Anda di halaman 1dari 5

Unsur-unsur dakwah

Yang dimaksud unsur-unsur dakwah dalam pembahasan ini adalah bagian-bagian yang terkait dalam proses berjalannya suatu dakwah dan
merupakan satu kesatuan dalam suatu penyelenggaraan dakwah[1]. Dakwah tidak lepas dari unsur-unsur pelaksanaanya, jika unsur-unsur dakwah
itu tidak terpenuhi, maka dakwah tidak akan efektif dan dakwah tidak akan berjalan dengan baik, karena unsur-unsur dakwah ini sangat
berkaitan satu sama lainnya. Adapun unsur-unsur dakwah tersebut dapat di rumuskan sebagai berikut yaitu:
A. Da’i (subjek dakwah)
kata da’i berasal dari bahasa arab bentuk muzakkar (laki-laki) yang berarti mengajak yang muannasnya (perempuan) di sebut da’iyah
dalam kamus bahasa indonesia da’i di artikan orang yang pekerjaanya berdakwah[2]
Dalam imu komonikasi seorang da’i adalah komonikator yaitu orang yang menyampaikan pesan komonikasi (message) kepada orang
lain (komonikan)[3]
Dalam pengertian yang khusus (pengertian islam) da’I adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung ataupun
tidak langsung dengan kata-kata, perbuatan atau tingkah laku ke arah kondisi yang baik atau lebih baik menurut syariat Al-Quran dan as
sunah. Dalam pengertian khusus tersebut da’I identik dengan orang yang melakukan amar ma’ruf nahyi munkar (Slamet, 1994 : 57)
Setara dengan ungkapan diatas, Allah Swt berfirman dalam Qur’an Surat Fushilat ayat 33-34
Artinya: siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan
berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
Artinya: dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang
yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.(fushilat : 33-34)
Berkaitan dengan ayat di atas sangatlah jelas bahwa pada umumnya, da’I sebagai subjek dakwah dapat dilakukan oleh setiap
orang muslim yang mukallaf (sudah dewasa), sebagai individu yang dapat berperan langsung menjadi juru dakwah. Seorang da’I
harus senantiasa bertanya pada dirinya, apa yang saat ini dibutuhkan oleh umat islam, sehingga apa yang menjadi tujuan umat
islam dapat tercapai bersama, lewat perantara para juru dakwah atau da’i.
Da’I pun berperan sebagai penunjuk jalan dan tempat bertanya untuk mencari solusi dalam aspek-aspek agama dan kehidupan,
sehingga da’I harus memiliki wawasan yang luas khususnya ilmu agama, akan tetapi di jaman tekhnologi dan pengetahuan yang
semakin maju ini, maka seorang da’I pun harus mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi pula.
Da’i ibarat seorang guide atau pemandu terhadap orang-orang yang ingin dapat keselamatan hidup dunia dan ahirat ialah adalah
petunjuk jalan yang harus mengerti dan memahami terlebih dahulu mana jalan yang boleh dilalui dan mana yang tidak boleh di
lalui oleh seorang muslim, sebelum ia memberikan petunjuk kepada orang lain, oleh karena itulah kedudukan seseorang da’idi
tengah mayarakat menempati kedudukan yang pengting ia adalah seorang pemuka (pelopor) yang slalu di teladani oleh
masyarakat di sekitarnya, perbuatan dan tingkah laku seorang da’i selalu di jadikan tolak ukur oleh masyarakatnya. Ia adalah
seorang pemimpin di tengah masyarakat walau tidak pernah di nobatkan resmi sebagai pemimpin, kemunculan da’i sebagai
pemimpin adalah kemunculan atas pengakuan masyarakat yang tumbuh secara bertahap, itulah sebabnya sebagai da’i harus
sadar bahwa segala tingkah lakunya selalu di jadikan tolak ukur masyarakat.
Pada dasarnya tugas yang pikok seorang da’i adalah meneruskan tugas rosulullah muhammad SAW, karena ia adalah pewaris
nabi nabi (warosatun al-naby) yang berarti harus menyampaikan ajara-ajaran allah seperti yang telah termuat dalam al-qu’an,
sebagai pewaris para nabi ia harus juga menyampaikan ajaran-ajaran nabi muhammad SWA(al-sunnah)
Sedangkan fungsi seorang da’i di antaranya:

a) Meluruskan akidah.

b) Memotivasi ummat untuk beribadah dengan baik dan benar.

c) Amar ma’ruf nahi mungkar[4]


B. Maudu atau maddah (pesan dakwah)

Maudu atau pesan dakwah adalah pesan-pesan, materi atau segala sesuatu yang harus di sampaikan oleh da’i (subjek

dakwah) kepada mad’u (objek dakwah) yaitu keseluruhan ajaran islam, yang ada di dalam kitabullah maupun sunnah

rosulnya.[5] atau juga bisa di sebut al-haq (kebenaran hakiki) yaitu al-islam yang bersumber al-qur’an.

firman allah dalam surat al-isra’ ayat 105

Artinya: dan Kami turunkan (Al Quran) itu dengan sebenar-benarnya dan Al Quran itu telah turun dengan

(membawa) kebenaran. dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.

Pendapat di atas senada dengan pendapat endang saepudin anshari: materi atau pesan dakwah adalah al-islam (al-

quran dan as-sunnah) tentang berbagai kehidupan manusia.[6]

Materi atau pesan dakwah merupakan salah satu unsur paling penting dalam dakwah, hal ini harus senantiasa di

perhatikan oleh para juru dakwah, karena suatu pesan atau materi dakwah akan menarik, apabila disampaikan dengan cara yang

baik, dan enerjik. Para juru dakwah harus terampil dalam menyampaikan materi dakwah yang sesuai dengan kebutuhan objek

dakwahnya saat itu. Pesan atau materi dakwah bisa berupa lisan, tulisan ataupun perbuatan yang baik (uswatun hasanah).

Materi atau pesan dakwah pastinya adalah ajaran Islam, yang berpedoman pada Al-quran dan Hadits. Karena zaman

semakin berkembang, maka materi dakwah pun, harus disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat saat ini, tanpa

harus mengurangi esensi dari dakwah itu sendiri, dan tetap berpegang teguh pada Al-quran dan Hadits.

Selain itu materi atau pesan dakwah harus di sampaikan dengan bahasa yang di mengerti oleh masyarakat yang

menjadi objek dakwah, sesuai kemampuan yang menerima materi. Diharapkan, materi dakwah dapat memberi motivasi dan

dorongan kepada objek dakwah dalam melakukan ibadah dan amal soleh untuk menciptakan kehidupan yang baik dan lebih baik

lagi. Materi dakwah bisa dianggap komunikatif, apabila masyarakat yang menjadi objek dakwah dapat memahami isi pesan atau

mateti dakwah yang disampaikan oleh para da’I atau juru dakwah.

Pesan dakwah ini dalam al-Qur’an diungkapkan beraneka ragam yang menunjukan fungsi kandungan ajaran-Nya,

melalui penyampaian pesan-pesan Islam, manusia akan dibebaskan dari segala macam bentuk kehkufuran dan kemusrikan. Inti

agama Islam yang telah disepakati oleh para ulama, sarjana, dan pemeluknya sendiri adalah tauhid.[7] Sehingga sering dikatakan

bahwa agama Islam adalah agama tauhid. Dan yang membedakan Islam dengan agama lainnya adalah monoteisme atau tauhid

yang murni, yang tidak dapat dicampuri segala bentuk syirik.[8] Dan inilah yang melebihkan agama Islam diatas agama lain.
Sumber utama ajaran Islam sebagai pesan dakwah adalah al-Qur’an itu sendiri, yang memiliki maksud spesifik.

Paling tidak terdapat sepuluh maksud pesan al-Qur’an sebagai sumber utama Islam adalah:

1) Menjelaskan hakikat tiga rukun Islam, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan, yang telah didakwahkan oleh rosul.

2) Menyempurnakan aspek psikologis manusia secara individu, kelompok dan masyarakat.

3) Menjelaskan sesuatu yang belum diketahui manusia tentang hakikat kenabian, risalah, dan tugas para Rosul.

4) Mereformasi kehidupan sosial kemasyarakatan dan sosial politik diatas dasar kesatuan nilai kedamaian dan keselamatan dalam

agama

5) Mengkokohkan keistimewaan universalitas ajaran Islam dalam pembentukan kepribadian melalui kewajiban dan larangan.

6) Menjelaskan hukum Islam tentang kehidupan politik negara.

7) Membimbing penggunaan urusan harta

8) Meroformasi sistem peperangan guna mewujudkan kebaikan dan kemaslahatan manusia dan mencegah dehumanisasi.

9) Menjamin dan memberikan kedudukan yang layak bagi hak-hak kemanusiaan wanita dalam beragama dan berbudaya.

10) Membebaskan perbudakan

C. Mad’u (objek dakwah)

Mad’u yang biasa di sebut dengan objek dakwah adalah orang yang menerima pesan-pesan dakwah dari seorang da’I.

setiap orang dapat menjadi objek dakwah, karena cakupan objek dakwah ini sangat luas. Karakteristik atau sosial budaya,

pendidikan, dan latar belakang si objek dakwah ini hendaknya harus diketahui terlebih dahulu oleh seorang da’I supaya materi

dan pesan-pesan dakwah yang akan disampaikan dapat di terima oleh objek dakwah atau mad’u sesuai dengan kemampuan dan

pemahaman mereka.

Dengan beraneka ragamnya latar belakang masyarakat sebagai objek dakwah, tentunya membuat para da’I harus benar-

benar memperhatikan latar belakang sosial budaya masyarakat agar dakwah yang dilaksanakan berhasil sesuai dengan yang

diharapkan. Karena pada dasarnya dakwah adalah mengajak bukan memaksa. Oleh sebab itu agar dakwah itu berhasil maka perlu

melakukan pendekatan terhadap mad’u baik pendekatan secara sosiologis ( pendekatan untuk memahami hakikat masyarakat

dalam kehidupan kelompok baik struktur, dinamika, institusi, dan interaksi sosialnya), pendekatan antropologis ( memahami

perilaku manusia latar belakang kepercayaan dan kebudayaannya secara manusiawi), maupun pendekatan secara psikologi (

memahami perilaku manusia sesuai dengan latar belakang kejiwaannya)


D. Wasilah (media dakwah)

Secara bahasa wasilah merupakan bahasa arab yang bisa berarti wushlah, al-ittishol yaitu segala hal yang dapat

mengantarkan tercapainya kepada sesuatu yang di maksud.[9] sedangkan menurut ibnu mandzur al-wasilahsecara bahasa

merupakan bentuk jam’dari kata al-wasalu dan al-wasailu yang berarti singgasana raja, derajat, atau dekat, sedangkan secara

istilah adalah segala sesuatu yang dapat mendekatkan kepada suatu lainnya.

Dengan demikian, media dakwah adalah alat objektif yang menjadi saluran yang dapat menghubungkan ide dengan

ummat , suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totalitas dakwah yang keberadaannya sangat urgent dalam

menentukan perjalanan dakwah

Allah berfirman dalam al-qur’an surat al-isra’ ayat: 57

Artinya : orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara

mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; Sesungguhnya azab Tuhanmu

adalah suatu yang (harus) ditakuti.

Daam pandangan muhammad abdul fatah al-bayanuni.[10] secara praktis wasilah dalam konteks dakwah terbagi

menjadi dua: wasilah ma’nawiyah dan wasilah madiyahWasilah ma’nawiyah adalah media yang bersifat imaterial seperti rasa

cinta kepada allah dan kepada rosul-rosulnya dengan mempertebal ikhlas dalam beramal sedangkan wasilah madiyah adalah sifat

material yaitu segala bentuk alat yang bisa di indra dan dapat membantu para da’i dalam menyampaikan dakwah kepada

mad’unya.

Pendapat lain wasilah atau media dakwah instrumen yang di laluia oleh pesan atau saluran pesan yang

menghubungkan antara da’i dan mad’u pada prinsipnya dakwah dalam tataran proses, sama dengan komonikasi maka media

pengantarpun sama, media dakwah berdasarkan jenis dan peralatan yang melengkapinya terdiri dari media teradisional, moderen

dan perpaduan keduanya.[11]

1. Media tradisional

Setiap masyarakat tradisional (dalam berdakwah) selalu menggunakan media yang berhubungan dengan kebudayaannya

sesuai dengan komonikasi yang yang berkembang dalam pergaulan tradisionalnya.

2. Media moderen

Berdasarkan jenis dan sifatnya media modern dapat kita bagi:

 Media auditif

 Media visual
 Media audi visual

3. Perpaduan antara media internasional dan moderen

Perpaduan disini di maksudkan dengan pemakaian antara media internasional dan moderen dalam suatu proses

dakwah, contohnya pegelaran wayang, sandiwara, yang bernuansa islam atau ceramah di mimbar yang di tayangkan dalam

televisi.

E. Thoriqoh atau uslub (metode dakwah)

Metode berasal dari bahasa yunani yaitu metodos merupakan gabungan dari kata meta yang berarti melalui,

mengikuti, sesudah dan kata bodos yang berarti jalan, cara. Sedangkan dalam bahasa jerman metode berasal dari akar

kata methodica yang berarti ajaran metode, sedangkan dalam bahasa arab metode disebut thoriqatau thoriqoh yang berarti

jalan atau cara. Kata-kata tersebut di identik dengan kata uslub[12]

Jadi thoriqoh atau uslub (metode dakawah) dapat di artikan adlah suatu cara yang di tempuh atau cara yang

ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia .

dengan kata lain metode dakwah adalah jalan atau cara yang di pakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran

materi dakwah islam.

Secara garis besar ada tiga pokok metode dakwah yang berdasarkan firman allah dalam al-qur’an surat an-nahl

ayat 125.

Artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka

dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS an-nahl ayat :125)

a. Bi al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada

kemampuan mereka, sehingga mudah di mengerti dan mereka tidak merasa bosan dan apa yang da’i sampaikan.

b. Mau’izatul Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran islam dengan rasa kasih

sayang (lemah lembut), sehingga apa yang disampaikan dai tersebut bisa menyentuh hati simad’u.

c. Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar fikiran atau tanya jawab. Dengan ini dai bisa mengetahui

apa yang menjadi pertanyaan oleh sekelompok orang/individu tentang suatu masalah dalam kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai