Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ILMU DAKWAH
TEKNIK DAN METODE ILMU DAKWAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqih dakwah jurusan komunikasi dan penyiaran islam

Dosen Pengampu :

Irfan Ahmad Harfan, S.Sos.I., M.Sos

Disusun oleh :
Husni Malik
23241041003

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM AL-IHYA KUNINGAN
2023

-1-
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang "Metode Dakwah" ini. Shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan
menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Berdakwah, sebagaimana telah dibahas sebelumnya merupakan kegiatan wajib yang
harus dijalankan oleh umat Islam. Hal ini dipahami secara sempit oleh beberapa kalangan
sehingga esensi dakwah sering tidak tersampaikan akibat tidak memadainya seorang da’i dalam
berperan sebagai penyampai pesan dakwah.
Dakwah merupakan kegiatan suci, sehingga siapa yang melakukannya diberi pahala.
Untuk meneliti problem ketidakefektifan dakwah dewasa ini, kami berdiskusi yang akhirnya
merumuskan beberapa kajian yang diinspirasi dari bukubuku bacaan baik cetak maupun laman
di situs-situs internet. Pada intinya, dakwah sebagaimana kegiatan lain harus terkonsep agar
berjalan dengan baik. Penyusun
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.

Kuningan, 15 Desember 2023

Penyusun

-2-
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR........................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 5
A. Pengetian metode dakwah................................................................................................................... 5
B. Bentuk Bentuk Metode Dakwah ........................................................................................................ 5
C. Sekilas Metode Dakwah Rasulullah SAW.......................................................................................... 8
D. Sumber-sumber metode dakwah......................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 11
A. Kesimpulan ...................................................................................................................................... 11
B. Saran................................................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................... 12

-3-
BAB I
PENDAHULUAN

Hakikat metode al hikmah (hikmah) menjadi syarat mutlak suksesnya dakwah.


Indikator kesiksesan dakwah bukan pada jumlah perndengar atau pemirsanya, juga bukan pada
semarak, gelak tawa, dan tepuk tangan dari kelucuan dai, melainkan pada tercapainya tujuan
dakwah yaitu seberapa banyak manusia yang kembali ke jalan Allah SWT. Untuk mencapai
tujuan tersebut dibutuhkan keluasan pengetahuan dakwah, baik yang bersumber dari Al-
Qur’an, Al-Hadits maupun sejarah dakwah, mulai dari periode Rasulullah, Khulafaur Rasyidin,
dan seterusnya. Apa makna dan bagaimana hikmah tersebut hanya dapat diperoleh dari sumber-
sumber tersebut
Suatu diantara bagian yang harus ada hikmah dalam dakwah ialah metode dakwah.
Penggunaan metode yang hikmah akan memudahkan suksesnya dakwah. Untuk itu dai harus
(1) memilih metode dakwah yang sesuai tingkat kebudayaan dan kecerdasan objek dakwahnya,
(2) memilih tempat, keadaan, dan waktu dakwah dilaksanakan. Jika dai tidak memperhatikan
hal ini, maka dakwahnya akan ditanggapi dengan apatis atau tertawa karena lucu sementara
substansinya tidak di perhatikan.
Dalam makalah ini akan memaparkan bagaimana cara menerapkan metodemetode
dalam berdakwah agar apa yang disampaikan dapat dipahami, diambil hikmahnya untuk di
terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

-4-
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengetian metode dakwah


Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan
“hodos” (jalan, cara)1 .Dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara
atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain
menyebutkan bahwa metode bersal dari bahasa Jerman methodica, artinya ajaran
tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos yang artinya
jalan. Dalam bahasa Arab disebut thariq2 . Metode berarti cara yang telah diatur dan
melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.

Sedangkan arti dakwah menurut pandangan beberapa pakar atau ilmuan adalah
sebagai berikut:
1. Pendapat Bakhial Khauli, dakwah adalah suatu proses menghidupkan peraturan-
peraturan Islam dengan dimaksud memindahkan umat dari suatu keadaan kepada
keadaan lain3 .
2. Pendapat syekh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk
mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik
dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka dapat kebahagiaan dunia
dan akhirat4 . Pendapat ini juga selaras dengan pendapat al-Ghazali bahwa amar
ma’ruf nahi mungkar adalah inti gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika
masyarakat islam.
3. Menurut Al-Bayanuni (1993: 47) definisi metode dakwah (asalib alda’wah)
sebagai berikut “yaitu cara-cara yang di tempuh oleh pendakwah dalam berdakwah
atau menerapkan strategi dakwah”.
Dari pendapat diatas dapat diambil pengertian bahwa metode dakwah adalah
cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk
mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang5 . Hal ini mengandung arti
bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented
menempatkan hargaan yang mulia atas diri manusia.
B. Bentuk Bentuk Metode Dakwah
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. (an-Nahl: 125)
Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa metode dakwah itu meliputi tiga
cakupan, yaitu:
1. Al-Hikmah
Bentuk madsarnya adalah “hukman” yang diartikan secara makna aslinya adalah
mencegah, jika dikaitkan dengan hukum berarti mencegah dari kezaliman, dan jika dikaitkan

-5-
dengan dakwah maka berarti menghindari hal hal yang kurang relavan dalam melaksakan tugas
dakwah.
Sebagai metode dakwah, al-Hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada
yang lapang, hati yang bersih, dan menarik perhatian orang kepada agama atau Tuhan.
Ibnu Qoyim berpendapat bahwa pengertian hikmah yang paling tepat adalah seperti
yang dikatakan oleh Mujahid dan Malik yang mendefenisikan bahwa hikmah adalah
pengetahuan tentang kebenaran dan pengalaman. Hal ini tidak bisa dicapai kecuali dengan memahami
Al-Qur’an, dan mendalami syariat islam serta hakikat iman6 .

Menurut Imam Abdullah bin Mahmud An-Nasafi, arti hikmah, yaitu: “Dakwah bil-
hikmah” adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang
menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan.
Menurut Syeikh Zamakhasyari dalam kitabnya “al-Kasyaf”, al-Hikmah adalah
perkataan yang pasti dan benar. Ia adalah dalil yang menjelaskan kebenaran dan
menghilangkan keraguan atau kesamaran.
Selanjutnya, Syeikh Zamakhasyari mengatakan hikmah juga diartikan sebagai Al-
Qur’an yakni ajaklah mereka (manusia) mengikuti kitab yang memuat hikmah7 .
Dari beberapa pengertian diatas, dapat dipahami bahwa al-Hikmah adalah merupakan
kemampuan dan ketepatan da’i dalam memilih, memilih dan menyelaraskan teknik dakwah
dengan kondisi objectif mad’u. Al-Hikmah merupakan kemampuan da’i dalam menjelaskan
doktrin-doktrin islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang
komunikatif. Oleh karena itu, al-hikmah sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara
kemampuan teoritis dan praktis dalam berdakwah
2. Al-Mau’idza Al-Hasanah .

Secara bahasa, mau’izhah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mau’izhah dan hasanah. Kata
mau’izhah berasal dari kata wa’adza ya’idzu-wa’dzan-‘idzatan yang berarti; nasihat,
bimbingan, pendidikan dan peringatan8 . Sementara hasanah merupakan kebalikan dari
sayyi’ah yang artinya kebaikan lawanmya kejelekan.
Adapun pengertian secara istilah, ada beberapa pendapat antara lain:
a. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang dikutip oleh H. Hasanuddin adalah
sebagai berikut : “al-Mau’izhah al-Hasanah” adalah (perkataan-perkataan) yang tidak
tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki
manfaat kepada mereka atau dengan al-Quran9 .
b. Menurut Abd. Hamid al-Bilali al-Mau’izhah al-Hasanah merupakan suatu manhaj
(metode) dalam berdakwah untuk mengajak kejalan Allah dengan memberikan nasihat
atau membimbing dengan lemah lembut agar meraka mau berbuat baik.
mau’izhah hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur
bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan
positif (wasyiat) yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan
keselamatan dunia akhirat.

-6-
Dari beberapa definisi diatas, mau’izhah hasanah tersebut bisa diklarifikasi dalam
beberapa bentuk:
1. Nasihat atau petuah
2. Bimbingan pengajaran (pendidikan)
3. Kisah-kisah
4. Kabar gembira dan peringatan (al-Basyir dan al-Nadzir)
5. Wasiat (pesan-pesan positif)
Jadi, kalau kita telusuri kesimpulan dari mau’izhah hasanah, akan mengandung arti kata-
kata yang masuk kedalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan kedalam perasaan dengan
penuh kelembutan; tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemah
lembutan dalam menasihati sering kali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan
kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan dari pada larangan dan ancama
3. Al-Mujadalah Bi-al-lati Hiya Ahsan
Dari segi etimologi (bahasa) lafazh mujadalah terambil dari kata “jadala” yang
bermakna memintal, memilit. Kata “jadala” dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya
guna menguatkan sesuatu.
Menurut Ali al-Jarisyah, dalam kitab Adab al-Hiwar wa-almunadzarah, mengartikan
bahwa “al-Jidal” secara bahasa bermakna pula “Datang untuk memilih kebenaran” dan apabila
berbentuk isim “al-jadlu” maka berarti “pertentangan atau perseteruan yang tajam”10. Al-
Jarisyah menambahkan bahwa, lafalz “al-jadlu” musytaq dari lafalzh “al-Qotlu” yang berarti
sama-sama pertentangan, seperti halnya terjadi perseteruan antara dua yang saling bertentangan
sehingga saling melawan/menyerang dan salah satu menjadi kalah.
Dari segi istilah (terminologi) terdapat bahwa pengertian al-mujadalah (alhiwar). Al-
mujadalah (al-hiwar) berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara
senergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara
keduaanya11. Sedangkan menurut Dr.Sayyid Muhammad Tantawi ialah, suatu upaya yang
bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti
yang kuat.
Menurut tafsiran an-Nasafi12, kata ini mengandung arti :
Berbantahan yang baik yaitu dengan jalan yang sebaik-baiknya dalam bermujadalah,
antara lain dengan perkataan yang lunak, lemah lembut, tidak dengan ucapan yang kasar, atau
yang mempergunakan sesuatu (perkataan) yang bisa menyadarkan hati, membangunkan jiwa
dan menerangi akal pikiran, ini merupakan penolakan bagi orang-orang yang enggan
melakukan perdebadatan dalam agama.
Dari pengertian diatas dapatlah diambil kesimpulan bahwa al-mujadalah merupakan
tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis yang tidak melahirkan
permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang di ajukan dengan memberikan
argumentasi dan bukti yang kuat. Antara satu dan lainnya saling menghargai dan menghormati
pendapat keduanya berpegang pada kebenaran, mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas
menerima hukuman kebenaran tersebut.

-7-
Selain menggunakan pendekatan yang disebutkan dalam A-Qur’an, dalam sebuah
haditis nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan:
“Barang siapa di antara kamu melihat kemunkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, jika tidak
mampu, maka cegahlah dengan lisanmu, jika tidak mampu, maka cegahlah dengan hatimu, dan
mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman.” [ H.R. Muslim ].
Dari hadits dapat disimpulkan ada 3 (tiga) tahapan metode, yaitu:
1. Metode dengan tangan (bil yad). Tangan secara tekstual diartikan sebagai tangan yang
digunakan dalam menggunakan situasi kemungkaran. Secara tekstual kata “tangan”
dapat diartikan sebagai kekuatan kekuasaan (power). Metode ini efektif bila dilakukan
oleh penguasa yang berjiwa dakwah.
2. Metode dengan lisan (bil lisan). Maksudnya dengan perkataan yang baik, lemah lembut
dan dapat dipahami oleh penerima dakwah (mad’u), bukan dengan kata-kata sukar
apalagi menyakitkan hati.
3. Metode dengan hati (bil qalb). Tahapan ini digunakan dalam situasi yang sangat berat.
Ketika mad’u sebagai penerima pesan menolak pesan yang disampaikan, mencemooh
bahkan mendzalimi da’i, yang sebaiknya dilakukan oleh da’i ialah bersabar serta terus
mendo’akan agar pesan dakwah dapat diterima suatu saat nanti.

C. Sekilas Metode Dakwah Rasulullah SAW

Dakwah Rasulullah terbagi kedalam tiga metode13:


1 Metode BI Lisanil Maqal
Metode dengan menggunakan tutur kata secara lisan dalam menyampaikan pesan
dakwahnya. Yang penting di catat dari metode ini adalah nabi tidak pernah
menampilkan kelucuan yang berlebih-lebihan. Metode ini merupakan dasar acuan dari
metode lisan seeperti yang diungkapkan diatas, namun tidak menampilkan aspek
humornya
2 Metode BI Lisanil Maktub
Metode ini dilaksanakan nabi Muhammad melalui korespondensasi atau penyampaian
surat ke berbagai pihak. Dalam sejarah dakwah Rasulullah ada sekitar 105 surat Nabi,
dan dapat dibagi kedalam tiga kategori:
• Surat yang berisi seruan masuk islam kepada nonmuslim (Yahudi, Nasrani, dan
Majusi), Musyrikin, baik raja, amir, maupun perorangan.
• Surat berisi ajaran islam (misalnya tentang zakat, sadaqah, dan lainnya). Sasarannya
muslim yang jauh dari Madinah yang memerlukan penjelasan tentang ajaran islam.
• Surat berisi tentang hal-hal yang wajib dikerjakan nonmuslim terhadap pemerintah
islam (seperti tentang jizyah). Sasarannya adalah orang Yahudi dan Nasrani yang
telah membuat perjanjian damai dengan Nabi).
3 Metode BI Lisanil Hal
Sebuah metode berdakwah melalui perbuatan dan prilaku konkret yang dilakukan
secara langsung oleh Rasulullah. Rasulullah dalam kesehariannya biasa memberi
hidangan makanan kepada para sahabat atau orang yang tampak kelaparan, meskipun
seringkali Nabi sendiri dalam keadaan lapar. Hal ini sebagai indikasi Rasulullah
memiliki sifat sosioligis yang tinggi.

-8-
Dan hal ini dilakukan Rasulullah sebagai aktualisasi dan realisasi dari firman Allah dalam
surat al-Maa’un,
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama. Itulah orang yang menghardik anak yatim.
Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin”. (QS. Al-maa’un: ’-3)
Karena pribadi Rasulullah sendiri mengandung suri teladan. Dalam AlQur’an ditegaskan,
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21)
Seluruh pribadi Rasulullah juga dihiasi dengan akhlak mulia. Karena itu seluruh sikap
dan prilakunya dalam semua aspek kehidupan menjadi suri teladan bagi umat islam.
Menutup dari bagian ini perlu ditegaskan bahwa semua metode dakwah, kecuali metode
lisan dengan humor yang terlalu mengedepankan kelucuan sehingga menghilangkan tujuan
dakwah. Untuk itu perlu kemampuan yang baik, kesabaran dalam melakukannya serta keuletan
dalam penerapannya. Sudah barang tentu penerapan suatu atau beberapa metode dalam suatu
kegiatan dakwah harus mempertimbangkan situasi dan kondisi, tampat dan waktu serta faktor
psikologis objek dakwah
D. Sumber-sumber metode dakwah
Sumber-sumber metode dakwah14:
a. Al-quran Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang membahas tentang masalah
dakwah. Di antara ayat-ayat tersebut ada yang berhubungan dengan para rasul
dalam menghadapi umatnya. Selain itu, ada ayat-ayat yang ditujukan kepada Nabi
muhammad Saw ketika beliau melanjarkan dakwahnya. Semua ayat-ayat tersebut
menunjukkan metode yang harus dipahami dan dipelajari oleh setiap muslim.
Karena Allah tidak akan menceritakan melainkan agar menjadi suri tauladan dan
dapat membantu dalam rangka menjalankan dakwah berdasarkan metode-metode
yang tersurat dan tersirat dalam Al-qur’an, Allah Swt berfirman:
Dan semua kisah-kisah dari rasul-rasul yng kami ceritakan kepadamu ialah kisahkisah yang
dengannya dapat kamu teguhkan hatimu, dan dalam surat ini datang kedamu kebenaran serta
pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS. Hud: 120)
b. Sunnah Rasul
Di dalam sunnah rasul banyak kita temui hadits-hadits yang berkaitan dengan
dakwah. Begitu juga dalam sjarah hidup dan perjuangannya dan cara-cara beliau
pakai dalam menyiarkan dakwahnya baik ketika beliau berjuang di makkah maupun
di Madinah. Semua ini memberikan contoh dalam metode dakwahnya. Karena
setidaknya kondisi yang di hadapi Rasulllah Saw ketika itu dialami juga oleh juru
dakwah sekarang ini.
c. Sejarah Hidup
Para Sahabat dan Fuqoha’ Dalam sejarah hidup para sahabat-sahabat besar dan
para fugaha cukuplah memberikan contoh baik yang sangat berguna bagi juru
dakwah. Karena mereka adalah orang yang expert dalam bidang agama. Muadz bin
jabal dan para sahabat lainya merupakan figur yang patut dicontoh sebagai kerangka
acuan dalam mengembangkan misi dakwah.

-9-
d. Pengalaman
Experience Is The Best Teacher, itu adalah motto yang punya pengaruh besar bagi
orang-orang yang suka bergaul dengan orang banyak. Pengalaman juru dakwah
merupakan hasil pergaulannya dengan orang banyak yang kadangkala dijadikan
reference ketika berdakwah. Setelah kita mengetahui sumber-sumber metode
dakwah sudah sepantasnya kita menjadikannya sebagai pedoman dalam
melaksanakan aktivitas dakwah yang harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi
yang sedang terjadi.

- 10 -
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesempulan yang dapat kita peroleh dalam pembahasan makalah ini adalah:
1. Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang
da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas
dasar hikmah dan kasih saying dengan langkah-langkah sistematis
dalam menyampaikan atau menyeru umat ke jalan Allah SWT
sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini mengandung
arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan
human oriented menempatkan hargaan yang mulia atas diri manusia.
2. Metode dakwah terdiri atas metode dakwah bil hikmah, bi mauidzatil
hasanah, dan bil lati hiya ahsan (sumber ayat Al-Qur’an) serta bil yad
(tangan), bil lisan (ucapan) dan bil qalb (hati). Ini mengacu pada hadits
nabi.
3. Sumber metode dakwah terdiri dari: Al-Qur’an, sunah Nabi, sejarah
hidup para sahabat dan fuqoha’, serta pengalaman seorang da’i dalam
menyampaikan pesan pesan dakwah.
4. Kesuksesan dalam menyampaikan pesan dakwah ialah bukan pada
jumlah perndengar atau pemirsanya, juga bukan pada semarak, gelak
tawa, dan tepuk tangan dari kelucuan dai, melainkan pada tercapainya
tujuan dakwah yaitu seberapa banyak manusia yang kembali ke jalan
Allah SWT

B. Saran
Kami menyadari tentu masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan baik
dari penulisan serta penyajian dalam Makalah ini, oleh sebab itu kami
mengharapkan masukan-masukan dari Dosen Pembimbing Serta teman-teman guna
kesempurnaan makalah yang akan datang.

- 11 -
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Sayid Abd. Rauf, Dirasah Fid Dakwah al-Islamiyah, Kairo; Dar El-
Tiba’ah alMuhammadiyah, 1987.
Ali al-Jarisyah, Adab al-Khaiwar wa al-Mudhorah, (al-Munawarah: Dar al-Wifa,
1989).
Etika diskusi, Era Inter Media, 2001.
Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, Malaysia; Nur Niaga
SDN. BHD, 1996.
Hasanuddin, hukum Dakwah, Jakarta; Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab, Jilid VI (Beirut: Dar Fikr. 1990).
Ibnu Qoyyim, At Tafsiru Qoyyim, tth.
Lois Ma’luf, Munajid al-Lughah wa A’lam (Beirut: Dar Fikr. 1996.
M. Arifin, Ilmu pendidikan islam, Jakarta; Bumi Aksara, 1991.
M. Munir dkk, Metode dakwah, Jakarta; Kencana, 2006.
Makhfuld, Ki Musa A. Ilmu dakwah dan penerapannya, Jakarta; Bulan Bintang,
2004. Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta; Kencana, 2009

- 12 -

Anda mungkin juga menyukai