet ke-
1, Beirut : Dâr Al-Fikr, 1994)
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, (Pustaka Imam Syafi'i: Jakarta)
Ilaihi, Wahyu, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010)
Kamasa, Frassminggi, The Age of Deception : Riba dalam Globalisasi Ekonomi,
Politik Global dan Indonesia, (Jakarta: Gema Insani, 2012)
Muhaimin, [et al], Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Kencana: Jakarta, 2005.
Natsir, Mohammad, Fungsi Dakwah Perjuangan, (Yogyakarta: Sipres, 1996)
Omar, Toha Yahya, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1979)
Prasetyo, Mujiono Hafidh, Kejahatan Politik Uang (Money Politics) Dalam Pemilihan
Umum Kepala Daerah Terhadap Konstruksi Pemerintahan, (Fakultas Hukum,
Universitas Diponegoro: Semarang, 2020), Administrative Law & Governance
Journal. Volume 3
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005)

Rakhmawati, Istina, AT-TABSYIR: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Paradigma


Dakwah Upaya Merespon Problematika Umat Islam di Era Modern, Vol. 3,
No. 2 Desember 2015
Suprijanto, Agus, Dampak Globalisasi ekonomi Terhadap Perekonomian Indonesia,
(Semarang: Universitas PGRI Semarang, 2011), Jurnal Ilmiah CIVIS Vol. 1

32
Syaltout, Mahmud, Al-Islam Aqidah Wa Syar‟iah, (Mesir: Dar al Qolam, 1996)
Syarh Al Manzhumah As Sa’diyah fil Qowa’idil Fiqhiyyah
Zulaikha, Siti, Pengaruh Globalisasi ekonomi Terhadap Hukum Ekonomi Islam di
Indonesia, (Lampung: STAIN Jurai Siwo Metro), Jurnal
http://finance.detik.com/
http://www.anneahira.com/
http://www.dakta.com/
https://almanhaj.or.id/
https://id.wikipedia.org/
https://id.wikipedia.org/

https://muslim.or.id/
https://ombudsman.go.id/
https://regional.kompas.com

33

Anda mungkin juga menyukai