Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

DISUSUN OLEH:

NAMA:AMIRULLAH ARIFIN

NIM: 30356119032

FAKULTAS KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

JURUSAN USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH

STAIN MAJENE

TAHUN 2021
Kata Pengantar

Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah tentang KOMUNIKASI DAN PENYIARAN
ISLAM.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari beberapa pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang KOMUNIKASI DAN


PENYIARAN ISLAM ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Amirullah Arifin
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL ………………………………………………..………… i

KATA PENGANTAR …………………………………………..…………… ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….………… 1

• A. Latar Belakang ………………………..………………………….. 1


• B. Tujuan Penulisan ……………………...………………………….. 1

BAB II KONSEP DAKWAH DALAM PENYIARAN ISLAM………..…. 2

• A. Konsep Dakwah Penyiaran Dalam Islam……………….………… 2


• B. Konteks Dakwah Penyiaran Dalam Islam…………………..…….. 3
• C. Komponen Dakwah Penyiaran Dalam Islam…………...…...……. 5

BAB III ANALISIS PENYIARAN DAKWAH ISLAM…...……....……… 10

• A. Implementasi Dakwah dalam Penyiaran Islam…………..……… 10

BAB IV PENUTUP………………………………………………………….11

• Kesimpulan..........................................................................................11
• Saran....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..……… 13


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Al-Usairy, mengenai dakwah Islamiyah, sejarah telah mencatat, bahwa
dakwah Islam yang spiritnya dari al-Qur’an telah mampu mendorong kaum Muslim
untuk keluar dari jazirah Arab dalam rangka memberikan kabar gembira dan
peringatan bagi seluruh umat manusia.

Hal tersebut terbukti dari kemampuan mereka menyebarkan Islam di segabian


besar belahan bumi dalam waktu yang relatif singkat, yakni kurang dari setengah abad.
Dan dalam kurun waktu itu, mereka juga dapat membudayakan Bangsa Arab dari
masyarakat Jahiliyah menjadi masyarakat yang menghiasi perilaku mereka dnengan
prinsip iman dan amal sholeh.

Catatan sejarah yang kerap kita dngar dalam pengajian tersebut merupakan bukti
dari kuatnya komunikasi tentang Islam yang disampaikan melalui dakwah.

“sampaikanlah dariku walau satu ayat” – (HR. Bukhori)

Hadist yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu
setidaknya mengandung beberapa poin yakni; pertama, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam memerintahkan untuk menyampaikan perkara agama dari beliau. Lebih lanjut,
Al Ma’afi An Nahrawi mengatakan bahwa hadist ini dimaksudkan agar setiap orang
yang mendengar suatu perkara dari Nabi bersegara untuk disampaikan kepada yang
tidak hadir, meskipun hanya sedikit.

dan mempunyai pandangan bahwa kehadiran Islam bukan sebagai ancaman bagi
eksistensi mereka melainkan pembawa kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan
mereka. Sekaligus sebagai pengantar menuju kebahagiaan kehidupan dunia dan
akhirat.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu penyiaran
islam dan dakwah beserta contohnya dan mengetahui konsep dan konteks dakwah yang ada.
BAB II
KONSEP DAKWAH DALAM PENYIARAN ISLAM

A. Konsep Dakwah Penyiaran dalam Islam

Konsep dakwah terdiri dari dua suku kata yaitu konsep dan dakwah. Konsep secara
etimologi berarti rancangan, ide, atau apapun yang digunakan akal budi untuk
memahami sesuatu. Sejalan dengan itu Muin Salim mendefenisikan konsep sebagian
ide pokok yang mendasari satu gagasan atau ide umum (Salim, 1990: 17). Dengan
demikian konsep adalah suatu hal yang sangat mendasar yang dijadikan patokan dalam
melaksanakan sesuatu.

Secara etimologi dakwah berasal dari Bahasa Arab - ‫ دعو یدعو‬-‫ دعا‬yang berarti
seruan, ajakan, atau panggilan (Depag RI, QS. 10:25; 12: 23; 2: 221; Umar 1987: 52).
Selanjutnya M. Natsir lebih cenderung mengartikan dakwah adalah amar ma’ruf nahi
mungkar (Luth, 1999: 67). Dengan demikian, dapat dipahami bahwa dakwah
merupakan suatu usaha menyampaikan ajaran Islam yang dilakukan secara sadar dan
terencana dengan menggunakan cara-cara tertentu untuk mempengaruhi orang lain
agar dapat mengikuti apa yang menjadi tujuan dakwah tersebut tanpa ada paksaan.
Dakwah dalam konteks demikian mempunyai pemahaman yang mendalam, yaitu
bahwa dakwah amar ma’ruf, tidak sekedar asal menyampaikan saja, melainkan
memerlukan beberapa syarat yaitu; mencari materi yang cocok, mengetahui keadaan
subjek dakwah secara tepat, memilih metode yang representatif, dan menggunakan
bahasa yang bijaksana.

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa konsep dakwah merupakan


cerminan dari unsur-unsur dakwah, sehingga gagasan dan pelaksanaan dakwah tidak
terlepas dari suatu kesatuan unsur tersebut yang harus berjalan secara simultan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Dakwah yang berarti mengajak.

Bentuk Penyiaran islam

Pada dasarnya setiap agama berusaha untuk menyiarkan ajaran-ajaran agamanya,


terutama agama Islam. Bagaimanapun Islam sebagai agama dakwah, ajaran-
ajarannya pun harus senantiasa disampaikan kepada umat Islam
atau kepada seluruh umat manusia. Setiap muslim dan muslimah yang telah akil baligh
wajib berdakwah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Surat An-Nahl telah
menjelaskan bahwa berdakwah mestilah harus dengan bijaksana, sesuai dengan
keadaan dan perkembangan masyarakat. Dalam pelaksanaan dakwah, harus
dimanfaatkan hasil kemajuan sains dan teknologi agar pelaksanaan dakwah itu dapat
berjalan dengan baik. Dengan kata lain segala aspek kehidupan dapat dimanfaatkan
untuk berdakwah dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Bila kita
membahas cara kerja penyiaran Islam sangatlah berkaitan dengan dakwah, media,
metode, dan teknik.

Seorang da’i bebas untuk melakukan siar dakwahnya, termasuk dengan


menggunakan media, metode, dan teknik yang sesuai dengan perkembangan jaman.
Pada jaman Nabi Muhammad saw, menyiarkan agama Islam dengan cara
berkeliling tertutup maupun terbuka, serta pergi ke Kota Madinah agar tersebar
luasnya agama yang mulia yaitu Islam. Begitu pula dengan para Wali Songo dalam
menyiarkan Islam di Indonesia dengan cara berkeliling ke seluruh penjuru agar
tersebarnya Islam. Akan tetapi beda halnya dengan era modern saat ini, perkembangan
sains dan teknologi yang pesat membuat seorang da’i lebih mudah untuk menyiarkan
Islam. Dengan adanya radio, televisi, surat kabar, media online tentulah menjadi
jalan bagi seorang da’iuntuk berdakwah.

B. Konteks Dakwah Penyiaran dalam Islam


1. Dakwah Nafsiyah
Dakwah Nafsiyah secara harfiah dapat diartikan dakwah kepada diri sendiri
(Intrapersonal), sebagai upaya untuk memperbaiki diri atau membangun kualitas
dan kepribadian diri yang islami. Menjaga diri sendiri merupakaan sesuatu yang
harus diprioritaskan sebagaimana petunjuk At-Tahrim ayat 6, “Jagalah dirimu dan
Keluargamu dari Api neraka”. Dakwah nafsiyah dapat dilakukan dengan cara
menuntut ilmu, membaca, berpuasa, mengingat kematian, sholat, dan lain- lain.
2. Dakwah Fardiyah
Dakwah Fardiyah adalah proses ajakan atau seruan kepada jalan Allah yang
dilakukan oleh seorang da’i kepada perorangan (interpersonal), yang dilakukn
secara langsung tatap muka, atau langsung tetapi tidak tatap muka (bermedia)
yang bertujuan memindahkan mad’u pada keadaan yang lebih baik dan diridhai
Allah.
Langkah-langkah penting juga dalam dakwah fardiyah adalah membangkitkan
iman yang mengendap dalam jiwanya, bimbingan tentang masalah yang
dialaminya, dan penerima dakwah diarahkan untuk menerima amalan yang sesuai
serta tidak memberatkannya dilihat dari satu segi maupun segi yang lain ia dapat
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

3. Dakwah Fi’ah Qolilah


Dakwah Fi’ah adalah dakwah yang dilakukan oleh seorang da’i terhadap
kelompok kecil dalam suasana tatap muka, bisa berdialog serta respon mad’u
terhadap da’i dan pesan yang disampaikan dapat diketahui seketika.

Dengan demikian terdapat beberapa ciri bagi dakwah fi’ah diantaranya yaitu:
kelompok kecil, dapat berlangsung secara tatap muka dan dialogis.

4. Dakwah Hizbayah (Jama’ah)


Dakwah hizbiyah adalah proses dakwah yang dilakukan oleh da’i yang
mengidentifikasi dirinya dengan atribut suatu lembaga atau dakwah organisasi
tertentu, kemudian mendakwahi anggotanya atau orang lain di luar anggota
organisasi tersebut. Term. Hizbayah diadopsi dari Q.S. al-maidah (5) ayat 56.
Termasuk dakwah hizbayah diantaranya dakawah biasanya yang berlangsung
pada kalangan organisasi NU, Muhammadiyah persis, dan lain-lain. Dakwah
hizbayah dipahami juga sebagai upaya dakwah melalui organisasi atau Lembaga
keislaman.

5. Dakwah Ummah
Dakwah Ummah adalah proses dakwah yang dilaksanakan pada mad’u yang
bersifat massa. Dakwah ini dapat berlangsung secara tatap muka dan biasanya
monologis, seperti ceramah umum (Tabligh Akbar), atau tidak tatap muka seperti
menggunakan media massa (baik cetak maupun elektronik), contoh dakwah
melalui tulisan atau penayangan di televisi, berupa kaset, VCD, DVD, Film,
internet, dll.
6. Dakwah Syu’ubiyah Qabaliyah (dakwah antar suku, budaya dan bangsa)

Dakwah Syu’ubiyah Qabaliyah adalah proses dakwah yang


berlangsung dalam konteks antar bangsa, suku atau antar budaya, dimana Dai’I dan
mad’u berbeda suku dan budaya dalam kesatuan bangsa ataupun berbeda bangsa.

C. Komponen Dakwah Penyiaran dalam Islam

Dakwah dalam prosesnya akan melibatkan kompenen dan unsur-unsur dakwah


yang terbentuk secara sistemik, artinya dari unsur satu dan lainnya saling berkaitan.
Komponen dakwah artinya berbagai elemen yang mestu ada didalam sebuah proses
dakwah. Terdapat enam komponen dakwah dalam proses berdakwah.

1. Da’i (Subjek Dakwah)

Da’i berasal dari bahasa arab yaitu mudzakar (laki-laki) yang berarti orang
yang mengajak, kalau munanas (perempuan) yaitu Da’iyah. Da’i diartikan
seseorang yang pekerjaannya berdakwah untuk menyebarluaskan ajara islam, orang
yang mengajak kepada orang lain baik secra langsung maupun tidak langsung,
melalui tulisan, lisan atau perbuatan untuk mengajarkan ajaran islam dan
menyebarluaskan ajaran islam.
a. Tugas dan fungsi da’i :
1) meluruskan akhlak untuk memberikan atau meluruskan jalan dari
kekeliruan juga pemahaman siapa tuhan yang hakiki dengan petunjuk dari
Al- qur’an dan al-sunnah.
2) memotivasi umat untuk beragama dengan baik dan benar.
3) amar ma’ruf nahi munkar bersama-sama meneggakan yang ma’ruf dan
meninggalkan yang munkar untuk menciptakan kedamaian bersama.
4) menolak kebudayaan yang menimpang berupaya untuk mengubah norma
yang menimpang dan terus berusaha untuk menegakkan sistem islam.
b. Kredibilitas dan kepribadian Da’i
Da’i dapat dikategorikan sebagai komunikan yang bertugas menyebarkan
dan menyampaikan informasi dan sumber melalui saluran yang sesuai pada
komunikan. Untuk menjadi komunikator yang baik harus memiliki kredibilitas
yang tinggi agar meningkatkan suatu kepercayaan kepada komunikan. Seorang
Da’i yang berkredibilitas tinggi adalah seoramg yang memiliki kompetensi
dibidang yang ingin ia sebarakan, memiliki jiwa yang

Tulus, mempunyai status yang cukup walaupun tidak tinggi. Keperibadian


seorang Da’i dibagi menjadi dua yaitu bersifat ruhaniah dan jasmaniah.
1) kepribadian yang bersifat ruhaniah :
a) Iman dan taqwa kepada allah mampu bertaqwa, mengimani dan
mengikuti aturan-aturan allah swt.
b) Ihsan yaitu berbuat baik kepada sesama.
c) Amanah memiliki rasa bertanggung jawab atas tugas yang telah
diembannya.
d) Istiqamah yaitu mampu bersikap onsisten dan teguh pada
pendiriannya.
e) Raja dan hub yaitu penuh dengan kerahmatan dan optimisme kepada
rahmat allah.
f) Al-ahya perasaan malu, baik malu kepada allah maupun sesama
makhluk.
g) Ridha menerima segala sesuatu yang telah diberikan oleh allah swt.

2) kepribadian bersifat jasmaniah :

a) Sehat jasmani, segala aktivitas dilakukan dengan keadaan fisik yang


sehat termasuk aktivitas berdakwah.

b) Berpakaian necis dan pantas atau etis, berpakaian yang dipandang baik
menurut agama dan masyarakat.
2. Maudu (Pesan Dakwah)

Maudu atau pesan dakwah adalah pesan-pesan,materi atau segala sesuatu yang
harus disampaikan oleh da’i kepada mad’u (objek dakwah) yaitu keseluruhan
ajaeran islam, yang ada didalam kitabullah maupun sunnah rasulnya. Adapun
materi dakwah yang dijelaskan secara umum menurut al-quran meliputi : akidah,
ibadah, muamalah, akhlak, sejarah, prinsip-prinsip pengetahuan dan teknologi.
Dengan demikian al-qur’an yang menjadi pesan dalam berdakwah adalah syariat
idlam sebagai kebenarean hakiki yang datang dari allah melalui malaikat jibril
yang disampaikan kepada nabi muhammad saw.
3. Uslub (Metode Dakwah)

Uslub atau metode dakwah adalah suatu cara dalam melaksankan dakwah,
menghilangkan rintangan atau kendala-kendala berdakwah, agar tercapai tujuan
dakwah secara efektif dan efesien dengan strategi, tekhnik, pola yang ditempuh
oleh seorang da’i dalam melaksanakan dakwahnya. Adapun prinsip-prinsip dari
Uslub atau metode dakwah ialah :

a. Tauhidullah : sikap mengesahkan allah dengan sepenuh hati, tidak


menyekutukannya, hanya mengabdi, memohon, dan meminta
pertolongan kepada allah swt.

b. Ukhwah islamiyah : sikap persaudaraan antar sesama muslim karena dadanya


kesatuan akidah, pegangan hidup, pandangan hidup, sistem sosial dan
peradaban sehingga terjalinnya satu kesatuan hati dan jiwa yang melahirkan
persaudaraan yang erat.

c. Musawah : sikap persamaan sesama manusia, tidak arogan, tidak salig


merendahkan atau saling meremehkan orang lain, tidak saling mengaku paling
tinggi.

d. Musyawarah : sikap kompromi dan menghargai pendapat orang lain,


memerhatikan kepentingan bersama untuk meraih kemaslahatan bersama.

e. Ta’awun : sikap gotong royong, saling membantu.

f. Takaful al-ijtima : sikap pertanggung jawaban bersama dan sikap solidaritas


sosial.

g. Jihad al-ijtihad : sikap semangat dan sungguh-sungguh, serius, memiliki etos


kerja yang tinggi.

h. Fastahiq al-khairat : sikap dan semangat berlomba-lomba dalam kebaikan.

i. Tasamuh : sikap toleransi, tenggang rasa, tidak memaksakan kehendak orang


lain.

j. Istiqamah : sikap dan semangat berdisiplin, tidak goyah.


4. Wasilah al-da’wah (Media Dakwah)

Media dakwah adalah alat objektif yang menjadi saluran yang dapat
menghubungkan ide dengam umat, suatu elemen yang vital dan merupkan urat nadi
dalam totalitas dakwah yang keberadaanya sangat urgent dalam menentukan
perjalanan dakwah. Secara praktis washilah dalam konteks dakwah dibagi dua
yakni :
a. Mahsilah Maknawiyah : media yang bersikap imateral seperti rasa cinta kepada
allah dan rasulnya, dan mempertebal ikhlas dalam beramal.
b. Washilah Madiyah : media yang bersifat material yaitu segala bentuk yang bisa
di indera dan dapat membantu para da’i dalam enyampaikan dakwah kepada
mad’u nya.
Media dakwah berdasarkan jenis dan peralatan yang melengkapinya terdiri :
a. Media tradisional
Setiap masyarakat tradisional menggunakan media untuk berdakwah yang
berhubungan dengan kebudayaannya, dengan komunikasi yang berkembang
dalam pergaulan tradisionalnya. Seperti tabuh-tabuhan ( gendang, rebana,
bedug, wayang dll).
b. Media modren
1) media auditif : telefon, radio, dan tape recorder.
2) media visual : media yang tertuis atau tercetak seperti foto, lukisan, surat
kabar, brosur, majalah, buku, pamflet dll.
3) media audivisual : televisi, video, internet, dll.

c. Perpaduan media tradisional dan modern

Perpaduan media tradisional dan modern dalam suatu proses dakwah


contoh pergelaran wayang, sandiwara, ceramah dimibar ditv maupun dimedia
sosial.

5. Mad’u (Objek Dakwah)

Mad’u atau sasaran objek dakwah adalah seluruh manusia sebagai makhluk
allah yang dibebani menjalankan agama islam dan diberi kebebasan untuk
berikhtiar, kehendak dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Sebagai makhluk
allah yang diberi akal dan potensi kemampuan berbuat baik dan
berbuatt buruk. Nafs yaang senantiasa mempengaruhi akal budi manusia, nafs
muthmainah senantiasa mempengaruhi aktifitas kita untuk bergerak kearah
kemuliaan, kesucian, mendekatkan kealam lahut. Sedangkan nafs mulhamah
supiah, amarah dan lawamah mempengaruhi kearah kecelakaan, kerendahan, dan
menjauhi dari alam luhut. Oleh sebab itu kita membutuhkan adanya dakwah.

6. Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah adalah membentangkan jalan allah diatas bumi agar dilalui
umat manusia sekaligus terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup didunia
dan diakhirat yang diridhoi allah swt. Adapun tujuan jangka pendek dan jangka
panjang untuk berdakwah, jangka pendek untuk lebih menajam kepada upaya
peningkatan insan-insan yang berkualitas, membangun manusia-manusia shaleh,
merubah stratifikasi yang rendah kepada yang lebih baik dan terhormat. Jangka
panjang untuk membangun kehidupan bermasyarakat yang berkualitas,
membangun sistem sosial, ekonomi, politik,pendidikan yang islami.
BAB III
ANALISIS DAKWAH PENYIARAN ISLAM

A. Implementasi Dakwah dalam Penyiaran Islam


Mahasiswa pada zaman sekarang bisa menjadi sebuah subjek sebagai media
dakwah dalam penyiaran agama islam dengan menggunakan media sosial yang
menjadi salah satu kebutuhan yang vital dan penting bagi kalangan mahasiswa jika
dimanfaatkan secara benar, media sosial sendiri sangat berpengaruh dalam objek
dakwah untuk menyebarkan pesan dakwah kepada khalayak umum bahwasanya dalam
berdakwah kita memerlukan media (alat perantara) dalam penyampaian ajaran agama
Islam (mad'u) yang mana peranan ini media sangat penting demi kelangsungan
berdakwah. Instagram pada saat ini merupakan salah satu media yang sangat efektif
untuk dakwah Islamiyyah karena banyaknya kalangan baik muda ataupun tua
menggunakan Instagram, arus informasi yang begitu cepat dan mudah membuat
Instagram mempunyai peranan penting dalam penyebaran dakwah saat ini cukup
mengakses melalui internet maka semua informasi dan berita terbaru bisa di akses.

Sarana dakwah yang di sebarkan melalui media sosial akan efektif jika pesan
dakwah yang disampaikan itu sesuai dengan syariat yang ada bukan mengada ada
dalam menyebarkan dakwahnya. Penggunaan Instagram pun sangat banyak terutama
mayoritas dari kalangan pelajar dan mahasiswa, membuat Instagram cukup alternatif
untuk digunakan sebagai sarana media masa kini. Ini memberikan peluang besar bagi
dakwah karena tujuan utama dakwah via media sosial adalah aksen yang akan
dibaca,didengar dan dilihat oleh orang lain tak heran terdapat keterbukaan yang bisa
dimanfaatkan dalam kegiatan dakwah baik da'i profesional maupun mahasiswa yang
dapat menyampaikan informasi dakwah dadakan dapat menyampaikan risalah
dakwahnya dengan bahasa kekinian yang ringan dan tidak terkesan menggurui.

Jika dikaitkan dengan perspektif konsep penyiaran Islam tidak sekedar


menyampaikan dakwah saja tetapi bisa diterima semua kalangan dan bisa
menyebarkan dakwah secara mudah dengan pemahaman yang mendalam untuk
menciptakan gagasan dakwah yang di siaran secara tepat pada masa kini.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dakwah adalah Usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan
manusia dan seluruh umat tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia yang
meliputi amar ma'ruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang
diperbolehkan oleh akhlak, dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan
perseorangan, berumah-tangga, bermasyarakat, dan bernegara. (Muhammad Natsir,
2000).
Dakwah dapat disebut juga sebagai pristiwa komunikasi, jika kita ingin apa yang
kita sampaikan dapat diterima dengan baik maka kita harus memperhatikan beberapa
faktor salah satu diataranya perkembangan zaman. Begitu pula dalam berdakwah jika
kita tidak memperhatikan perkembangan zaman maka dakwah yang kita sampaikan
tidak akan efektif dan efisien untuk diterima orang, karena zaman sekarang orang lebih
sering menggunakan alat – alat elektronik untuk mencari informasi. Seperti ponsel,
televisi, dan radio. Misalnya jika saat ada acara tablig akbar, orang yang hadir hanya
150 orang, tetapi jika acara tablig akbar itu ditayangkan di televisi maka pesan tersebut
dapat sampai kepada orang yang lebih banyak dari orang yang hadir pada saat
pengajian tersebut.
Dakwah pada saat ini juga harus memiliki gaya Bahasa yang terbaharukan, tidak
baku, cair dengan perkembangan zaman, tidak menyinggung jika memang

disampaikan di media nasional, tetapi tetap tidak mengubah isi dari pesan yang akan
disampaikan.
Tetapi disetiap kelebihan pasti ada kekurangan, memang banyak kelebihan
berdakwah dengan beradaptasi dengan teknologi tetapi hal ini juga memilki
kekurangan, dikarenakan sifatnya satu arah, maka dakwah dengan menggunakan
media (penyiaran), tidak memiliki timbal balik ke komunikan (pendawaah) / tidak ada
respon.
Intinya dalam dakwah kita harus mengikuti perkembangan zaman, agar apa yang
kita sampaikan dapat dimengerti oleh popularitas generasi saat ini, dan perlu disadari
apapun metode dakwah yang kita lakukan, pasti memiliki kekurangan dan kelebihan,
tinggal kita saja memilih mana yang lebih baik digunakan pada situasi ini dan pada
situasi yang lain, atau bisa di kombinasikan. Misalkan, jika ada dalam suatu tayangan
tablik akbar, ada beberapa penonton tidak paham beberapa hal yang sudah
disampaikan, maka si pendakwah, bisa mengarahkan mereka semua ke kontak
pribadinya / mengajak mereka menikuti kegiatan majelis ilmu yang akan si pendakwah
adakan.
B. Saran
Menurut kami dakwah yang beradaptasi dengan teknologi, salah satunya penyiaran,
itu memang efektif untuk menjangkau banyak khalayak, tetapi disamping memiliki
kelebihan, dakwah melalui media penyiaran memiliki kekurangan, seperti pesan yang
diterima cenderung tidak memiliki respom atau timbal balik untuk pendakwah,
sehingga kami berpikir bahwa informasi yang dipahami tidak seratus persen.
Solusinya menurut kami jika pendakwah ingin melakuan tablig akbar dan disiarkan
melalui media nasional, hendaknya memberikan waktu atau sesi Tanya jawab kepada
penonton, dan jika waktu tidak cukup si pendakwah mengarahkan penoton untuk
bertanya di akun resmi milik si pendakwah, si pendakwah juga bisa mengarahkan
penonton untuk ikut kajian secara langsung bersama beliau.
Solusi kedua menurut kami seharusnya materi yang harusnya disampaikan si
pendakwah untuk disiarkan, adalah materi yang ringan yang mudah dipahami dan
diangkat atas keresahan yang terjadi dimasyarakat, dengan tujuan selain untuk mudah
dipahami, masyarakat bisa mempraktiannya (mengamalkan) secara langsung
DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Asep Muhiddin, M.A. (2002). Dakwah Dalam Perspektif Al-Quran. CV


Pustaka Setia,Bandung:Studio PS`

Dr. A Ilyas Ismail, M.A. & Prio Hotman, M.A. (2011). Filsafat Dakwah
Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam. Perpustakaan Nasional
Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

H. Tata Sukayat M. Ag. (2009). Quantum Dakwah. PT Rineka Cipta, Jakarta


Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag. (2009). Ilmu Dakwah. PT Fajar Interpratma
Offiset,Jakarta

Wahidin Saputra. (2011). Pengantar Ilmu Dakwah. PT Raja Grafindo Persada,


Jakarta:Rajawali Pers.

https://www.nu.or.id/post/read/124986/tiga-konsep-dakwah-dalam-qur-an-
yang-harus-dipegang-para-dai

http://fidkom.uinjkt.ac.id/komunikasi-dan-penyiaran-islam-2/

Anda mungkin juga menyukai