Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HAKIKAT DAN DASAR-DASAR


SUMBER ILMU DAKWAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur dalam Mata Kuliah
Dasar-dasar Ilmu
Dakwah

Dosen :
Dr. Witrin Noor Justiatini, M.Pd.

Disusun oleh :
Irwan Bagus Setiawan
Mohammad Akmaludin
Dicky

BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM ( BPI


) SEKOLAH TINGGI ILMU DAKWAH
SIRNARASA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkann kepada Allah SWT yang mana atas
berkatrahmat dan pertolongan-Nya lah saya dapat menyelesaikan
makalah ini. Terimakasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang
turut adil dalam terselesaikannya makalah ini. Makalah ini saya buat
dalam rangka untuk
memperdalam pengetahuan dan pemahaman mengenai Dasar-dasar Ilmu
Dakwah dengan harapan agar para mahasiswa bisa lebihmemperdalam
pengetahuan tentang Dasar-dasar Ilmu Dakwah. Makalah ini juga di
buatuntuk memenuhi tugas matakuliah Dasar-dasar Ilmu Dakwah.
Dengan segala keterbatasan yang ada penulis telah berusaha dengan
segaladaya dan upaya guna menyelesaikan makalah ini .Penulis
menyadari bahwasannya makalah ini jauh dari kata sempurna .Oleh kare
na itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pada pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Atas kritik dan
sarannya saya ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya.

Sirnarasa, 5 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3
A. HAKIKAT ILMU DAKWAH...................................................................3
1. PENGERTIAN METODE DAKWAH..............................................4
2. BENTUK-BENTUK METODE DAKWAH.....................................5
BAB III PENUTUP...........................................................................................6
A. KESIMPULAN...........................................................................................6
DAFTAR BACAAN..........................................................................................7

ii
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN
Secara hakikat dakwah Islamiyah merupakan aktualisasi iman yang dimanifestasikan

dalam kegiatan manusia beriman dalam masyarakat melalui cara tertentu, demi

terwujudnya ajaran Islam dalam segala segi kehidupan, kegiatan tersebut sering

disampaikan secara individu ataupun kelompok melalui berbagai metode dan sarana yang

bertujuan memberi perubahan dalam kehidupan (Jumontoro, 2001). Dalam proses dakwah

banyak metode yang digunakan, namun metode tersebut haruslah sesuai dengan kondisi

masyarakat yang dihadapi. Dakwah merupakan suatu aktifitas yang mulia, menjadi

kewajiban bagi setiap muslim, bertujuan untuk memberikan informasi tentang Islam dan

mengajak orang lain agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang mencerminkan

nilai-nilai Islam. (Salmah, 2004) Seorang da’i dalam usahanya untuk menyebarkan dan

merealisasikan ajaran Islam di tengah-tengah kehidupan manusia, dia akan menghadapi

masyarakat yang heterogen. Karena itu metode dakwah dalam proses dakwahnya pun

harus sesuai dengan kadar pengetahuan masyarakat masing-masing. Adalah kenyataan

bahwa dalam masyarakat terdapat beberapa golongan yang harus dihadapi oleh da’i

dengan cara atau metode yang berbeda.

B. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini ,yaitu :

1. Apakah metode dakwah yang digunakan oleh Ustadz Darmansyah kepada siswa di
Institut Pengajian Islam dan Dakwah Sabah?

2. Apakah pandangan mahasiswa di Institut Pengajian Islam dan Dakwah Sabah terhadap
penyampaian dakwah Ustaz Darmansyah?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pandangan mahasiswa Institut Pengajian Islam dan Dakwah Sabah

terhadap penyampaian dakwah Ustadz Darmansyah.

2. Untuk mengetahui sejauh mana penerimaan mahasiswa Institut Pengajian Islam dan

Dakwah Sabah terhadap pesan dakwah Ustadz Darmansyah.

2
BAB 2 PEMBAHASAN

A. Hakikat Dakwah Islam

Berbicara tentang hakikat adalah berbicara sesuatu secara mendasar. Seorang penyanyi
dangdut yang dengan lenggak-lenggok erotis di atas panggung menyanyikan lagu ajakan
berbakti kepada tuhan, adakag ia seorang da’i? jawabannya jelas, yaitu bahwa penyanyi itu
membawakan lirik-lirik dakwah, tetapi pada hakikatnya ia tidak sedang berdakwah. Dakwah
bukan hanya bunyi kata-kata, tetapi ajakan psikologis yang bersumber dari jiwa da’i.Gebyar-
gebyar aktifitas dakwah banyak kita jumpai, tetapi hakikatnya, itu belum tentu suatu dakwah,
sebaliknya boleh jadi justru kontra dakwah. Lalu dakwah itu apa? Hakikat dakwah bisa dilihat
dari sang da’i, bisa juga dari makna yang dipersepsi oleh masyarakat yang menerima dakwah.

Ismail R. al-Faruqi dan istrinya Lois Lamya membagi hakikat dakwah Islam pada tiga
term: kebebasan, rasionalitas dan universalisme. Ketiganya saling berkaitan dan melengkapi.
Kebahagiaan, ketenangan itulah cita-cita setiap orang.Manusia berusaha untuk
menggapainya.Kadang mereka harus berebut kursi, bahkan banyak menghalalkan yang nyata
haram.Mereka mengira ketika mencapai tujuan, itulah kebahagiaan.Mungkin benar itu bahagia,
tapi sesaat. Saya pernah dengar ungkapan: “bahagianya manusia adalah ketika ia menggapai apa
yang diinginkannya.” Di sinilah manusia harus memiliki gapaian yang positif, di mana agama
memberikan bimbingan spiritual yang transendental.
Kebebasan sangat dijamin dalam agama Islam, termasuk kebebasan meyakini agama.
Objek dakwah harus merasa bebas sama sekali dari ancaman, harus benar-benar yakin bahwa
kebenaran ini hasil penilaiannya sendiri. Termaktub dalam al-Quran:
“Tak ada paksaan dalam agama. Kebenaran sudah nyata; Barang siapa menghendaki,
biarlah dia beriman; dan barang siapa tidak menghendaki, biarlah dia kafir…barang
siapa menerima dakwah, maka yang beruntung adalah dirinya sendiri; barang siapa
menolaknya, maka yang celaka adalah dirinya sendiri, (QS. 2:256, 18:29, 39:41)

3
1. Pengertian Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos”
(jalan, cara). Dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang
harus dilalui untuk mencapai satu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode
berasal dari bahasa Jerman methodica, artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani
metode berasal dari kata methodos artinyajalan yang dalam bahasa Arab disebut thariq.
Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu
maksud.4
Sedangkan arti dakwah menurut pandangan beberapa pakar atau ilmuwan adalah
sebagai berikut:
1. Ali Mahfudz dalam kitabnya “Hidayatul Mursyidin” menulis sebagai berikut:

.
• Terjemahnya: “Mendorong (memotivasi) ummat manusia melakukan
kebaikan dan mengikuti petunjuk serta memerintah berbuat makruf dan
mencegah dari perbuatan mungkar agar mereka memperoleh kebahagiaan
dunia akhirat.

2. Hamzah Ya’kub dalam bukunya “Publisistik Islam” menulis “Adapun definisi dakwah
dalam Islam mengajak manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk
Allah dan RasulNya.”
3. Al-Khulii dalam kitabnya “Tadzkiratud Duaat” menulis juga bahwa dakwah itu adalah
“memindahkan umat dari suatu situasi ke situasi yang lain.”
Dari pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa, metode dakwah adalah cara-
cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’I (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai
suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. Hal ini mengadung arti bahwa pendekatan
dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan penghargaan
yang mulia atas diri manusia.

4
2. Bentuk-bentuk Metode Dakwah

1) Al – Hikmah ( )
Kata al-Hikmah mempunyai banyak pengertian. Pengertian yang dikemukakan
oleh para ahli bahasa maupun pakar al-Quran, tidak hanya mencakup pemaknaan
mashadaq (ektensi)-nya. Akan tetapi juga pemaknaan dalam mafhum (konsep)-nya,
sehingga pemaknaannya menjadi lebih luas dan bervariasi. Dalam beberapa kamus, kata
al-hikmah diartikan; al-‘adl (keadilan), al-hilm (kesabaran dan ketabahan), an-
nubuwwah (kenabian), al-ilm (ilmu pengetahuan), al-Quran, falsafat, kebijakan,
pemikiran atau pendapat yang baik, al-haqq (kebenaran), meletakkan sesuatu pada
tempatnya, kebenaran sesuatu, mengetahui sesuatu yang paling utama dengan ilmuyang
paling utama.
Kata “hikmah” dalam Al-Quran disebutkan sebanyak 20 kali baik dalam nakiroh
maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah ”hukman” yang diartikan secara makna
aslinya adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan hukum berarti mencegah dari
kedzaliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari hal-hal
yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah. Menurut al-Asma’I asal mula
didirikannya hukumah (pemerintahan) ialah untuk mencegah manusia dari perbuatan
zalim. Al-Hikmah juga berarti tali kekang pada binatang, seperti istilah hikmatul Lijam,
karena Lijam (cambuk atau kekang kuda) itu digunakan untuk mencegah tindakan
hewan.Diartikan demikian karena tali kekang itu membuat penunggang kudanya dapat
mengendalikan kudanya sehingga si penunggang kuda dapat mengaturnya baik untuk
perintah lari atau berhenti.Dari kiasan ini maka orang yang memiliki hikmah berarti
orang yang mempunyai kendali diri yang dapat mencegah diri dari hal-hal yang kurang
bernilai atau menurut Ahmad bin Munir al-Muqri’ al-Fayumi berarti dapat mencegah dari
perbuatan yang hina.
Menurut M. Natsir, metode hikmah digunakan sebagai metode dakwah untuk
semua golongan, golongan cerdik maupun awam dan kelompok antara keduanya. Oleh
karena itu, metode dakwah bi-al-hikmah bisa berarti hikmah dalam berbicara sesuai
keadaan mad’u yang dihadapi seperti dalam ceramah.

5
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Hakikat adalah berbicara sesuatu secara mendasar. Dakwah bukan hanya bunyi kata-

kata, tetapi ajakan psikologis yang bersumber dari jiwa da’i. Gebyar-gebyar aktifitas dakwah

banyak kita jumpai, tetapi hakikatnya, itu belum tentu suatu dakwah, sebaliknya boleh jadi

justru kontra dakwah. Hakikat dakwah bisa dilihat dari sang da’i, bisa juga dari makna yang

dipersepsi oleh masyarakat yang menerima dakwah.

6
DAFTAR BACAAN

 Abbas Mahmud Al-Aqqad


1986 Filsafat Al-Qur`an. Jakarta, Pustaka Firdaus.

 Ahmad Musthafa Al-Maraghi


1988 Tafsir Al Maraghi. Terjemahan Bahrun Abu Bakar & Anwar Rasyidi.

 Al-Qur`an & Terjemahannya. Jakarta, Departemen Agama RI dan


1992 Pemerintahan Arab Saudi.

Anda mungkin juga menyukai